Doa Agar Turun Hujan

Berikut ini ada 3 doa yang dianjurkan dibaca sebagai doa memohon agar turun hujan. Doa ini seyogianya dibaca saat tengah musim kemarau.

Pertama, doa agar turun hujan dari Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin, Busyral Karim, juz II, halaman 366. Berikut doanya;

اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا هَنِيئًا مَرِيعًا غَدَقًا مُجَلَّلًا عَامَّا طَبَقًا سَحًّا دَائِمًا. اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ. اللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ وَالْبَهَائِمِ وَالْخَلْقِ مِنَ الْبَلَاءِ وَالْجَهْدِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إِلَّا إِلَيْكَ. اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ وَاسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْسَمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ. اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْجَهْدَ وَالْجُوعَ وَالْعُرْيَ وَاكْشِفْ عَنَّا الْبَلَاءَ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ. اللَّهُمَّ إِنَا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا

Allāhummasqinā ghaitsan mughītsan hanī’an marī‘an (lan riwayat murī‘an) ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan dā’iman. Allāhummasqināl ghaitsa, wa lā taj‘alnā minal qānithīn. Allāhumma inna bil ‘ibādi wal bilādi wal bahā’imi wal khalqi minal balā’i wal juhdi wad dhanki mā lā nasykū illā ilaika.

Allāhumma anbit lanaz zar‘a, wa adirra lanad dhar‘a, wasqinā min barakātis samā’i, wa anbit lanā min barakātil ardhi. Allāhummarfa‘ ‘annal jahda wal jū‘a wal ‘urā, waksyif ‘annal balā’a mā lā yaksyifuhū ghairuka. Allāhumma innā nastaghfiruka, innaka kunta ghaffārā, fa arsilis samā’a ‘alainā midrārā.

Artinya; Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi. Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan.

Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus harapan. Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan kesempitan di mana kami tidak mengadu selain kepada-Mu.

Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu. Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan.

Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu. Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah maha pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu.

Kedua, ada juga doa agar turun hujan, yang bersumber dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Rasulullah SAW mengajarkan doa sebagai berikut;

اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا مُرِيعًا، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ عَاجِلًا غَيْرَ آجِلٍ

Allahummasqinaa ghaitsam mughiitsam marii-am marii’an naafi’an ghaira dharrin ‘aajilan ghaira aajil.

Artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang lebat merata, mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda.”

Ketiga, doa agar hujan turun juga bersumber dari kitab al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, halaman 174;

اللهمّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيْثًا سَرِيْعًا مَرِيْعًا غَدَقًا طَبَقًا، عَاجِلًا غَيْرَ رَائِفٍ، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ تَمْلَأُ بِهِ الضَّرْعُ، وَيَنْبُتُ بِهِ الزَّرْعُ وَتُحْيِي بِهِ الْأَرْضُ بَعْدَ مَوْتِهَا وَكَذَلِكَ تُخْرِجُوْنَ  

Allahumma asqina mughisan sari’an mari’an ‘adaqan thabaqan, ‘ajilan ghaira ra’ifin, nafi’an ghaira dharrin tamlan bihi ad dhar’u, wa yanbitu bihi az zar’u wa tuhyi bihi al ardu ba’da mautiha wa kazadlika tukhrijuna

“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang merata, segera, menyuburkan, lebat, merata, segera tanpa kelambatan, bermanfaat tanpa bahaya. Hujan yang dapat memenuhkan ambing (kantong kelenjar) susu binatang ternak, yang menumbuhkan tanaman, yang menghidupkan tanah setelah mati (karena kekeringan).”

Demikian penjelasan terkait doa agar turun hujan. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Mendulang Pahala Di Saat Hujan

Dalam pandangan seorang mukmin, hujan bukan sekedar peristiwa alam biasa namun ia sebuah rahmat dari Allah untuk kelangsungan kehidupan manusia. Bahkan dengan adanya hujan orang-orang yang beriman bisa meraup banyak pahala dengan melakukan berbagai amalan yang pernah dilakukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam.

Melakukan amalan sunnah di saat hujan sebagai aplikasi mencintai apa yang pernah diteladankan Rasul mulia, bisa jadi amalan ini mudah dilakukan tetapi terkadang terasa asing di zaman ini karena sedikitnya orang yang melakukannya.

Membuka Anggota Tubuh Agar Terguyur Hujan

Imam Muslim dalam Shahih-nya (hadits no.898) membawakan hadits dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu. Ia berkata:

أَصَابَنَا وَ نَحْنُ مَعَ رَسُوْلِ اللّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّم مَطَرٌ قَالَ: فَحَسَرَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّم ثَوْبَهُ حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ المَطَر، فَقُلْنَا: لِمَا صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: لِإِنَّهُ حَرِيْثٌ عَهْدِ بِرَبِّهِ

Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian Kami mengatakan, “wahai Rasulullah mengapa engkau melakukan demikian?”, Kemudian Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan”.

Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim (3/464) mengatakan; “Dalam hadits ini terdapat dalil bagi ulama madzhab kami (syafi’iyyah) tentang dianjurkannya menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya hujan, agar terguyur air hujan tersebut. Dan mereka juga berdalil dari hadits ini bahwa seseorang yang tidak memiliki keutamaan, apabila melihat orang yang berilmu melakukan sesuatu yang tidak ia ketahui, hendaknya ia menanyakan untuk diajari lalu ia mengamalkan dan mengajarkan pada orang lain”.

Al-Allamah Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Hadits ini menunjukkan atas disunnahkannya seseorang untuk menyingkap tubuhnya, seperti lengan atau kepalanya sehingga terkena guyuran hujan, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam. Karenanya, disyariatkan bagi seorang muslim untuk membuka, misalnya, kopiah atau ujung selendang dari pundaknya atau dari lengan tangannya sehingga terguyur hujan, atau anggota badan lainnya yang boleh disingkap di hadapan orang lain seperti telapak kaki, betis, kepala, tangan dan lainnya” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 13/64).

Seorang muslimah pun bisa melakukan amalan ini dengan tetap menjaga auratnya atau melakukannya di tempat yang aman dari jangkauan laki-laki yang bukan mahram.

Perbanyak Do’a

Sunnah yang berbarakah yang perlu disosialisasikan saat hujan ialah memperbanyak do’a kebaikan kepada Allah Ta’ala.

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَا فِعًا

Ya Allah turunkanlah hujan yang bermanfaat” (HR. Bukhari, disebutkan dalam al-Fath [518]).

Biasakan juga berdo’a di saat hujan deras dengan ketulusan hati karena waktu itu termasuk saat mustajab.

Semangat Mengamalkan Sunnah

Sebagai seorang mukmin yang berupaya mencontoh beliau, tentu kita bersemangat untuk mengamalkan sunnah ini, meski hanya sekali sebagai pengagungan padanya.
Ketika kita melakukannya dengan niat menghidupkan sunnah yang ditinggalkan mayoritas manusia insyaallah menjadikan kita terbiasa mengikuti sunnah dan atsar, sehingga akan merasa bahagia karena melakukan amal shalih.

Dalam Majmu’ Al Fatawa (2/177), Syaikh Ibnu Baz mengatakan, “Mengikuti sunnah mendatangkan kebaikan dan barakah serta kebahagiaan di dunia dan akhirat”.

Allamah Abdullah bin Abdul Aziz Al-Anshari dalam kitab Ad-Durar As-Sunniyah (4/256) menyebutkan bahwa termasuk mengamalkan sunnah adalah mereka dari Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dalam kelakuan-kelakuannya, baik berpakaian, makan, minum dan lainnya.

Wallahu a’lam.

Referensi :
1. Kumpulan Lengkap Amalan Nabi Yang Diremehkan (terjemah), Haifa Binti Abdullah Ar-Rasyid, As-Salam, Solo,2012
2. Do’a dan Dzikir Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam (terjemah) dr. Said bin Ali bin Wahf al-Qohthoni, Maktabah Al Hanif, Yogyakarta, 2005

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Artikel Muslimah.or.id

Doa Nabi Muhammad Agar Hujan Reda

Nabi Muhammad pernah berdoa agar hujan diturunkan ke tempat lain.

Hujan merupakan sebuah berkah bagi umat manusia. Apalagi ketika kekeringan melanda suatu daerah selama berbulan-bulan. Tentu kedatangan hujan sangat dinanti-nanti.

Tapi, bagaimana jika hujan terus-menerus turun sehingga kita kewalahan untuk menampung berkah dari Allah ini? Apalagi hingga di beberapa tempat menjadi banjir.

Atau ketika hujan datang tanpa henti menjadi hambatan untuk aktivitas kita. Rasulullah SAW ternyata tidak melarang kita untuk berdoa agar hujan pindah ke lokasi lain.

Dalam sebuah hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad mengajarkan doa agar hujan berhenti.

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِوَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

“Allaahumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa, allahumma ‘alal aakaami wadh dhiroobi, wa buthuunil audiyati, wa manaabitisy syajarati.”

“Ya Allah berilah hujan di sekitar kami, jangan kepada kami. Ya Allah berilah hujan ke dataran tinggi, beberapa anak bukit, perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan.”

Meski demikian, menurut Nabi Muhammad SAW waktu hujan merupakan waktu yang mustajab. Imam Syafi’i telah meriwayatkan dalam kitab al-Umm dengan sanad yang mursal, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Carilah doa yang dikabulkan, yaitu ketika bertemunya dua pasukan, waktu ikamah, serta ketika turunnya hujan.”

KHAZANAH REPUBLIKA


Semoga Hujan Ini Mendatangkan Manfaat

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, negeri kita tengah dilanda berbagai macam bencana: tanah longsor, gunung meletus, hingga banjir bandang.

Selayaknya kita banyak beristigfar, bertaubat kepada Allah, dan menengadahkan tangan ke atas langit untuk berdoa kepada-Nya.

Berikut ini kami salinkan beberapa doa yang sangat bagus dibaca dalam kondisi saat ini. Semoga Allah berkenan mengabulkannya.

Berdoa ketika hujan turun

Dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha,

إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ‘Allahumma shoyyiban nafi’an (Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat).’” (HR. Bukhari, no. 1032)

Ibnu Baththal mengatakan, ”Hadits ini berisi anjuran untuk berdoa ketika turun hujan agar kebaikan dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak manfaatnya.” (Syarh Al-Bukhari, Ibnu Baththal, 5: 18, Asy-Syamilah)

Turun hujan adalah waktu mustajab untuk berdoa

Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ

Dua doa yang tidak akan ditolak: doa ketika azan dan doa ketika ketika hujan turun.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi; Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan; lihat Shahihul Jami’, no. 3078)

Doa ketika hujan lebat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebat, beliau memohon kepada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiraabi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari (Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan).” (HR. Bukhari, no. 1014)

Syaikh Shalih As-Sadlan mengatakan bahwa doa di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan akan membawa dampak bahaya. (Lihat Dzikru wa Tadzkir, Shalih As-Sadlan, hlm. 28, Asy-Syamilah)

Berdoa setelah turun hujan

Diriwayatkan dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jamaah shalat, lalu mengatakan, ‘Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?’ Kemudian mereka mengatakan, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ

Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Barang siapa yang mengatakan ’muthirna bi fadhlillahi wa rahmatih’ (kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah) maka dialah yang beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘muthirna binnau kadza wa kadza’ (kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini) maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman kepada bintang-bintang.’” (HR. Bukhari, no. 846; Muslim, no. 71)

Doa apabila ada angin kencang

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا

Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya.” (HR. Abu Dawud, 4:326; Ibnu Majah, 2:1228, lihat kitab Shahih Ibnu Majah, 2:305)

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ

Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan yang ada di dalamnya dan kebaikan tujuan dihembuskannya angin ini. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan angin ini, kejahatan yang ada di dalamnya, dan kejahatan tujuan diehmbuskannya angin ini.” (HR. Bukhari, 4:76; Muslim, 2:616)

Apakah penduduk negeri itu merasa aman?

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Namun mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)

أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتاً وَهُمْ نَآئِمُونَ

Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka pada malam hari sewaktu mereka sedang tidur?” (Qs. Al-A’raf: 97)

أَوَ أَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ

Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka sewaktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?” (Qs. Al-A’raf: 98)

أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (Qs. Al-A’raf: 99)

Semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk segera beristigfar dan bertaubat dari segala dosa dan maksiat, yang dilakukan secara sengaja maupun tak sengaja, yang dilakukan sendirian maupun beramai-ramai, yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Mari bertaubat sebelum terlambat
Mari berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/5151-semoga-hujan-ini-mendatangkan-manfaat-bukan-azab.html

Doa Saat Banjir Melanda dan Hujan Tak Kunjung Reda

Banjir dapat terjadi karena hujan yang terus menerus turun atau karena adanya hujan deras, bisa juga karena banjir kiriman. Jika yang terjadi adalah hujan yang begitu deras di tempat kita atau hujan yang tidak kunjung berhenti, maka kita bisa meminta pada Allah untuk memalingkan hujan tersebut pada tempat yang lebih manfaat dengan mengamalkan do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Do’a yang dimaksud adalah sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

(Allahumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa. Allahumma ‘alal aakaami wadz dzirabi wa buthuunil awdiyati wa manabitis syajari)

“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, jangan yang merusak kami. Ya, Allah! turunkanlah hujan di dataran tinggi, di bukit-bukit, di perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” 1

Do’a di atas disebutkan dalam hadits Anas bin Malik, ketika hujan tak kunjung berhenti (dalam sepekan), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memohon pada Allah agar cuaca kembali cerah. Lalu beliau membaca do’a di atas. (HR. Bukhari no. 1014 dan Muslim no. 897).

Do’a tersebut berisi permintaan agar cuaca yang jelek beralih cerah dan hujan yang ada berpindah pada tempat yang lebih membutuhkan air. [ed]

Atau untuk ringkasnya membaca:

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا، وَلاَ عَلَيْنَا

“Allahumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa” [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, jangan yang merusak kami]

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata menjelaskan hadits, “Maksud hadits ini adalah memalingkan hujan dari pusat kehidupan, al-aakaam adalah jamak dari akmah dengan memfathahkan hamzah, yaitu gunung kecil atau apa yang tinggi di bumi (dataran tinggi). Adz dziraf maknanya adalah bukit yang kecil. Adapun penyebutan lembah karena di situlah tempat berkumpulnya air dalam waktu yang lama sehingga bisa dimanfaatkan oleh manusia dan binatang ternak.”2

Ibnu Daqiq Al-‘Ied rahimahullah berkata, “Hadits ini merupakan dalil doa memohon dihentikan dampak buruk hujan, sebagaimana dianjurkan untuk berdoa agar turun hujan, ketika lama tidak turun. Karena semuanya membahayakan (baik lama tidak hujan atau hujan yang sangat lama, pent).”3

Syaikh Abdul Aziz bin Biz rahimahullah berkata,  “Selama hujan tidak membawa bahaya maka –alhamdulillah– ucapkan doa:

اللهم صيّباً نافعاً، مطرنا بفضل الله ورحمته

Allahumma shayyiban nafi’a, muthirna bifadhlillahi wa rahmatihi, Allahummaj’alhu mubarakan

Jika hujan ini memberatkan, maka berdoalah:

اللهم حوالينا ولا علينا

Allahumma hawalaina wa laa ‘alaina”4

Jadi, bagi saudara-saudara kami yang merasakan hujan yang begitu deras, amalkanlah do’a di atas. Moga hujan tersebut turun tidak membawa musibah banjir. Moga dengan diberikannya ujian, kita sadar untuk bertaubat pada Allah. Moga kita pun terus diberi kesabaran. [ed]

@Laboratorium Klinik RSUP DR. Sardjito, Yogyakarta tercinta

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Editor: M. Abduh Tuasikal

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/19836-doa-saat-banjir-melanda-dan-hujan-tak-kunjung-reda.html

Sisi Lain Hikmah Hujan: Berkah untuk Para Pedagang

Hujan memberikan berkah keuntungan bagi sejumlah pedagang.

Melalui hujan, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya kepada manusia. Rahmat Allah luas bentuknya, tak terukur nilai dan tak juga bisa dibandingkan dengan logika manusia. Namun setidaknya, manusia dapat merasakan rahmat tersebut, tak terkecuali bagi para pedagang kecil. 

Pada Rabu (8/1) menjelang siang, hujan separuh lebat mengguyur Jalan Raya Bogor di wilayah Ciracas, Jakarta Timur. Lantaran hujan, tak sedikit pengendara sepeda motor yang memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan yang terdapat atap untuk berteduh. 

Persisnya di depan halaman mushala, Republika yang juga berkendara sepeda motor ikut berteduh. Tepatnya, sejak hujan semakin lebat para pengendara motor yang dengan alasan tertentu enggan menerobos hujan dipertemukan di lingkup tersebut. 

Selain para pengendara yang berteduh, terdapat dua pedagang kaki lima. Yang satu adalah pedagang roti bakar, dan yang kedua adalah pedagang kopi asongan. “Pak, kopinya satu,” kata salah seorang pengendara. 

Melihat hujan belum berhenti, banyak dari para pengendara yang berdiri berjejalan menghindari hujan. Tak sedikit juga dari mereka yang mulai melirik-lirik dagangan kedua pedagang tadi. Seorang pengendara, Agus (32 tahun), menjadi pembeli pertama dari ‘kaum pengendara yang berteduh ini’. 

Kepada Republika.co.id, Agus mengatakan bahwa dirinya sengaja memesan kopi hitam agar tubuhnya hangat di saat hujan tengah mengguyur. Dengan uang sebesar Rp 3.000, secangkir kopi dapat dinikmati Agus dengan sederhana.

Lain Agus, seorang pengendara lainnya, Yani (27 tahun), memesan roti bakar. Hampir-hampir tak percaya saat si pedagang roti menyebutkan harga sepotong roti bakar dengan ukuran large, macam bahasa kafe, yang hanya Rp 5.000. Kaget dicampur takjub, Yani mengulangi pertanyaannya mengenai harga roti dan pedagang pun mengulangnya hingga Yani merasa yakin betul tak salah dengar. “Murah, lumayan,” kata Yani singkat kepada Republika.co.id. 

Kemudian, si pedagang roti bakar pun membuatkan roti pesanan Yani. Siapa sangka, belum selesai roti Yani dibuat, para pengendara motor yang sedang berteduh lainnya juga ikut mengantri membeli roti bakar. Dalam sekejap saja, sudah lebih dari tujuh orang yang memesan roti dengan berbagai jumlah. 

Usai melayani, si pedangang roti bersedia diajak wawancara sejenak dan memperkenalkan diri. “Saya Engkus, asal Tasik,” kata Engkus. 

Engkus mengaku sudah tiga tahun mengadu nasib di Jakarta sebagai pedagang roti bakar keliling. Dalam sehari-hari, pendapatan Engkus tak menentu. Jika sedang hoki, dia bisa mengantongi sekitar Rp 250 ribu penghasilan kotor. 

Namun jika sedang sepi pembeli, dirinya mengaku hanya dapat mengantongi penghasilan hingga menyentuh Rp 50 ribu. 

Menurut Engkus, pendapatannya bisa naik berlipat-lipat apabila Allah menurunkan hujan. Sebab, kata dia, tak sedikit dari pengendara yang berteduh di sejumlah tempat yang layak dijadikan tempat berteduh. 

“Katanya, kan, hujan mah berkah ya, bener itu. Biasanya sepi-sepi aja dagang, ini baru sampe siang (dagang), karena hujan alhamdulillah sudah dapat Rp 200 ribuan,” kata Engkus. 

Menurut Engkus, ketika hujan turun di sekitar wilayah tersebut, dagangannya nyaris laris dalam waktu cepat. Meski dia pun enggan membanderol harga yang tinggi dari dagangannya, meskipun ada kesempatan untuk menaikkan harga semaunya. 

Namun dia percaya, keberkahan rezeki yang didapat lebih penting ketimbang nilai dari rezeki itu sendiri.  “Laku saja sudah syukur, teh. Enggak mau mikir-mikir naikin harga, kasihan juga sama yang lagi meneduh,” kata dia. 

Dari pengamatan singkat dan juga perbincangan hangat antara pengendara sepeda motor yang berteduh dengan para pedagang, setidaknya terdapat hikmah luas yang dapat dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Bahwa hujan yang merupakan rahmat dari Allah itu, juga menyelipkan nuansa rahmah (kasih sayang), syukur, dan juga teladan. 

Hujan merupakan keberkahan, dan bentuk keberkahan bisa bermacam-macam manfaat. Allah SWT berfirman dalam Alquran surah Qaaf ayat ke-9 yang berbunyi: “Wa nazzalna mina-sama-i ma-an mubarakan,”. Yang artinya: “Kami turunkan dari langit air yang memberkati (banyak manfaatnya).” 

KHAZANAH REPUBLIKA

Proses Pembentukan Hujan dalam Alquran

Kalangan ilmuwan meneliti proses terbentuknya awan dan bagaimana hujan terjadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —  Para saintis telah mempelajari beragam jenis awan. Selain itu, kalangan ilmuwan juga meneliti proses terbentuknya awan dan bagaimana hujan terjadi. Secara ilmiah, saintis memaparkan proses terjadinya hujan dimulai dari awan yang didorong angin. Awan Cumulonimbus terbentuk ketika angin mendorong sejumlah awan kecil ke wilayah awan itu bergabung hingga kemudian terjadi hujan.

Tentang fenomena pembentukan awan dan hujan itu, Alquran pun menjelaskannya secara akurat.  Simaklah Alquran surat Annur ayat 43. ”Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan, seperti) gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”

Menurut Harun Yahya, manusia baru mengatahi tahapan pembentukan hujan setelah radar cuaca ditemukan. Namun, Alquran telah menjelaskan secara detail pada 14 abad silam. Berdasarkan pengamatan radar, papar Harun, pembentukan  hujan terhadi dalam tiga tahap. ”Pertama, pembentukan angin; kedua, pembentukan awan; ketiga, turunnya hujan,” papar Harun.

Jauh sebelum manusia mengetahui itu, Allah SWT dalam surat Ar-Ruum ayat 48 berfirman,” Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.”

Harun menjelaskan ayat itu sangat sesuai dengan pemantauan radar cuaca.  Tahap pertama pembentukan hujan dijelaskan lewat , ”Allah, Dialah yang mengirimkan angin…”  Tahap kedua dijelaskan dalam, ”…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…” Tahap ketiga, ”… lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya.” Sungguh Allah SWT Mahakuasa atas segala sesuatu.

REPUBLIKA


Sambutlah Hujan

Ketika Rasulullah masih hidup, beliau kerap menyambut hujan.

 

Ketika Rasulullah SAW masih hidup, baginda kerap menyambut hujan. Nabi SAW pun segera pergi ketika melihat air yang mengalir. Dia bersabda, “Keluarlah kalian bersama kami kepada ini yang Allah jadikan ia suci-menyucikan, lalu kita bersuci dengannya, dan kita memuji Allah karenanya.”

Begitu pula Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau nan panjang. Syahdan, ada seorang lelaki berkata kepada Khalifah Umar RA, “Hai Amirul Mu’minin, hujan telah lama tidak turun dan manusia berputus asa dari turunnya hujan.” Maka Umar RA menjawab, “Kalian sebentar lagi akan diberi hujan,” lalu ia membaca firman-Nya: Dan Dia lah yang menurun kan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya.

Imam Syafii berkata, ketika Umar bin Khattab RA melihat luapan air, dia mendatangi itu ber sama para sahabatnya. Umar pun berkata, “Tidaklah seorang datang dari tempat datangnya, kecuali kami mandi dengannya.”

Diriwiyatkan dari Ibnu Abbas RA, suatu ketika hujan turun dari langit. Dia berkata kepada para pembantunya. “Keluarkanlah tempat tidur dan tungganganku agar terkena hujan.” Abu Jauza; berkata kepada Ibnu Abbas, “Kenapa engkau melakukan itu, yarhamukallah?” Ibnu Abbas menjawab, “Tidakkah engkau membaca dalam Alquran “Dan Kami menurunkan dari langit air yang berkah!” Oleh karena itu, aku suka berkah itu mengenai tempat tidur dan tungganganku.” Begitu banyak rahmat yang Allah turunkan lewat hujan. Tidak sepantasnya kita mengeluh.

Adanya banjir tak lepas dari kerusakan yang diperbuat oleh tangan-tangan manusia. Berton-ton limbah industri dan sampah rumah tangga masih kerap mengalir ke sungai dan laut an. Pembabatan hutan di ganti dengan hotel dan vila membuat air yang turun tak terserap ke bumi. Belum lagi efek rumah kaca yang membuat bumi makin panas.

Tak heran, Allah SWT pun sudah mengungkapkan di dalam Alquran jika kerusakan yang di buat akan dirasakan oleh para perusaknya. “Telah tampak ke ru sakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian da ri (aki bat) perbuatan mereka, agar me reka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Rum [30]: 41).

Maka, masih patutkah kita me nyalahkan hujan ketika musi bah datang? Jika iya, mungkin kita masih butuh kembali merenungi 31 ayat yang diulang-ulang dalam surah ar-Rahman. “Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?” Wallahu a’lam.

Hujan Besar di Makkah, Badai Debu Landa Jeddah

Setelah kota Makkah dikabarkan hujan besar pada Rabu (5/9/2018) malam, badai debu kini melanda kota Jeddah, termasuk kawasan Bandara King Abdul Aziz (KAA). Debu pekat berwarna kecoklatan cukup mengganggu pandangan dan pernafasan.

Di jalanan kota Jeddah jarak pandang mulai berkurang. Akibat debu, nyala lampu penerangan jalan yang biasanya terang benderang, kini terkihat cukup redup. Laju kendaraan juga harus berkurang karena jarak pandang.

Kepala Daerah Kerja Airport Arsyad Hidayat memberikan beberapa pesan khusus atas cuaca terkini di Jeddah.

“Kepada jmh haji yang baru tiba di bandara Jeddah dan akan meninggalkan Arab Saudi harus tetap waspada terhadap badai debu yang menyerang kota Jeddah dengan selalu memakai masker,” kata Asryad di Bandara KAA Jeddah, Rabu (5/9) jelang tengah malam.

Arsyad juga meminta jemaah memeriksakan diri ke Pos Pelayanan Kesehatan bandara jika terjadi gangguan kesehatan.

“Bila jemaah merasakan keluhan seperti gangguan pernapasan dan lain-lain segera minta perawatan,” imbuhnya.

Karena faktor cuaca sangat gelap dan jarak pandang sangat pendek, Arsyad meminta para pengemudi bus tetap berhati-hati dalam mengendarai kendaraannya.

“Harus lebih hati-hati supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan,” pinta Arsyad.

Dia juga meminta para petugas Daker Airport membantu membagikan masker kepada jemaah yang baru tiba. Selain itu para petugas juga tetap diminta menjaga kondisi fisik agar tetap bisa bertugas sampai akhir.

“Semua harus menjaga kebugaran, masa tugas kita masih 21 hari lagi,” pungkasnya. (ab/ab).

 

KEMENAG RI

Doa pada Musim Hujan

Musim hujan telah tiba. Dengan hujan, Allah menyuburkan tanaman-tanaman yang dibutuhkan manusia dan semua makhluk yang hidup di bumi, menumbuhkan pepohonan dan buahbuahan serta biji tanaman yang dibutuhkan manusia. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman, “Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan bijibiji tanaman yang diketam.” (QS Qaaf [50] : 9).

Selain membawa kebaikan bagi kehidupan, pada musim hujan, berbagai hal yang tidak kita inginkan pun bisa terjadi, seperti banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, petir menyambar, dan angin beliung yang merusak.

Hujan yang pada awalnya menjadi sumber air dan pembawa rahmat (QS al-An’am [6]: 99) bisa berubah menjadi banjir bandang (QS al-Baqarah [2]: 59), angin yang pada awalnya berperan dalam proses penyerbukan tumbuhan (QS al-Kahfi [18]: 45) dan mendistribusikan awan (QS al-Baqarah [2]: 164) tiba-tiba berubah menjadi puting beliung yang meluluhlantakkan (QS Fushshilat [41]: 16), dan laut yang pada awalnya jinak (QS al-Hajj [22]: 65) tiba-tiba berubah menjadi tsunami yang meng gulung apa saja yang dilaluinya (QS at-Takwir [81]: 6).

Berkaitan datangnya musim hujan dan berbagai hal buruk yang mungkin terjadi, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan—selain usaha secara manusiawi—Nabi SAW memberikan panduan doa pada musim hujan. Doa sebagai senjata bagi Mukmin (HR Abu Ya’la), dan doa di saat hujan tidak akan tertolak (Mustadrak Hakim).

Pertama, doa saat ada angin kencang. “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan kebaikan yang terkandung padanya serta kebaikan apa yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya, dan kejeleken yang ada padanya dan kejelekan apa yang dibawanya.” (HR Bukhari dan Tirmidzi).

Kedua, doa jika mendengar petir. Nabi SAW pernah ditanya tentang petir, Nabi menjawab, “Petir adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah.”

Doa ketika mendengar petir, “Mahasuci Allah yang petir bertasbih dengan memuji-Nya, begitu juga para malaikat, karena takut kepada-Nya.” (Shahih Mauquf al- Muwatha).

Ketiga, doa ketika turun hujan. Ketika turun hujan, Nabi SAW memberikan tuntunan doa, “Allahumma shayyiban nafi’an (Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat).” (HR Bukhari).

Keempat, doa apabila terjadi hujan lebat. “Allahumma hawaalaina walaa ‘alaina, Allahumma ‘alal aakami, wadzadziraabi, wa buthuni audiyati, wa manaabitisy syajari (Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkanlah hujan di dataran tinggi, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan).” (HR Bukhari dan Muslim).

Kelima, doa usai turun hujan. Dalam hal ini, usai turun, hujan Nabi SAW bersabda, “Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.” (HR Bukhari dan Muslm).

Semoga Allah melindungi kita dari berbagai hal buruk yang tidak kita inginkan terjadi dan menjadikan hujan sebagai rezeki yang memberikan manfaat bagi kehidupan. Amin.

 

 Oleh: Imam Nur Suharno