Jamaah Haji Iran Kecam Khamenei

REPUBLIKA.CO.ID, MINA -— Sejumlah jamaah haji berkebangsaan Iran mengecam berbagai pernyataan provokatif yang dialamatkan Ali Khamenei kepada Pemerintah Arab Saudi, belum lama ini. Mereka menilai pemimpin Iran itu telah menyampaikan ‘klaim plasu’ di hadapan publik.

Para jamaah haji Iran itu dengan suara bulat menyatakan pujian mereka atas upaya Kerajaan Arab Saudi memberikan pelayanan maksimal kepada semua tamu Allah selama berada di Tanah Suci, tanpa ada diskriminasi.

“Setiap kali saya menunaikan haji, saya melihat banyak proyek baru yang diluncurkan pemerintah Arab Saudi untuk kenyamanan jamaah,” ungkap seorang tamu asal Iran yang telah melaksanakan haji beberapa kali, Abdul Salam Mohammed Ali, seperti dikutip al-Arabiyah, Rabu (14/9).

Jamaah Iran lainnya, Ali Nadri, yang saat ini tinggal di Amerika Serikat, mengaku puas dengan berbagai proyek pembangunan di Makkah dan Madinah. Menurut pria itu, proyek-proyek tersebut cukup menggambarkan usaha keras yang dilakukan Kerajaan Saudi untuk memastikan keamanan dan kenyamanan para tamu Allah.

Komentar positif juga diutarakan jamaah Iran yang baru pertama kali menunaikan ibadah haji. Salah satunya adalah Diauddin Sadr al-Ashrafi yang mengaku senang berada di antara jutaan peziarah yang datang ke Makkah dari berbagai belahan dunia. “Upaya Arab Saudi untuk membuat perjalanan haji kami terasa nyaman cukup untuk membantah tuduhan palsu yang dibuat pemerintah Iran,” katanya.

Ashrafi menilai provokasi yang dilontarkan Khamenei terhadap Saudi bertujuan untuk menciptakan kekacauan di antara para tamu Allah. Hal itu, kata dia, dapat merusak ibadah haji mereka.

Wartawan Iran yang kini tinggal di Kurdistan, Jamal Boukarim, menyampaikan terima kasihnya pada Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. “Raja Salman dan orang-orang Saudi sangat bermurah hati kepada setiap peziarah,” tuturnya.

Pemerintah Iran sebelumnya menuduh Arab Saudi tengah berusaha menghalang-halangi warga mereka menunaikan ibadah haji. Di antara isu yang dikemukakan oleh pemimpin Iran di Teheran adalah masalah keamanan para jamaah haji yang dinilai tidak mendapat perhatian semestinya dari pihak otoritas Saudi.

Peristiwa runtuhnya crane di Masjidil Haram, Makkah, tahun lalu, dikatakan menewaskan sekitar 2.300 orang. Iran pun mengklaim diri sebagai korban dengan jumlah terbesar dalam insiden tersebut, yakni sebanyak di 464 orang tewas.

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pekan lalu lantas mempertanyakan hak Arab Saudi untuk mengelola Tanah Suci umat Islam tersebut.

Redaktur : Damanhuri Zuhri
Reporter : Ahmad Islamy Jamil

Iran Larang Warganya Pergi Haji ke Mekah

Pemerintah Iran tidak mengizinkan warganya beribadah haji ke Makkah pada September 2016 nanti setelah ketegangan dengan Arab Saudi terus berlanjut. Keputusan Pemerintah Iran muncul setelah pembicaraan antara pejabat Teheran dan Riyadh mengalami jalan buntu.

Menteri Kebudayaan Iran, Ali Jannati, mengatakan kepada stasiun televisi Pemerintah Iran; ”Tidak ada jemaah yang akan dikirim ke tempat-tempat suci Muslim; Makkah dan Madinah, karena hambatan yang diciptakan oleh para pejabat Saudi.”

Dalam sebuah pernyataan, Organisasi Haji dan Umrah Iran mengecam Arab Saudi atas tuduhan bahwa Riyadh kurang bekerjasama.

Sementara itu, Kementerian Haji dan Umrah Saudi menuduh delegasi Iran yang datang menolak untuk menandatangani perjanjian untuk menyelesaikan masalah.

”Mereka akan bertanggung jawab di hadapan Allah SWT dan warganya atas ketidakmampuan warga Iran untuk melakukan haji untuk tahun ini,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita resmi Saudi.

”Iran telah menuntut hak untuk mengatur demonstrasi (haji) dan memiliki hak istimewa yang akan menyebabkan kekacauan selama haji. Ini tidak bisa diterima,” kesal Menteri Luar Negeri Saudi, Adel Al-Jubeir, dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond.

Jubeir mengatakan Arab Saudi setiap tahunnya menandatangani nota memorandum haji dengan lebih dari 70 negara. ”Untuk menjamin keamanan dan keselamatan jemaah,” katanya, seperti dikutip dari Al Arabiya, Senin (30/5/2016).

”Tahun ini, Iran menolak menandatangani memorandum tersebut,” lanjut dia, dengan alasan bahwa Riyadh telah setuju untuk memfasilitasi pengaturan perjalanan peziarah Iran meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik.

”Hal ini sangat negatif jika niat Iran dari awal adalah untuk manuver dan mencari alasan, untuk mencegah warganya melakukan (ibadah) haji,” katanya.

”Jika ini adalah tentang langkah-langkah dan prosedur, saya pikir kami telah melakukan lebih dari tugas kita untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi itu adalah Iran yang menolak hal-hal tersebut.”

 

sumber: Bumi Syam