Khutbah Jumat: Hari-Hari Ibu

Ringkasan Khutbah Jumat: Ada dan tidaknya peringatan hari ibu, setiap waktu Islam menganjurkan umatnya memuliakan ibu, sebelum meluliakan orang lain

Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil

ISLAM mengajarkan umatnya berlaku baik dengan mengutamakan kebaikan kepada ibu sebelum melakukannya kepada orang lain. Itulah akhlak Muslim kepada ibunya, tanpa perlu memperingati “Hari Ibu” setiap tahun. Inilah naskah ringkasan Khutbah Jumat:

Khutbah Jumat Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Kaum Muslimin, Jamaah Jumat Rahimakumullah

Peringatan Hari Ibu yang diselenggarakan di berbagai negara, termasuk di Tanah Air kita setiap 22 Desember, memang masih menjadi perkara yang diperselisihkan di antara ulama. Ada yang membolehkan. Ada pula yang melarang.

Beberapa ulama yang membolehkan adalah Syekh Syauqi Allam (mufti Mesir), Syekh Ali Jum’ah (mantan mufti Mesir), Syekh Abdul Fattah Asyur, Syekh Muhammad Ismail Bakar, dan Lembaga Fatwa Mesir (Darul Ifta’ Al-Mishriyyah). Sementara sebagian ulama yang melarang seperti Syekh Abdul Aziz bin Baz, Syekh Shalih al-Fauzan, Syekh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, dan Lembaga Fatwa Arab Saudi (Al-Lajnah Ad-Da’imah lil Fatwa).

Sebagai umat Baginda Nabi Muhammad ﷺ kita menganut keyakinan bahwa Allah ﷻ telah mewajibkan kepada kita sebagai anak untuk berbuat baik, untuk bakti kepada ayah bunda kita, di tiap waktu, bukan di satu waktu tertentu. Allah ﷻ juga memberikan ancaman berupa sanksi tegas kepada kita sebagai anak jika sampai berani berlaku durhaka kepada orang tua, baik durhaka dalam bentuk sikap atau ucapan.

Allah ﷻ berfirman  :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS; Al-Isra’ : 23)

Dikisahkan, Abdullah bin Umar pernah melihat seorang lelaki menggendong wanita yang telah tua renta. Ia gendong di punggungnya sembari tawaf mengelilingi Ka’bah sekian putaran.

Abdullah bin Umar bertanya, “Siapa wanita ini?” Ia menjawab, “Sesungguhnya ia adalah ibuku. Apakah menurutmu, aku telah bisa memenuhi haknya?” Abdullah bin Umar menjawab, “Demi Allah, sekali pun engkau melakukan seperti ini, tetap tak akan mampu menandingi satu erangan dari rasa sakit saat melahirkanmu.”

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Jumat Hafidzakumullah

Menilik kehidupan masyarakat sekuler seperti di negara-negara Barat, ada beberapa keluarga yang memandang orang tua mereka sebagai beban hidup. Banyak dari mereka yang kemudian memasukkan orang tuanya ke panti-panti jompo karena tidak sanggup melayani dan berkhidmat kepada mereka.

Dalam momen seperti Hari Ibu, mereka berbondong-bondong mendatangi para orang tuanya, memuliakan, membawakan hadiah, makanan, dan minuman. Setelah itu, keadaan yang sunyi kembali dirasakan oleh para ibu. Mereka ditinggal oleh anak anak yang telah ia lahirkan antara hidup dan mati, yang ia rela berkorban demi kehidupan anak-anaknya. Mereka dilupakan begitu saja.

Beragam cara telah diajarkan Islam dalam berbakti kepada ibu. Pertama, berlaku baik dengan mengutamakan kebaikan kepada ibu sebelum melakukannya kepada orang lain dan mencegahnya dari semua hal yang menganggu atau membuatnya merasa tidak nyaman. Ibu adalah sosok yang paling berhak mendapatkan perlakuan terbaik yang bisa kita lakukan.

Dalam hadits disebutkan,

يا رَسُولَ الله من أَحَقُّ الناس بِحُسْنِ صَحَابَتِي قال أُمُّكَ قال ثُمَّ من قال ثُمَّ أُمُّكَ قال ثُمَّ من قال ثُمَّ أُمُّكَ قال ثُمَّ من قال ثُمَّ أَبُوكَ

“Ada seseorang yang datang menghadap Rasulullah dan bertanya, “Ya Rasulallah, siapakah orang yang lebih berhak dengan kebaikanku?” Jawab Rasulullah, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ayahmu.” (HR: Bukhari-Muslim)

Diriwayatkan juga :

أن جاهمة جاء إلى النبي  صلى الله عليه وسلم  فقال يا رسول الله أردت أن أغزو وقد جئت أستشيرك فقال هل لك من أم قال نعم قال فالزمها فإن الجنة تحت رجليها

“(Ada seorang bernama) Jahimah datang kepada Nabi lalu berkata, “Ya Rasulullah, aku hendak berjihad, aku menemuimu untuk meminta pendapatmu.” Rasul berkata, “Apakah engkau memiliki ibu?” Ia menjawab, “Iya,” Rasul berkata, “Senantiasalah bersamanya, sesungguhnya surga berada di bawah kedua kakinya.” (HR: Nasa’i)

Kedua, memenuhi segala kebutuhan ibu kita. Seorang anak yang berbakti harus cerdas dalam mengetahui apa yang menjadi kebutuhan ibunya, kemudian berusaha memenuhi sesuai kemampuan yang dimilikinya.

Karena banyak dari ibu yang merasa sungkan dan malu untuk meminta langsung. Di sinilah diperlukan kepekaan dari diri kita sebagai anak sehingga kita dapat menunaikan kebutuhan ibu kita. Caranya dengan sering duduk bersamanya.

Kita bisa belajar banyak kepada Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Beliau tidak berani makan bersama ibunya, padahal beliau ini termasuk anak yang sangat berbakti kepadanya.

Ketika ditanya mengapa ia tidak pernah makan bersama ibunya, ia menjawab, “Aku takut saat makan bersama ibuku, tanganku terlebih dahulu mengambil makanan yang sebenarnya diinginkan oleh ibuku, tanpa aku sadari. Dengan demikian aku menganggap hal ini sebagai perbuatan durhaka kepadanya.”

Ketiga, membantu dan berkhidmat dengan sebaik-baiknya kepada ibu. Kita mesti mengetahui apa yang menjadi kesukaan ibu kita dan apa yang tidak disukai.

Kita harus tahu apa yang membuatnya bahagia dan apa yang membuatnya marah. Jika memungkinkan, kita perlu mengetahui apa isi hati yang menjadi keinginannya lalu kita penuhi.

Dikisahkan, Ibnu Sirin pernah membeli satu pohon kurma yang harganya kala itu tengah melambung tinggi, mencapai seribu dirham. Setelah ia beli, ia lubangi dan mengambil isi pohon tersebut, kemudian ia berikan kepada ibunya.

Orang-orang bertanya, “Apa yang membuat engkau melakukan hal ini, padahal engkau tahu harga kurma mencapai seribu dirham?” Ibnu Sirin mengatakan, “Karena ibuku menginginkannya, tidaklah ibu menginginkan sesuatu dan aku mampu memberikannya, pasti akan aku berikan.”

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah

Keempat, mengalokasikan harta secara khusus untuk ibunya. Meski ibu kita misalnya, termasuk orang kaya, tapi sebagai anak yang berbakti, sudah sepatutnya kita tidak bersikap kikir, kita berikan hadiah dari harta yang kita miliki, untuk menyenangkan hatinya. Insya Allah harta kita diberkahi oleh Allah ﷻ sebab pemberian kepada ibu.

Demikianlah beberapa cara dalam berbakti kepada orang tua kita khususnya ibu. Ada dan tidaknya peringatan hari ibu, setiap waktu kita tetap berusaha berlaku luhur dan mulia kepadanya.

Kita berkhidmat dengan baik, kita sisihkan sebagian gaji atau harta untuk memberinya, dan memenuhi segala kebutuhannya. Insya Allah kita termasuk anak yang mengamalkan ajaran birrul walidain (berbakti kepada orang tua).

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Jumat Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :

فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Khutbah Jumat ini diterbitkan Rabithah Alawiyah Kota Malang, Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI

HIDAYATULLAH