Ajari Hati Selalu Ridho Bahagia, Caranya?

SELAMAT pagi saudaraku dan sahabatku. Sebentar lagi matahari akan terbit menyapa bumi. Ia tetap seperti biasanya, hadir membawa serta vitamin D dan cahaya penerang sudut-sudut bumi yang lama dalam gelap karena terselimuti malam. Kira-kira, bisakah kita sesetia matahari dalam memberikan vitamin kehidupan bagi orang lain dan dalam membuat terang hati manusia yang berada dalam ruang gelap kehidupan?

Untuk bisa seperti matahari, miliki vitamin-vitamin kehidupan yang dibutuhkan banyak orang. Belilah vitamin-vitamin itu dari apotek kehidupan, yaitu mushalla, masjid, madrasah dan pesantren. Tanyakan kepada para “petugas” atau pejabat yang menjaga apotek itu jenis vitamin dan fungsinya agar tak salah pilih dan salah konsumsi. Lebih dari itu juga, miliki sumber cahaya agar bisa menuntun yang lain menuju jalan yang dituju. Allah adalah sumber cahaya dan mengingatNya (dzikir) adalah cara “charging” yang paling jitu.

Mustahil akan mampu membahagiakan orang lain kalau dirinya belum bahagia. Mustahil bisa berbagi vitamin kepada orang lain kalau dirinya sendiri tak memiliki vitamin. Bagaimana mungkin akan menerangi jalan orang lain jika dirinya saja berada dalam gelap tanpa memiliki sumber cahaya terang. Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah bahagiakan hati kita. Ajari hati kita untuk ridla bahagia.

Bagaimana cara mengajari hati menjadi ridla bahagia? Saya sangat tersentuh dengan anjuran atau nasehat Syekh Muhammad Mutawalli Sya’rawi: “Janganlah Anda melihat apa yang hilang dari Anda, lihatlah apa yang masih tetap ada bersama Anda.” Saudaraku dan sahabatku, Anda masih punya banyak hal yang patut disyukuri, lantas apa alasan kita menghabiskan waktu untuk mengeluhkan apa yang hilang dan lepas dari kita. Kata nenek moyang kita: “Gugur satu, tumbuh seribu.” Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi |

Ciri Buta Hati

SAUDARAKU, kita sering merasa prihatin, kasihan, kepada orang yang matanya tidak bisa melihat (tuna netra). Padahal tidak bisa melihat dunia sebenarnya bukan masalah besar. Masalah yang besar itu adalah ketika hati yang buta. Apa hati yang buta itu? Yakni hati yang tidak bisa melihat kebenaran.

Salah satu ciri hati yang buta adalah tidak bisa membedakan mana yang kekal, dan mana yang fana. Kebutaan hati akan membuat seseorang tidak mengenal Allah SWT. Yang dikenalnya hanyalah dunia. Sehingga, orang yang mata hatinya buta, dia lebih sibuk mencari duniawi dibanding kedudukan di sisi Allah SWT.

Hati yang buta adalah disebabkan kemaksiatan dan dosa-dosa yang terus-menerus kita lakukan. Hati yang buta adalah akibat dari dosa yang tidak kita taubati dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dampaknya, ia tidak bisa melihat cahaya kebenaran, ia akan tersesat dalam kehidupan dan celaka pada hari kemudian.

Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang buta hati. Kita memohon kepada Allah SWT agar senantiasa diberi petunjuk untuk selalu menjaga diri kita dari berbagai perbuatan yang bisa membutakan mata hati.

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Cahaya Itu Ada Pada Hati dan Akal

PADA suatu kesempatan Syaikh Muhammad bin Abdillah Al Imam pernah di tanya oleh seseorang, “saya orangnya cepat lupa dalam menghafal, apa solusinya untuk hal ini?”

Beliau menjawab: Kita semua pernah lupa, tidak ada seorang manusia pun kecuali pernah lupa. Dan lupa ini memberi manfaat dan hal-hal yang berguna bagi seorang hamba. Namun dalam sebagian hal, lupa itu tidak memiliki manfaat. Namun manfaat dari adanya lupa ini lebih besar daripada keburukan yang ditimbulkannya bagi manusia.

Tapi bagaimana pun, seseorang hendaknya berdoa kepada Allah untuk menguatkan hafalannya, karena segala karunia itu datangnya dari Allah. Allah Taala berfirman: “Dan kemurahan Rabb-mu tidak dapat dihalangi” (QS. Al Isra: 20)

Maka karunia (berupa hafalan yang bagus) itu tidak terbatas pada orang-orang tertentu saja, bahkan karunia Allah itu luas. Maka berdoalah kepada Allah, sungguh Allah itu Maha Pemurah.

Kemudian juga, seseorang hendaknya mengambil sebab-sebab yang bisa menjadikan kuatnya hafalan. Karena cahaya itu ada pada hati dan akal. Inilah yang merupakan sebab terbesar untuk kuatnya hafalan. Semakin jauh seseorang dari maksiat, semakin kuat hafalannya. Ini tidak diragukan lagi berlaku bagi orang yang masih muda. Adapun orang yang sudah berusia lanjut, maka hafalan itu menjadi suatu hal yang sulit sekali. Dan akan sering sekali lupa. Tentu ini karena usianya yang sudah tua. Karena ketika usia mulai tua, semua anggota tubuh mengalami perubahan, semuanya mengalami kelemahan dan kekurangan lainnya. Dan kelemahan juga terjadi pada ingatan.

Jadi intinya, seseorang hendaknya mengambil sebab-sebab yang bisa menjadikan kuatnya hafalan. Wallahul Mustaan. [sh-emam.co]

INILAH MOZAIK

Hati dan Hawa Nafsuku Masih Bersatu

ABDUL HUSAIN adalah seorang rohaniawan asal Irak. Dia telah menempuh jalan spritual sejak mudanya dan mendapat gelar Nuri (manusia yang bercahaya) karena bisa menjelaskan rahasia-rahasia kehidupan yang amat pelik dengan cahaya batinnya.

Kisah hidupnya cukup unik. Setiap hari, dia akan meninggalkan rumahnya saat masih subuh buta, pergi ke kedainya untuk mengambil beberapa potong roti, lalu menyerahkannya pada fakir miskin. Setelahnya dia ke mesjid untuk salat Subuh dan tetap di situ hingga matahari terbit. Lalu dia kembali ke kedainya untuk berjualan. Dengan rutinitas seperti itu, orang-orang di rumahnya menyangka bahwa dia telah makan di kedai. Sementara orang-orang di pasar menyangka bahwa dia selalu makan di rumah. Salah sangka orang atas Nuri ini berlangsung selama 20 tahun tanpa seorang pun mengetahui perihal sebenarnya.

Tentang dirinya sendiri, Nuri pernah berkisah: “Bertahun-tahun aku berjuang mengekang diri dan meninggalkan pergaulan ramai. Tapi betapapun aku berusaha keras, jalan menuju Allah tak kunjung terbuka. Aku harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki diriku. Aku membatin, Jika tidak, biarlah aku mati terlepas dari hawa nafsu ini’. Hai tubuhku, aku berkata, bertahun-tahun sudah kau menuruti hawa nafsumu sendiri; makan, melihat, mendengar, berjalan-jalan, tidur, bersenang-senang dan memuaskan hasrat. Sungguh semua itu akan mencelakakanmu. Sekarang masuklah ke dalam penjara, akan kubelenggu dirimu dan kukalungkan di lehermu segala kewajiban Allah. Jika kau sanggup bertahan dalam keadaan seperti itu, kau pasti akan meraih kebahagiaan. Tapi jika kau tak sanggup, maka setidaknya kau akan mati di jalan Allah’.”

 

Demikianlah aku berjalan di jalan Allah. Pernah kudengar bahwa hati para pesuluk merupakan alat yang amat awas dan mengetahui rahasia segala sesuatu yang terlihat dan terdengar oleh mereka. Karena aku sendiri tak memiliki hati seperti itu, maka aku pun berkata pada diriku sendiri: Ucapan-ucapan para nabi dan manusia suci adalah benar. Mungkin sekali aku telah bersikap munafik dalam usahaku selama ini, dan kegagalanku ini adalah karena kesalahanku sendiri …

Sekarang aku ingin merenungi diriku sendiri, sehingga aku benar-benar mengenalnya’. Maka aku pun merenungi diriku sendiri. Ternyata kesalahanku adalah bahwa hati dan hawa nafsuku masih bersatu. Sadarlah aku bahwa hal inilah yang menjadi sumber kemuskilanku selama ini. Cahaya Tuhan yang bersinar dalam hatiku telah dicuri oleh hawa nafsuku.” []

Sumber: islamindonesia.co.id

Hati adalah Rajanya Anggota Badan

FAEDAH Hadits: Ketujuh: Para ulama katakan bahwa hati adalah malikul adhoo (rajanya anggota badan), sedangkan anggota badan adalah junuduhu (tentaranya). Lihat Jaami Al-Ulum wa Al-Hikam, 1:210.

Kedelapan: Para ulama mengungkapkan baiknya hati dengan istilah yang berbeda sebagai berikut:

  • Yang dimaksud baiknya hati adalah rasa takut kepada Allah dan siksa-Nya.
  • Yang dimaksud adalah niat yang ikhlas karena Allah, ia tidak melangkahkan dirinya dalam ibadah melainkan dengan niat taqorrub kepada Allah, dan ia tidak meninggalkan maksiat melainkan untuk mencari ridha Allah.
  • Yang dimaksud adalah rasa cinta kepada Allah, juga cinta pada wali Allah dan mencintai ketaatan.

Kesembilan: Rusaknya hati adalah dengan terjerumus pada perkara syubhat, terjatuh dalam maksiat dengan memakan yang haram. Bahkan seluruh maksiat bisa merusak hati, seperti dengan memandang yang haram, mendengar yang haram. Jika seseorang melihat sesuatu yang haram, maka rusaklah hatinya. Jika seseorang mendengar yang haram seperti mendengar nyanyian dan alat musik, maka rusaklah hatinya. Hendaklah kita melakukan sebab supaya baik hati kita. Namun baiknya hati tetap di tangan Allah. Lihat Al-Minhah Ar-Rabbaniyah fii Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah, hlm. 110.

Semoga Allah terus memberikan ketakwaan kepada kita. [Referensi: Artikel Hadits Arbain Kajian MTMH/ Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK

Tahukah Kita Kisah Ini, Bagaimana dengan Kita?

KALAU seseorang merasa dirinya dekat dengan orang besar, maka dia merasa lebih aman kehidupannya dibandingkan dengan mereka yang jauh atau memusuhi orang besar. Biasanya, orang seperti ini lebih santai dalam menjalani hidup.

Tahukah kita akan Abu Hurairah? Sahabat nabi yang paling banyak meriwayatkan hadits? Sahabat nabi yang selalu dekat dengan dan mendekat pada Nabi? Beliau ini luar biasa. Beliau terus rajin beribadah karena takut dirinya masuk ke neraka, tidak bersama Rasulullah.

Tahukah kita bahwa Abu Hurairah ini membaca tasbih sebanyak 12.000 (dua belas ribu) kali dalam sehari? Syekh Ibrahin al-Raqi al-Hambali berkomentar bahwa yang dilakukan Abu Hurairah itu adalah sejumlah dengan diyat 12 ribu dirham. Dilakukannya untuk membebaskan dirinya dari api neraka.

Orang sedekat itu dengan Rasulullah masih merasa dirinya tak aman, bagaimana dengan kita? Orang sealim dan seberbakti seperti itu terus rajin bertasbih, bagaimana dengan kita? Orang yang melayani agama sebaik itu masih terus mengejar pahala akhirat, lalu bagaimana dengan kita?

Marilah terus bersemangat mengaji dan beribadah, berdzikir dan berfikir untuk akhirat kita.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Delapan Karunia Allah di Hati Seorang Mukmin

ALLAH memberikan delapan karunia ke hati seorang mukmin. Apa saja karunia itu?

1. Kehidupan

“Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami Hidupkan dan Kami Beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana?” (Al-Anam 122)

2. Kesembuhan

“Serta melegakan (menyembuhkan) hati orang-orang yang beriman.” (At-Taubah 14)

3. Hidayah

“Dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (At-Taghabun 11)

4. Keimanan

“Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan.” (Al-Mujadalah 22)

5. Ketenangan

“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang Mukmin.” (Al-Fath 4)

6. Cinta Keimanan

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu.” (Al-Hujurat 7)

7. Kesatuan Hati

“Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman).”(Al-Anfal 63)

8. Ketenteraman

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Rad 28). [IslamIndonesia ]

 

INILAH MOZAIK

Hati yang Buta

ALHAMDULILLAH. Semoga Allah Yang Maha Menatap, yang mengurus diri kita setiap saat, senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita selalu menyadari bahwa kehidupan di dunia ini hanya persinggahan semata,dan bahwa akhiratlah tempat yang kehidupan yang sejati. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Syaikh Ibnu Athoillah, semoga Allah ridho kepadanya, menerangkan,“Keajaiban yang sangat mengherankan terhadap orang yang lari dari apa yang sangat dibutuhkan, dan tidak dapat lepas daripadanya. Dan berusaha mencari apa yang tidak akan kekal padanya. Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, tetapi yang buta ialah mata hati yang ada di dalam dada.”

Saudaraku, kita sering merasa prihatin, kasihan, kepada orang yang matanya tidak bisa melihat (tuna netra). Padahal tidak bisa melihat dunia sebenarnya bukan masalah besar.Masalah yang besar itu adalah ketika hati yang buta.Apa hati yang buta itu? Yakni hati yang tidak bisa melihat kebenaran.

Salah satu ciri hati yang buta adalah tidak bisa membedakan mana yang kekal, dan mana yang fana. Kebutaan hati akan membuat seseorang tidak mengenal Allah. Yang dikenalnya hanyalah dunia. Sehingga,orang yang mata hatinya buta, dia lebih sibuk mencari duniawi dibanding kedudukan di sisi Allah.

Lihatlah para pecinta dunia. Mereka rela berkelahi, saling sikut satu sama lain dengan mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, menghalalkan berbagai macam cara hanya demi memburu perhiasan dunia. Padahal segala perhiasan dunia itu pasti akan ia tinggalkan.

Sekaya raya apapun seseorang, tetap akan meninggalkan apa yang ia miliki. Rumah megah, kekayaan berlimpah, kedudukan terhormat, pangkat dan jabatan yang tinggi, semuanya akan ia tinggalkan. Para pecinta dunia, mereka tidak bisa melihat sesuatu yang lebih indah, lebih besar, lebih agung, selain daripada hiruk pikuk duniawi.

Allah Swt. berfirman,“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.”(QS. Faathir [35] : 5).

Jadi, jikalau kita terlalu terkesima oleh dunia, berarti kita rentan untuk tertipu. Namun, apakah dunia harus kita acuhkan? Tentu tidak, karena dunia ini merupakan ladang kita untuk beramal. Dunia adalah tempat kita untuk menanam amal sholeh, yang hasilnya kelak akan kita petik baik semasih di dunia maupun di akhirat.

Bukan tidak boleh kaya raya, bukan tabu punya pangkat jabatan tinggi, juga tidak haram punya kedudukan yang terhormat. Namun, semua itu menjadi salah manakala membuat kita malah menjauh dari Allah Swt. dan melupakan akhirat. Semua perhiasan dunia semestinya bisa kita jadikan sarana untuk beribadah kepada Allah Swt. Dan ini tidak bisa dilakukan oleh hati yang buta.

Hati yang buta adalah disebabkan kemaksiatan dan dosa-dosa yang terus-menerus kita lakukan. Hati yang buta adalah akibat dari dosa yang tidak kita taubati dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dampaknya, ia tidak bisa melihat cahaya kebenaran, ia akan tersesat dalam kehidupan dan celaka pada hari kemudian.

Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang buta hati. Kita memohon kepada Allah Swt. agar senantiasa diberi petunjuk untuk selalu menjaga diri kita dari berbagai perbuatan yang bisa membutakan mata hati.Wallahu alam bishowab.[smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILH MOZAIK

Menghijrahkan Hati

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt., Dzat Yang Maha Menciptakan langit, bumi beserta segala isinya. Tiada yang luput sedikitpun sekecil apapun dari pengetahuan-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw., sang kekasih Allah, suri teladan seluruh umat manusia.

Saudaraku, kita harus bisa menyediakan waktu, menyempatkan diri untuk memeriksa hati kita. Karena hati kita sangat mudah kotor dengan percikan noda-noda dosa.

Demikian juga kita penting untuk selalu memeriksa hati meluruskan niat. Karena kita sudah mendengar dalam sebuah hadits shohih bahwa seorang pejuang yang syahid di medan perang ternyata tidak memperoleh surga karena rupanya niatnya bukanlillaahi taala, melainkan karena ingin dipandang dan disebut sebagai pemberani dan pahlawan.

Oleh karena itu saudaraku, penting bagi kita untuk menghijrahkan hati dari menuhankan sesuatu selain Allah, kepada tauhiid yang bersih dan lurus. Juga menghijrahkan hati dari kondisi yang berlumur noda-noda dosa kepadaqolbun saliim, hati yang bersih dan selamat.

Karena hati adalah panglima. Hati adalah nahkoda. Rosululloh Saw. telah mengingatkan kepada kita bahwa jika lurus hati kita maka luruslah seluruh diri kita, sedangkan jika melenceng hati kita maka tersesatlah seluruh diri kita.

Allah Swt. berfirman,”(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,”(QS. Asy Syuaro [26] : 88-89)

Hanya orang-orang dengan hati yang bersih yang akan menghadap Allah dengan keselamatan. Tiada yang lebih membahagiakan selain pertemuan dengan Allah Swt.

Semoga Allah Swt. senantiasa melimpahkan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita menjadi hamba-hamba-Nya yang mampu menghijrahkan hati dari kemusyrikan kepada tauhiid, dari menuhankan perhiasan dunia kepada hanya menuhankan Allah Swt.Aamiin yaa Robbal aalamiin.

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

 

Hati adalah Raja, Tempat Kita Mengenal Allah ( 2-selesai)

Sambungan artikel PERTAMA

 Ibarat Emas

Hati merupakan instrumen penggerak dari aktifitas dan perilaku manusia. Perilaku seseorang tidak dapat terpisah dari kondisi hatinya. Bila bijaksana dalam mengupayakan hatinya maka seseorang dapat mempertimbangkan perbuatannya dan membawanya ke jalan yang benar.

Sebaliknya, jika tidak bijaksana maka akan memalingkannya ke jalan yang menyimpang, seperti riya’, hasud, tamak yang termasuk dari macam-macam penyakit hati.

Menurut Al-Ghazali, hati merupakan elemen yang berharga bagi seorang hamba. Ia mengatakan bahwa hati merupakan tempat mengenal Allah Subhanahu Wata’ala. Al-Ghazali menyebutkan bahwa didalam hatiterdapat hal-hal yang berarti; yaitu hati memiliki akal. Dan tujuannya adalah untuk mengenal Allah (al-ma’rifah).

Hati memiliki penglihatan yang di gunakan untuk berhadapan dengan kehadirat ilahi. Dan hati memiliki niat yang tulus dan keikhlasan dalam ketaatan terhadap AllahSubhanahu Wata’ala. Hati memiliki ilmu-ilmu dan kebijaksanaan yang menghantarkan seorang hamba kepada tingkat kemuliaan dan akhlak yang terpuji.

Oleh sebab itu menurut Al-Ghazali, sudah sepatutnya seorang hamba senantiasa menjaga dan merawat hatinya dari segala kekotoran duniawi agar kemuliaan hati tetap terlindungi dan terjaga dalam keagungan.

Sudah sepatutnya bagi seorang hamba senantiasa mengupayakan hatinya dalam keagungan dan kemuliaan agar hati senantiasa berada dalam kesadaran dan dapat menangkap kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala . Rasulullah Shalallahu ‘alahi Wassallam.

Mengupayakan hati dalam kebaikan adalah hal yang mutlak di perlukan. Jangan sampai hati menjadi keruh karena kesalahan dan dosanya.  Sebab hati pula merupakan daya kekuatan dalam bertindak yang secara tidak langsung berpengaruh dalam tindakan seseorang.

Seseorang yang senantiasa melakukan maksiat adalah di sebabkan karena tidak mengetahui potensi-potensi yang ada di dalam hatinya.

Seorang ulama, Ibnu ‘Athoillah As-Sakandari, mengatakan bahwa tanda-tanda dari kematian hati seseorang adalah tidak merasa sedih ketika meninggalkan ketaatan terhadap Allah Subhanahu Wata’ala  dan tidak menyesal ketika melakukan kesalahan dan dosa. (Lihat Kitab Syarah al-Hikam, Muhammad bin Ibrahim, hal-42  juz 1)

Sudah sepatutnya bagi seorang hamba untuk senantiasa menjaga hati dari kekotoran dan dosa yang dapat memadamkan hatinya. Hati ibarat wadah yang terbuat dari emas. Maka jangan sampai mengisinya dengan hal yang tak berharga dan sia-sia agar nilai tinggi dari wadah itu tetap lestari. Wallahu a’lam bi as-showab.*/

 

Muhammad Anasmahasiswa fakultas Dirasat Islamiyah (studi keislaman UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HIDAYATULLAH