Balasan Bagi Orang Dengki

Suatu ketika di satu daerah, ada raja yang peduli dengan nasib rakyatnya.  Untuk mendengarkan keluhanya setiap beberapa pekan, dia selalu mengundang semua rakyatnya untuk datang ke istana dan bertatap muka.  Pada pertemuan tersebut raja membebaskan rakyat bertama, baik secara perorangan maupun berkelompok.

Pada pertemun itu raja siap menerima siapa saja yang menemuinya. Baik untuk menyampaikan masalahanya masing-masing atau mau memberikan masukan pada kepemimpinan sang raja. Benar pada waktu yang sudah ditentukan itu semua undangan yang kebanyakan dari rakyat jelata itu memenuhi ruang tunggu istana.

Di antara mereka yang menyampaikan keluhan, ada yang memberikan masukan ada pula yang hanya menyampaikan kata-kata hikmah lalu pergi tanpa bicara panjang lebar setelah berjabatangan dengan raja. Beberapa pekan kemudian raja kembali menggelar kegiatan yang sama yakni pertemuan antara raja dan rakyat jelata.

Ketika acara belum dimulai dan rakyat sudah menunggu di ruang tunggu istana, raja teringat dengan seorang anak muda yang menyampaikan kata-kata singkat namun penuh makna. Lalu raja memanggilnya. “Acara sudah dibuka silahkan kalian menyampaikan apa saja yang kalian mau sampaikan. Tapi sebelum itu saya ingin memanggil kepada anak muda yang berada di barisan tengah itu,”

Semua rakyat jelata yang berada di ruang tunggu saling memandang dan menunjuk diri sendiri. Namun semua orang yang menunjuk dirinya masing-masing itu bukan yang dimaksud raja. Namun, berkat bantuan dari pengawalnya orang yang dimaksud raja itu akhirnya dipersilakan untuk menemui raja terlebih dahulu.

Setelah bertatap muda dengan raja, orang yang diminta  lebih dulu menemuinya raja itu tidak banyak bicara. Dia hanya mengatakan, “Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya.” kata anak muda dan langsung pergi.

Setiap kali ada pertemuan raja dan rakyat jelata, kata-kata hikmat itu yang selalu disampaikan anak muda. Namun kata-kata singkat itu menjadikan anak muda itu dekat dengan raja. Ketika ada acara yang sama dia selalu diberikan kesempat pertama untuk menemui raja. Apa yang disampaikannya masih sama yakni. “Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya.”

Melihat anak muda itu selalu dinomor satukan, timbul rasa iri dan dengki dari setiap pengunjung kepada anak muda tersebut. Di antara sekian banyak orang yang iri dan dengki ada satu orang anak muda yang iri dan dengkinya sudah meluap.

Setelah semua rakyat selesai menyampaikan keluhan, giliran anak muda yang dengki itu terakhir menemui raja. Saat bertemu dia juga tidak panjang lebar dan hanya berkata.  “Lelaki itu (yang anda panggil dulua) jika keluar dari sini selalu berbicara buruk tentang anda. Ia juga berkata bahwa baumulutmu busuk.”

Mendengarkan perkataan itu, raja hanya  terdiam dan langsung meminta dokter perawat pribadinya untuk  memeriksa keadaanya mulutnya. Apakah benar mulutnya memang berbau busuk. Setelah diperiksa keadaannya baik-baik saja tanpa ada masalah.

Pada pertemuan selanjutnya, anak muda yang dengki itu duduk di tepi jalan yang biasa dilalui oleh anak muda yang dianggap yang paling akrab dengan raja, karena selalu dipanggil lebih dulu. Tujuan anak muda pendengki itu mencegatnya adalah untuk mengajaknya kerumah sebelum berangkat ke istana “Kemarilah, singgahlah ke rumahku, nanti kita sama-sama ke istana,”

Mendengarkan tawaran itu anak muda yang akrab dengan raja itu mau. Dan setelah berada di rumahnya, si pendengki itu menawarkan makanan yang bahannya banyak menggunakan bawang merah dan putih. Lelaki yang akrab dengan raja itu awalnya menolak, namun karena tidak ingin mengecewakan pemilik rumah akhirnya dimakan juga.

Tentunya, setelah makan bawang merah dan putih baunya tidak mudah hilang. Setelah mengabiskan makan yang disediakan si pendengki, mereka berdua pergi ke istana. Seperti biasa anak muda itu dipanggil lebih awal oleh raja dan berkata. “Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya.” Kata anak muda itu sambil menutup mulutnya.

 

Melihat perilaku yang tidak biasa yang dilakukan anak muda itu, rupanya raja tersinggung. Raja mengira apa yang diengarnya waktu itu memang benar. Bahwa anak muda itu telah menggunjingnya. “Rupanya benar perkataan orang itu, ia benar-benar menganggap mulutku bau.” Kata dalam hatinya

Merasa direndahkan,  sang raja kemudian memikirkan suatu rencana jahat terhadap anak muda itu. Raja lalu meminta anak muda itu menyampaikan surat hasil tulisan tangannya. “Bawalah surat ini dan serahkanlah kepada fulan.” Ternyata, surat itu berisi, “Jika sampai kepadamu pembawa surat ini, maka sembelih dan kulitilah dia, kemudian isilah tubuhnya dengan jerami.”

Setelah itu, anak muda itu keluar hendak membawa surat raja kepada si fulan. Di tengah jalan ia bertemu dengan si pendengki. “Apa yang kamu bawa?” tanyanya. “Surat raja untuk fulan. Surat ini beliau tulis dengan tangannya sendiri.

Si pendengki itu tahu, biasanya beliau tidak pernah menulis surat sendiri, kecuali dalam urusan pembagian hadiah. “Berikanlah surat itu kepadaku, aku ini sedang butuh uang,” pintanya. Ia kemudian menceritakan kesulitan hidupnya. Karena kasihan, surat itu akhirnya ia serahkan kepada si pendengki.

Si Pendengki menerimanya dengan senang hati. Setelah sampai di tempat tujuan, ia menyerahkan surat itu kepada teman raja. “Masuklah ke sini, raja menyuruhku membunuhmu,” kata teman raja.

Si pedengki kaget dia tidak percaya bahwa suratnya itu diperintahkan untuk membunuh sipembawa surat yang pertama. Si pedengki itu mencoba bernegoisaasi dan berkata.  “Yang dimaksud bukan aku, coba tunggulah sebentar biar kujelaskan,” katanya dengan ketakutan.

Namun si penerima surat tidak mengindahkannya. “Perintah raja tak bisa ditunda,” katanya.  Seketika si pendengki itu dibbunuh, dan langsung menguliti dan mengisi tubuh si pendengki dengan jerami.

 

Keesokan harinya, lelaki itu datang sebagaimana biasa dan berkata, “Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya.” Raja heran melihatnya masih hidup. Setelah diselidiki, terbongkarlah keburukan si pendengki.

Raja akhirnya meminta penjelasan anak muda itu. Kata anak muda itu bahwa bahwa ia diundang oleh sorang laki-laki dan menawarkan makanan yang banyak bawang merah dan putih nya. Kebetulan pada saat itu kata anak muda itu bertepatan dengan acara pertemuan raja dan rakyat. “Agar bau mulutku tidak tercium oleh mu, maka aku tutup mulutku.”

Lanjut anak muda itu, setelah keluarnya dari istana anda. “Orang yang mengajak aku kerumahnya menemuiku dan menanyakan titipanmu. Aku lalu menyerahkannya setelah dia menceritakan kesusahannya.”

Mendengar jalannya cerita, tahulah raja bahwa orang itu ternyata dengki kepada sahabatnya. Raja berkata “Benar ucapanmu. Jika orang yang berbuat baik akan mendapat balasan, dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya.”

Rasulullah SAW pernah bersabda, “Janganlah kamu semua dengki mendengki, jangan putus memutuskan hubungan persaudaraan, jangan benci membenci, jangan pula belakang membelakangi (seteru menyeteru) dan jadilah kamu semua hamba Allah sebagai saudara, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadamu semua” (HR Bukhari dan Muslim).

Perlu disadari bahwa perasaan iri dan dengki diantara saudara merupakan hal yang wajar sehingga diperingatkan oleh Rasulullah melalui hadits di atas, dengan catatan selama dilakukan dalam batas-batas kewajaran. Kewajaran yang bagaimana? Ya, selama tidak menjadi menghalang untuk saling mencintai, kasih mengasihi, mendambakan kebaikan bagi saudaranya dan bahagia dengan prestasi yang diraihnya.

 

 

sumber: republika Online