Panitia Safariwukufkan 125 Jemaah Haji

Makkah (PHU)—Tak seluruh jemaah haji yang berada di Tanah Suci bisa melaksanakan wukuf di Arafah Senin (20/8) nanti. Sedikitnya 125 jemaah akan disafariwukufkan karena harus masih menderita sakit kambuhan dan mengalami demensia.

Jumlah itu dihimpun hingga Jumat (17/8) sore. “Namun angka tersebut bisa saja berubah, karena bisa saja ada yang wafat maupun ada tambahan dari jemaah yang sakit,” kata Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Nizar di Kantor Daker Makkah, Sabtu (18/8) malam.

Nizar menjelaskan jemaah yang mengalami demensia atau disorientasi akan disafariwukufkan, dengan kawalan ketat petugas haji. Menurut dia, jemaah yang mengalami disorientasi tidak dibadalhajikan karena masih bisa dibawa ke Arafah.

Ia mengingatkan wukuf merupakan esensi haji sehingga sebisa mungkin jemaah dihadirkan di Arafah. Selain itu, para jemaah yang mengalami demensia atau disorientasi di Tanah Suci terkadang langsung sembuh begitu tiba di Tanah Air.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memutuskan pukul 07.00 waktu setempat pada Ahad (19/8) merupakan batas akhir penentuan jumlah jemaah yang perlu disafariwukufkan.

Menurut Nizar, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Pusat Kesehatan Haji sempat berpendapat bahwa jemaah yang mengalami disorientasi sebaiknya dibadalhajikan. “Tapi dalam rapat kemarin kita sepakati disafariwukufkan dengan catatan dikawal ketat agar tidak membahayakan orang lain,” kata Nizar.

Jemaah yang bisa disafariwukufkan yakni mereka yang apabila digerakkan tidak membahayakan jiwanya. Selain itu juga mereka yang tidak tergantung dengan alat yang tidak bisa dipindahkan.

Bagi jemaah yang mengalami sakit parah dan berergantung pada alat yang sifatnya tidak bisa dipindahkan ke tempat lain, akan dibadalhajikan. Jemaah lain yang dibadalhajikan yakni yang wafat di Tanah Suci. Jamaah ghaib yakni yang tidak diketahui keberadaannya ketika dilakukan pendataan terakhir juga akan dibadalhajikan.

Untuk kepentingan safari wukuf, PPIH Arab Saudi telah menyiapkan bus sebanyak 10 unit. Jemaah yang disafariwukufkan akan berbaring jika tak bisa duduk di bus-bus tersebut.

“Kapasitas busnya pun berbeda, bus untuk jemaah yang bisa duduk akan muat lebih banyak. Tapi kalau bus yang diisi jemaah yang harus terbaring maksimal 12 jemaah,” kata Nizar.

Sebelumnya, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusup Singka menyebutkan, kriteria safari wukuf adalah jemaah masih memiliki kesadaran baik, bisa dipindah tanpa merusak fungsi organ tubuh, penyakitnya tidak menular, pernapasan baik, dan tak dalam krisis hipertensi. (mch/ab).

Indonesia Turunkan 4520 Petugas Haji di Arab Saudi, Menag : Ini Sejarah Baru

Makkah (PHU)—Tahun ini, Indonesia mencatat sejarah baru dalam penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi. Pada tahun ini Pemerintah Indonesia telah menurunkan 4.520 petugas haji yang terdiri dari 2.535 petugas kloter, 755 petugas nonkloter, dan 1.230 petugas pendukung.

Demikian dikatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan sambutannya pada acara Ta’aruf Konsolidasi Petugas Haji 1439 H/2018 M dalam Rangka Persiapan Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna), Rabu (15/8) malam di Al Wihdah 1 Tower Hotel, Jarwal, Makkah, Arab Saudi.

“Inilah sejarah penyelenggaraan haji yang didukung jumlah petugas terbesar,” tegas Menag.

Dalam sambutannya, Menag mengatakan, penambahan kuota petugas ini didasari dari pengalaman tahun 2017 lalu, saat Indonesia untuk pertama kalinya mendapatkan kuota normal menjadi 221.000 dari sebelumnya 168.800. Karena sejak tahun 2014 kuota Indonesia berkurang 20% dari kuota normalnya, tapi di tahun 2017 lalu kuota haji Indonesia kembali normal, bahkan ditambah 10 ribu jemaah.

“Sehingga awalnya jumlahnya sebesar 168.800 orang kemudian menjadi 221 ribu, ada penambahan 52.200 jemaah,” jelas Menag.

Namun, penambahan kuota jemaah ini tidak dibarengi dengan jumlah petugas yang melayani jemaah yang saat itu hanya 3524 petugas. “Jadi bisa dibayangkan pengalaman kita tahun lalu jamaah haji meningkat tapi petugasnya tetap,” ucap Putra Mantan Menag Saifuddin Zuhri ini.

Atas penambahan kuota petugas tahun ini, memang tak luput dari peran kerjasama yang baik antara Kementerian Agama dengan DPR RI Khususnya Komisi VIII.

“Saya mengapresiasi DPR khususnya Komisi VIII yang telah menyetujui penambahan petugas haji kita, bahkan tidak hanya menyetujui justru merekalah para para pimpinan dan para anggota Komisi VIII yang sejak awal mengusulkan perlunya penambahan jumlah petugas kita,” ujar Menag.

Turut hadir Dubes Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel, Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR Fadli Zon serta Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar. (mch/ha)

Menag: Pemerintah Bukannya Tak Mau Fasilitasi Jemaah untuk Tarwiyah

Mekah – Pemerintah Indonesia melalui Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) tidak memfasilitasi jemaah haji untuk melaksanakan tarwiyah sebelum ke Arafah. Menag Lukman Hakim Saifuddin mengatakan pemerintah bukannya tidak mau memfasilitasi, tapi terkendala masalah teknis operasional di Arab Saudi.

Tarwiyah adalah melakukan napak tilas perjalanan yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Jemaah tarwiyah akan melakukan perjalanan dari Mekah ke Mina sejauh 14 kilometer menjelang tanggal 8 Zulhijah. Lalu, setelah itu perjalanan berlanjut keesokan harinya dari Mina ke Arafah untuk bergabung dengan jemaah lainnya yang berangkat dari Mekah, langsung ke Arafah untuk menjalani wukuf pada 9 Zulhijah.

Ada jemaah haji yang menempuh perjalanan tarwiyah dari Mekah-Mina itu dengan jalan kaki. Ada pula yang naik bus.

Lukman mengatakan praktik tarwiyah tersebut tidak memungkinkan untuk dijembatani naqabah atau otoritas yang membawahi seluruh bus di Arab Saudi. Jumlah jemaah haji Indonesia 221 ribu, terlalu besar untuk dibawa melakukan perjalanan ke Mina sebelum ke Arafah.

“Tidak memungkinkan bagi naqabah membawa seluruh jemaah haji Indonesia dengan rute seperti tadi itu. Dari Mekah ke Mina, baru ke Arafah,” ujar Lukman di kantor Daker Mekah, Senin (13/8/2018).

Kerajaan Arab Saudi juga sudah menetapkan tahapan keberangkatan untuk pelaksanaan puncak haji. Dalam jadwal dari pemerintah Arab Saudi itu, tidak ada tahapan untuk melaksanakan tarwiyah lebih dulu.

“Yang diberlakukan naqabah adalah membawa 221 ribu jemaah kita dari hotel di Mekah, lalu kemudian langsung ke Arafah. Itu pun dilakukan dalam tiga fase pada tanggal 8 Zulhijah,” tutur Lukman.

Tiga fase itu diawali fase pertama, yakni rombongan jemaah diberangkatkan pukul 8 pagi, lalu siang hari, kemudian sore hari.

“Jadi bukan pemerintah tidak mau memfasilitasi jemaah kita yang melaksanakan tarwiyah, tapi karena keterbatasan teknis operasionalisasi dari pergerakan jemaah kita. Sebagaimana ketentuan tarwiyah itu. Bagaimanapun, kita harus tunduk kepada pemerintah Saudi Arabia karena ini kan bukan kewenangan kita, tergantung dengan mobilitas jemaah haji kita,” jelas Lukman.

Namun, Lukman menggarisbawahi, pemerintah tidak melarang jemaah melakukan tarwiyah. Jemaah yang mau melaksanakan tarwiyah diwajibkan melapor agar bisa didata.

“Syaratnya, mereka harus melapor kepada ketua regu masing-masing, ketua rombongan, ketua kloter, dan kepala sektornya, agar dicatat. Siapa saja yang tarwiyah dengan konsekuensi mereka bertanggung jawab terhadap transportasi, konsumsi selama jemaah berada di Mina pada malam dan pagi. Dan tentu keselamatannya,” tutur Lukman.

“Karena itu, KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) harus betul-betul beertanggung jawab kalau ingin menempuh tarwiyah ini. Karena pemerintah tidak memfasilitasi. Bukan karena tidak mau, tapi karena tidak memungkinkan melayani 200 ribu jemaah kita dengan pola tarwiyah. Karena naqabah perusahaan bus tidak memungkinkan untuk itu,” sambungnya.
(fjp/idh)

DETIKcom

Saudi Gagas Mecca Road, Jemaah Haji RI Bisa Paling Diuntungkan

Mekah – Dubes RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel mengungkap adanya proyek besar Mecca Road yang tengah digagas negara itu. Jika proyek ini terwujud, jemaah haji Indonesia bisa menjadi pihak yang paling diuntungkan.

“Satu lagi, Saudi akan membuat proyek besar yang disebut dengan Thorriq Makkah atau Mecca Road yang berekspektasi setiap musim haji ada 5 juta jemaah haji dan saya yakin jemaah yang mendapat fasilitas dari Saudi ini adalah Indonesia,” ujar Agus.

Hal itu disampaikan Agus usai mengikuti rapat koordinasi dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang dipimpin langsung oleh amirul hajj, Menag Lukman Hakim Saifuddin. Mecca Road ini merupakan proyek Saudi di bidang infrastruktur untuk menunjang pelayanan haji di Mekah.

“Mecca road ini 2030 (direncanakan direalisasikan), sebuah giant project dalam masalah pelayanan haji,” ujar Agus.

Agus mengatakan, sebelum proyek infrastruktur itu terealisasi, Saudi juga telah lebih dulu memberikan pelayanan khusus kepada jemaah haji Indonesia. Pelayanan itu berupa perekaman biometrik yang dipindahkan. Dari yang dulunya di bandara Saudi kini bisa dilakukan di embarkasi.

Karena pemindahan biometrik itu, jemaah tinggal menjalani pemeriksaan satu sidik jari setibanya di bandara Saudi. Khusus untuk jemaah dari embarkasi yang bertolak dari bandara Cengkareng dan Surabaya, mereka sama sekali tak perlu menjalani pemeriksaan saat keluar di bandara Saudi. Jalur ini kemudian dikenal dengan istilah fast track.

“Inovasi fast track ini adalah hadiah terbesar saudi kepada Indonesia,” ujar Agus.

Jemaah haji Indonesia merupakan rombongan jemaah haji terbesar dari satu negara. Setiap tahunnya, Indonesia memperoleh kuota haji dengan jumlah terbanyak di antara negara-negara berpenduduk muslim lainnya. Penentuan kuota haji ini mengacu dari kesepakatan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 1987 di Amman, Jordania.

Pada KTT OKI tersebut diputuskan bahwa dari 1.000 orang penduduk muslim di suatu negara, hanya 1 orang yang punya kesempatan untuk menyelenggarakan haji. Makin banyak warga muslim di negara itu, maka makin banyak kuota haji yang diperolehnya. (fjp/dkp)

DETIK.com

Menu Katering Jemaah di Bandara Jedah Istimewa

Jedah (PHU)—Jemaah haji akan menerima makan satu kali saat berada di Bandara King Abdul Aziz Jedah. Bagi jemaah gelombang dua akan menerima saat kedatangan, sedang jemaah gelombang satu akan menerima konsumsi di bandara Jedah saat pemulangan. Menunya pun cukup istimewa. Seperti apa proses pengolahan dan dapur kateringnya?

Penyedia konsumsi jemaah di bandara Jedah dilakukan oleh dua katering. Fahad Esam Bobsait dan Al Musbah. Keduanya berada di dalam terminal haji bandara Jedah. Saat dilakukan visitasi oleh Kadaker Airport Arsyad Hidayat dan Kepala Seksi Katering Sukaidi, kedua dapur tersebut dinyatakan telah siap.

Arsyad memeriksa seluruh peralatan masak, bahan baku, tempat penyimpanan, dan tempat packing.

“Peralatannya cukup modern. Ada 6 penggorengan besar khusus melayani katering Indonesia,” kata Arsyad saat berada di dapur katering Al Musbah, Senin (23/7/2018) siang.

Arsyad juga menanyakan juru masak Al Musbah. Teknik pengolahan, pengemasan, dan diatribusi menu juga menjadi pembahasan hangat antara Arsyad dengan pengelola katering.

“Mereka menyediakan 12 juru masak asli Indonesia yang dibagi dalam dua shift,” terang Arsyad.

Mengenai proses penggorengan ayam goreng, juga kata Arsyad, menggunakan minyak yang hanya akan dipakai maksimal lima kali.

“Tadi dijelaskan bahwa minyak rutin diganti. Proses gorengnya sekali goreng mampu 300 porsi,” ujar Arsyad.

Saat berada di dapur Al Musbah memang tampak alat-alat masak cukup canggih dan bersih. Tampak penggorengan modern dilengkapi timer 12 skala berjajar di meja. Salah satu juru masak juga selalu mengukur suhu minyak tetap optimum agar hasilnya bagus.

Setiap satu paket menu berisi nasi 400 gram, sayur, ayam goreng, apel, pudinh, dan air mineral dua botol masing-masing 330 ml. Menu juga dilengkapi dengan saus cabe, sendok, garpu, pisau plastik, tisue kering, dan tisue wangi.

Siang itu rombongan Daker Airport juga berkesempatan mencoba menu Jemaah haji. Menurut Arsyad rasa dan tekstur masakan cocok dengan citarasa Indonesia.

Pengemasannya juga akan langsung dimasukkan ke tempat khusus untuk menjaga kebersihan dan suhu makanan. Setiap hari katering juga harus mebgirimkan sampel ke Daker.

Dapur Al Musbah juga menyediakan mobil golf yang telah dimodifikasi. Di bagian belakang dibuat bak baja layaknya mobil pick up. Mobil ini mampu mengangkut menu untuk jemaah dua kloter sekali jalan. (ab/ab).

KEMENAG RI