Kewajiban Menyusui Bagi Ibu

Air Susu Ibu (ASI) pada abad modern ini kembali menjadi tren. Tak kurang, pemerintah melalui Kemen terian Kesehatan mengampanyekan program ASI bagi ibu.

Nilai gizi yang terkandung dalam ASI dinilai sungguh tinggi. ASI diproduksi secara alami oleh tubuh dengan mengandung vitamin, protein, dan le mak yang baik. ASI pun lebih mudah dicerna bagi bayi ketimbang susu formula.

Manfaat lain dari ASI, yakni bisa membuat berat badan bayi tumbuh normal, membentuk tulang yang kuat hingga mencerdaskan otak. ASI pun membuat hubungan emosional antara ibu dan bayi makin dekat. Ini terjadi selama proses perususan ibu dengan bayi.

Islam mengajarkan kepada kaum ibu jika menyusui adalah sebuah kewajiban. Syekh Muhammad al-Utsmain dalam Shahih Fiqih Wanita mengungkapkan, ibu wajib menyusui anaknya selama dia berada dalam tanggung an suami. “Para ibu (hendaklah) menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyu suan.” (QS al-Baqarah: 233).

Kata menyusui adalah kalimat berita yang bermakna perintah. Allah kemudian berfirman, “Dan, kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik.” (QS al-Baqarah: 233). Adapun setelah ibu berpisah dengan suami nya, dia tidak diwajibkan untuk menyusui bayinya. Namun, kewajiban ibu tersebut berganti menjadi anjuran.

Dalilnya ada pada QS at-Thalaq: 6. “Dan, jika kamu menemui kesulitan, perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” Hanya, Syekh Utsmain menjelaskan, jika anak itu tidak menerima puting susu lainnya, ibu tersebut masih memiliki kewajiban untuk menyusui anak tersebut sebagai bentuk penyelamatan dari anak yang tak berdosa. Bukan lantaran dia sebagai ibunya.

Seandainya diasumsikan bahwa ibunya mati dan anak ini tidak dapat menerima susu buatan, tetapi menyusu kepada wanita maka wanita ini pun wajib menyusuinya. Kewajiban itu lagi-lagi berlaku sebagai upaya menyelamatkan anak itu. Allah SWT pun membolehkan jika perempuan yang bukan berstatus ibu kandung itu menyusui anak tersebut.

“Dan jika kamu menemui kesulitan, perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” Hanya, Syekh Utsmain menambahkan, jangan sampai anak itu disusui oleh wanita yang bodoh dan buruk perilakunya. Menurut Syekh Utsamain, itu bisa berpengaruh terhadap watak anaknya.

Hendaknya wanita pengganti yang me nyusui anak itu dipilih wanita yang baik akhlaknya. Tujuannya agar anak tersebut terpengaruhi seusai menyusu dengannya. Wa nita itu pun harus peduli terhadap masalah persusuan. Artinya, jika seorang wanita me nyusui anak dengan penyusuan mahram, wanita itu harus memastikan nama orang yang disusui agar tidak terjadi kerancuan di kemudian hari.

10 hal yang dialami ibu Muslimah

Menjadi orangtua sudah cukup berat, tetapi menjadi orangtua Muslim memiliki kerumitan tersendiri. Angkat tangan jika Anda merasa senasib! Oleh Sya Taha.

 

1. Anda memiliki buku daftar nama bayi bebas masalah.

Qur’an memiliki sekitar 30 nama untuk bayi lelaki, yang cocok bagi orangtua maupun mertua manapun dari agama-agama Ibrahim. Namun hanya ada satu nama yang tersedia untuk bayi perempuan, jadi Anda mungkin bisa mencari tahu dari buku sejarah Islam untuk ide tambahan.

2. Ahli kesehatan Anda bertanya-tanya mengapa Anda berbisik ke telinga bayi yang baru lahir.

Itu namanya adzan, dan jika Anda cukup beruntung, Anda bisa menggendong bayi Anda segera setelah kelahiran, dan menjadikan suara Anda hal pertama yang didengarnya.

3. Anda mengucap “Alhamdulillah” mungkin hingga 50 kali sehari.

Jika ini terucap secara refleks setiap kali seseorang bersendawa, buang angin, atau bersin, maka Anda akan melakukan lebih banyak lagi kata ini saat berada di sekitar bayi atau anak-anak.

4. Anda diharapkan meletakkan sesuatu yang manis di mulut bayi, membotaki mereka, dan mengurbankan hewan.

Salah satu tradisi yang disebut tahnik melibatkan peletakan kurma atau madu di bibir bayi dalam tujuh hari pertama hidup mereka. Tradisi lain melibatkan pembotakan kepala bayi (atau alternatifnya: memotong tujuh lembar rambut) setelah 40 hari, menimbangnya, dan memberi emas dengan jumlah yang sama ke badan amal. Dan lainnya yang disebut aqiqah mengharuskan kurban kambing atau sapi untuk memperlihatkan rasa syukur atas kelahiran.

5. Boneka babi jadi topik diskusi.

Bayangkan: rekan kerja non-Muslim berniat baik memberikan boneka babi berbulu yang lucu sebagai hadiah. Dan Anda berdiskusi (dengan diri Anda atau orang lain) mempertimbangkan apakah tidak masalah anak bermain dengan boneka tersebut. Jika Anda memutuskan tidak masalah, Anda mungkin masih harus berurusan dengan Muslim lain yang mengatakan bahwa tidak seharusnya anak Anda memasukkan boneka tersebut ke dalam mulut.

6. Diskusi tentang apakah tidak masalah jika anak melihat Anda dalam kondisi telanjang harus melibatkan tinjauan fiqih dan tidak hanya berkisar pada citra tubuh dan harga diri.

Seorang ibu menuliskan di internet bahwa ia membiarkan putra-putranya melihat tubuh selepas melahirkannya agar mereka tumbuh besar dengan citra realistis tentang tubuh wanita, dan bukannya berpikir bahwa foto-foto airbrush di majalah adalah wanita sungguhan. Saya kira seseorang yang telah melihat bagian dalam tubuh Anda mungkin bisa melihat bagian luar Anda tanpa bersikap terlalu terkejut. Lagipula, diskusi tentang bagian tubuh mana dari sang ibu yang tidak boleh dilihat oleh putranya terasa terlalu oedipal menurut saya.

7. “Begitu sunnahnya” jadi jawaban andalan Anda untuk menyusui lebih lama.

Meski minimal dua tahun ASI disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, banyak orang dari generasi orangtua kita yang terpengaruh oleh pemasaran agresif perusahaan susu formula dan berusaha menghentikan kita memberi ASI lebih dari enam bulan, atau hingga beberapa tahun. Untungnya, jika Anda Muslim, Anda bisa bilang bahwa Qur’an menyarankan 30 bulan kehamilan dan ASI (46:15).

8. Anda harus berhadapan dengan sejumlah orang yang mengatakan bahwa Anda boleh atau tidak boleh berpuasa saat menyusui.

Pendapat yang berbeda bermunculan tentang boleh tidaknya seorang ibu hamil dan/atau menyusui saat berpuasa Ramadan. Untungnya, keputusan untuk berpuasa atau tidak adalah keputusan milik Anda dan bayi. Dengarkan kebutuhan tubuh Anda.

9. Anda khawatir anak diberi makan roti isi daging babi di penitipan anak.

Jika Anda tinggal di tempat atau negara yang tidak memiliki jumlah Muslim yang dominan, roti isi daging babi dan keju adalah cemilan yang umum. Beritahu perawat atau guru anak Anda apa saja yang boleh dimakan oleh anak – atau bawakan sekalian saat Anda mengantarnya.

10. Anda merasakan harap-harap cemas soal Islamofobia.

Menjadi orangtua bisa jadi pengalaman yang paling menyenangkan dan paling menakutkan dalam hidup. Dari saat anak Anda lahir, ketakutan terbesar Anda adalah kehilangan mereka. Meski menjadi Muslim pasca 9/11 tidak mudah, Anda berharap anak Anda akan jadi sosok yang mengubah dunia menjadi lebih baik.

 

AQUILA STYLE