Ini Pintu Masuk dan Waktu yang Diperuntukkan bagi Jamaah Perempuan Berkunjung ke Raudhah

MADINAH – Pimpinan tertinggi Masjid Nabawi telah menetapkan aturan dan waktu waktu bagi perempuan yang akan beribadah di raudhah dan ziarah ke makam Nabi Muhammad.

Raudhah yang merupakan tempat istimewa bagi umat Muslim di dunia ketika berada di Masjid Nabawi. Dulunya area ini berada di antara rumah Nabi Muhammad dan mimbar khutbah di Masjid Nabawi yang asli.

Demi ketertiban ibadah, petugas mengatur supaya jamaah bergantian berdoa di Raudhah. Selain waktu berkunjung, pintu masuk bagi jamaah laki-laki dan perempuan pun berbeda.

Petugas Perlindungan Jemaah (Linjam) Sektor Khusus Masjid Nabawi Brigadir Restu Fitri Adryan mengatakan jemaah perempuan masuk dari Pintu (Gate) 25. Sedangkan waktu kunjung setelah shalat subuh hingga menjelang zhuhur, lalu ba’da zhuhur hingga ashar, kemudian ba’da shalat isya hingga hampir tengah malam.

Jamaah perempuan masuk per kelompok. Jamaah Indonesia dikumpulkan dengan jamaah dari Malaysia, Filipina, dan Thailand. Askar yang memandu biasanya membawa papan bertuliskan “Kumpulan Berbahasa Melayu”.

Brigadir Restu menyarankan sebaiknya jamaah yang hendak ke Raudhah datang pada saat ba’da subuh atau isya karena waktu kunjung lebih panjang.

“Saat ini jamaah sudah mulai ramai mengujungi Raudhah, maka akan lebih baik datang saat ba’da subuh atau isya supaya lebih leluasa menunggu antrean menuju Raudhah,” ujarnya.

Berdasarkan info, pintu dibuka ba’da subuh hingga pukul 09.30 Waktu Arab Saudi (WAS). Untuk siang hari, ba’da zuhur sampai pukul 15.30 WAS. Total jamaah perempuan mengantre lebih kurang selama dua jam. “Sedangkan kalau malam antrean setelah shalat hingga 23.30 WAS,” lanjutnya.

Selain air zam-zam, jemaah perempuan juga sebaiknya membawa bekal makanan ringan, seperti roti, biskuit, atau kurma untuk mengganjal perut selama mengantre.

OKEZONE

Pemulung Asal Probolinggo Berangkat Haji

Miskat, asal Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang sehari-hari berprofesi sebagai pemulung, selangkah lagi mewujudkan impian menunaikan ibadah haji setelah bertahun-tahun menyisihkan uang hasil jerih payahnya senilai Rp10 ribu setiap hari.

Kakek yang kini berusia 70 tahun itu tergabung bersama rombongan calon haji lainnya asal Kabupaten Probolinggo dalam kelompok terbang (Kloter) 28 Embarkasi Surabaya, yang Rabu sore memasuki Asrama Haji Sukolilo Surabaya, untuk kemudian berangkat ke Tanah Suci melalui Bandara Juanda, Kamis sore, 26 Juli.

“Naik haji sudah menjadi cita-cita saya sejak masih muda,” ujar duda dua anak ini. Suaranya terdengar lirih.

Empat bulan lalu, menjelang keberangkatannya ke Tanah Suci, Miskat menderita penyakit sesak nafas. Sejak itu dia hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur rumahnya, tanpa dapat melakukan aktifitasnya lagi sebagai pemulung.

Dia mengenang, sebelum menderita penyakit sesak nafas, rutinitasnya adalah memulung sampah, mencari barang-barang bekas yang masih bisa dijual kembali, seperti kardus, botol dan lainnya.

Sarana yang dikendarainya untuk memulung sampah adalah sepeda angin tua dengan wadah atau “ronjotan” di belakangnya untuk menyimpan barang-barang bekas yang yang dikaisnya dari tempat sampah, yang dirasa masih laku dijual.

“Saya berkeliling di lima desa dengan mengayuh sepeda untuk mengais sampah setiap hari,” katanya.

Hasil penjualan dari barang-barang bekas yang dikumpulkannya disisihkan Rp10 ribu setiap hari, yang kemudian disimpan di lemari, bersama tumpukan baju, di rumahnya.

Miskat masih ingat, di tahun 2010, uang simpanannya terkumpul Rp3 juta, dengan pecahan atau lembaran uang Rp10 ribuan yang sudah lusuh. Dia mengikatnya dengan gelang karet dan membawanya kepada H Saiful, pemilik salah satu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) di Probolinggo.

Saiful lantas mengantar Miskat mendaftar haji dengan lembaran uang Rp10 ribuan lusuh senilai Rp3 juta yang diikat karet gelang itu. Saat itu biaya pendaftaran haji sekitar Rp25 juta. Sisa kekurangannya menggunakan dana talangan dari bank dengan yang dijamin oleh pemilik KBIH.

Menurut Saiful, dana talangan itu jatuh temponya oleh bank hanya diberi waktu selama setahun. Tentu Miskat tidak dapat melunasinya.

Dari pihak KBIH, lanjut dia, ikut membantu membayarkan bunganya ke bank yang sudah lewat jatuh tempo hingga akhirnya Miskat dapat menutup cicilan pokoknya bertahun-tahun kemudian.

Petugas di Asrama Haji Sukolilo Surabaya malam ini merujuk Miskat ke Rumah Sakit Umum Haji Surabaya untuk menjalani perawatan medis pada pernafasannya. Dari sorotan matanya masih terpancar semangat untuk segera melihat Rumah Allah di Makkah, menunaikan ibadah haji, memenuhi rukun Islam kelima.

 

IHRAM

 

TERBARU:

Aplikasi Cek Porsi Haji, kini dilengkapi Infomasi Akomodasi Haji di Tanah Suci! Silakan Download dan instal bagi Calon Jamaah Haji yang belum menginstalnya di smartphone Android! klik di sini!

Meraih Predikat Mabrur

Meraih predikat mabrur merupakan dambaan bagi setiap calon jamaah haji (calhaj). Hal ini tidak terlepas dari keutamaan haji mabrur sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, Haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga. (HR Bukhari dan Muslim).

An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, Yang dimaksud, `tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga’, bahwasanya haji mabrur tidak cukup jika pelakunya dihapuskan sebagian kesalahannya. Bahkan, ia memang pantas untuk masuk surga. (Syarh Shahih Muslim).

Banyak pendapat yang dilontarkan para ulama terkait dengan pengertian haji mabrur, satu pendapat dengan pendapat lainnya saling berkaitan dan berdekatan.

Dari berbagai pendapat itu, disimpulkan oleh al-Qurthubi.  Haji mabrur adalah haji yang dipenuhi seluruh ketentuannya dan dijalankan dengan sesempurna mungkin oleh pelakunya (mukallaf) sebagaimana yang dituntut darinya. (Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, juz, V, h. 112).

Meraih predikat haji mabrur tidak semudah kita mengucapkannya. Diperlukan perjuangan dan pengorbanan yang cukup berat melibatkan materi, hati, pikiran, dan fisik prima yang membuat haji yang kita laksanakan menjadi mabrur. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh para calhaj agar bisa meraih predikat mabrur.

Pertama, menjaga niat dan tujuan kita berhaji adalah semata-mata karena Allah SWT.

Niat ini harus dijaga dan dipelihara, baik saat akan berhaji, sedang berhaji, maupun setelah pulang berhaji. Sebab, tidak jarang sepulang haji, niat yang tadinya ikhlas semata karena Allah berubah menjadi riya. Niat ikhlas semata karena Allah SWT ini dijelaskan dalam Alquran surah al-Baqarah (2) ayat 196, Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.

Kedua, laksanakan ibadah haji selaras dengan manasik yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Hal ini penting karena seikhlas apa pun kita berhaji kalau manasiknya menyelisihi manasik yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW maka hajinya tidak sah dan jauh dari kemabruran. Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, Ambillah dariku manasik-manasik kalian. (HR Muslim).

Ketiga, sebelum berangkat haji, hendaknya kita mempelajari dan mendalami hikmah yang terdapat dalam setiap prosesi haji. Hal ini dilakukan karena banyak ritus haji penuh dengan simbol yang tidak dapat kita pahami kecuali dengan mengambil hikmah yang terdapat di dalamnya.

Makin banyak kita memahami hikmah dari prosesi haji, akan makin khusyuk dalam menjalankan berbagai amalan haji. Ketiga hal ini mampu menjadikan haji kita mabrur karena dengan niat yang ikhlas dan manasiknya sesuai dengan yang disyariatkan, akan menjadikan hajinya diterima dan dengan hikmah akan menjadikan hajinya mabrur yang terlihat dari perubahan sikap diri positif sepulangnya dari haji.

Saat ini, para calon jamaah haji dari berbagai negeri sudah mulai bergerak dan berangkat ke Tanah Suci guna melaksanakan ibadah haji. Semoga mereka dikaruniai keikhlasan, diberi kemudahan dan kelancaran, serta dibimbing untuk memperoleh haji mabrur.Allahumaj’alhum hajjan mabruron.” Artinya, ya Allah, jadikan haji yang mereka lakukan menjadi haji yang mabrur. Amin. Wallahu’alam.

Oleh: Moch Hisyam

 

REPUBLIKA

 

TERBARU:

Aplikasi Cek Porsi Haji, kini dilengkapi Infomasi Akomodasi Haji di Tanah Suci!
Silakan Download dan instal bagi Calon Jamaah Haji yang belum menginstalnya di smartphone Android!  Klik di sini!

Menu Katering Jemaah di Bandara Jedah Istimewa

Jedah (PHU)—Jemaah haji akan menerima makan satu kali saat berada di Bandara King Abdul Aziz Jedah. Bagi jemaah gelombang dua akan menerima saat kedatangan, sedang jemaah gelombang satu akan menerima konsumsi di bandara Jedah saat pemulangan. Menunya pun cukup istimewa. Seperti apa proses pengolahan dan dapur kateringnya?

Penyedia konsumsi jemaah di bandara Jedah dilakukan oleh dua katering. Fahad Esam Bobsait dan Al Musbah. Keduanya berada di dalam terminal haji bandara Jedah. Saat dilakukan visitasi oleh Kadaker Airport Arsyad Hidayat dan Kepala Seksi Katering Sukaidi, kedua dapur tersebut dinyatakan telah siap.

Arsyad memeriksa seluruh peralatan masak, bahan baku, tempat penyimpanan, dan tempat packing.

“Peralatannya cukup modern. Ada 6 penggorengan besar khusus melayani katering Indonesia,” kata Arsyad saat berada di dapur katering Al Musbah, Senin (23/7/2018) siang.

Arsyad juga menanyakan juru masak Al Musbah. Teknik pengolahan, pengemasan, dan diatribusi menu juga menjadi pembahasan hangat antara Arsyad dengan pengelola katering.

“Mereka menyediakan 12 juru masak asli Indonesia yang dibagi dalam dua shift,” terang Arsyad.

Mengenai proses penggorengan ayam goreng, juga kata Arsyad, menggunakan minyak yang hanya akan dipakai maksimal lima kali.

“Tadi dijelaskan bahwa minyak rutin diganti. Proses gorengnya sekali goreng mampu 300 porsi,” ujar Arsyad.

Saat berada di dapur Al Musbah memang tampak alat-alat masak cukup canggih dan bersih. Tampak penggorengan modern dilengkapi timer 12 skala berjajar di meja. Salah satu juru masak juga selalu mengukur suhu minyak tetap optimum agar hasilnya bagus.

Setiap satu paket menu berisi nasi 400 gram, sayur, ayam goreng, apel, pudinh, dan air mineral dua botol masing-masing 330 ml. Menu juga dilengkapi dengan saus cabe, sendok, garpu, pisau plastik, tisue kering, dan tisue wangi.

Siang itu rombongan Daker Airport juga berkesempatan mencoba menu Jemaah haji. Menurut Arsyad rasa dan tekstur masakan cocok dengan citarasa Indonesia.

Pengemasannya juga akan langsung dimasukkan ke tempat khusus untuk menjaga kebersihan dan suhu makanan. Setiap hari katering juga harus mebgirimkan sampel ke Daker.

Dapur Al Musbah juga menyediakan mobil golf yang telah dimodifikasi. Di bagian belakang dibuat bak baja layaknya mobil pick up. Mobil ini mampu mengangkut menu untuk jemaah dua kloter sekali jalan. (ab/ab).

KEMENAG RI

Mengintip Fasilitas dan Layanan Jamaah Haji 2018 yang Jauh dari Kesan Buruk

MADINAH – Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada jamaah haji Indonesia dengan memperbaiki sejumlah fasilitas yang ada di Tanah Suci patut diacungi jembol. Baik pemondokan, transportasi, katering, bimbingan haji, keamanan, dan juga kesehatan.

Jauh dari kesan buruk, itulah gambaran Tim Media Center Haji (MCH) ketika mendapat kesempatan melihat langsung fasilitas hotel yang ada di beberapa kamar boleh dikatakan membanggakan. Tentu ini bukan isapan jempol semata, bahkan ada yang selevel bintang lima.

Boleh dibilang fasiliatas yang tersedia di musim haji tahun 2018 jauh lebih baik dari sebelumnya. Itu terlihat ketika Tim MCH memasuki Hotel Elaf Nakheel salah satu hotel di Sektor 5 Madinah, jaraknya hanya sekira 300 meter dari Masjid Nabawi. Tentu, ini sangat memudahkan jamaah yang ingin beribadah berkali-kali.

Kamar tersebut sudah dilengkapi pendingin ruangan (AC), kulkas, televisi LED, dan kasur empuk. Begitupun fasilitas kamar mandi yang jauh dari kesan buruk. Terlihat ada heater (pemanas air), hair dryer, dan kasur empuk. Jamaah juga bisa mencuci pakaian langsung menggunakan mesin cuci, termasuk disediakan tempat menjemur.

Dari 107 hotel di Madinah yang disiapkan panitia, rata-rata berjarak dekat, paling jauh 500 meter dari Masjid Nabawi. Salah seorang Jamaah asal Bekasi mengaku puas dengan pelayanan hotel. Tempatnya rapi, bagus, dan juga lengkap. Satu yang terpenting dekat dengan Masjid Nabawi.

“Alhamdulillah bagus, memuaskan, apalagi dekat dengan Masjid Nabawi,” ujar Babeh Duloh –biasa ia disapa.

Bukan hanya di Madinah, hotel yang disiapkan panitia di Makkah pun demikian. Di sektor 2 di Jawahrat Al Abead Hotel yang berjarak sekira 3,2 km dari Masjidil Haram ini memiliki 12 lantai dan berdinding full marmer.

“Lift yang digunakan modern karena menggunakan tombol sentuh, bahkan ada bunyi peringatan ketika overload penumpang,” ujar Endang Jumali, Kadaker Makkah.

Bahkan ada masjid disediakan di hotel ini, untuk jamaah yang akan menunaikan ibadah salat berjamaah. Tidak sedikit jamaah yang memanfaatkan untuk tahlilan atau kegiatan keagamaan lainnya.

Melayani dengan Hati

Transportasi untuk jamaah tahun ini bukan lagi hambatan, karena panitia sudah menyiapkan 394 bus salawat (salat lima waktu) yang akan menghantar jamaah ke 11 rute perjalanan, dan siap beroperasi selama 24 jam. Sebanyak 11 rute tersebut disiapkan untuk seluruh Makkah menjadi jalur utamanya, yang nantinya masing-masing bus akan datang menjemput di halte yang telah disediakan setiap lima menit sekali.

Sehingga jamaah tidak perlu khawatir pulang kemalaman, karena bus sholawat selalu stanby. “Bahkan jika hanya satu orang saja yang menunggu di halte, akan diantar sampai hotel atau sebaliknya ke Masjidil Haram,” ujar Kepala Bidang Transportasi Haji (PPHI) Arab Saudi, Subkhan Colid.

Sementara untuk yang di Madinah, petugas pun standby 24 jam dengan kendaraan operasional mengantar jamaah, khususnya yang tersesat atau lupa jalan menuju hotel tempatnya menginap. Sehingga, jamaah akan lebih nyaman dan leluasa beribadah karena kesiapan panitia dalam upaya melayani jamaah selama di Tanah Suci.

Begitupun dengan katering. Tahun ini adalah terobosan dengan menghadirkan makanan selera nusantara. Seperti pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar jamaah Indonesia ketika berada di Tanah Suci selama 42 hari, tetap bisa merasakan nikmatnya masakan sesuai lidahnya dari daerah masing-masing tempat asal para jamaah.

Boleh dikatakan, makanan yang didapatkan jamaah haji di Tanah Suci pada tahun ini tergolong istimewa. Selain jumlah paket katering yang diterima lebih banyak dibanding tahun lalu, citarasanya juga khas Nusantara, dengan koki-koki masak yang dihadirkan langsung dari tanah air yang memiliki sertifikat langsung dikeluarkan Kementerian Agama. Jadi tidak asal comot juru masak, melainkan melalui proses seleksi ketat.

Sedangkan untuk kesehatan juga tidak kalah pentingnya, di mana tim kesehatan haji Indonesia dari Kementerian Kesehatan memiliki tambahan fasilitas seperti penyediaan sandal, payung, alat semprot wajah, dan juga masker. Itu dibagikan secara gratis ke jamaah.

Adapun yang berbeda dari tahun sebelumnya yakni dibentukanya tim P3 JH (Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji) yang disiapkan untuk mengisi titik kosong yang selama ini kurang terlayani secara maksimal karena keterbatasan para petugas pelayanan umum dan atau pelayanan kesehatan, khususnya pada masa puncak haji, Atafah-Mina-Muzdalifah (Armina). Tim ini akan dioptimalkan pada hari pertama lontar jumrah.

Kehadiran Tim Pelindung Jamaah atau Linjam yang berasal dari unsur TNI-Polri bakal menambah kekuatan dan menjawab tantangan. Dengan begitu kehadiran negara melalui para petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang siap melayani jamaah akan lebih terasa sekali dirasakan. Kehadiran para petugas ini akan merasa nyaman beribadah ketika ada petugas PPIH di tengah-tengah para Tamu Allah.(han)

OKEZONE

Dapat 9 Dirham Tidak Apa-Apa Lah

SYEKH Nashiruddin Juha suatu hari sedang tidur. Lalu ia bermimpi ada seseorang datang dan memberinya uang 9 dirham. Padahal, orang tersebut harus mengganti sebanyak 10 dirham ke Juha.

Sebagaimana dikutip dari buku ‘Tingkah Laku Juha’ karya Dr Darwisy Juwaidy, Selasa (24/7/2018), Perselisihan hingga perkelahian di antara keduanya pun terjadi akibat kekurangan pengembalian uang 1 dirham tersebut. Di saat yang bersamaan, tiba-tiba Juha terbangun dari tidurnya dan terkejut.

Ketika tersadar, ia tidak mendapati uang dirham di genggaman tangannya. Juha pun merasa menyesal karena di mimpinya berlaku tamak sehingga tidak mendapat apa pun.

Sesaat kemudian, dia kembali membaringkan tubuhnya dan melektakkan kepalanya di bawah tikar. Juha langsung menjulurkan tangan ke orang yang datang dalam mimpinya sebagai musuh itu.

Juha lalu berkata, “Berikan kepadaku 9 (dirham) saja dan janganlah engkau membuat aku jengkel.”

Dia merasa tidak apa-apa lah mendapat 9 dirham, kurang 1 dirham, daripada taka da hasil sama sekali.

(han)/OKEZONE.com

Hati-hati Cuaca Panas Mulai Menyengat di Tanah Suci

Iklim dan kondisi cuaca di Tanah Suci Makkah dan Madinah, Arab Saudi, kini memasuki musim panas. Menghadapi musim panas yang akan mencapai puncaknya pada Agustus mendatang, jamaah diminta mengantisipasi agar tidak terganggu saat menjalankan ibadah.

Konsulat Jenderal RI di Jeddah Hery Saripuddin mengatakan musim panas di Tanah Suci biasanya dimulai pada Februari hingga Agustus. Saat musim panas, suhu udara mencapai di atas 40 derajat celcius pada siang hari. Kondisi ini harus diantisipasi jamaah agar tetap fit saat menjalankan ibadah umrah.

“Cuaca sudah mulai panas, apalagi Agustus pas jamaah berada di Makkah,” ujar Hery di Jeddah, Minggu 22 Juli 2017.

Hery mengatakan pihaknya sudah mengingatkan agar jamaah mempersiapkan diri sebelum berangkat dan selama berada di Tanah Suci. Hanya saja jamaah perlu terus diingatkan agar tetap mewaspadai udara panas.

Hal yang perlu diperhatikan jamaah antara lain tidak banyak melakukan kegiatan di luar ruang yang tidak perlu. Terutama pada siang hari saat udara sangat panas. “Untuk kegiatan umrah, tawaf dan sai sebaiknya dilakukan pada malam hari,” kata Hery.

Ia juga menyarankan agar jamaah meletakkan sandal di dekatnya pada saat berada di masjid. Ini untuk menghindarkan sandal hilang dan jamaah bertelanjang kaki saat pulang dari masjid.

“Berjalan dengan kaki telanjang di udara yang panas bisa mengkibatkan kaki melepuh,” ujarnya.

Jamaah juga diingatkan agar menjaga pola makan dan minum agar tetap sehat. Soal minum itu menurutnya tidak boleh dianggap enteng. “Jika air kencing berwarna kuning saat buang air, itu berarti kurang minum,” kata Hery.

HALALLIFESTYLE

Selain Wajib, Ternyata Ada Juga Tawaf yang Sunah

Salah satu inti rangkaian ibadah haji adalah tawaf. Ini adalah kegiatan mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali. Tapi, tahukah Anda ternyata tawaf tak hanya satu jenis saja, melainkan ada empat, yaitu Tawaf Qudum, Tawaf Sunat, Tawaf Ifadal, dan Tawaf Wada.

Pengamat haji dan penulis buku Muhammad Ramdlan Nurrohman mengatakan masih banyak masyarakat yang belum mengenal jenis-jenis tawaf ini.

“Biasanya yang tahu mereka yang sudah berangkat haji, karena ada dalam rukun haji, jadi pasti masuk dalam materi bimbingan manasik. Tapi kalau umum sih, gak,” kata dia saat dihubungi Halallifestyle.id, Senin 23 Juli 2018.

Ramdlan mengatakan bahwa seharusnya mengenai tawaf ini diajarkan juga sebelum jamaah berangkat ke Tanah Suci, sehingga saat berniat naik haji sudah mengetahui gambarannya.

Tawaf pertama adalah Tawaf Qudum yang dilakukan saat tiba di Mekah. Tawaf pembuka ini hukumnya sunah, jadi jika tidak melakukan tidak akan membatalkan ibadah haji.

Diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW setiap kali memasuki Masjidil Haram selalu melakukan tawaf sebagai pengganti Tahiyyatul Masjid. Bagi wanita yang melaksanakan Tawaf Qudum, tidak perlu berlari-lari kecil, cukup dengan berjalan biasa saja. Bagi wanita yang sedang haid dilarang melakukan Tawaf Qudum.

Tawaf yang kedua yaitu Tawaf Sunat, atau lebih dikenal dengan sebutan Tawaf Tathawwu. Tawaf ini bisa dilakukan kapan saja, walaupun dalam waktu-waktu yang haram untuk shalat. Tapi, tawaf ini tidak boleh dilaksanakan jika masih ada kewajiban haji lainnya yang belum dilaksanakan.

Ketiga adalah Tawaf Ifadal atau Tawaf Ziarah yang wajib dilaksanakan untuk ibadah haji. Jika tawaf ini tidak dilaksanakan maka hajinya batal. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hajj 29:

ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).”

Tawaf Ifadal ini dilaksanakan setelah peserta haji melakukan lontar jumroh Aqabah, membayar dam dan mencukur.

Tawaf yang terakhir adalah Tawaf Wada atau Tawaf Shadar. Tawaf ini dilakukan menjelang kepulangan jamaah haji berpulang ke kampung masing-masing. Tawaf ini cukup dilakukan dengan berjalan dengan membaca doa yang berbeda untuk setiap putaran.

Tawaf ini sifatnya wajib. Bila tidak dikerjakan maka wajib membayar dam dan jika sudah mengerjakan haruslah meninggalkan Masjidil Haram. Jika jamaah sudah keluar dari masjid dan masuk kembali, maka jamaah diharuskan mengulangi Tawaf Wada ini. Untuk wanita yang sedang haid, tidak perlu melakukan Tawaf Wada. (Ranny Supusepa)

HALALLIFESTYLE

Jamaah Indonesia Wafat Saat Shalat Ashar di Masjid Nabawi

Kemenag menjamin badal haji jamaah yang meninggal sebelum proses haji. Nantinya keluarga dari jamaah yang meninggal akan mendapatkan sertfikat badal haji tersebut.

 

SUKARDI Ratmo Diharjo, 59 tahun, baru beberapa hari tiba di Tanah Suci untuk memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji.

Ternyata, Allah tak hanya memanggilnya untuk berhaji, tapi juga memanggilnya untuk menghadap-Nya. Ya, jamaah calon haji kloter 1-JKG (Embarkasi Jakarta) ini telah berpulang ke Rahmatullah.

Kepergian pria asal Ujung Menteng, RT 001/002, Cakung, Jakarta Timur itu begitu spesial. Sebagaimana informasi dihimpun hidayatullah.com dari Kementerian Agama, Sukardi menghembuskan napas terakhirnya saat sedang bersujud, kala menunaikan shalat ashar di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Rabu (18/07/2018) lalu.

Berdasar data Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Sukardi adalah jamaah haji pertama yang meninggal di Tanah Suci pada musim haji 1439H/2018 ini.

Direktur Instalasi Gawat Darurat KKHI Madinah dr Muhammad Yanuar menerima certificate of death (COD) dari RS Arab Saudi pada Rabu pukul 23.00 WAS.

“Berdasar COD, penyebab kematiannya adalah cardiac arrest atau henti jantung,” jelasnya kepada Media Center Haji (MCH) Daker Madinah kutip laman resmi Kemenag.

COD itu lantas ditindaklanjuti dengan memeriksa buku kesehatan Sukardi. Tercatat, ternyata mengidap hipertensi (tekanan darah tinggi). Dia juga masuk kategori haji yang istitha’ah(mampu) tapi dengan pendampingan. ”Kan, dia berhaji didampingi istri,” ujarnya.

Kemenag menjamin badal haji jamaah yang meninggal sebelum proses haji. Nantinya keluarga dari jamaah yang meninggal akan mendapatkan sertfikat badal haji tersebut.

Jamaah Kedua

Sementara itu, kepergian Sukardi disusul jamaah calon haji Indonesia lainnya. Adalah Hadia Daeng Saming (73), yang tergabung dalam kloter 5 Embarkasi Makassar. Ia wafat sesaat setelah mendarat di Bandara Ammir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah, Jumat (20/07/2018). Ia terbang dengan maskapai Garuda Indonesia nomor penerbangan GA-1203.

Hadia menjadi jamaah asal Indonesia kedua yang meninggal di Tanah Suci. Tim Media Center Haji (MCH) Madinah melaporkan, Hadia berangkat dari Embarkasi Makassar bersama rombongan dari Kabupaten Gowa dan Barru.

Hadia mula-mula tak sadarkan diri saat menuju antrean keimigrasian menuju Gerbang Zero Bandara AMMA saat dibopong putrinya, Asmia Hadi Hasan, yang berusia sekitar 50 tahun.

Andi Marolla, petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang mendampingi rombongan Hadia dari Embarkasi Makassar menuturkan, di atas pesawat, sekitar 2-3 jam sebelum pendaratan, Hadia sudah tak sehat. Ia sesak napas dan diketahui memang memiliki riwayat bronkitis.

Hadia menolak diangkut memakai mobil khusus untuk pasien pengguna kursi roda setelah turun dari pesawat. Saat mengantre untuk imigrasi, ia pingsan kala dipapah Asmia Hadi, lalu dibawa ke klinik bandara.

Di klinik bandara, Hadia mengalami asistol alias henti jantung. Petugas paramedis coba melakukan Cardiopulmonary Resusication (CPR) atau usaha untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi serta penanganan akibat terhentinya denyut jantung. Namun tidak berhasil. Hadia dinyatakan wafat sekitar pukul 15.04 WAS di Klinik Bandara AMMA.

Kadaker Bandara Arsyad Hidayat yang berada di lokasi tampak terus menenangkan sang putri, Asmia, yang terpukul atas wafatnya sang ibu. Sembari menenangkan Asmia, Arsyad pun mendorongnya dengan kursi roda. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun…*

HIDAYATULLAH

Cerdas Membagi Waktu, Ibadah Bisa Lebih Maksimal

Kegiatan beribadah di Tanah Suci dapat lebih maksimal jika terencana. Agar tak banyak waktu yang terbuang, jamaah pun disarankan untuk membuat agenda harian yang terstruktur.

Pembimbing ibadah haji dan umrah, Rafiq Jauhary, berbagi tips dengan Republika.co.id terkait hal ini. Prioritas utama tentunya beribadah. Bagaimana dengan aktivitas lainnya?

Tiba di Tanah Suci

Jamaah memerlukan waktu beberapa hari untuk menyesuaikan tubuhnya dengan kondisi cuaca dan perbedaan waktu. Tentunya, kegiatan harian pun perlu disesuaikan dengan agenda yang pas.

Ketika tiba di Madinah, jamaah sebaiknya tidak disibukkan dengan kegiatan memasak. Apalagi, makan siang dan malam hari telah disediakan dengan menu Indonesia. Adapun untuk sarapan, ada roti yang dihidangkan untuk jamaah.

“Dengan mengurangi beban kegiatan pribadi, tinggal urusan masjid yang perlu diatur,” kata pembimbing haji dan umrah yang juga mahasiswa Al Madinah International University ini.

Aktivitas di masjid

Sebagai pembimbing yang lama tinggal di Arab Saudi, Rafiq menyarankan jamaah untuk tidak terlalu awal pergi ke masjid. Jangan abaikan waktu istirahat.

Untuk shalat subuh, jamaah dapat berangkat ke masjid satu jam sebelum subuh dan kembali setelah matahari terbit. Lantas, berangkatlah dari penginapan satu jam sebelum Zhuhur dan segeralah kembali untuk makan siang.

Adapun untuk shalat Ashar, Maghrib, dan Isya, jamaah bisa i’tikaf menunggu di masjid. Isi waktu dengan mengaji, berdoa, berzikir, atau mengikuti pengajian. Selepas Isya, kembalilah ke hotel untuk makan malam dan istirahat.

Cukupkan waktu istirahat

Selama di Tanah Suci, hindari terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama jamaah lain sehingga mengurangi waktu istirahat. Rafiq yang menempuh pendidikan di Darul Hadits Al-Ghomidy, Awaly, Makkah dan Ma’had Harom Al-Makki  ini juga mengingatkan jamaah untuk tidak menghabiskan tenaga dengan membandingkan harga belanjaan atau oleh-oleh di tempat yang jauh karena harga satu tempat dengan yang lain relatif sama.

Jadikan hari-hari di Madinah sebagai pemanasan sebelum tiba di Makkah. “Jaga kondisi tubuh, perbanyak mengikuti taklim atau membaca buku sehingga dapat menambah ilmu,” kata penulis buku Bahasa Arab Praktis Untuk Jamaah Haji dan Umroh ini.

 

REPUBLIKA