Jangan Lalai Terhadap Hak Istrimu

“Bagaimana saya tidak kesepian, suami keluar rumah sehabis subuh, kembali ke rumah sudah jam sepuluh malam. Dia memang sibuk bekerja dan berdakwah, tapi….” keluh seorang istri (dikutip dari majalah nikah, edisi November 2003)

Suami yang workaholic (gila kerja) terkadang melupakan bahwa seorang istri butuh perhatian ekstra dan kasih sayang. Meski dengan dalih untuk membahagiakan anak istri, tetapi kedekatan fisik dan psikis tetap penting. Ini setidaknya yang perlu dipahami seorang suami, dengan aktivitas domestik rumah tangga yang tiada henti, ketika suami sering memberi apresiasi positif, seperti meluangkan waktu untuk membantu kerepotannya dan mendengarkan curahan hatinya niscaya istrinya bahagia. Ketika suaminya menomorsatukan pekerjaannya, bisa jadi istri cemburu karena diperlakukan sebagai istri kedua.

Dalam forum kajian muslimah, seorang ibu pernah mengutarakan kegalauan hatinya ketika sang suami sibuk dengan HP-nya saat di rumah. Ia kurang peduli dan peka dengan kerepotan istrinya yang mengurus banyak anak. HP itu telah mengusik dan merampas hari-harinya yang dahulu penuh cinta, interaksi,: dan komunikasi yang dulu berjalan harmonis seiring berjalannya waktu mulai berubah… ya, HP baginya menjadi ajang fitnah. Demikianlah, sekilas betapa kehidupan pernikahan penuh badai seiring dengan geliat kecanggihan teknologi dan kesibukan kerja.

Di era keemasan Islam, fenomena mirip dengan kasus di atas pernah terjadi, meski dalam konteks agak berbeda.

Diriwayatkan Bukhari dan selainnya dari hadis Abu Juhaifah radhiyallahu ‘anhu berkata,

آخَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ سَلْمَانَ، وَأَبِي الدَّرْدَاءِ، فَزَارَ سَلْمَانُ أَبَا الدَّرْدَاءِ، فَرَأَى أُمَّ الدَّرْدَاءِ مُتَبَذِّلَةً‏.‏ فَقَالَ لَهَا مَا شَأْنُكِ ؟ قَالَتْ أَخُوكَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ فِي الدُّنْيَا‏.‏ فَجَاءَ أَبُو الدَّرْدَاءِ، فَصَنَعَ لَهُ طَعَامًا‏.‏ فَقَالَ كُلْ!‏ قَالَ فَإِنِّي صَائِمٌ‏.‏ قَالَ مَا أَنَا بِآكِلٍ حَتَّى تَأْكُلَ‏.‏ قَالَ فَأَكَلَ‏.‏ فَلَمَّا كَانَ اللَّيْلُ ذَهَبَ أَبُو الدَّرْدَاءِ يَقُومُ‏.‏ قَالَ نَمْ‏!‏ فَنَامَ، ثُمَّ ذَهَبَ يَقُومُ‏.‏ فَقَالَ نَمْ‏! فَلَمَّا كَانَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ قَالَ سَلْمَانُ قُمِ الآنَ‏! فَصَلَّيَا، فَقَالَ لَهُ سَلْمَانُ إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِيْ حَقٍّ حَقَّهُ‏.‏ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ” صَدَقَ سَلْمَانُ ‏”‏‏.‏

“Nabi mempersaudarakan antara Salman dan Abu Darda’. Pada suatu hari Salman mengunjungi Abu Darda’ dan melihat Ummu Darda’ berpakaian lusuh, tidak berhias, maka dia bertanya kepada Ummu Darda’, “Mengapa kamu begitu?” Ummu Darda’ menjawab, “Saudaramu, Abu Darda’ tidak membutuhkan dunia.” Kemudian datanglah Abu Darda’ dan menyuguhkan makanan untuk Salman. Salman berkata kepada Abu Darda’, “makanlah!” Abu Darda’ menjawab, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” Salman berkata, “ aku tidak mau makan sehingga kamu juga makan.” Maka Abu Darda’ pun makan. Ketika malam datang, Abu Darda’ pergi untuk mendirikan shalat. Salman berkata, “ Tidurlah!” Kemudian saat akhir malam tiba, Salman berkata kepada Abu Darda’, “Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atasmu, badanmu punya hak atasmu, dan keluargamu (istrimu) juga punya hak atasmu.” Maka berikanlah masing-masing haknya. Tak lama setelah itu Abu Darda’ menemui Nabi shalallahu `alaihi wa sallam dan menceritakan peristiwa itu kepada beliau, maka Nabi shalallahu `alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Salman benar!”.” (HR. Bukhari no. 1968).

Bermuamalah yang baik dengan istri akan mengeratkan benang-benang asmara yang kadang terurai oleh berbagai persoalan hidup. Interaksi yang harmonis, keterbukaan komunikasi akan menumbuhkan perasaan percaya diri dan rasa aman sehingga kebutuhan batin istri terpenuhi. Inilah tantangan besar ketika suami sibuk kerja. Maka perlu dicari solusi menguntungkan keduanya agar jalinan cinta tidak tergoyahkan. Butuh agenda khusus agar kebersamaan itu tetap langgeng dengan berbagai aktivitas positif yang bermanfaat. Justru dengan HP bagaimana kerekatan cinta semakin membara. Kunci utamanya dengan memanfaatkan media sosial ini sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan. Disinilah butuh manajemen alokasi waktu yang cerdas dan juga komitmen pasutri untuk eksis membangun istana impian dalam kondisi dan situasi apapun.
Dan betapa kehidupan super sibuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seindah-indah teladan dalam kehidupan rumah tangga. Yakinkan terus pasangan Anda bahwa bahtera rumah tangga akan solid dan selalu kokoh. Jadikan Anda istri utama yang mengalahkan gadget, pekerjaan dan hobi suami. Tentu dengan kiat yang jitu dan memesona, Insya Allah Andalah istri yang merupakan sebaik-baik perhiasan. Semoga.

***

Penulis: Ummu Nashifah

Referensi :
1. Romantika Pergaulan Suami Istri (terjemah), Syaikh Musthafa al-Adawi, Media Hidayah, Yogyakarta, 2002.
2. Majalah Nikah, November, 2003.

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11793-jangan-lalai-terhadap-hak-istrimu.html