Khayalan dan Angan-angan Musuh Terbesar Kita

KHAYALAN dan angan-angan adalah musuh terbesar dalam diri manusia. Banyak yang berhayal mendapatkan sesuatu tanpa perlu usaha. Cukup dengan duduk manis dan berdoa lalu ia berharap semua keinginannya akan terwujud.

Dengan jelas Alquran selalu mengajarkan untuk tidak hidup dengan angan-angan dan hayalan belaka, “(Pahala dari Allah) itu bukanlah angan-anganmu dan bukan (pula) angan-angan ahli kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu.” (QS.An-Nisa:123)

Bahkan salah satu penyebab sengsaranya seseorang di akhirat adalah karena hanya hidup dalam angan-angan. Seperti Firman Allah swt, “Dan kalian ditipu oleh angan-angan kosong.” (QS.Al-Hadid:14)

Kita semua tahu doa bagi seorang mukmin adalah senjata yang paling ampuh untuk menyelesaikan berbagai masalah, namun apa artinya doa tanpa usaha. Logika Alquran tidak pernah mengajarkan berdoa saja tanpa usaha. Buktinya, Rasulullah saw harus berdarah-darah keluar masuk medan peperangan untuk berjuang. Padahal dengan mengangkat tangan saja, semua musuh dapat terkalahkan.

Allah Mengajarkan para nabi untuk berusaha semaksimal mungkin, padahal mereka adalah para kekasih Allah swt. Lalu siapa kita yang berhayal mendapatkan sesuatu tanpa usaha? Apakah kita merasa di atas para nabi?

Berikut ini adalah contoh bagaimana Allah menuntut usaha para nabi, padahal dengan mudah Allah Mampu Memberi keselamatan dan kemudahan bagi mereka. Namun Sunnatullah berkata lain, siapa yang berusaha, dialah yang akan mendapatkan hasilnya.

Nabi Nuh as diperintahkan untuk membuat perahu, padahal Allah Mampu Menyelamatkan rumah beliau dari banjir.

“Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS.Huud:37)

Nabi Luth as diperintahkan untuk keluar dari desa yang akan dihancurkan, padahal Allah Mampu Menyelamatkan beliau dan membinasakan yang lain.

“Pergilah bersama keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang.” (QS.Huud:81)

Nabi Ayyub as diperintahkan untuk berusaha dan berobat agar sembuh, padahal Allah Mampu Menyembuhkannya tanpa obat.

(Allah Berfirman), “Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS.Shad:42)

Sayyidah Maryam as diperintahkan untuk menggoyang pohon kurma, padahal Allah Mampu Menurunkan buahnya tanpa perlu digoyangkan.

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS.Maryam:25)

Semua ayat di atas mengajarkan bahwa tiada sesuatu yang akan didapat tanpa adanya usaha. Segala sesuatu akan diraih jika melalui jalur dan prosedur yang tepat,

“Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS.Al-Baqarah:189)

Tapi bukankah semua yang kita miliki berasal dari Allah?

“Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah.” (QS.Al-Anfal10)

Ya, kita semua yakin bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah swt. Tapi ingat, dalam ayat lain Allah tidak melupakan jasa kaum mukminin yang berjuang dijalan-Nya.

“Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu. Dia-lah yang Memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang Mukmin.” (QS.Al-Anfal:62)

Maka logika Alquran mengajarkan kepada kita bahwa semua yang kita dapatkan adalah murni pemberian dari-Nya, tapi usaha tetap berasal dari diri kita sendiri. Kita tidak pernah tahu di mana letak rezeki kita, bisa saja kita berusaha di sini namun Allah Memberikan rezeki-Nya di tempat lain.

Kita hanya dituntut untuk berusaha, sementara pemberian hanya dari-Nya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan Menolongmu.” (QS.Muhammad:7). []