Ada pernyataan salah seorang Prof di Indonesia, bahwa Nawawi al-Bantani adalah penulis kitab Riyadhus Shalihin..

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Imam an-Nawawi penulis Riyadhus Shalihin, berbeda dengan Syaikh an-Nawawi al-Bantani.

Kita akan melihat biografi masing-masing

[1] Biografi Imam an-Nawawi

Nama beliau Yahya bin Syaraf, Abu Zakariya, an-Nawawi as-Syafi’i. dan selanjutnya, beliau lebih dikenal dengan sebutan an-Nawawi. Kata an-Nawawi sendiri merujuk kepada nama kampung kelahiran beliau, yaitu desa Nawa, sebuah desa di wilayah Hauran di Suriah.

Beliau lahir tahun 631 H di desa Nawa, Suriah.

Ketika di usia 10 tahun, ayahnya menugaskan an-Nawawi kecil untuk menjaga toko. Sambil jaga, beliau menyibukkan diri dengan membaca al-Quran dan menghafalkannya. Ketika beliau menginjak usia 18 tahun, beliau pindah ke Damaskus, tepatnya di tahun 649 H.

Beliau menetap di Damaskus selama 28 tahun, dan banyak belajar di Damaskus, tertutama kepada Mufti Syam, Abdurrahman bin Ibrahim al-Fazari.

Karya an-Nawawi

Karya an-Nawawi sangat banyak sekali, seperti Riyadhus Shalihin, al-Arba’in an-Nawawiyah, Minhaj at-Thalibin, Raudhah at-Thalibin, Syarh Shahih Muslim, al-Adzkar, Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat, dan masih banyak lagi karya beliau – rahimahullah –.

Yang lebih istimewa lagi, banyak karya beliau yang diabadikan oleh Allah, dimana karya beliau diterima masyarakat dan banyak dipelajari oleh kaum muslimin. Karya-karya para ulama ada jutaan jumlahnya, namun yang dikenal masyarakat, dipelajari masyarakat hanya sebagian kecil saja. Dan Allah banyak memilih karya an-Nawawi untuk dipelajari masyarakat. Semakin banyak yang mempelajari, semakin besar peluang pahala yang bisa didapatkan oleh penulisnya.

Khidmat kepada madzhab Syafiiyah

Imam an-Nawawi memiliki banyak karya dalam masalah fiqh, yang menjelaskan pendapat-pendapat Syafi’iyah. Terutama kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, yang banyak mendapatkan pujian dari as-Suyuthi. Sehingga tidak jauh jika beliau dikenal sebagai dokumenter madzhab Syafiiyah. Ketika anda membaca karya-karya beliau, anda akan mendapatkan banyak pengetahuan terkait madzhab Syafiiyah. Para ulama Syafiiyah menyebut beliau sebagai Syaikh (guru) madzhab Syafiiyah. Hingga jika disebutkan istilah Syaikhain (dua guru) dalam literatur Syafiiyah maka maksudnya Imam an-Nawawi dan Imam ar-Rafi’i.

Imam an-Nawawi wafat di tahun 676 H H. semoga Allah merahmati beliau…

[2] Syaikh an-Nawawi al-Bantani

Nama beliau adalah Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi, al-Bantani, al-Jawi. Sebutan al-Bantani berasal dari kata Banten, karena beliau terlahir di Banten.

Ayah beliau, Haji Umar termasuk salah satu pengurus pesantren ketika itu. Sementara ibu beliau, Zubaidah, termasuk salah satu keturunan Sultan Banten, yaitu Sultan Hasanuddin.

Az-Zirikli menyebutkan, beliau pindah ke Mekah dan meninggal di Mekah, Raja Timur Basya menyebutnya alim daerah Hijaz.

Mengenai tahun kelahirannya, kami tidak memiliki data. Dan beliau meninggal di tahun 1316 H.

Diantara karya beliau,

a. Nashaih al-Ibad

b. Tafsir al-Munir li Ma’alim at-Tanzil

c. Maraqi al-Ubudiyah – Syarh Bidayah al-Hidayah milik al-Ghazali

d. Nur ad-Dzulam – Syarh Aqidah al-Awam (Ahmad Marzuqi)

e. Qathi’ at-Thughyan ‘ala Mandzumah Syu’ab al-Iman

f. Uqud al-Lujjain fi Bayan Huquq az-Zaujain – buku ini yang cukup dikenal di Indonesia

Semoga Allah merahmati beliau…

Kesimpulannya, Imam an-Nawawi penulis Riyadhus Shalihin, berbeda dengan Muhammad Nawawi al-Bantani.

Demikian, Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)