Seribu Satu Jalan Menuju Kematian

SERIBU satu jalan menuju kematian. Hadirnya adalah misteri. Ditebak ia tak datang, tidak diduga ia tiba-data datang.

Innaa lillaah wa innaa ilayhi raaji’uun. Telah kembali ke rahmat Allah Prof. DR. H. Saiful Anam, MA, dosen UINSA Surabaya, seorang dosen yang sangat ramah pada mahasiswanya dan akrab dengan kolega-koleganya. Beliau adalah seorang yang tegas dalam memegang prinsip, teguh dalam pendirian dan santun dalam kehidupan.

Beberapa hari yang lalu, beliau masih menguji disertasi dua mahasiswa Libya bersama saya dan tim penguji yang lain. Saat itu, wajahnya bersih namun tak terlihat sakit. Masih bercanda dan bertanya-tanya tentang Alm. Drs. H. Makasi, MAg, misanan isteri saya yang menjadi teman akrabnya.

Beliau berkata: “Pak Makasi tidak kita duga ya, sudah meninggal dunia.” Saat ini beliau sedang menjadi promotor disertasi mahasiswa Libya dengan saya. Tidak seperti biasanya, beliau cepat tanda tangan bahkan sebelum diskusi disertasi itu dengan saya. Ini bukan kebiasaan beliau. Kata orang, barangkali itu adalah bagian dari tanda-tanda.

Namun kematian tak selalu hadir dengan tanda-tanda pasti. Bahkan tidak pasti kematian itu diawali dengan sakit. Buktinya ada banyak orang yang meninggal bukan karena sakit. Tidak pula pasti diawali dengan wasiat atau perilaku tertentu, buktinya ada yang tiba-tiba meninggal dalam keadaan shalat, sujud, atau dalam keadaan santai bermain. Sungguh kematian itu misteri.

Yang pasti, kita pasti menemui kematian itu. Karena mati tak pernah berjanji kapan akan datang, tugas kita adalah mempersiapkan segalanya untuk menjadi akhir kehidupan yang indah, yang disebut dengan husn al-khatimah. Persembahkan yang terbaik dari apa yang bisa kita lakukan. Saatnya nanti, tak ada yang bisa dibanggakan kecuali iman dan amal shalih. Masihkah mau dan bersemangat bertengkar berebut “tulang?” Salam, AIM, Dosen UINSA Surabaya.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2295293/seribu-satu-jalan-menuju-kematian#sthash.UCouNgOg.dpuf