Berkat Wakaf Saudagar Kaya, Jemaah Haji Aceh Dapat 1.200 Riyal

Berkat wakaf seorang saudagar Aceh, Habib Buja Al-Asyi, setiap jemaah haji yang berasal dari Aceh bisa mendapatkan uang tambahan untuk living cost sebesar 1.200 riyal Arab Saudi tahun ini. Atau senilai Rp 4.611.318 untuk kurs 1 riyal Arab Saudi. Uang itu dibagikan oleh Baitul Al-Asyi, lembaga pengelola wakaf Habib Buja Al-Asyi.

Pengelola wakaf, Abdul Latif Baltu menyerahkan uang wakaf tersebut kepada jemaah hajidari Embarkasi Banda Aceh di Kota Mekah, Arab Saudi pada Sabtu malam 20 September 2015. Disaksikan oleh Gubernur Aceh Zaini Abdullah.

Gubernur Zaini berharap, para jemaah tak silau dengan uang tersebut. “Manfaatkan uang itu sebaik-baiknya, setelah ini pikirkan hanya ibadah, jangan pikirkan uang ini untuk belanja,” ujar Zaini di Mekah, Minggu (20/9/2015).

Dia mengatakan, uang tersebut merupakan hasil pengelolaan dari wakaf Habib Buja Al-Asyi. Habib Buja mewakafkan tanahnya untuk dikelola oleh pemerintah Arab Saudi sekitar 100 tahun lalu.

Habib Buja ingin agar hasil pengelolaan wakaf tersebut bisa dimanfaatkan oleh warga Aceh yang berangkat ke Tanah Suci.

Maka wakaf itu pun digunakan untuk membangun penginapan di sekitar Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi. Namun karena masjid itu diperluas kini pengelola membangun hotel baru yang diperkirakan selesai pada 2017.

“Bila sudah selesai warga Aceh yang berhaji bisa menginap di sana. Karena bangunan itu belum jadi, ini kompensasinya,” ujar Gubernur Zaini menceritakan tentang pemberian uang 1.200 riyal Arab Saudi itu.

Sementara itu pengelola wakaf, Abdul Latif Baltu berharap jemaah haji Aceh bisa mendoakan Habib Buja Al-Asyi agar mendapat tempat di surga.

Salah satu penerima uang wakaf, Nilawati Muhammad Dali mengaku akan menggunakan uang itu untuk berkurban dan menyumbangkannya ke anak yatim. “Waktu di Tanah Air, kami sudah diinformasikan akan dapat hasil wakaf ini, tapi belum tahu jumlahnya,” kata Nila. (Ant/Ndy/Ans)

sumber: Liputan6

10 Tahun ke Depan, Pelaksanaan Haji Jatuh pada Musim Panas

Penelitian Institut Wali Masjid Suci untuk Riset Haji dan Umrah menyatakan musim haji selama sepuluh tahun ke depan bertepatan dengan cuaca terpanas dalam satu tahun di Arab Saudi. Dilansir dari Al-Arabiya, Senin (21/3), bulan-bulan panas September, Agustus, Juli, dan Juni dalam sepuluh tahun mendatang akan menjadi waktu datangnya para peserta haji dari berbagai negara.

Melihat hal itu, penelitian tersebut memperingatkan para peserta haji dalam sepuluh tahun ke depan untuk bersiap-siap menghadapi musim panas nantinya. Terlebih paparan panas sinar matahari sering menjadi penyebab gangguan kesehatan bagi para peserta haji.

Tahun lalu, penelitian itu juga mencatat peningkatan cukup tinggi kasus korban gelombang panas matahari selama musim haji. Beberapa penyakit musim panas pun diperkirakan akan memengaruhi aktivitas ibadah peserta haji pada musim-musim selanjutnya.

Berdasarkan penelitian, Makkah dan daerah-daerah di sekitarnya akan sangat panas dalam sepuluh tahun ke depan. Para periset memperingatkan peserta haji untuk menyiapkan berbagai hal-hal penting untuk berjaga-jaga menghadapi musim panas selama berhaji.

Para peserta haji dianjurkan untuk menghindari paparan sinar matahari langsung. Lebih baik mengenakan payung jika berada di luar ruangan, menutupi kepala, serta mengenakan pakaian berwarna terang. Diimbau pula agar jamaah haji banyak mengonsumsi air atau minuman ringan, dan saat mandi tetap menyalakan pendingin ruangan.

Penelitian tersebut menjelaskan tanda-tanda dari terlalu banyak terpapar sinar matahari adalah suhu badan yang meninggi, sakit kepala, kehilangan kesadaran, detak jantung meningkat, serta berkeringat deras. Selama musim haji tahun lalu, tercatat 1014 kasus kelelahan karena suhu udara tinggi, 723 jamaah lemas karena paparan sinar matahari, serta 1737 alami luka karena suhu panas.

sumber:Republika Online

Hari Ini, Menag Tanda Tangan MoU Kuota Haji 2016

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Sebtu (13/3)  ini sedang bertemu dengan Menteri Haji Arab Saudi. Rencananya mereka akan menandatangani nota kesepahaman kuota haji 2016.

“Rapat penetapan kuota haji sedang berlangsung, nanti saya akan kabari mengenai keputusan penambahan kuota setelah rapat selesai,” ujar Slamet Staf Kantor Urusan Haji Indonesia di Arab Saudi, Ahad (13/3).

Kunjungan Lukman beserta rombongan di Arab Saudi akan berlangsung hingga Selasa, (15/3). Selain menentukan kuota haji 2016, pihakya juga memantau seluruh kesiapan haji 2016 di Arab Saudi.

Beberapa tempat yang dikunjungi diantaranya Rumah Sakit Arab Saudi, peninjauan pemondokan pra haji, pertemuan dengan menteri haji dan menteri kesehatan Arab Saudi, Muassasah Asia Tenggara dan Balai Pengobatan Haji Indonesia di Makkah.

Sementara itu hasil peninjauan persiapan haji sejak Rabu (9/3), Menag memutuskan agar jamaah haji tak lagi menginap di Mina Jadid.

 

sumber: Republika Online

Puasa Arafah Sudah Ada Sebelum Ada Wukuf?

Ada yang bertanya tentang benar tidaknya pandangan bahwa puasa Arafah sudah ada sebelum adanya wukuf di arafah. Untuk pertanyaan itu, Ustadz Ammi Nur Baits menjawab sbb:

Terdapat beberapa riwayat yang menunjukkan bahwa puasa arafah sudah ada sebelum Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melakukan wukuf di Arafah.

Diantaranya, hadis riwayat Nasai dari salah satu istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,

“Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam terbiasa berpuasa tanggal 9 Dzulhijjah, hari Asyura, tiga hari setiap bulan, senin pertama setiap bulan, dan dua kali kamis. (HR. Nasai 2429 dan dishahihkan al-Albani).

Kemudian, dalam hadis dari Maimunah Radhiyallahu anha, beliau menceritakan,

“Manusia ragu apakah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa ketika hari Arafah. Kemudian aku membawakan segelas susu ke tempat beliau wukuf. Lalu beliau meminumnya dan orang-orang melihatnya. (HR. Bukhari 1989 & Muslim 2692).

Keterangan:

Para sahabat ragu apakah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa ataukah tidak puasa, karena mereka meyakini bahwa hari itu adalah hari untuk puasa sunah Arafah. Sehingga mereka bertanya-tanya, apakah beliau ketika wukuf itu puasa ataukah tidak. Kemudian oleh Maimunah ditunjukkan bahwa beliau tidak puasa.

Seperti yang kita tahu dalam buku sejarah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melaksanakan haji di tahun 10 Hijriyah, sementara beliau wafat bulan Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah. Artinya, bulan Dzulhijjah tahun 10 H, adalah Dzulhijjah terakhir yang beliau jumpai. Karena di tahun 11 H, beliau meninggal di awal tahun, di bulan ketiga (Rabiul Awal).

Sehingga para ulama memahami, hadis riwayat Nasai yang menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam rutin melakukan puasa tanggal 9 Dzulhijjah, itu terjadi sebelum Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melaksanakan haji wada.

Keberangkatan Haji Pertama dalam Islam

Di bulan Dzulqadah (bulan ke-11) tahun 6 Hijriyah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersama para sahabat datang ke Mekah untuk melakukan Umrah. Namun dihalangi orang musyrikin dan beliau dilarang masuk kota Mekah. Hingga terjadilah perjanjian Hudaibiyah. Dengan salah satu poin perjanjian, kaum muslimin harus kembali tahun itu, dan baru boleh datang tahun depan untuk hanya tinggal di Mekah selama 3 hari.

Di tahun 7 Hijriyah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam balik ke Mekah untuk melakukan Umrah qadha. Mengqadha umrah tahun sebelumnya digagalkan oleh orang musyrikin Quraisy. Beliau memerintahkan semua yang umrahnya gagal, untuk turut serta.

Kemudian di tahun 8 Hijriyah tepatnya bulan Ramadhan (bulan ke-9), terjadilah penaklukan kota Mekah (fathu Mekah). Selanjutnya, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam disibukkan dengan perang Hunain, dan perang thaif. Kemudian setelah masuk bulan Dzulqadah (th. 8 H) dari Thaif beliau mengambil miqat di Jiranah dan melakukan umrah. Setelah itu beliau balik ke Madinah.

Bulan Rajab, 9 hijriyah, beliau melakukan penyerangan ke Tabuk untuk menaklukan sebagian wilayah romawi. Setelah kembali ke Madinah, di bulan Dzulqadah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan Abu Bakar sebagai amirul haj (pemimpin haji). Beliau berangkat bersama 300 kaum muslimin. Dan inilah haji pertama dalam islam. Selama di Mekah dan awal dakwah di Madinah, kaum muslimin tidak melakukan haji. Kaum muslimin baru bisa melaksanakan haji, setelah kota Mekah ditaklukkan.

Puasa Arafah sudah ada sebelum adanya wukuf?

Kami tidak bisa memastikan hal ini, karena kita tidak tahu kapan tepatnya adanya anjuran puasa Arafah? Dan apakah haji yang dipimpin Abu Bakar as-Shidiq juga melakukan wukuf di Arafah?

Hanya saja, ada penggalan hadis yang bisa kita garis bawahi, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam terbiasa berpuasa tanggal 9 Dzulhijjah. Kalimat ini menunjukkan bahwa puasa arafah termasuk rutinitas beliau. Dan sesuatu iti disebut rutinitas jika dilakukan beberapa kali.

Bulan Dzulhijjah tahun 9 H, Abu Bakr berhaji, dan pada Dzulhijjah tahun 10 H, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berangkat haji.

Andai puasa arafah harus dilakukan bertepatan dengan kegiatan wukuf di arafah, dan kita menganggap bahwa haji yang dilakukan Abu Bakr juga ada wukuf di Arafah, berarti puasa Arafah yang dilakukan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam baru SEKALI. Tepatnya, ketika hajinya Abu Bakr Radhiyallahu anhu. Dan semacam ini tidak tepat jika disebut kebiasaan.

Terlebih, jika wukuf di Arafah pertama terjadi ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melakukan haji wada. Berarti Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah melakukan puasa Arafah, sekalipun belum ada kegiatan wukuf di Arafah.

Bisa jadi orang musyrik telah melakukan wukuf?

Kita tidak tahu bagaimana tata cara haji mereka. Dan andaipun mereka melakukan wukuf, tentu wukuf mereka tidak dianggap karena mereka orang musyrik. Lebih dari itu, kita tidak pernah mendapat riwayat bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam maupun para sahabat berusaha mencari tahu kapan hari wukufnya orang musyrikin, sehingga mereka jadikan acuan untuk pelaksanaan puasa Arafah. Sehingga puasa arafah yang dilaksanakan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat di Madinah, tidak dibarengi dengan kegiatan wukuf di Arafah.

Karena itu, kami berpendapat, bahwa puasa arafah adalah puasa di tanggal 9 Dzulhijjah sesuai daerah masing-masing. Sekalipun tidak bertepatan dengan kegiatan wukuf di Arafah. Karena puasa arafah tidak ada kaitannya dengan kegiatan wukuf di Arafah.Allahu alam.[ ]

Sumber Ustadz Ammi Nur Baits/konsultasisyariah –

 

See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2239478/puasa-arafah-sudah-ada-sebelum-ada-wukuf#sthash.rbcU1twq.dpuf

Data Terkini Korban Musibah Crane, Daker Makkah Pastikan 10 orang Jemaah Haji Indonesia Meninggal Dunia

Pemerintah Indonesia melalui Kepala Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat, menyampaikan update terbaru terkait jumlah korban jemaah Indonesia dalam insiden terjungkalnya crane di Masjidil Haram. Jumlah jemaah Indonesia yang wafat bertambah 3 orang lagi. KlikData Terkini Korban Musibah Crane

“Menambah jumlah korban wafat dari sebelumnya 7 orang menjadi 10 orang sebagaimana identitasnya telah kami sebutkan,” tutur Arsyad dalam jumpa pers di kantornya, Senin (14/09).

Berikut identitas 3 jemaah wafat yang baru bisa diidentifikasi:

1. Sriyana Marjosihono No Paspor B1188078 asal SOC 27
2. Masadi Saiman Tarimin No Paspor V222619 asal SUB 38
3. Siti Rukayah Abdu Samad No Paspor A2714350 kloter SUB 39

Arsyad mengatakan ketiga jemaah yang wafat ini adalah temuan baru, bukan dari daftar jemaah yang terluka. Arsyad juga mengaku masih meminta ketua kolter secara proaktif melapor ke Daker bila ada jemaahnya yang belum kembali ke penginapan sejak insiden crane itu terjadi.

“Yang dilakukan oleh kami ada tim dari perlindungan jemaah dan tim kesehatan selalu melakukan update kunjungan, monitoring ke RS Saudi dan tempat penyimpanan jenazah,” kata Arsyad menyinggung cara timnya mencari korban-korban dari jemaah haji Indonesia. (gagah/mch/ar)

 

sumber: Portal Kemenag

Satu Jamaah Lagi Dilaporkan Belum Kembali ke Pemondokan

Seorang jamaah kembali dilaporkan belum kembali ke pemondokan pascakejadian derek atau mobile crane terjungkal pada Jumat (11/9). Dengan demikian, ada dua jamaah yang dilaporkan belum kembali ke pemondokan hingga Ahad (13/9).

Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Arsyad Hidayat mengatakan sudah mendapatkan info ada dua jamaah yang dilaporkan belum kembali sejak kejadian pada Jumat lalu. “Belum termasuk dalam data ini jamaah wafat dan dirawat,” kata dia, Ahad (13/9).

Arsyad menerangkan Seksi Perlindungan Jamaah Daker Makkah sudah melakukan pengecekan ke rumah sakit yang di Makkah. “Kami akan telusuri dulu ke rumah sakit yang ada di Makkah, jangan nanti ambil kesimpulan mereka ghaib,” kata dia.

Daker Makkah juga akan menelusuri tempat penyimpanan jenazah di Almuaisim untuk menemukan jamaah haji Indonesia. Jika tidak ditemukan di rumah sakit dan penyimpanan jenazah Daker Makkah akan mengupayakan langkah terakhir.

Arsyad menerangkan Daker Makkah akan melaporkan ke Pemerintah Arab Saudi mengenai jamaah yang hilang. Ini juga sesuai mekanisme pada penyelenggaraan ibadah haji pada tahun-tahun sebelumnya.

“Kami sampaikan ada jamaah yang hilang kita ke keamanan Arab Saudi. Kalau ada penemuan apapun, mereka akan sampaikan ke kita,” kata dia.

Hingga Ahad (13/9) pukul 14.30 waktu Arab Saudi (WAS), jumlah jamaah yang menjadi korban derek terjungkal sebanyak 49 orang. Terdiri dari 42 jamaah yang mengalami luka dan tujuh orang meninggal.

Redaktur : Indira Rezkisari
Reporter : Ratna Puspita

 

sumber: Republika Online

Satu lagi jamaah haji Indonesia tewas akibat crane jatuh di Makkah

Kementerian Luar Negeri melalui Badan Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia (BPBHI) melaporkan satu lagi jamaah haji asal Indonesia tewas akibat alat berat crane jatuh i Masjidil Haram, Arab Saudi, dua hari lalu. Total korban tewas jamaah haji Indonesia menjadi tujuh orang. Demikian keterangan tertulis yang diterima merdeka.com, Ahad (13/9).

Sebelumnya dua jamaah haji asal Indonesia dilaporkan tewas akibat crane jatuh itu bernama Iti Rasmi Darmini dan Masnauli Sijuadil Hasibuan. Lima jamaah haji lainnya adalah:

1. Painem Dalio Abdullah No Paspor B 1258831 Kloter MES 8
2. Saparini Baharuddin Abdullah No Paspor B 1258832 Kloter MES 8
3. Nurhayati Rasad Usman No Paspor B 0393770 Kloter PDG 4
4. Ferry Mauludin Arifin No Paspor A 9464489 Kloter JKS 12
5. Adang Joppy Lili No. Paspor B 1197332 Kloter JKS 16

Jumlah jemaah haji yang terluka akibat peristiwa crane terjungkal di Masjidil Haram adalah 41 orang. 10 orang di antaranya sudah membaik kondisinya dan diizinkan pulang kembali ke kloternya.

Berikut 10 orang jemaah yang sudah kembali ke kloter:
1. Suji Syarbaini Irono (BTH 14)
2. Teti Herawati Mad Saleh (JKS 05)
3. Apip Sahroni Rohman (JKS 05)
4. Emmiwaty Janahar Saleh (MES 08)
5. Nur Baik Nasution (MES 09)
6. Ali Sabri Selamun (PDG 07)
7. Endang Kaswinarni Poerwomarton (SOC 46)
8. Eniwaty Muhammad Syarif (BTH 01)
9. Dewi Laila Mufida (MES 08)
10. Nuruddin Baasith Sujiyono (SUB21)

Sementara 30 jamaah haji Indonesia masih menjalani perawatan di lima rumah sakit Arab Saudi dan satu orang lagi dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI).

Total jamaah haji Indonesia yang jadi korban menjadi 48 orang.

 

 

sumber: Merdeka.com

Video Amatir Insiden Jatuhnya Crane di Masjidil Haram

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, ARAB SAUDI — Setidaknya 107 orang tewas dan 230 lainnya luka-luka tertimpa crane yang jatuh di Masjidil Haram, Arab Saudi, Jumat (11/9). Crane pembangunan dan perluasan Masjidil Haram itu patah dan runtuh menimpa sejumlah Jamaah Haji akibat badai yang melanda Makkah.

Keruntuhan terjadi pada pukul 17.23 waktu setempat. Berdasarkan data terakhir, hingga pukul 23:00 waktu Arab Saudi, ada dua jamaah asal Indonesia yang wafat pada peristiwa itu. Selebihnya, 32 jamaah mengalami luka ringan dan berat.

Setelah insiden tersebut, seluruh akses ke Masjidil Haram sempat disterilisasi. Namun, aktivitas ibadah di Masjidil Haram tetap berlangsung.

Video Editor: Casilda Amilah/Republika Online

Redaktur : Sadly Rachman
Reporter : Casilda Amilah

Niat Ibadah Singkirkan Ketakutan Usai Musibah Crane Jatuh

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH — Jamaah haji asal Indonesia masih mendominasi pergerakan di Masjidil Haram, Makkah, pada Sabtu (12/9). Rasa khawatir pascainsiden crane terjatuh di pinggir area mataf pada Jumat (11/9) tidak mengurungkan langkah kaki jamaah haji asal Indonesia.

Seperti jamaah calon haji asal Cakung, Jakarta Timur, Muhammad Said (64 tahun) yang datang bersama temannya, Muntame (65 tahun) ke Masjidil Haram sekitar pukul 10.00 waktu Arab Saudi (WAS). Keduanya berniat melakukan tawaf lalu shalat di Hijir Ismail.

Dia mengaku khawatir kejadian crane terjatuh bakal terulang. Namun, dia menyingkirkan perasaan khawatir ketika hendak berangkat ke Masjidil Haram “Ya, takut enggak takut tapi berangkat saja,” kata Said sembari diamini oleh Muntame.

Jamaah asal Jawa Barat, Mashudi, juga mengaku khawatir ketika berangkat ke Masjidil Haram. “Kalau takut dan khawatir, perasaan itu pasti ada,” kata dia. Namun, dia tetap berangkat ke Masjidil Haram bersama istri dan dua temannya.

Menurut dia, kondisi Masjidil Haram ternyata tidak berubah dibandingkan sebelum kejadian crane terjatuh pada Jumat (11/9). Jamaah dapat melakukan aktivitas ibadah dengan normal.

“Tadi saya tawaf seperti biasa meski ada area yang ditutup,” kata jamaah asal Kloter Jakarta-Bekasi (JKS) 40 ini.

Mashudi mengatakan, area tawaf tidak terlalu terganggu karena lokasi jatuhnya crane berada di pinggir, dekat pintu masuk sekaligus penghubung mataf dan sa’i. “Memang sangat padat, tapi sebelum kejadian juga sudah padat,” ujar dia.

Jamaah haji asal Indonesia bergabung dengan jamaah dari seluruh dunia. Jamaah yang baru melakukan umrah qudum atau kedatangan melakukan tawaf dan sa’i dalam rombongan besar. Jamaah yang sudah beberapa hari tinggal di Makkah berangkat ke Masjidil Haram dalam kelompok kecil dua hingga tujuh orang.

Redaktur : Indah Wulandari
Reporter : Ratna Puspita

Dua Jamaah Haji Indonesia Wafat dan 21 Luka dalam Kecelakaan Crane

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Dua jamaah haji Indonesia dikabarkan wafat dalam kecelakaan jatuhnya crane di Masjidil Haram. Sementara korban luka dari Indonesia yang terdata mencapai 21 orang.

Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah, Alfarizi menjelaskan bahwa kedua jamaah haji Indonesia yang wafat tersebut berasal dari embarkasi Medan dan Jawa Barat. Sementara hingga saat ini korban luka yang terdata ada 21 orang yang tersebar di empat rumah sakit di sana.

Jamaah yang wafat ini rencananya akan dimakamkan di Arab Saudi. Pihak pemerintah akan melakukan koordinasi dengan pihak maktab untuk pemakamannya.

Redaktur : Joko Sadewo