Hikmah Kehidupan

Sahabat Salman al-Farisi meng ekspresikan ketakutannya akan neraka dengan cara berbeda. Dia pergi kepemakaman Baqi’ al-Gharqad. Disana dia meletakkan tangan di atas kepala sambil berseru lantang tentang perjalanan akhirat yang sangat jauh. Betapa jauhnya perjalanan akhirat dan betapa sedikitnya bekal berupa amal kebaikan yang aku miliki, kata dia.

Tiba-tiba Bilal bin Rabah datang menyambangi Salman. Pengumandang adzan itu bertanya, mengapa wajah Salman penuh dengan kesedihan? Ada apa gerangan? Salman kemudian mengatakan, alangkah celakanya diri ini. Di dunia manusia mengenakan pakaian dari kapas. Kelak di akhirat nanti mereka akan mengenakan pakaian dari potongan api neraka.

Di dunia manusia bisa berkumpul dengan pasangannya. Sedangkan di akhirat bisa jadi akan berkumpul dengan setan. Sungguh celaka dirimu dan diriku bila di akhirat kelak kita sampai minum air neraka yang mendidih dan makan makan buah di dalamnya, kata Salman penuh kecemasan.

Kisah tersebut merupakan bagian dari penjelasan hadis tentang surga dan neraka. Cerita itu berasal dari kitab Mawaizh ‘Ushfuriyah yang penuh dengan wejangan hidup. Karya Muhammad bin Abu Bakar al-‘Ushfuri itu menjadi bacaan santri di berbagai pondok pesantren. Ada pesantren yang mewajibkan pengkajian kitab ini. Ada juga yang hanya mempelajarinya ketika Ramadhan tiba.

Tujuannya agar para santri selalu memahami hikmah kehidupan baik di dunia maupun akhirat. Mereka juga diharapkan menjaga perangainya sehingga selalu menjadi contoh dan teladan kehidupan.

Di dalamnya terdapat 40 hadis pilih an yang sarat hikmah kehidupan. Penjelasan di dalamnya dapat mengins pirasi siapa pun untuk selalu bersemangat berbuat kebaikan. Amal tersebut akan menjadi bekal kehidupan setelah mati.

Kitab ini sepertinya terinspirasi hadis yang menganjurkan pengumpulan 40 hadis dalam hidup. Rasulullah pernah berkata, Barang siapa hafal 40 hadis tentang perkara agama, maka Allah akan bangkitkan ia pada hari kiamat bersama kelompok fuqaha (ahli fikih) dan ulama.

Hadis ini termaktub dalam mukadimah kitab Arba’in Nawawi. Hadis tersebut juga mengilhami ulama lain, seperti Syekh Nawawi menulis kitab 40 hadis pilihan yang dimulai dengan sabda tentang niat.

Kitab Mawaizh dan Arbain Nawawi merupakan contoh ijtihad ulama melaksanakan perintah Rasulullah. Masih banyak ulama lain yang me nulis buku berisikan banyak hadis. Bahkan, mayoritas karya tulis ulama pasti mengutip hadis Rasulullah dari berbagai riwayat.

 

REPUBLIKA