ISIS Gagal Paham Soal Esensi Ajaran Islam

Peristiwa penyerangan dua menara kembar di Amerika Serikat oleh segerombolan teroris pada sembilan belas tahun lalu (11/9/2011) telah meyisakan duka mendalam bagi umat manusia. Dalam insiden itu 3000 orang tewas. Dan mau tidak mau wajah Islam ikut tercoreng di mata dunia.

Aksi teror ini terus bergulir, bak tak ada ujungnya. Dalam melancarkan aksinya, mereka memakai beragam motif tempur. Dari meledakan bom, memberedel korban dengan senjata api, memperalat warga dengan iming – iming harta dan bidadari, memarginalkan kaum hawa hingga mengeksploitasi anak di bawah umur.

Para ekstremis ini tidak segan – segan menyiksa siapa saja yang tidak sepaham dengan mereka. Segala hal dilakukan seperti menyusupkan ancaman dan teror terhadap warga. Sebuah pembuktian atas eksistensi kehebatan atau lebih tepatnya kedunguan mereka.

Anehnya, tindakan yang begitu keji, bengis dan brutal itu tidak jarang dilakukan oleh oknum – oknum yang mengaku muslim. Dan mereka dengan dada membusung menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Lalu sebenarnya apakah betul perbuatan mereka itu sesuai dengan ajaran Islam ? Untuk mengetahui hal tersebut, mari kita ambil sampel aksi aksi satu organisasi teroris terhits di masa sekarang yaitu Negara Islam Irak dan Suriah atau yang populer dengan sebutan ISIS.

1.Penyiksaan Terhadap Non-Muslim

Dalam buku Islam bukan ISIS, Dr.Suaib dkk kisah – kisah kebrutalan ISIS terhadap non-Muslim, misalnya terhadap tawanan laki – laki. Diceritakan para tawanan disiksa hingga merenggang nyawa. Mereka dibunuh dengan cara diseret menggunakan kendaraan, digorok, ditenggelamkan hingga dibakar hidup – hidup.

Sementara tawanan wanita non-Muslim dipersekusi dengan cara diperkosa. Para militan ISIS membual bahwa saat 10 orang militan ISIS menyetubuhinya, perempuan non-Muslim tadi otomatis akan menjadi muslimah.

Dengan landasan tidak berdasar itu, mereka melakukan pelecehan seksual terhadap tawanan – tawanan non-Muslim dan melakukan pembunuhan secara biadab. Sungguh, perbuatan yang sangat jauh dari tuntunan agama bahkan menyalahi ajaran agama Islam itu sendiri.

Sejatinya Islam adalah agama rahmatanlil’alamin, artinya tidak hanya mengandung kebaikan untuk umat Islam tapi untuk seluruh alam. Hal ini sesungguhnya telah dicontohkan oleh Rasullullah. Sebagaimana tertera dalam buku – buku sirah, beliau merupakan sosok yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan persatuan.

Piagam Madinah layak jadi bukti konkret. Nabi memprakarsai perjanjian agar semua orang apapun latar belakang dan agamanya bisa hidup damai dalam sebuah struktur sosial. Beliau pun melarang umat Islam memaksa non-muslim untuk memeluk agama Islam apalagi mengganggu mereka.

Dalam peperangan, Islam menegaskan tidak boleh membunuh wanita dan anak – anak. Bahkan terhadap tawanan perang pun harus diperlakukan dengan baik dan adil. Dan Islam jelas – jelas melarang perlakuan buruk terhadap non-Muslim selagi mereka tidak memerangi umat Islam.

Sebagaimana tertuang dalam Surat Al Mumtahanah ayat 8 : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu”.

2.Memandang Rendah Wanita

“ISIS melakukan penyiksaan, perkosaan, hingga pembunuhan kepada perempuan tanpa memandang usia, tidak terkecuali kepada gadis – gadis di bawah umur yang mereka tawan. Para gadis yang berusia belasan atau belim genap 10 tahun itu mereka siksa terus menerus”. (Dr. Suaib Tahir dkk, Islam bukan ISIS hal.29)

“Perempuan – perempuan yang tidak menggunakan jilbab jika ditemukan di jalan – jalan maka akan diperkosa dan dipaksa memenuhi kebutuhan seksualnya kemudian menggilir perempuan itu kepada seluruh pimpinan – pimpinannya dan komandan – komandannya”. (BNPT, Waspada ISIS hal.17).

Penindasan yang mereka lakukan seperti perilaku di masa Jahiliah hanya berbeda model saja. Jika di masa Jahiliah anak – anak perempuan dibunuh karena takut membebani. Di masa sekarang ISIS membunuh mereka dengan bertopeng dalih agama.

Padahal jika membaca sejarah, Islamlah yang telah menghapus praktek – prektek amoral tersebut. Mengajarkan kita arti kebebasan. Artinya setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang tidak boleh dirampas oleh siapapun.

Oleh karenanya, jika memang para teroris ini benar – benar mengamalkan hukum Islam, seperti yang kerap mereka teriakan, seharusnya mereka menghapus segala macam kezaliman dan kejahatan, bukan malah sebaliknya.

Rasulullah pun sudah melarang umatnya agar tidak berbuat keji, tidak meneror, tidak memaksakan kehendak dan tidak merampas hak seorang wanita. Ingatlah Rasulullah pernah bersabda : “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.”.

3.Eksploitasi Anak

“Terdapat dua cara yang umum dilakukan ISIS terhadap anak – anak yang berhasil mereka tawan, yakni dibunuh secara langsung atau dibunuh secara perlahan dengan mempersiapkan mereka menjadi pelaku bom bunuh diri”. (Dr. Suaib Tahir dkk, Islam bukan ISIS hal.30).

Pembunuhan terhadap anak dan menjerumuskan mereka pada tindak kriminal sama sekali tidak dapat dibenarkan. Dalam ajaran Islam nyawa merupakan sesuatu hal yang teramat mahal sehingga menempati posisi puncak dalam disiplin ilmu maqashid.

Begitu pula nyawa seorang anak. Mereka memiliki hak hidup sama seperti orang dewasa. Sebagaimana Allah berfirman :“Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka

Rasulullah sebagai tuntunan umat Islam pun amat menyayangi anak – anak. Sebagai contoh, tatkala beliau sujud dalam shalatnya, tiba – tiba Hasan bin Ali melompat ke pundak dan tengkuk beliau. Lalu Rasulullah mengangkat kepalanya dengan perlahan agar Hasan tidak terjatuh.

Terorisme Bukan Ajaran Islam

Dari sini bisa kita lihat bersama, bahwa klaim para teroris -ISIS dan sejenisnya – yang berkoar bahwa aksi brutal mereka berdasar ajaran agama Islam tidak lebih dari omong kosong belaka. Bagaimana pun juga agama Islam tidak pernah membenarkan kekerasan meski misalnya dengan tujuan yang baik.

Sejatinya, yang dikehendaki Islam adalah kebaikan, perdamaian, persaudaraan dan persatuan. Nilai – nilai yang sudah tentu akan membawa manfaat dan kebahagiaan bagi alam semesta.

Oleh karena itu, mereka yang mengecam, mengintimidasi, merugikan dan menghancurkan tatanan sosial masyarakat bisa dipastikan telah melenceng dari ajaran agama Islam itu sendiri.

BINCANG SYARIAH

ISIS Hancurkan Situs Islam, Amerika Serikat Lindungi?

Amerika Serikat berada di lokasi saat terjadi penghancuran situs Islam bersejarah.

Artikel yang ditulis Raymond Stock di Middle East Forum menyoroti tentang banyaknya situs budaya yang dirusak oleh kelompok Negara Islam (ISIS) dalam perang dan Amerika Serikat yang disebut justru melindungi situs budaya. Raymond Stock sendiri merupakan anggota penulis Middle East Forum dan pengajar Bahasa Arab di Louisiana State University.  

Dalam artikel tersebut, Raymond menyoroti tentang Amerika Serikat yang kerap melindungi situs budaya saat perang berlangsung. Misalnya pada puncak ketegangan AS-Iran setelah pembunuhan yang ditargetkan terhadap Jenderal Qasem Soleimani pada Januari 2020 lalu. 

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat itu menyatakan, bahwa jika terjadi serangan lebih lanjut oleh Teheran, ia telah memilih 52 target sebagai balasan Amerika Serikat, yang di antaranya adalah situs budaya.

Pernyataan Trump tersebut lantas disambut oleh kemarahan publik dan penolakan oleh pejabat seniornya sendiri. Tiga hari kemudian, Trump mundur dari rencana penyerangan yang menargetkan situs budaya itu. Ia menekankan, bahwa penargetan situs budaya adalah ilegal dan ia ingin mematuhi hukum. 

“Kelompok Islami dan barbar lainnya menyerang situs budaya, sedangkan orang Amerika tidak. Sebaliknya, AS memiliki tradisi bertindak untuk melindungi situs budaya selama masa perang,” demikian tulisan Raymond Stock dalam artikelnya di Middle East Forum, dilansir pada Rabu (1/7). 

Dia menjabarkan soal sikap Amerika dalam Perang Dunia II, di mana Presiden Franklin Roosevelt secara pribadi mengizinkan pembentukan unit militer khusus, yang kemudian dijuluki Monuments Men. Unit tersebut bertugas untuk melindungi situs budaya utama dan karya seni Eropa yang dijarah Nazi, termasuk yang dimiliki negara-negara Axis.

Upaya militer AS untuk melindungi situs budaya di zona perang itu dikatakan melampaui kewajibannya untuk tidak melukai mereka yang berada di bawah Konvensi Jenewa, Konvensi Den Haag 1954 untuk Perlindungan kekayaan Budaya dalam Kegiatan Konflik Bersenjata, dan Departemen Pertahanan soal Hukum Perang Manual. 

Aturan dalam konvensi itu menyatakan bahwa properti budaya, area yang mengelilinginya, dan peralatan yang digunakan untuk perlindungannya harus dijaga dan dihormati. 

Dalam Perang Teluk 1991 untuk membebaskan Kuwait dari pendudukan Irak, komandan militer Amerika Serikat bertemu dengan banyak pakar tentang situs arkeologi dan warisan lainnya untuk belajar mengenali dan melindungi tempat-tempat ini. 

Selama bertahun-tahun sesudahnya, pemerintah AS dan lembaga lainnya mengeluarkan upaya serius untuk memulihkan sekitar 2.000 benda penting yang dicuri selama konflik.

Namun, hanya beberapa yang ditemukan pada saat invasi yang dipimpin Amerika Serikat di Irak pada 2003. Amerika Serikat kemudian dikritik lantaran dinilai gagal melindungi perpustakaan dan museum negara, yang beberapa di antaranya dijarah dan bahkan dibakar dalam perang tersebut.

Lembaga Coalition Provisional Authority (CPA) yang dibentuk Amerika Serikat kemudian mulai mengatur upaya tidak hanya melindungi tempat-tempat tersebut, tetapi juga memulihkan dan mengembalikan artefak yang hilang, dicuri, serta rusak. Demikian pula dengan koleksi perpustakaan dan arsipnya.

Menurut Raymond, banyak bantuan asing dari Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah, termasuk misalnya di Mesir. Ia mengatakan, bantuan itu ditujukan untuk melestarikan dan memulihkan masjid bersejarah, gereja, dan monumen lain sebagai tidak hanya hubungan masyarakat yang baik, tetapi untuk menyimpan kenangan umum dari umat manusia.

Bahkan, kata Raymond, ada program khusus untuk menyelamatkan artefak-artefak budaya dan sakral yang terancam punah dari komunitas besar Yahudi Irak, yang seringkali dipaksa untuk meninggalkan negara itu, dan properti mereka pada 1940-an dan 1950-an. Pada Februari 2004, dia kembali ke Irak, setelah sebelumnya pernah dia kunjungi beberapa kali pada akhir 1980-an.

Di sana, Raymond melakukan survei pribadi tentang kerusakan yang dilakukan oleh kelompok massa di tengah kejatuhan pemerintah setempat. Mereka merusak perpustakaan, museum dan koleksi manuskrip. 

Menurut Raymond, telah dilaporkan secara luas bahwa hampir semuanya telah dihancurkan. Akan tetapi, penyelidikannya sendiri mengungkapkan bahwa kemungkinan sekitar 15 hingga 30 persen dari museum, perpustakaan, dan koleksi dokumenter lainnya telah hilang, setidaknya di wilayah Baghdad. 

Dalam surveinya, Raymond juga melibatkan wawancara dengan sejumlah pakar Irak dan Amerika, dan banyak kunjungan ke lembaga-lembaga. Dia berkeliling kota tanpa senjata di dalam mobil terbuka ditemani sopir lokal. Menurutnya, sopir itu disediakan kerabatnya yang merupakan pasangan orang buangan Irak yang dulu terkait dengan Saddam Hussein. Saat dia berkunjung ke sana, kerap terjadi baku tembak, penculikan dan ledakan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Masjid Agung Nouri Mousul Irak menjadi salah satu saksi penghancuran

Namun sayangnya, Raymond tidak dapat membuktikan kunjungan pribadinya saat di situs-situs arkeologi karena alasan keamanan. Kala itu, dia diberitahu oleh anggota staf di museum nasional Irak di Baghdad dan yang lainnya, bahwa tempat-tempat itu telah dijarah secara sistematis melalui pengaturan korup yang diduga dibuat oleh keluarga Saddam Husein sendiri. Penjarahan berlanjut setelah rezim Saddam digulingkan.

Insiden yang paling terkenal adalah penjarahan Museum Irak di Baghdad. Saat terjadi insiden tersebut, tidak ada perlindungan Amerika Serikat. Amerika Serikat saat itu diserang pers karena dianggap lalai menjalankan tugas.

Namun, menurut Raymond, dari percakapannya dengan staf museum tersebut, dia menemukan bahwa unit pasukan Amerika Serikat, dilengkapi dengan setidaknya satu tank, sebenarnya telah datang ke bundaran di samping museum untuk menjaga museum tersebut di awal periode ini. 

Namun, mereka tampaknya telah ditarik setelah terjadi baku tembak dengan sekelompok gerilyawan Fedayeen Saddam yang telah mengambil alih museum. Raymond diberitahu, bahwa salah satu dari orang-orang bersenjata itu telah diterbangkan dari sebuah tonggak menara Assyrian di pintu masuk, seperti yang dibuktikan oleh sebuah lubang besar di atas gerbang yang melengkung. 

Dengan kata lain, Raymond menyebut bahwa pasukan Amerika Serikat tidak meninggalkan lembaga yang tidak berdaya tersebut. Namun, mereka mundur dari satu tempat yang diduduki oleh pejuang musuh.

“Sekitar sepekan kemudian, pasukan Amerika kembali untuk mengamankan museum dan pekarangan. (Apa yang saya dengar dari staf museum terdengar sangat mirip dengan laporan yang dilaporkan Letnan Kolonel Eric Schwartz dengan tindakan yang diambil oleh unitnya sendiri dari Divisi Infanteri Ketiga Amerika Serikat pada malam 9 April 2003),” katanya. 

Namun demikian, Raymond menekankan bahwa puing-puing paling parah dari warisan budaya Irak tidak terjadi saat itu atau bahkan selama pemberontakan panjang dan berdarah setelah invasi 2003.

Dia mengatakan, penghancuran berat justru terjadi selama pendudukan empat tahun (2014-2018) oleh kelompok Negara Islam (ISIS), yang sebagian besar di Irak barat dan barat laut.

Kelompok tersebut secara sistematis meledakkan atau menghancurkan segala sesuatu dari sisa-sisa kota kuno Nimrod di Provinsi Ninawa (Nineveh). Mereka menghancurkan masjid dan gereja abad pertengahan, museum barang antik di Mosul, dan banyak perpustakaan serta koleksi dokumen. Belum lagi, tindakan pembunuhan dan perbudakan dari orang-orang Kristen, Yazidi, dan minoritas agama lain yang sudah jauh berkurang. Mereka dianggap kelompok Negara Islam sebagai sesat.

Raymond lantas menyebut bahwa perang untuk membebaskan Irak dari momok kelompok Negara Islam telah memberikan harapan bagi pemulihan sejumlah situs budaya utama di negara itu. Itu termasuk masjid, gereja, biara, dan lainnya. Seperti yang kini dilakukan oleh badan-badan seperti University of Pennsylvania Museum. 

Menurut Dr Richard Zettler di museum tersebut, saat berbicara dengannya pada 21 Februari 2020, proyek mereka tidak terbatas mencakup situs arkeologi, tetapi juga monumen budaya lainnya. 

Zettler mencatat, bahwa Badan Pembangunan Internasional AS di Irak utara sedang memulihkan Masjid al-Nuri di Mosul. Masjid ini sempat menjadi tempat Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan keberadaan kekhalifahan ISIS pada Juli 2014. Namun, Masjid al-Nuri kemudian diledakkan oleh para pejuangnya saat mereka mundur dari kota Mosul pada 2018. 

Selain itu, Angkatan Darat Amerika Serikat, dalam kemitraan dengan Smithsonian Institution di Washington, DC, akhir-akhir ini mendirikan sebuah organisasi baru, Satuan Tugas Warisan Budaya (Cultural Heritage Task Force). Organisasi tersebut berfungsi untuk melindungi situs dan artefak yang dirusak dalam perang yang sedang berlangsung.


KHAZANAH REPUBLIKA


Jihad, Syariat Agung Islam yang Ternodai Laku Ekstremis

Jihad diperuntukkan untuk melawan serangan musuh bukan kekufuran.

Jihad, merupakan salah satu syariat Islam yang agung. Namun, konsep Islam tersebut dimaknai secara keliru oleh umat Islam dan masyarakat dunia. 

Dalam buku “Jihad Melawan Teror” karya Grand Syekh al-Azhar, Mesir, Syekh  Ahmad ath-Thayyib, yang diterjemahkan Baba Salem, dan diterbitkan penerbit Lentera Hati, terungkkap para ulama dunia menjelaskan ciri-ciri hakiki ajaran Islam yang santun, memanusiakan manusia, dan syariatnya yang memiliki tujuan-tujuan luhur. 

Penjelasan dalam buku ini sekaligus untuk meluruskan kesalahpahaman terhadap konsep-konsep yang sering dijadikan sandaran oleh pelaku teror yang mengatasnamakan agama. 

Islam tidak pernah mengajarkan penganutnya untuk merusak atau menganggu kehidupan manusia, apapun agamanya. Justru, Islam hadir di dunia ink untuk memberikan kemudahan dan rasa aman.  

Buku ini berisi makalah-makalah yang disampaikan dalam Muktamar Internasional al-Azhar Mesir untuk memerangi radikalisme dan terorisme pada Desember 2014 lalu. 

Meskipun buku ini termasuk sudah lama, isu-isu tersebut masih relevan untuk disebarluaskan karena Indonesia pun saat ini tengah gencar memerangi terorisme.   

Syekh al-Azhar, Ahmad ath-Thayyib mengajak kepada para ulama dunia agar tidak menutup mata terhadap pikiran-pikiran ekstrem dan radikal yang merusak kalangan muda muslim. Pasalnya, kelompok-kelompok ekstrem telah banyak menyelewengkan ajaran Islam.  

Kaum ekstrem dan radikal itu misalnya kerap menyelewengkan konsep jihad dari makna yang sebenarnya. Karena itu, mereka tak segan membunuhi siapa saja yang mereka kehendaki dengan anggapan bahwa yang mereka lakukan itu adalah jihad, dan jika terbunuh dianggap syahid.   

“Ini adalah salah satu kesalahan terbesar dalam memahami syariat Islam,” kata ath-Thayyib.  

Dia menjelaskan bahwa dalam Islam, jihad disyariatkan untuk melindungi jiwa, agama, dan negara. Ulama-ulama Islam dulu telah jelas mengajarkan bahwa yang membolehkan pembunuhan kepada orang lain adalah aksi menyerang dari pihak lawan, bukan karena faktor kekufuran. 

Selain itu, keputusan jihad dan pelaksanaannya juga hanya boleh dilakukan pemimpin yang memiliki otoritas, bukan orang per orang atau kelompok, apapun dan bagaimanapun keadaannya. Jika tidak demikian, maka masyarakat akan kacau dan akan banyak terjadi pertumpahan darah.  

Islam mengharamkan pelanggaran terhadap setiap jiwa manusia, terlepas dari perbedaan agama dan keyakinan. Allah SWT berfiman dalam Alquran, yang artinya:   

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa siapa membunuh seseorang, bukan karena itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia.” (QS al-Ma’idah [5]: 32). 

Menurut guru besar Fakuktas Dirasat Islamiyah Universitas al-Azhar Mesir, Muhammad Salim Abu ‘Ashi, jihad adalah menganugerahkan tenaga dengan berbagai bentuknya untuk meninggikan kalimat Allah dan menyebarkan agama yang benar kepada umat manusia. 

Sedangkan jihad dalam Islam adalah pohon yang dahannya dialog, ajakan secara bijaksana dan nasihat yang baik guna menyampaikan hakikat Islam yang benar kepada akal budi. Sementara, jihad perang adalah cabang dari jihad dakwah, layaknya ranting dari dahan pohon.  

Hal ini ditegaskan dalam surah al-Furqan yang diturunkan di Makkah: “Maka janganlah engkau taati orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka dengannya (Al-quran) dengan (semangat) perjuangan yang besar,” (QS. al-Furqan [25]:52). 

Menurut Abu ‘Ashi, firman ini merupakan perintah tegas kepada Nabi SAW untuk melakukan jihad dakwah kepada orang kafir saat masih berada di Makkah sebelum perang diwajibkan. Hal serupa juga disebutkan dalam surah an-Nahl yang juga diturunkan di Makkah.  

Jadi, menurut dia, bagian Alquran yang diturunkan pada periode makkah tersebut mengandung kata jihad yang berarti dialog. Karena, sewaktu masih di Makkah umat Islam belum punya sesuatu yang harus dibela dengan perang.  

Atas dasar itu, dalam Islam tidak ada jihad perang yang bertujuan memaksa manusia untuk memeluk Islam. Hal ini sebagaimana firman Allah yang berbunyi: “Tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam.”   

REPUBLhttps://khazanah.republika.co.id/berita/pp4740320/jihad-syariat-agung-islam-yang-ternodai-laku-ekstremisIKA


ISIS itu dari Salafi?

Benarkah ISIS itu Salafi?

Berbagai isu negatif yg menjangkiti umat islam, diantaranya ada yang mengatakan, isis itu berasal dari salafi. Apakah ini benar?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Salafi secara bahasa berasal dari kata salaf [السلف] yang artinya pendahulu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membisikkan kepada Fatimah, ketika beliau merasa ajal beliau sudah dekat.

وَإِنِّى لاَ أُرَى الأَجَلَ إِلاَّ قَدِ اقْتَرَبَ فَاتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى فَإِنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ… يَا فَاطِمَةُ أَمَا تَرْضَىْ أَنْ تَكُونِى سَيِّدَةَ نِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ

“Saya merasa bahwa ajalku telah dekat, karena itu bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah. Karena sebaik-baik pendahulu adalah saya bagimu.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Fatimah, tidakkah kamu senang jika kamu menjadi pemimpin para wanita mukminin…” (HR. Bukhari 5928 & Muslim 6467)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pendahulu bagi putrinya, Fatimah. Karena beliau meninggal sebelum Fatimah.

Disebut salafy, diberi tambahan ya nisbah [السلفي] yang berarti pengikut. Sehingga disebut salafi, karena mereka memiliki komitmen untuk mengiring ajaran islam murni, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat.

Selanjutnya, kita akan melihat kondisi isis. Kita tidak sedang membahas secara detail siapa itu isis. Hanya ada ada beberapa catatan mengenai ideologi isis, agar kita bisa bandingkan dengan kondisi beberapa kegiatan dakwah di tanah air.

Diantara ideologi isis yang bisa kita kenali,

[1] Mengklaim bahwa pimpinan mereka adalah Khalifah yang wajib dibaiat dan ditaati oleh setiap muslim sedunia.

Dan ini bagian dari ciri Khawarij. Dalam sejarah Islam, mereka selalu mengaku bahwa pemimpin mereka adalah pemimpin yang sah dan mutlak untuk ditaati.

[2] Mengkafirkan setiap muslim yang tidak mau membai’at khalifah mereka.

Dan ini juga bagian dari ciri Khawarij. Mereka terbiasa mengkafirkan orang Muslim yang tidak mau menerima pandangan dan pendapatnya.

[3] Menghalalkan darah setiap orang yang tidak mau membai’at khilafah mereka.

Dalam doktrin ISIS, Muslim yang di luar kelompok mereka – yang mereka sebut sebagai orang murtad –, lebih utama untuk dibunuh dan diperangi sebelum memerangi orang-orang kafir asli.

[4] Mewajibkan setiap muslim untuk membatalkan baiat mereka kepada pemimpin negara mereka masing-masing.

Karena itu, isis dimana-mana menyerukan pemberontakan terhadap pemimpin kaum muslimin di negara mereka masing-masing.

Beberapa ideologi ini bisa disaksikan dengan kasat mata bagi mereka yang membaca berita tentang isis.

[5] Orang yang melakukan dosa besar, boleh dibunuh.

Menurut mereka, seorang pemimpin harus terlepas dari dosa-dosa besar. Bila seorang pemimpin terjatuh  dalam dosa besar, wajib diganti. Bahkan harus dibunuh karena dia telah kafir disebabkan dosa besar, kecuali jika dia bertaubat dan menyatakan keislamannya kembali.

Antara ISIS dan Salafy

Untuk melihat bagaimana prinsip dakwah salafi, kita bisa menyimak buku dan referensi yang sering diajarkan para dai salafi kepada masyarakat. Jika kita sebut, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pemimpin dakwah salaf, bararti karya beliau bisa dijadikan representasi prinsip ajaran salafi.

Ada beberapa hal yang menonjol dari karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab,

[1] Menegakkan tauhid yang benar

Tidak ada yang salah dengan dakwah, mengajak masyarakat kembali kepada ajaran tauhid yang benar. Bahkan tauhid merupakan tujuan dasar manusia dan jin diciptakan. Anda bisa membaca firman Allah di surat ad-Dzariyat,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka memurnikan ibadah kepada-Ku.” (QS. ad-Dzariyat: 56).

Ada banyak karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang menjadi bukti perhatian beliau terhadap pemurnian tauhid, seperti; Kitabut tauhid, Qawaidul arba’, al-Ushul at-Tsalatsah, Kasyfu as-Syubuhat, dan masih banyak lagi risalah masalah tauhid yang beliau sebarkan ke masyarakat yang menjadi sasaran dakwah beliau.

Dan tidak ada dalam kitab-kitab itu yang mengkafirkan ahli kiblat (kaum muslimin). Yang ada adalah meluruskan sebagian tradisi kaum muslimin yang menyimpang dari ajaran tauhid yang benar.

Ini sangat berbeda dengan isis. Orang yang mendengar isis bisa memahami dengan pasti bahwa pusat perhatian isis adalah bagaimana mengajak manusia untuk membaiat khalifah mereka. terlepas dari latar belakang aqidahnya.

[2] Mengakui dan taat kepada pemimpin muslim yang sah

Di beberapa karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, beliau menegaskan bahwa bagian dari prinsip islam adalah mengakui dan mentaati pemimpin yang sah di negara mereka.

Dalam kitab yang berjudul al-Ushul as-Sittah (6 prinsip dalam beragama), beliau menyatakan di prinsip kedua,

أمر الله بالاجتماع في الدين ونهى عن التفرق فيه، فبين الله هذا بياناً شافياً تفهمه العوام ، ونهانا أن نكون كالذين تفرقوا واختلفوا قبلنا فهلكوا

Allah perintahkan untuk bersatu di atas agama yang benar, dan melarang berpecah belah. Allah jelaskan dengan penjelasan yang sangat jelas, bisa dimengerti oleh orang awam. Dan Allah melarang kita untuk meniru umat sebelum kita yang berpecah dan berselisih, sehingga mereka binasa.

Kemudian di prinsip ketiga, beliau menyatakan,

أن من تمام الاجتماع السمع والطاعة لمن تأمر علينا ولو كان عبداً حبشياً

Dan bagian dari kesempurnaan dalam menjaga persatuan adalah mendengar dan taat kepada pihak yang menjadi pemimpin kita, meskipun dia seorang budak dari Ethiopia.

Meskipun pengandaian ini tidak mungkin terjadi. Karena pemimpin tidak mungkin seorang budak. Namun, sekalipun pemimpin negara kita bukan termasuk orang yang memenuhi kriteria pemimpin yang ideal, kita tetap diwajibkan untuk tunduk dan taat, selama tidak memerintahkan untuk maksiat.

Prinsip ini juga ditegaskan para ulama salafi yang lainnya. Seperti Syaikh Abdus Salam bin Barjas, yang menulis buku khusus mengenai adab rakyat terhadap pemerintahnya, yang berjudul ‘Muamalah al-Hukkam’. Dalam buku ini, beliau banyak menegaskan pentingnya mentaati pemerintah di masing-masing wilayah. Beliau sebutkan banyak dalil dan keterangan para ulama salafi.

Karya lain yang ditulis ulama salafi mengenai pentingnya mentaati pemerintah adalah al-Adillah as-Syar’iyah fi Bayan Haq ar-Ra’i wa ar-Ra’iyah, karya Syaikh Muhammad bin Abdillah as-Subayyil. Buku ini menjelaskan tugas dan kewajiban rakyat kepada pemerintah dan sebaliknya, pemerintah kepada rakyatnya.

Ibarat langit dan bumi, ketika prinsip di atas disandingkan dengan ideologi isis. Mereka memiliki prinsip, semua pemerintah di wilayah selain daulah islamiyah adalah kafir dan wajib diberontak. Dan rakyat wajib melengserkan pemimpinnya jika mereka melakukan kesalahan yang statusnya dosa besar.

[3] Tidak mengkafirkan satupun kaum muslimin, disebabkan dosa besar

Terdapat banyak pernyataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang menegaskan bahwa beliau tidak menngkafirkan ahli kiblat seorangpun. Kecuali perbuatan dosa yang dinyatakan sebagai kekufuran oleh syariat, seperti dosa syirik, sihir, menghina Allah atau menghina syariat, dst.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan,

لا نكفر أحداً من أهل القبلة بذنب، وإنما نكفر لهم، بما نص الله، ورسوله، وإجماع

Kami tidak mengkafirkan siapapun di kalangan ahli kiblat, disebabkan perbuatan dosa yang mereka lakukan. Kami hanya menilai kafir disebabkan perbuatan yang dinyatakan oleh Allah, Rasul-Nya dan ijma ulama bahwa itu kekufuran. (ad-Durar as-Saniyah, 1/293).

Sangat berbeda dengan prinsip isis. Mengkafirkan kaum muslimin, sudah menjadi tabiat dasar mereka, bahkan dengan alasan itu, mereka jadikan sebagai alasan untuk menghalalkan darah mereka.

Dan jika kita perhatikan, belum pernah kita jumpai di dunia maya maupun nyata, bantahan terhadap isis yang melebihi bantahan para ulama dan dai salafi. Mereka tidak hanya mengingatkan masyarakat terhadap bahaya kekejaman dan pembantaian isis. Sampai mereka juga membantah dari sisi ideologi dan landasan berfikirnya.

Ada satu kumpulan artikel para ulama salafi, yang semua berisi bantahan untuk isis berikut ideologinya. Anda bisa lihat kumpulan itu di: http://sunnahway.net/node/2589

Demikian pula, tidak ada negara yang lebih dimusuhi isis, melebihi negara yang digelari wahabi (Saudi). Sampai mereka bertekad untuk menghabisi semua rakyat Saudi. Anda bisa lihat pernyataan kemarahan mereka di:

Bukankah banyak anggota isis yang dulu belajar di timur tengah?

Kami tidak menjumpai bukti otentik tentang itu. Andaipun itu benar, seharusnya anda bisa membedakan mana guru mana murid. Dulu Washil bin Atha (Founder pemikiran Mu’tazilah) adalah muridnya Hasan al-Bashri. Namun tidak ada satupun yang mengatakan, Mu’tazilah adalah pengembangan dari ajarannya Hasan al-Bashri. Dulu, Juhayman bin Muhammad al-Uthaibi (pembajak Masjidil Haram) adalah muridnya Syaikh Ibnu Baz. Meskipun tidak ada satupun orang yang mengatakan, pembajakan masjidil haram berasal dari pemikiran Syaikh Ibnu Baz…

Ketika murid menyimpang, guru yang baik tentu tidak disalahkan.

Bisa jadi ada anggota isis yang dulunya belajar di Saudi, tapi itu sama sekali tidak sejalan dengan prinsip yang diajarkan para ulama Saudi.

Demikian, Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Read more https://konsultasisyariah.com/29717-isis-itu-dari-salafi.html

Islam Tak Ajarkan Bom Hancurkan Gereja

DARI Abu Hurairah radhiyallahu taala anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan Bilal pada saat perang Khoibar untuk menyeru manusia dengan mengatakan,

“Tidak akan masuk surga kecuali jiwa seorang muslim. Mungkin saja Allah menolong agama ini lewat seorang laki-laki fajir (yang bermaksiat).” (HR. Bukhari no. 3062 dan Muslim no. 111)

Pelajaran dari hadis di atas:

1. Setiap muslim janganlah mudah tertipu dengan setiap orang yang terang-terangan mengatakan dirinya membela Islam, baik mereka mengatakan bahwa dirinya berjihad, berdakwah ilallah, beramar maruf nahi mungkar atau merekalah satu-satunya yang semangat dalam membela panji-panji Islam. Maka janganlah cepat-cepat menghukumi atau merekomendasi atau menerima klaim mereka dan memotivasi untuk duduk di majelis mereka sampai diketahui bahwa mereka benar-benar mengikuti ajaran Rasul.

Karena kebanyakan orang hanya asal klaim bahwa ia benar, ia di atas jihad, ia membela Islam, namun ternyata jauh dari tuntunan Islam. Islam tidak pernah mengajarkan bom bunuh diri, walaupun itu demi menghancurkan gereja. Islam tidak pernah mengajarkan meletakkan bom di tempat maksiat, walaupun diletakkan di bar-bar tempat maksiat. Karena segala sesuatu ada aturannya, tidak asal-asal kita melakukan nahi mungkar. Tidak asal-asalan kita menghancurkan tempat maksiat. Ada penguasa atau yang diperintah oleh penguasa yang punya tugas dalam hal ini. Jika kita tidak punya kekuasaan kita bisa peringatkan perbuatan mungkar dengan lisan atau tulisan. Dan minimal kita ingkari dalam hati jika kita tidak mampu dengan hal tadi. Itulah selemah-lemahnya iman.

2. Tidak diingkari bahwa sebagian ahli bidah ada yang membela kebenaran atau mengklaim dirinya di atas kebenaran atau barangkali awal-awalnya saja membela, namun kemudian menyimpang dari jalan yang benar sebagaimana kisah dalam hadits di atas. Akan tetapi sekali lagi, tidak setiap yang mereka lakukan atau yang mereka namakan jihad, kita langsung membenarkannya. Tetap harus dinilai dan ditimbang dengan ajaran Islam.

Walillahil hamd, wallahu waliyyut taufiq. [rumaysho]

 

Inilah Mosaik

baca juga: Wanita Bercadar di Antara Pelaku Aksi Teror? Buktikan Kalian Tidak Seperti yang Diduga!

Pembantaian di masjid Sinai, Mesir: ‘Pelaku membawa bendera ISIS’

Aparat keamanan Mesir mengatakan pelaku serangan terhadap peserta salat Jumat di sebuah masjid di Sinai, membawa bendera kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam atau ISIS.

Sedikitnya 305 orang tewas dalam serangan tersebut, yang dilakukan saat salat Jumat dan sejauh ini belum ada kelompok yang mengklaim sebagai penanggungjawab.

Jaksa Penuntut Umum Mesir mengatakan ada sekitar 30 orang pelaku serangan di lokasi kejadian, sementara Presiden Abdul Fattah al-Sisi berjanji melakukan serangan dengan “kekuatan maksimal”.

Militer Mesir sejauh ini telah melakukan serangan udara terhadap apa yang disebut senagai target “teroris”.

Pasukan keamanan Mesir telah bertahun-tahun memerangi kelompok pemberontak Islam di semenanjung Sinai, dan kelompok militan yang berafiliasi dengan apa yang disebut Negara Islam atau ISIS mengaku berada di balik sejumlah serangan mematikan di wilayah gurun pasir tersebut.

Serangan terhadap jemaat salat Jumat di sebuah masjid di kota Bir al-Abed, Sinai, yang menewaskan 305 orang warga sipil merupakan serangan paling brutal di negara itu.

Masjid Al-Rawda semula diserang dengan bom dan kemudian puluhan orang bersenjata, yang menunggu di luar, menembaki orang-orang yang mencoba melarikan diri. Beberapa penyerang diketahui mengenakan topeng dan seragam bergaya militer.

Para penyerang dilaporkan membakar kendaraan yang diparkir di sekitar masjid untuk memblokir akses ke gedung tersebut, dan menembaki mobil ambulan yang hendak melarikan korban ke rumah sakit terdekat.

Tiga puluh anak termasuk di antara korban yang tewas dan lebih dari 100 orang terluka akibat pembantaian tersebut.

“Apa yang terjadi merupakan aksi untuk menghentikan kebijakan kami dalam memerangi terorisme,” kata Presiden Abdul Fattah al-Sisi dalam pidato di televisi beberapa jam setelah serangan tersebut.

“Dengan kekuatan maksimal, angkatan bersenjata dan polisi kami akan melakukan balasan terhadap pelaku serangan.”

Siapa kelompok militan yang beroperasi di Sinai?

Kelompok militan meningkatkan serangan di Sinai setelah militer Mesir menggulingkan Presiden Mohammed Morsi, yang didukung kelompok Islamis, menyusul demonstrasi anti-pemerintah pada Juli 2013.

Ratusan polisi, tentara dan warga sipil terbunuh sejak saat itu, sebagian besar akibat serangan yang dilakukan oleh kelompok yang berafiliasi dengan ISIS di wilayah Sinai.

Kelompok ISIS juga mengaku bertanggungjawab atas serangan mematikan terhadap kelompok minoritas Kristen Koptik Mesir di Sinai. Mereka juga mengaku bertanggungjawab atas pemboman pesawat Rusia yang membawa wisatawan ke Sinai pada 2015 dan menewaskan 224 orang di dalamnya.

Mereka juga mengaku sebagai pelaku serangan yang menewaskan 33 orang petugas keamanan di wilayah utara Sinai, yang sejak Oktober 2014 ditetapkan dalam kondisi darurat.

Provinsi Sinai diperkirakan akan menjadi target penguasaan kelompok ISIS untuk mengubahnya menjadi provinsi Islam.

 

BBC Indonesia

Mengenal “ISIS Made In Iran”

SEJAK dimulainya konflik Suriah dunia mengenal Negara Islam Iraq dan Syam (Daesh/IS) atau popular disebut ISIS.  Di kalangan milisi beralisan Syiah juga ada kelompok sejenis. Peran abu-abu yang dilakoni oleh sebagaian kaum mullah berupa perekrutan tentara sektarian dari warga Arab sendiri untuk bertarung dengan sesama; kini sudah sampai pada titik yang tidak tertahankan lagi.

Mungkin banyak dari kita yang tidak mengerti akan bahaya besar ini. Ada kelompok yang akrab disebut “Al-Hashd Al-Sha’abi” di Iraq dan di Suriah.  Dalam bahasa Inggris disebut People’s Mobilization Forces/PMF atau juga disebut  Popular Mobilization Units (PMU).  Banyak juga yang menyebutnya dengan “ISIS- IRAN”.

Al-Hashd Al-Sha’abi ini secara finansial dan moral  totalitas didukung oleh Iran. Selain membuat “ISIS” Iran juga membentuk  “ISIS-ISIS” sektarian lainnya untuk dijadikan sebagai  “ISIS-ISIS” alternatif.

Buktinya adalah berbagai tindakan kriminal dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh pasukan  “Al-Hashd” yang mirip betul dengan berbagai tindakan kejahatan yang dilakukan oleh ISIS induk dan bahkan seringkali lebih sadis dan lebih bekat dan lebih menggenaskan.

Pasukan Popular Mobilization Force Iraq Menuju Aleppo dukung Bashar

Kita lihat saja nanti seperti apa perlakuan  “Al-Hashd” setelah pasukan ISIS induk kalah di Mosul dan Mosul kini dikuasai sendiri oleh “Al-Hashd” atau “ISIS-Sayaiah” yang kiblat politiknya ke Iran ini dan dibiayai seutuhnya oleh Iran.

Lihat saja, bagaimana perlakuan mereka pada penduduk Mosul.

Tidak usah jauh-jauh , lihat saja ke Yaman, di sana Iran juga  juga punya peliharaan “ISIS”, namanya milisi Al-Hautsi (al Houthi) Yaman beserta teman-temannya. Perhatikan saja seperti apa kejahatan kemanusian yang dilakukan oleh Hautsi terhadap warga sipil di Yaman.

“ISIS-Houtsi” ini sangat berbahaya buat Arab Saudi mengingat posisi mereka berbatasan langsung dengan negera tersebut. Bahkan mereka sudah melakukan berbagai tindakan kejahatan di perbatasan Yaman-Saudi yang sudah memakan banyak korban nyawa dan luka-luka, baik dari warga Saudi apalagi dari warga  Yaman sendiri.

Baru-baru ini juga, ketika Aleppo jatuh ke tangan “ISIS-Iran”. Apa yang kita saksikan? Brigadir Zahir Saket, komandan lapangan dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan komandan Dewan Militer Revolusioner di Aleppo, mengungkapkan tentang pembantaian yang dilakukan oleh “ISIS-ISIS Iran” yang dibantu oleh pasukan Rezim Bashar al-Assad terhadap warga sipil di Aleppo.

Saket mengungkapkan, “milisi-milisi Sayaiah, ketika mereka memasuki Aleppo, memperkosa ibu-ibu dan putrinya yang berumur 13 tahun dan  membunuh abangnya di depan mereka, lalu “ISIS-ISIS” Iran itu mengumpulkan anak-anak di daerah Sakhour setelah mereka kuasai dan duduki. Lalu mereka pun memasang pengeras suara dan menyalakannya selama pemerkosaan terhadap para Muslimah di sana berlangsung, agar seisi wilayah itu mendengarkan jeritan pilu para Muslimah yang mereka perkosa itu,” ujarnya  dilansir situs Masralarabia.

Siapa Mengirim Pasukan Baret Hijau Iran ke Suriah?

Kekejaman ISIS induk seperti ini belum seberapa jika dibanding dengan kekejaman kemanusiaan yang dilakukan oleh “ISIS made in Iran” ini.

Yang  jadi problem besar itu adalah gelombang besar  intervensi Iran yang dilakukan secara terang-terangan terhadap urusan internal Dunia Islam, dimana implikasi dan konsekuensinya akan terus mempengaruhi secara negatif terjadap kita pada  tahun-tahun mendatang.

ISIS/DAESH Iraq adalah contoh konkrit terkait hal ini. Di mana pasukan koalisi terus melakukan bombardir selama bertahun-tahun, namun sampai sekarang belum mampu menghabisi  organisasi ISIS. Aksi yang pada awalnya dibentuk dengan sokongan Amerika dan dengan dukungan dari negara-negara lainnya seperti Iran dan Israel.

Anehnya, sejak Khumaini melakukan kudeta pada akhir tahun 70-an, sampai saat ini belum pernah terdengar ada satu pelurupun yang pernah ditembakkan militer Iran atau sayap-sayap militer Iran ke Israel untuk menghabisinya.

Para pemimpin yang berkuasa sebelum Khumaini ataupun yang berkuasa setelah Khumaini, tidak melakukan apapun dalam menghadapi Zionis-Israel.

Upaya ekspansi militer Iran diarahkan hanya ke kawasan-kawasan wilayah Sunni, yang tujuannya sangat jelas: ekspansi idilogis dan kolonialis.

Sebelum semuanya terlambat, saya ulangi sekali lagi, berhati-hatilah dengan “ISIS-ISIS made in Iran” di seluruh santreo Dunia Islam, bukan hanya Arab Saudi saja yang kelak akan menanggung resiko bencana keberadaan dan gerakan terror ini, melainkan seluruh kawasan di Timur Tengah dan Dunia Islam akan ikut sengasara dan ikut membayar mahal. Begitu juga dengan semua negara-negara yang bersekutu dengan Iran akan ikut membayar sangat mahal nantinya, diakibatkan oleh koalisi itu.

“Ya Allah, lindungilah Negara-Negara Islam dari marabahaya “ISIS-ISIS made in Iran” ini. *

Artikel di tulis di Harian  Okaz,  (30/12/2016). Diterjemahkan dari Bahasa Arab oleh Kivlein Muhammad

Tukang Es Pakai Kaos ISIS Ditangkap tapi Puteri Indonesia Pakai Kaos Komunis Dibela, Itulah Indonesia!

Betapa ironis dengan kebijakan di negeri mayoritas Muslim Indonesia. Seorang publik figur Puteri Indonesia -yang selama ini ditentang umat Islam- memakai kaos bergambar palu arit lambang komunis, dibela habis-habisan.

Padahal, sejarah telah menjadi saksi kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) yang banyak membantai umat Islam termasuk pula para pejabat militer di negeri ini.

Namun, perlakuan terhadap Puteri Indonesia 2015, Anindya Kusuma Putri sangat berbeda dengan Ade Puji Kusmanto (31), warga Terlangu, Brebes, Jawa Tengah. (Baca: Puteri Indonesia 2015 Bangga Selfie Pakai Baju Palu Arit Berlambang Komunis)

Ade, pedagang es kelapa muda itu ditangkap aparat kepolisian lantaran mengenakan kaos bertuliskan kalimat tauhid yang dituding bagian dari simbol ISIS (Islamic State of Iraq and Sham) yang kini mendeklarasikan Daulah Islamiyah.

Saya sudah sampaikan ke Menteri Agama, kemarin orang yang pakai baju ISIS ditangkap-tangkapi padahal itu kekuatan hukum positif atau hukum tetap yang bisa dijadikan dasar untuk menangkap orang yang menggunakan baju itu

Hal itu disampaikan Pimpinan Taruna Muslim yang juga pengamat anti Komunis, Ustadz Alfian Tanjung.

“Saya sudah sampaikan ke Menteri Agama, kemarin orang yang pakai baju ISIS ditangkap-tangkapi padahal itu kekuatan hukum positif atau hukum tetap yang bisa dijadikan dasar untuk menangkap orang yang menggunakan baju itu,” kata Ustadz Alfian Tanjung kepada redaksi Panjimas.com, Rabu (25/2/2015).

Menurut Ustadz Alfian Tanjung, siapa pun mereka baik itu publik figur atau seorang rakyat jelata harus disikapi sama.

Kenapa orang yang memakan simbol sebuah partai yang sangat terlarang, apa pun alasannya, malah dibela katanya sekedar untuk rekreasi atau menghargai. Sedangkan tukang es kelapa malah ditangkap-tangkapi oleh polisi

“Kenapa orang yang memakan simbol sebuah partai yang sangat terlarang, apa pun alasannya, malah dibela katanya sekedar untuk rekreasi atau menghargai. Sedangkan tukang es kelapa malah ditangkap-tangkapi oleh polisi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ustadz Alfian Tanjung menilai, penggunaan simbol komunis yang dilakukan seorang publik figur seperti Puteri Indonesia bukan tanpa sengaja, melainkan ada tujuan tertentu.

“Ini sebagai isyarat PKI sedang melakukan familiarisasi bahwa simbol mereka juga merupakan simbol yang berhak ditampilkan di hadapan publik,” tutupnya. [AW]

 

 

sumber:Panji Mas

Propaganda ISIS, Umat Islam tak Boleh Diam

Keberadaan kelompok militan ISIS memang mengkhawatirkan. Pasalnya, ISIS selalu mengatasnamakan Islam dalam setiap tindakannya.

Direktur Eksekutif Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq, mengimbau umat Islam untuk tidak tinggal diam, melihat propaganda yang dilakukan ISIS. Hal itu dikarenakan propaganda yang dilakukan ISIS, dapat dan telah mencoreng pandangan dunia tentang Islam.

Sikap diam, lanjut Fajar, secara tidak langsung membiarkan ISIS memberikan narasi yang salah, tentang Islam kepada dunia. Maka itu, ia meminta umat Islam yang moderat agar tidak tinggal diam, melihat propaganda yang dilakukan ISIS terhadap Islam.

“Kalau umat Islam yang moderat diam saja, Islam akan digambarkan dengan narasi salah [oleh] ISIS,” kata Fajar kepada Republika.

Ia menilai penggambaran yang sebenarnya tentang Islam, akan lebih baik didengungkan di tengah publik dari kaum muda. Menurut Fajar, penjelasan kaum muda akan lebih mudah diterima kaum muda itu sendiri, sebagai obyek yang paling penting penyebaran paham radikal.

Fajar menambahkan penjelasan dari kaum muda, akan bisa memberikan pembanding dari berita-berita negatif yang tersebar. Selain itu, kaum muda dapat menjadi pelaku penting dalam menyebarkan pemahaman jurnalisme dalam menerima informasi.

 

sumber: Republika Online