Asyik Berdzikir Tak Terasa Bibirnya Tergores Pisau

AHMAD BIN HARB adalah seorang ahli ibadah dan faqih besar, juga ulama zuhud yang jadi panutan.

Suatu saat Ahmad bin Harb berkumpul bersama para pembekam, dan ia meminta salah satu dari mereka untuk mencukur kumisnya, sedangkan ia sendiri bertasbih.

Pembekam pun berkata kepadanya,”Diamlah sesaat.” Ahmad bin Harb pun menjawab,”Kerjakan saja tugasmu.”

Di saat itu besar kemungkinan bibirnya tergores pisau, sedangkan ia tidak merasakannya. (Siyar A’lam An Nubala, 11/33)

 

HIDAYATULLAH

Memungut Hikmah dari Seorang Supir

SEPULANG khutbah di Masjid Al-Hijrah New South Wales, saya pulang naik uber karena mobil teman panitia sedang bermasalah. Alhamdulillah, supir uber ini adalah seorang penduduk muslim Australia.

Saya menyatakan Alhamdulillah bukan berarti kalau supirnya non muslim itu Innaa lillaah, namun saya memiliki kesempatan bertanya-tanya tentang Islam di Australia kepadanya. Banyak yang diceritakan, inspiratif sekali terutama bagi mereka yang hidup sebagai kelompok minoritas.

Salah satu yang disampaikan adalah bahwa kita tak perlu memaksakan kehendak kita kepada orang lain yang punya kehendak lain. Demikian pula dalam hal kehendak untuk bertuhan dan beragama. Tugas kita adalah menampilkan perilaku dan gaya hidup yang baik yang memungkinkan orang lain tertarik untuk bersama kita dan ikut bersama kita dalam keimanan. Inilah cara dakwah yang baik di Australia. Begitu ujarnya.

Lalu supir ini mengernyitkan dahinya seakan berat mengatakan sesuatu. Terdiam sejenak sampai saya tanya mengapa di matanya ada kabut. Dia melanjutkan ujar: “Masalahnya adalah di sini, banyak orang muslim yang tidak Islami, tidak pantas ditiru. Bos yang non Islam membayar gaji karyawannya on time dan sesuai janji. Sementara bos muslim suka menunda pembayaran dan bahkan menguranginya.”

Panjang sekali kita bicara fakta ini, lalu saya teringat pada fenomena beberapa orang yang mengajak damai dengan cara membentak dan mencaci atau orang yang mengajak bersatu tapi memecah belah persaudaraan. Benar juga supir ini.

Ketika saya tanya tentang pekerjaan sebagai supir uber, dia tersenyum dan berkata: “Saya senang dengan pekerjaan ini karena saya bisa berhenti di mana saja untuk shalat, saya bisa bertemu dengan siapapun dan belajar pada mereka. Tentang penghasilan saya tidak begitu peduli walau kadang tak sesuai harapan. Karena saya tahu bahwa kadang seorang raja membuat jalan di tempat yang tidak diduga. Allah adalah Raja saya. Saya ikuti saja apa mauNya.”

Sungguh saya dapat pelajaran yang banyak dari supir ini. Di akhir perjumpaan saat saya mau turun mobil dia memberi nomer telpon dan berkata: “Kemanapun Anda mau pergi di sini, telpon saya. Saya akan antarkan, karena Anda seorang penyebar agama Islam. Jangan pikirkan bayaran saya. Rizki saya sudah ada yang ngatur.” Subhanallah. Damainya hatinya. Salam, AIM.

 

MOZAIK

Hanya Hati Bersih Layak Menampung Hikmah

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

 

MENANGISMU di atas sajadah jauh lebih menenteramkan hatimu ketimbang menangismu di atas bantal. Membisikkan masalahmu ke telinga bumi dalam sujudmu jauh lebih membantu menyelesaikan masalahmu dibandingkan dengan membisikkan masalahku ke telinga manusia sepertimu. Sujudmu, menurut Rasulullah, adalah saat terdekatmu dengan Tuhanmu. Lalu mengapa kamu lalaikan dan kesampingkan sujud?

Untuk anak-anakku, keluargaku, saudaraku, dan sahabatku semuanya. Setiap ketentuan Allah pasti ada hikmah dan rahasia. Hanya yang mengetahui hikmah dan rahasia itulah yang akan tetap berjalan di atas bumi dengan damai tanpa gelisah. Itulah salah satu makna firmah Allah QS 2: 269 yang terjemahannya: Barang siapa yang diberi oleh Allah hikmah, maka ia telah betul-betul diberi kebaikan yang banyak.”

Karena hikmah adalah barang mahal, maka ia tak mungkin ditempatkan dalam wadah yang rapuh, wadah yang kotor, wadah yang menjijikkan. Hanya hati yang bersih dari kotoran jiwa yang layak menampung hikmah, yang layak menjadi tempat dititipinya hikmah. Bagaimanakah dengan hati kita? Sudah cukup layakkah menjadi tempat hikmah? Mari kita intip hati kita.

Sebagaimana rahasia tak mungkin diceritakan kecuali pada orang yang paling akrab, orang yang paling dekat, orang yang paling terpercaya maka begitu pula rahasia kehidupan tak akan Allah sampaikan kecuali kepada mereka yang dekat dan akrab dengan Allah dan dipercaya oleh Allah SWT.

Layakkah kita diberitahu rahasia kehidupan? Jawabanya ada pada jawaban pertanyaan seakrab dan sedekat apa kita dengan Allah? Lebih akrab mana kita dengan Allah dan kita dengan urusan dunia kita?

Bersujudlah dan bertahanlah dalam sujud dan istiqamahlah. Semoga kita dipandang layak oleh Allah untuk dititipi hikmah dan rahasia kehidupan agar senyum ridla senantiasa hadir dalam menjalani setiap takdir. Salam, AIM@Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2250087/hanya-hati-bersih-layak-menampung-hikmah#sthash.jO2tfuGS.dpuf