Hari Disabilitas Internasional Sebagai Momentum Meneledani Nabi

Di awal bulan desember ini kita dihadapkan dengan peringatan penting yakni hari disabilitas internasional yang jatuh pada tanggal 3 desember 2020.

Bagi umat Nabi Muhammad Saw., seharusnya peringatan tersebut tidak dilewatkan begitu saja tanpa pemaknaan yang mendalam. Apalagi seharusnya hari tersebut dijadikan momentum untuk meneladani Nabi dalam berinteraksi dengan penyandang disabilitas.

Interaksi Nabi dengan penyandang disabilitas tersebut dapat dilihat dari hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik sebagai berikut :

أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – اِسْتَخْلَفَ اِبْنَ أُمِّ مَكْتُومٍ يَؤُمُّ اَلنَّاسَ وَهُوَ أَعْمَى رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُد

“Dari sahabat Anas bin Malik Ra. sesungguhnya Rasulullah Saw. meminta Ibnu Umi Maktum menjadi imam shalat menggantikan beliau, sementara Ibnu Umi Maktum, seorang yang tunanetra.” (HR. Ahmad, Abu Daud)

Pelajaran penting yang bisa diambil dari hadis tersebut adalah persamaan hak antara penyandang difabel mupun nondifabel. Pada hadis tersebut Nabi memerintah sahabat ibnu umi maktum untuk menggatikan jadi imam shalat. Padahal Ibnu umi maktum merupakan penyandang difabel (tunanetra)

Menyikapi hadis tersebut ulama besar seperti imam al-Gazhali dan ِAbu Ishaq al-Maruzi memberi advokasi terhadap kaum difabel. Dalam kitab Nail al-Authar mereka menegaskan bahwa tunanetra lebih utama menjadi imam shalat daripada orang yang bisa melihat.

Mereka berpandangan tunanetra memiliki potensi khusyuk yang lebih besar  karena tidak disibukkan dengan perkara-perkara yang bisa memalingkan dari sholat.

Pada kesempatan lain Nabi juga mengajarkan umatnya untuk tidak merendahkan mereka yang terlahir dalam keadaan tidak sempurna.

Suatu hari, sahabat Abdullah bin Mas’ud, yang memiliki kemapuan intelektual dalam menafsirkan Al-Qur’an, memanjat sebuah pohon. Seketika angin terhembus sehingga kaki Abdullah terlihat.

Betis Abdullah sangat kecil, hingga hal itu dijadikan bahan cemoohan oleh beberapa orang yang melihatnya. Namun Nabi menegur mereka dengan berkata  “Apa yang membuat kalian tertawa? Ketahuilah bahwa di hari pembalasan kedua kaki Ibnu Mas’ud akan lebih berat di timbangan daripada Gunung Uhud.”

Selain perlakuan tanpa diskriminasi, Nabi juga memberikan berbagai kemudahan bagi penyandang disabilitas. Nabi menawarkan solusi bagi mereka yang tidak mampu menunaikan shalat sambil berdiri untuk melaksanakannya dengan duduk, dan seandainya masih tidak mampu, Nabi memperbolehkan mereka untuk shalat sambil berbaring.

Apa yang telah dicontohkan oleh Baginda Nabi seharusnya menjadi teladan untuk kita semua. Semoga momentum hari disabilitas internasional ini menjadi motifasi bagi kita untuk lebih meneladani nabi terutama dalam berinteraksi dengan kaum difabel. Wallahu a’lam

BINCANG SYARIAH