Hikmah Ibadah Haji

Di antara impian setiap pribadi muslim adalah mampu melaksanakan ibadah haji. Ibadah yang Allah wajibkan hanya kepada mereka yang telah memiliki kemampuan. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka dia aman. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.” (QS. Ali Imran: 97)

Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu mengatakan,

هَذِهِ آيَةُ وُجُوبِ الْحَجِّ عِنْدَ الْجُمْهُورِ

Menurut mayoritas para ulama, ayat ini menunjukkan tentang wajibnya haji.” (binbaz.org)

Begitu pun sebagaimana hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: أَيُّهَا النَّاسُ، قَدْ فُرِضَ عَلَيْكُمُ الْحَجُّ، فَحُجُّوا

Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama berkhotbah di hadapan kami dan mengatakan, ‘Wahai sekalian manusia, diwajibkan atas kalian untuk berhaji.’” (HR. Muslim no. 1337)

Sebagaimana ibadah lain, haji juga menyimpan banyak sekali hikmah dalam setiap prosesi yang dikerjakan oleh seorang muslim di dalamnya.

Seseorang akan merasa untuk berserah sepenuhnya kepada Allah ‘Azza Wajalla

Ketika seseorang memutuskan untuk meninggalkan keluarga, harta benda, dan yang ia cintai untuk menunaikan ibadah haji, yang notabene merupakan ibadah yang tidak ringan baik fisik maupun harta, akan tumbuh di dalam hatinya perasaan berserah hanya kepada Allah ‘Azza Wajalla. Dan hal ini akan semakin mendidik hatinya untuk menyempurnakan peribadahan hanya untuk Allah semata.

Mempererat hubungan sesama muslim

Perjumpaan dengan kaum muslimin lain dari seluruh penjuru dunia dengan latar belakang yang berbeda-beda akan semakin melatih kepekaan dan ikatan persaudaraan antar mereka. Dan inilah yang disebutkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,

المُؤْمِنُ أَخُو المُؤْمِنِ

Seorang mukmin itu saudara bagi mukmin yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1414)

Sebagaimana saudara yang tidak ingin melihat dirinya mendapati hal yang tidak disukai, maka seperti itulah ketika menjalankan prosesi ibadah haji seseorang akan dilatih untuk bermuamalah dengan lebih baik kepada muslim yang lain. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ، حتَّى يُحِبَّ لأخِيهِ ما يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Tidaklah sempurna keimanan seorang hamba, sampai ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13)

Seluruh amalan ibadah haji adalah tauhid

Hal ini dikemukakan oleh Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu,

(الحج) كله دعوة إلى توحيده ، والاستقامة على دينه ، والثبات على ما بعث به رسوله محمدا عليه الصلاة والسلام. فأعظم أهدافه توجيه الناس إلى توحيد الله ، والإخلاص له ، والاتباع لرسوله صلى الله عليه وسلم فيما بعثه الله به من الحق والهدى في الحج وغيره. فالتلبية أول ما يأتي به الحاج والمعتمر، يقول: ( لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك ) يعلن توحيده لله وإخلاصه لله ، وأن الله سبحانه لا شريك له؛ وهكذا في طوافه ، يذكر الله ويعظمه ويعبده بالطواف وحده، ويسعى فيعبده بالسعي وحده ، دون كل ما سواه، وهكذا بالتحليق والتقصير، وهكذا بذبح الهدايا والضحايا، كل ذلك لله وحده، وهكذا بأذكاره التي يقولها في عرفات وفي مزدلفة وفي منى، كلها ذكر لله ، وتوحيد له ، ودعوة إلى الحق وإرشاد للعباد ، وأن الواجب عليهم أن يعبدوا الله وحده ، وأن يتكاتفوا في ذلك ويتعاونوا ، وأن يتواصوا بذلك

Seluruh amalan ibadah haji adalah bentuk pengesaan kepada Allah ‘Azza Wajalla, istikamah di atas agama-Nya, dan bentuk patuh terhadap perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama. Di antara hikmah yang paling agung adalah pengesaan ibadah hanya kepada Allah dan mengikuti sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama yang telah menjelaskan tentang ibadah haji dan lainnya. Talbiyah yang diucapkan pertama kali oleh orang yang berhaji atau umrah memiliki maksud mengesakan Allah dan mengakui bahwa tiada sekutu bagi-Nya, begitu pun ketika tawaf seseorang sibuk dengan zikir dan mengagungkan Allah. Begitu pun dengan sai, yang seseorang tidaklah mempersembahkan sainya, kecuali untuk Allah saja. Pun dengan memangkas rambut, menyembelih hewan, zikir-zikir yang dibaca ketika di Arafah, Muzdalifah, dan Mina semua memiliki kandungan yang sama yakni tauhid. Wajib bagi yang tengah menjalankan ibadah haji untuk mengesakan Allah semata, saling menolong di dalamnya, dan saling menasihati kebaikan.” (Majmu’ Fataawa Ibn Baz, 16: 186-187)

Seluruh prosesi haji adalah zikir

Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ

(Mereka berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan (sebagian lainnya) berilah makan orang yang sengsara lagi fakir.” (QS. Al Hajj: 28)

Bahkan, zikir merupakan salah satu esensi ibadah haji. Sebagaimana dikemukakan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullahu,

بل هو -أي الذكر- روح الحج، ولبه ومقصوده، كما قال النبي: ( إنما جعل الطواف بالبيت، والسعي بين الصفا والمروة، ورمي الجمار: لإقامة ذكر الله

Bahkan, zikir merupakan esensi ibadah haji. Sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama, bahwa tawaf, sai, dan melempar jamrah adalah dalam rangka menegakkan zikir kepada Allah [1].” (Madarij Al-Salikin, 4: 2537)

Meski hadis di atas lemah, akan tetapi esensi dari setiap prosesi ibadah haji adalah zikir kepada Allah. Hal ini disampaikan pula oleh Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu.

Semoga Allah karuniakan kita kesempatan untuk mengerjakan ibadah haji dan jadikan haji tersebut mabrur. Amin

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

Catatan kaki:

[1] HR Abu Dawud no. 1888 dan dilemahkan oleh ulama.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/85724-hikmah-ibadah-haji.html

Hikmah Ibadah Haji: Merajut Kebersamaan dan Raih Kesehatan

Berikut penjelasan terkait hikmah ibadah haji, merajut kebersamaan dan raih kesehatan. Saat ini pemerintah telah merilis nama-nama jamaah haji yang akan berangkat pada tahun 2022. Ibadah haji sejatinya penuh hikmah yang agung. 

  Ibadah puasa sudah berlalu. Saat ini, kebiasaan masyarakat yang saat ini sedang terjadi, termasuk di Madura sendiri, adalah nuansa halal bihalal. Meskipun lebaran ketupat telah berhasil dirayakan, tetapi masyarakat masih saja terlihat bermain ke sanak saudara yang belum sempat dikunjungi. 

Terkait dengan tradisi halal bihalal di Madura memang berbeda dengan beberapa wilayah sebagaimana Situbondo, Bondowoso, Gresik dan Banyuwangi. Dalam laporan Prof. Salman Harun (2012: 131) masih tetap mempertahankan cara lama dalam mengekspresikan tradisi halal bihalal ini, yaitu melakukan pertemuan dengan cara bersama-sama atau pertemuan massal dari rumah ke rumah, meskipun hanya sebentar karena jemaah yang ikut begitu banyak, sehingga secara merata rumah mereka harus dikunjungi semuanya. 

Pada kebiasaan di Madura tersebut seperti tidak mengenal batas awal maupun akhir di dalam melabuhkan budaya silaturahmi yang menurut orang Madura, bahwa tradisi tersebut merupakan sebuah kebiasaan yang baik. Melakukan silaturahmi dalam Islam merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan Rasulullah, seperti sabda Nabi, yang artinya:

Sesungguhnya rahmat Allah tidak akan turun kepada suatu kaum yang di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahim” (HR. Bukhari).

Setelah ibadah puasa, kita akan mengenal sebuah ibadah, yang dalam Islam juga termasuk dalam salah satu rukun Islam yang terakhir, yaitu ritual ibadah Haji. Karena hal tersebut termasuk rukun, maka sudah menjadi sesuatu yang tidak boleh tidak untuk dilakukan oleh umat muslim.

Sahabat Nabi SAW pernah mempertanyakan hadist Nabi SAW. Beliau bersabda: “Wahai manusia, Allah telah mewajibkan atas kalian ibadah haji. Maka, tunaikanlah ibadah haji“.

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW terkait kewajiban ibadah haji. Apakah ibadah tersebut menjadi sesuatu yang diwajibkan, sehingga di setiap tahunnya harus ditunaikan? Para sahabat menanyakan hal ini kepada Rasulullah langsung. Saat itu, di pertanyaan pertama belum dijawab.

Selanjutnya, pada pertanyaan ke dua Nabi SAW masih sama, belum memberikan jawaban. Baru di pertanyaan ketiga, Nabi SAW kemudian menjawab, “Seandainya kujawab benar, tentu itu akan menjadi kewajiban, dan kalian tidak akan mampu melakukannya” (HR. Muttafaq Alaihi: al-Bukhari dalam kitab al-imam, 1/92, nomor 8; Muslim dalam kitab al-imam, ban arkan al-islam wa da’aimuhu al-‘izham, 1/45, nomor 16).

Nabi menggambarkan betapa keutamaan ibadah haji tersebut begitu besar. Seandainya umatnya dapat diperlihatkan dari pahala yang akan ia terima, niscaya mereka akan rela untuk menunaikan setiap tahunnya. Sesungguhnya, ibadah Haji memiliki keutamaan yang luar biasa. Namun umat Nabi Muhammad tidak akan mampu melakukannya (tiap tahun). Karena itu, Nabi tidak mewajibkannya. 

Ibadah Haji Meniadakan Sistem Kelas

Dalam menunaikan ibadah haji, setiap orang berkumpul di satu tempat yang bernama Makkah al-Mukarramah. Mereka dipertemukan dalam satu ikatan batin yang sama, yaitu sama-sama untuk meraih ridha Allah. Apalah arti ibadah haji jika bukan karena untuk mendapatkan rahmat dan ridha-Nya? 

Jika seandainya kalau bukan karena rahmat-Nya, sehingga dengan ikhlas rela mengorbankan sesuatu harta yang dimilikinya, tentu umat muslim tidak bakal melakukannya.

Sebagai salah satu penyakit hati setiap orang adalah salah satunya memiliki rasa untuk memiliki. Sehingga, kalau bukan karena dorongan hidayah Allah, untuk menunaikan ibadah seperti shalat, zakat dan haji, niscaya akan selalu melakukan sesuatu yang menurutnya benar.

 Padahal keliru, ibadah haji memiliki manfaat mampu memberikan perekat ikan solidaritas dan dari aspek medis mampu menyehatkan tubuh. (Baca juga: Pelaksanaan Ibadah Haji Sebelum Islam Datang )

Pertama, dari aspek ikatan solidaritas. Sejak disyariatkannya ibadah haji ini, ibadah haji telah berhasil menyatukannya umat muslim di seluruh penjuru dunia. Mereka datang dari latar belakang kelas yang berbeda-beda. Mulai dari kelas ekonomi tinggi hingga ekonomi terendah sekalipun. Mereka semua datang dalam menunaikan manasik haji.

Sejak menunaikan ibadah haji tersebut, setiap manusia membentuk ikat persatu yang kuat. Mereka membangun hubungan satu sama lainnya. Mereka menggunakan baju yang sama, yaitu baju ihram tanpa sedikitpun ada perbedaan; tidak ada istilah yang kaya maupun yang miskin; tidak ada lagi perbedaan suku maupun budaya dan kelompok tertentu. Sejak menunaikan ibadah haji tersebut mereka menempuh perjalanan ke suatu tempat yang sama untuk menunaikan ibadah yang sama pula. 

Hikmah Ibadah Haji dari Aspek Medis

Syekh Ali Al-Jurjawi dalam Hikmah al-Tasyri’, menulis terkait faidah manasik haji. Menurutnya, saat seseorang melakukan manasik haji, tubuh jemaah bersentuhan langsung dengan oksigen sehingga mereka menjadi lebih kuat, sehat, kebal dan prima. Di suatu sisi, salah satu penyebab dari timbulnya penyakit adalah dari pola pikir. Sebagimana ada ungkapan, “Akal sehat terletak pada jiwa yang sehat”.

Dengan demikian, orang yang melakukan ibadah haji adalah untuk melakukan pengabdian kepada Allah, yang mengharapkan kesucian jiwa dan jasadnya. Melalui praktek cinta yang tersirat dalam ritual ibadah haji, seperti menyayangi sesama, saling memaafkan, saling berbagi, melepaskan sistem kelas, dapat menghilangkan segala hambatan yang dapat merusak terhadap kesehatan mental. 

BINCANG SYARIAH

Hikmah Personal dan Sosial Haji

Ribuan umat Muslim dunia tengah melaksanakan ibadah haji. Mereka rela meninggalkan sesaat harta dan keluarga demi menyempurnakan rukun Islam.

Aktivis Dakwah Ustaz Ade Kurniawan mengatakan‎, sebagian ulama mengatakan bahwa haji adalah ibadah yang paling utama di antara ibadah dan rukun Islam yang lain. Ini dikarenakan ibadah haji merupakan rangkuman seluruh makna ibadah-ibadah lain.

“Maka orang yang melakukan ibadah haji seolah-olah ia tengah berpuasa, shalat, berzakat, beri’tikaf, bermuamalat, dan berjuang di jalan Allah SWT,” kata Ustaz Ade‎ saat dihubungi ROL, Kamis (3/9).

DAI mudah lulusan Kairo Mesir ini menuturkan, banyak hikmah yang didapat dari melaksanakan ibadah haji. yakni mendapatkan hikmah secara personal dan hikmah sosial.

Misalnya dari hikmah personal, Ustaz Ade menyampaikan ada lima hikmah yang akan didapat oleh orang yang mampu menjalankan ibadah haji. Pertama, orang yang telah melakukan haji akan diampuni dosa-dosanya dan dibersihkan dari kotoran-kotoran maksiat.

“Ini sekaligus merupakan imbalan bagi mereka yang telah mampu menunaikan ibadah haji, seperti sabda Rasulullah SAW “Seorang haji yang mabrur tidak akan mendapatkan balasan dari Allah swt kecuali surga.”

Kedua, ibadah haji mensucikan jiwa dan membersihkan hati. Sehingga orang yang telah berhaji seolah akan merasakan kehidupan baru yang lebih bermatabat di hadapan Allah dan manusia.

Ketiga, ibadah haji akan menumbuhkan kesadaran akan besarnya perjuangan rasulullah saw dan para ulama terdahulu dalam menegakkan dan menyebarkan agama islam. Hikmah keempat ibadah haji akan mendidik mental dan kepribadian seorang hamba dalam bergaul dan mengarungi kesulitan hidup.

Kelima, yang terpenting adalah ibadah haji akan meningkatkan rasa syukur seorang hamba kepada Allah swt.

Sementara dari segi hikmah sosial, orang yang menjalankan ibadah haji akan mendapatkan dua hikm‎ah. Pertama ialah haji merupakan sarana bagi umat dari berbagai penjuru dunia untuk saling mengenal dan menghormati satu sama lain, walaupun mereka berbeda warna kulit, bahasa dan negara.

Hikmah kedua ketika pelaksanaan haji, disitulah terjadi perputaran ekonomi terdahsyat di permukaan jagad raya ini.

“Dan ini jelas memberikan jutaaan manfaat tidak hanya bagi masyarakat Muslim, bahkan non-Muslim pun kecipratan berkah,” ujarnya.‎

Dua hikmah di atas tadi kata Ade, merupakan bagian dari rahmat Allah SWT kepada hambanya melalui syariat islam. Sehingga pelaksanaan ibadah haji menumbuhkan rasa solidaritas dan persatuan yang kuat di kalangan umat islam.

“Ibadah haji merupakan simbol kejayaaan dan kebesaran umat islam sepanjang masa yang tidak dimiliki umat lain dari agama mana pun,” katanya.

 

sumber: Republika Online