Allah Bekerja dengan Cara Misterius (3, Selesai)

Semua ini aku katakan kepada Parwana. Aku berkata kepadanya, “Engkau yang telah menjadi penghulu umat Islam pernah berkata, Aku telah mengorbankan diriku, kecerdasanku serta seluruh kuasa pertimbangan dan penilaianku.

“Semuanya kulakukan demi melanjutkan keberadaan Islam dan menyebarkannya. Tetapi sejak engkau menyandarkan keyakinan pada dirimu dan tidak berpaling pada Tuhan untuk menyadari bahwa apa pun berasal dari-Nya, maka Tuhan menjadikan usaha keras kalian menjadi sebab kemunduran Islam. Engkau telah menyatukan diri kalian dengan Kaum Tartar. Engkau bantu mereka untuk meruntuhkan kaum Syria dan Mesir, kemudian membiarkan kerajaan Islam dalam kehancuran.”

Hal yang nyata-nyata telah menjadi sebab ekspansi Islam justru telah pula menjadi sebab bagi kemundurannya. Maka, dalam keadaan yang amat menakutkan ini, kembalilah kepada Tuhan. Berikanlah sedekah agar Dia melindungi engkau dari keadaan jahat yang menakutkan. Janganlah berputus as a dari Dia, bahkan apabila Dia melemparkan engkau dari ketaatan ke dalam pembangkangan. Karena engkau selalu berpikir bahwa kepatuhanmu ada dalam dirimu. Jangan berputus asa tetapi kembalilah kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati, karena Dia Maha Kuasa.

Sungguh Dia mampu untuk mengubah kepatuhan menjadi pembangkangan. Dia juga mampu untuk mengubah pembangkangan menjadi kepatuhan dan Dia akan memberi kalian pengampunan. Dia mampu menyediakan kalian jalan dan peralatan untuk berjuang dengan keras sekali lagi demi pengembangan Islam. Janganlah berputus asa, karena tidak ada yang berputus asa dari kasih sayang Tuhan, kecuali orang-orang kafir [QS.l2:87].

Tujuanku adalah membuatnya bisa memahami, memberinya sedekah, dan merendahkan diri sendiri di depan Tuhan. Karena dari keadaan paling terpuji dia bisa berubah ke keadaan yang paling hina, bagaimanapun dia mesti selalu berharap.

Tuhan mencipta dengan cara yang misterius. Sebuah benda barangkali terlihat baik jika dilihat dari luar, tetapi mungkin di dalamnya terdapat kejahatan. Jangan sampai seorang pun terpedaya oleh rasa bangga. Kebanggaan yang selalu menganggap bahwa dia telah menyerap suatu gagasan yang baik ataupun telah melakukan amal baik. Apabila segala sesuatu adalah sebagaimana tampaknya, Nabi Muhammad tidak akan memperingatkan umatnya dengan peringatan yang keras dengan sabdanya, “Tunjukkan kepadaku suatu hal sebagaimana adanya! Engkau membuat suatu hal menjadi tampak indah padahal kenyataannya buruk; engkau membuat suatu hal tampak buruk padahal di dalam kenyataannya indah. Maka tunjukkan kepada kami suatu hal sebagaimana adanya, kalau tidak kami akan jatuh ke dalam perangkap dan akan selamanya salah.” Jadi, sejernih dan sebaik apa pun penilaianmu, betapapun indah tampaknya, tidak akan lebih baik daripada penilaiannya, dia berbicara sebagaimana yang dia lakukan. Jangan selalu menyandarkan penilaian pada setiap pikiran dan pendapatmu, tetapi berendah hatilah dirimu di depan Tuhan dan takutlah kepada-Nya.

Demikianlah tujuanku berbicara seperti itu kepada Parwana. Meski demikian, dia menerapkan ayat dan penafsiran ini dengan caranya sendiri. Dia berkata, “Pada saat ini, apabila kita hendak menggerakkan pasukan, janganlah menyandarkan kekuatan hanya kepada mereka. Bahkan apabila terkalahkan, kita mesti tidak berputus asa untuk tetap mengharapkan rahmat Tuhan. Kita tetap mengharapkan kasih-Nya di saat kita diliputi ketakutan dan ketidakberdayaan.” Dia menerapkan kata-kataku untuk tujuannya sendiri, sedangkan tujuanku telah aku jelaskan di atas.[ ]

Sumber : “Yang Mengenal dirinya yang mengenal Tuhannya”, Maha Karya Jalaluddin Rumi.

 

sumber: Inilah.com