Trump di AIPAC: Pengkhianatan Yahudi terhadap Amerika

TERIMA kasih, Donald Trump. Tanpa disadari, Anda telah melakukan sesuatu yang penting. Anda telah mengekspos ketidakpedulian AIPAC pada kesejahteraan negara dalam perkembangannya. Negara saya. Amerika Serikat.

Pada suatu ketika, para pemimpin Zionisme Amerika membagi waktu mereka. Mereka berjuang mempertahankan, meningkatkan dan mendirikan ‘Negara Israel’ karena kewajiban moral mereka terhadap rekan Yahudi mereka. Dan mereka berjuang untuk menjaga dan meningkatkan Amerika Serikat karena kewajiban moral mereka terhadap rekan Amerika mereka.

Zionis Amerika terkemuka antara tahun 1910an dan 1920an, Louis Brandeis, juga merupakan musuh terkemuka dari oligarki ekonomi Amerika. Zionis Amerika terkemuka antara tahun 1930an dan 1940an, Rabbi Steven Wise, yang telah lama menjadi aktivis hak asasi wanita, hak sipil dan gerakan buruh.

Dalam bukunya Jewish Power, J.J. Goldberg mencatat bahwa pada tahun 1920an, presiden Komite Yahudi Amerika maupun Kongres Yahudi Amerika mengabdi pada dewan pengurus NAACP. Pada tahun 1940an, Kongres Yahudi Amerika mempekerjakan lebih banyak pengacara yang bekerja untuk menghentikan pemisahan daripada yang dilakukan Departemen Keadilan. Pada Maret di Washungton, kepala Kongres Yahudi Amerika Joachim Prinz, yang telah menjadi rabbi di Jerman saat dipimpin Hitler, mengatakan dia telah datang untuk melindungi “ide dan aspirasi Amerika itu sendiri” melawan dosa yang menghukum kefanatikan negara.

That was then. Hari ini, Komite Yahudi Amerika, Liga Anti-Penistaan dan kelompok Yahudi lain masih melakukan pekerjaan berharga melindungi hak-hak penduduk Amerika yang rapuh. Tetapi pengaruh mereka dikecilkan oleh AIPAC di Washington, yang menikmati kekuatan lebih dari organisasi Yahudi Amerika lainnya bahkan jika digabungkan. AIPAC merupakan satu-satunya organisasi Yahudi Amerika yang menjadi tuan rumah yang sebenarnya semua kandidat presiden setiap empat tahun. Merekalah satu-satunya yang membual bahwa konferensi nasional mereka “dihadiri oleh anggota Kongres lebih banyak dari kebanyakan acara lain, kecuali sesi bersama Kongres.” Merekalah satu-satunya yang mempekerjakan seorang petugas yang membual, “Anda melihat kertas ini? Dalam dua puluh empat jam, kami bisa mendapatkan tanda tangan dari tujuh puluh senator di kertas ini.”

Secara politik, AIPAC telah menjadi institusi dominan di kehidupan Yahudi Amerika. Mereka tidak lagi mengambil pertanggungjawaban moral atas apapun yang terjadi di Amerika. Mereka hanya mempunyai satu misi: untuk memastikan bahwa pemerintah Amerika Serikat mendukung pemerintah penjajah Israel tanpa syarat. Tidak ada yang lain. AIPAC telah berulangkali mengundang pidato Pastor John Hagee, yang menyebut Badai Katrina “penghakiman Tuhan pada kota New Orleans” karena “terdapat sebuah parade homoseksual pada Senin ketika Katrina datang.” Bagi AIPAC, itu tidaklah masaah. Hagee memimpin Persatuan Kristen bagi Israel, yang melobi pemerintah Amerika Serikat untuk mendukung apapun yang Benjamin Netanyahu lakukan.

Itulah mengapa AIPAC tidak punya pilihan selain mempersilahkan Trump berbicara. Dan itulah mengapa, meskipun beberapa yang hadir memprotes, ribuan lainnya bersorak ketika Donald Trump melalui pengangkatan poin pembicaraan yang familiar tentang bagaimana Palestina pantas disalahkan atas fakta bahwa di Tepi Barat, mereka tinggal sebagai non-penduduk, tanpa hak untuk memilih, di bawah hukum militer. Anggota AIPAC bergembira karena mereka telah dikondisikan untuk bergembira. Mereka telah dikondisikan untuk memandang politisi Amerika hanya melalui prisma sudut pandang Israel mereka. Jadi ribuan Yahudi bersorak atas pelengkap fanatik terkemuka negara itu terhadap agama minoritas. Beberapa wartawan terkejut. Mereka tidak seharusnya begitu. Kumpulan itu telah diajari dengan baik. Ketidakpedulian moral pada apa yang terjadi di dalam Amerika Serikat merupakan jalan AIPAC.

 

Setelah pidato, presiden AIPAC mengutuk Trump atas serangan pribadinya pada Presiden Obama. AIPAC menentang sikap berat sebelah yang berlebihan karena itu mengancam basis dua partai politik yang mendukung kebijakan Israel. Pelarangan Muslim untuk memasuki Amerika Serikat, atau menyebut imigran tidak terdata Meksiko “para pemerkosa,” atau mendorong kekerasan pada rapat politik, tidak mengancam dukungan dua partai. Jadi AIPACtetap diam.

Itu akan mengagumkan melihat bagaimana AIPAC akan bereaksi jika kandidat presiden utama bersikap kejam tidak pada Muslim Amerika, tetapi pada Yahudi Amerika.  Teorinya, organisasi itu akan bereaksi tepat seperti mereka bereaksi pada Trump. Teorinya, AIPAC – meskipun seperti kebanyakan organisasi Yahudi – mempunyai sebuah amanat untuk melindungi Yahudi hanya di Israel, bukan Yahudi di Amerika Serikat.

Dalam menjalankannya, AIPAC tidak akan pernah membiarkan kandidat seperti itu berbicara. Teriakan dari anggota-anggotanya akan menjadi terlalu besar. Jadi tidaklah sepenuhnya tepat mengatakan bahwa AIPAC menerima tidak adanya pertanggungjawaban moral atas apapun yang terjadi di Amerika Serikat. Lebihnya, mereka menerima tidak adanya atas apapun yang terjadi pada seorang yang bukan Yahudi di Amerika Serikat.

Pada Maret di Washington, Rabbi Prinz mengatakan bahwa, “Ketika saya menjadi Rabbi pada komunitas Yahudi di Berlin di bawah rezim Hitler, saya belajar banyak hal. Hal yang paling penting yang saya pelajari di bawah keadaan tragis itu adalah perlakuan kejam dan kebencian bukanlah masalah paling mendesak. Masalah yang paling mendesak, yang paling memalukan, yang paling buruk dan yang paling tragis adalah diam.”

Lebih dari lima tahun setelah itu, penghasut dan orang fanatik paling berbahaya dalam sejarah Amerika modern berada di ambang pengakuan sebuah partai utama pemilihan presiden. Dan organisasi paling kuat Yahudi di Amerika bersikap diam karena mereka dibangun untuk diam. Kami Yahudi Amerika berhutang negara kami lebih baik dari itu.*

 

Oleh: Peter A Beinart

Peter Alexander Beinart kolumnis, wartawan dan komentator politik AS. Mantan editor The New Republic ini  menulis untuk Time, The New York Times, The New York Review of Books.  Profesor jurnalisme dan ilmu politik di City University of New York dikenal vokal dalam mendukung Zionisme- liberal dan kritis pada gerakan pemukim Israel. Tulisan diambil haaretz.com,21 Maret 2016  ditejemahkan Nashirul Haq AR

 

sumber: Hidayatulah.com