Kursi Roda Jamaah Haji Diberi Pita Warna

Semua koper jamaah haji akan diberi tanda pita yang sama dengan stiker yang ditempel di buku paspor. Kursi roda jamaah haji juga akan diberi pita warna serupa, stiker, dan bendera Indonesia.

“Masalah kursi roda ini krusial karena pada tahun lalu banyak jamaah kehilangan kursi roda yang dibawa dari Tanah Air,” kata Kepala Daker Bandara Arsyad Hidayat saat meninjau kesiapan fasilitas di Bandara Amir Mohammed Bin Abdulaziz, Madinah, Kamis pagi (27/7).

Berdasarkan pengalaman tahun lalu, banyak kursi roda milik jamaah ditaruh di bagian lost and found (barang hilang) karena tidak ada identitas. Letak bagian barang hilang ini juga posisinya jauh dari lokasi jamaah di bandara sehingga mereka kesulitan mendapatkan kursi rodanya.

“Coba bayangkan bagaimana jamaah yang sudah tua, yang sangat membutuhkan kursi roda tapi tidak bisa mendapatkan kursi rodanya,” ujarnya.

 

IHRAM

Menkes Imbau Jamaah Haji Waspadai Kolera

Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, berpesan agar jamaah haji Indonesia berhati-hati dengan penyakit kolera yang sedang mewabah di Yaman. Ini dikarenakan, posisi Yaman berbatasan dengan Arab Saudi sehingga dikhawatirkan akan lebih mudah menjangkit orang sekitar Yaman.

“Di Indonesia, penyakit diare masih ditemukan, tetapi penyakit kolera sudah sangat jarang ditemukan. Penyakit kolera sering disebut sebagai penyakit muntaber (muntah dan berak),” ujar Nila, Ahad (23/7).

Di Yaman, telah terjadi penyebaran dan penularan penyakit Kolera yang menyerang lebih dari 322 ribu orang. Mengingat Yaman berbatasan dengan Saudi, maka perlu diwaspadai kemungkinan penyebaran dan penularan penyakit kolera pada jamaah haji, khususnya jamaah haji Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI, memaparkan gejala, proses penularan, serta pencegahan penyakit kolera. Gejalanya adalah sering buang air besar encer (diare) dan disertai muntah. Tinja penderita kolera tampak encer seperti air cucian beras. Gejala penyakit Kolera muncul 8 hingga 72 jam setelah penderita terpapar sumber penularan. Periode ini disebut masa inkubasi. Penderita kolera harus segera berobat untuk diberi cairan, karena apabila tidak segera berobat dan diberi cairan dapat meninggal karena kekurangan cairan (dehidrasi). Dalam perjalanan menuju tempat berobat, penderita dapat diberikan cairan oralit untuk pertolongan pertama, guna mencegah kekurangan cairan.

Proses penularannya yaitu kuman penyakit kolera tersebar melalui tinja penderita. Penularan terjadi jika tanpa sengaja tinja penderita kolera mencemari minuman atau makanan, yang kemudian dikonsumsi orang lain. Hal ini dapat terjadi jika penderita kolera buang air besar sembarangan atau berdekatan dengan sumber air atau tempat pengolahan makanan.

Terkait upaya pencegahan, jamaah haji Indonesia diminta minum menggunakan air minum kemasan atau air yang sudah dimasak. Gunakan air bersih atau PAM untuk keperluan sehari-hari, seperti masak, mencuci alat makan, gosok gigi, berwudhu, dan mandi. Kemudian, cuci tangan dengan air yang cukup dan sabun, sebelum makan, sebelum menyentuh makanan atau mengolah makanan, sesudah buang air besar, dan sesudah mengurus penderita diare atau orang sakit.

Jamaah juga disarankan mengonsumsi makanan yang sudah dimasak dengan baik serta menghindari makan makanan yang masih mentah. Cuci atau masaklah sayuran sebelum dimakan, mencuci atau mengupas buah-buahan sebelum dimakan, dan menyimpan makanan di tempat atau wadah yang tertutup. “Dan selalu memasak dan mengolah makanan-minuman di dapur atau ruangan yang terjaga kebersihannya,” kata Menkes.

Ketika di Saudi, jamaah haji diharapkan menggunakan jamban dan kamar mandi yang terjaga kebersihannya. Tempat yang tercemar kotoran atau muntahan penderita kolera harus dibersihkan dengan air dan karbol atau dengan air dan cairan disinfektans atau pembasmi kuman lainnya. “Segera berobat jika diare, muntah atau menderita penyakit lainnya. Pesan ini harus selalu diingat oleh para jamaah haji,” ujar Menkes.

 

IHRAM

Ini Dua Penyakit yang Perlu Diwaspadai Jamaah Haji 2017

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada dua jenis penyakit yang perlu diwaspadai jamaah haji Indonesia 2017.Kedua penyakit itu adalah diabetes militus (DM) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusup Singka membenarkan, ada dua kelompok penyakit yang perlu diwaspadai. Pertama, penyakit-penyakit yang dibawa dari Tanah Air.  Jika tidak dikendalikan dengan baik, maka penyakit ini semakin parah atau kondisi jamaah haji ini sakitnya lebih parah bahkan mengalami kematian.

“Contohnya penyakit jantung yang bukan sakit di sana, tapi dibawa dari sini (Indonesia). Kemudian kalau di sana terjadi karena mungkin stres,” katanya saat pemaparan kesiapan haji 2017, di Jakarta, Selasa (25/7).

Penyakit bawaan lain yang juga harus diwaspadai adalah hipertensi (tekanan darah tinggi) hingga diabetes mellitus (DM). Jenis kedua, kata dia, yaitu penyakit yang didapatkan ketika sudah baru di Arab Saudi yaitu sakit Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang ditularkan binatang di sana.

“Meskipun (jamaah haji) sehat dan muda tetapi kalau di sana main-main dengan yang terkontaminasi MERS CoV ya ikut sakit juga,” ujarnya.

Ia menambahkan, yang juga harus diwaspadai jamaah haji adalah sengatan panas atau heat stroke. Siapapun yang sehat tapi tidak menjaga dirinya dari sengatan matahari bisa terkena heat stroke. Penyakit lainnya yang harus diwaspadai adalah kolera.

Penyakit infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri vibrio Kolera ini menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Ciri-cirinya buang air besar cair, berwarna seperti air cucian beras, dan encer lebih dari tiga kali sehari. Kemudian ini berlanjut dengan muntah dan dehidrasi.

Sebagai langkah preventif, ia meminta jamaah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) misalnya rutin cuci tangan. Atau bisa juga membeli buah yang ada kulitnya. Karena buah ini masih harus dikupas. Atau buah yang bisa langsung dimakan namun sebelumnya harus dicuci dulu. “Namun, kami sudah antisipasi,” ujarnya.

Mulai dari mengirim 246 tenaga kesehatan ke Arab Saidi hingga penyediaan sarana mendukung seperti ambulans. Iamenegaskan persediaan obat yang dibawa dari pihaknya sekitar3.680 obat atau sekitar 57 ton. Obat itu untuk semua keluhan penyakit termasuk kolera,hipertensi, jantung, oralit, hingga vitaman.

“Kami sudah melakukan upaya preventif dan promotif tapi Allah memperlihatkan kekuasaannya (jika terjadi diluar kendali),” katanya.

 

IHRAM

Ini Rencana Perjalanan Calhaj Indonesia

Calon jamaah haji (calhaj) Indonesia gelombang pertama akan berangkat ke Tanah Suci pada 28 Juli 2017. Sehari sebelumnya, mereka akan masuk asrama haji Bekasi. Dari sana, mereka akan dilepas oleh sejumlah pejabat tinggi pemerintah, termasuk Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.

Jamaah akan berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta. Perjalanan ke Saudi memakan waktu sekitar sembilan jam. Jamaah akan mengunakan Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines.

Pemberangkatan awal yakni pada 28 Juli dan akhir pemberangkatan gelombang satu pada 11 Agustus. Para jamaah akan tiba di Bandara Madinah dan menghabiskan hari di sana. Pada 31 Agustus, jamaah sudah harus berada di Arafah untuk wukuf.

Perjalanan dari Madinah ke Makkah menempuh jarak 498 km. Dari Makkah ke Arafah jaraknya sekitar 25 km. Dari Arafah, jamaah menuju ke Muzdalifah, kemudian ke Mina. Di sana jamaah melakukan lempar jumrah.

Setelah dari Mina, jamaah kembali ke Makkah, mabit di Mina lagi dan kembali ke Mekkah. Jamaah gelombang pertama akan pulang ke tanah air melalui Bandara King Abdul Aziz, Jeddah menuju Halim Perdana Kusumah.

Mereka direncanakan pulang pada 6 September 2017. Akhir penerbangan pemulangan jamaah haji gelombang pertama yakni pada 20 September.

Sementara untuk gelombang dua, jamaah akan terbang ke Makkah dulu. Penerbangan pemberangkatan direncanakan pada 12 Agustus dan akhir pada 26 Agustus 2017 dari Halim Perdana Kusumah.

Dari Makkah, jamaah langsung ke Arafah untuk wukuf pada 31 Agustus. Kemudian menuju Mudzdalifah dan Mina. Setelah aktivitas ibadah di sana, jamaah akan ke Madinah.

Jamaah gelombang dua terbang pulang ke tanah air melalui bandara Madinah menuju Halim Perdana Kusumah. Jadwal kepulangan awal gelombang dua yakni pada 21 September dan akhir pemulangan yakni 5 Oktober.

 

IHRAM

Awas! Menyandang Gelar Haji Termasuk Riya’?

GELAR haji bisa saja menjadi riya bagi yang niatnya memang riya. Bahkan bukan hanya gelar haji saja, gelar apapun bisa dijadikan media untuk melakukan riya. Seperti gelar kesarjanaan, gelar keningratan, gelar kepahlawanan dan gelar-gelar lainnya. Namun batasannya memang agak sulit untuk ditetapkan. Sebab riya merupakan aktifitas hati. Sehingga standarisasinya bisa berbeda untuk tiap orang.

Kalau kembali kepada hukum syariah, yang diharamkan adalah gelar-gelar yang mengandung ejekan, baik orang yang diberi gelar itu suka atau tidak suka. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)

Titik tekan larangan ini ada pada gelar yang menjadi bahan ejekan. Seperti mengejek seseorang dengan panggilan nama hewan, di mana di balik gelar nama hewan itu tercermin ejekan. Sedangkan gelar dengan nama hewan yang mencerminkan pujian, hukumnya boleh. Seperti kita memberi gelar kepada seorang ahli pidato dengan sebutan macan podium. Gelar ini meski menggunakan nama hewan, tetapi kesan yang didapat adalah kehebatan sesorang di dalam berpidato atau berorasi. Nilanya positif dan hukumnya boleh.

Kaitannya dengan gelar haji, pada hakikatnya gelar haji itu bukan gelar yang mengandung ejekan. Sehingga tidak ada yang salah dengan gelar itu bila memang sudah menjadi kelaziman di suatu tempat. Namun gelar haji memang bukan hal yang secara syari ditetapkan, melainkan gelar yang muncul di suatu zaman tertentu dan di suatu kelompok masyarakat tertentu. Gelar seperti ini secara hukum tidak terlarang. Sedangkan dari sisi riya atau atau tidak, semua terpulang kepada niat dari orang yang memakai gelar itu. Kalau dia sengaja menggunakannya agar dipuji orang lain, atau biar kelihatan sebagai orang yang beriman dan bertakwa, sementara hakikatnya justru berlawanan, maka pemakaian gelar ini bertentangan dengan akhlak Islam.

Dan kasus seperti ini sudah banyak terjadi. Sebutannya pak haji tapi kerjaannya sungguh memalukan, entah memeras rakyat, atau melakukan banyak maksiat terang-terangan di muka umat atau hal-hal yang kurang terpuji lainnya. Maka gelar haji itu bukan masuk bab riya melainkan bab penipuan kepada publik. Tetapi ada kalannya gelar haji itu punya nilai positif dan bermanfaat serta tidak masuk kategori riya yang dimaksud. Salah satu contoh kasusnya adalah pergi hajinya seorang kepala suku di suku pedalaman, yang nilai-nilai keIslamannya masih menjadi banyak pertanyaan banyak pihak karena banyak bercampur dengan khurafat.

Ketika kepala suku ini diajak pergi haji, terbukalah atasnya wawasan Islam dengan lebih luas dan lebih baik. Fikrah yang menyimpang selama ini menjadi semakin lurus. Maka sepulang dari pergi haji, gelar haji pun dilekatkan pada namanya. Dan rakyatnya akan semakin mendapatkan pencerahan dari kepala suku yang kini sudah bergelar haji. Bahkan akan merangsang mereka untuk pergi haji dan mendekatkan diri dengan nilai-nilai Islam. Tentu saja, tujuan pergi haji itu salah satunya untuk membuka wawasan yang lebih luas tentang nilai-nilai agama Islam.

Jadi tidak selamanya gelar haji itu mengandung makna negatif semacam riya dan sebagainya. Tetapi boleh jadi juga mengandung nilai-nilai positif seperti nilai dakwah dan pelurusan fikrah. Adalah kurang bijaksana bila kita langsung menggeneralisir setiap masalah dengan satu sikap. Semua perlu didudukkan perkaranya secara baik-baik. Lagi pula sebagai muslim, kita diwajibkan Allah Ta’ala untuk selalu berhusnudzdzan kepada sesama muslim. Sebab boleh jadi seseorang bergelar haji bukan karena kehendaknya, tetapi karena kehendak masyarakat.

Seorang ustaz muda yang banyak ilmunya namun masih kurang dikenal atau malah kurang diperhitungkan oleh umatnya, tidak mengapa bila kita cantumkan gelar haji di depan namanya, bila memang sudah pernah pergi haji. Sebab di kalangan masyarakat tertentu, ustaz yang sudah pernah pergi haji akan berbeda penerimaannya dengan yang belum pernah pergi haji. Apa boleh buat, memang demikian cetak biru yang terlanjur berakar di tengah masyarakat.

Tentunya gelar haji ini sama sekali tidak berguna untuk dipakai di dalam kelompok masyarakat yang lain. Wallahu alam bishshawab, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. [Ahmad Sarwat, Lc]

 

MOZAIK

Menkes Minta Jamaah Haji Jauhi Unta

Kelompok terbang pertama jamaah calon haji resmi dilepas dari Asrama Haji Pondok Gede. Sejumlah pesan pun disampaikan kepada seluruh jamaah calon haji.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek meminta semua jamaah calon haji untuk selalu menjaga kesehatan, atas cuaca yang lebih panas dan sebagian besar kesehatan jamaah tidak prima. Selain penggunaan gelang identifikasi kesehatan dan penambahan jumlah minum, ia meminta jamaah untuk tidak makan dan membeli makanan secara berlebihan.

“Terutama di Mina, jamaah harus benar-benar memperhatikan kondisi fisik,” kata Nila, Selasa (9/8).

Terkait persiapan, ia menerangkan Kementerian Kesehatan sendiri telah dua kali melakukan tinjauan langsung ke Tanah Suci, dan dua kali bertemu Menteri Kesehatan Arab Saudi. Nila menekankan, jamaah haji harus lebih waspada akan kesehatan badan, terutama atas penularan virus MERS yang banyak terjadi melalui unta.

Untuk itu, Nila mengingatkan agar jamaah calon haji tidak mendekati unta-unta di Arab Saudi, karena penularan diketahui banyak terjadi melalui air liur dan susu unta. Walau sudah disediakan tenaga dan Balai pengobatan, ia menjelaskan tempat-tempat seperti Padang Arafah, tidak boleh dibuat klinik-klinik selain milik Arab Saudi.

 

suber: Republika Online

Kemenag: Layanan Calon Jamaah Haji Sudah Siap

Pemberangkatan calon jamaah haji akan dimulai sejak 9 Agustus 2016. Kementerian Agama (Kemenag) selaku pihak penyelenggara mengklaim layanan untuk calon jamaah haji sudah siap.

Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umroh, Abdul Jamil mengatakan, persiapan dilakukan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Di dalam negeri seperti embarkasi, kata Jamil sudah siap.

“Semua ok, visa juga ok,” ujar Jamil, di sela-sela mengecek kesiapan Garuda Indonesia untuk mengangkut calon jamaah haji Indonesia, di Hangar 4 GMF AeroAsia, Cengkareng Jakarta, Kamis (4/8).

Untuk kesiapan di tanah suci, menurut Jamil juga sudah siap. Mulai dari hotel untuk jamaah haji. Kemenag telah mengkontrak 119 hotel.

Begitupun dengan transportasi jamaah yang sudah dikontrak oleh Kemenag. “Kesiapan katering juga sudah dikontrak, sudah siap,” kata Jamil.

Pemberangkatan calon jamaah haji dibagi dua gelombang. Gelombang pertama akan diberangkatkan dari Indonesia langsung Madinah.

Sementara untuk gelombang kedua calon jamaah akan diberangkatkan dari Indonesia menuju Jeddah. Tahun ini Kemenag memberangkatkan calon jamaah haji 168.800 orang yang dibagi 155.200 jamaah haji regular dan 13.600 jamaah haji khusus.

 

 

Sumber: Republika ONline

Ini Upaya Kemenag Tingkatkan Kepuasan Jamaah Haji

Jamaah haji tahun ini mendapat tambahan jatah katering di Makkah. Ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan kepuasan pelayanan haji pada 2016.

“Katering di Makkah dulu 15 kali, sekarang 24 kali. Jadi ada tambahan,” kata Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil, Senin (30/5) malam.

Selain makanan, Kemenag juga berusaha meningkatkan kualitas pelayanan sektor transportasi di Tanah Suci. Kualitas bus yang dipakai jamaah untuk berpindah dari satu kota ke kota lain telah diperbarui sehingga kenyamanannya dijamin lebih baik.

Selain itu, rute penerbangan yang efisien juga tetap dipertahankan. Separuh jamaah yang akan beraktivitas lebih dulu di Madinah langsung diterbangkan ke kota tersebut tanpa melalui Jeddah sehingga mereka tidak akan kelelahan.

Bila mendarat di Jeddah, terang Abdul, jamaah harus melewati perjalanan darat ke Madinah selama sekitar 7-8 jam. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan bila jamaah butuh penginapan di Jeddah sebelum bertolak ke Madinah.

Selain itu, jumlah bimbingan manasik haji pun ditambah. Manasik haji untuk jamaah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah ditambah dari enam menjadi delapan kali.

Sementara, jumlah manasik haji untuk jamaah di luar Pulau Jawa diperbanyak hingga 10 kali bimbingan. Tambahan ini diharap membantu jamaah semakin memahami tata cara ibadah haji sehingga tidak mengalami kesulitan saat tiba di Tanah Suci. “Prosesnya seperti apa, doa-doanya seperti apa, kalau mau panjang seperti ini, pendek seperti ini,” jelasnya.

Pada 2015, persentase jamaah yang puas atas layanan haji berdasarkan data statistik menunjukkan angka 82,69 persen. Tahun ini, ia optimistis jamaah akan semakin puas dengan pelayanan haji, targetnya 83-84 persen.

Tercatat, dalam lima tahun terakhir tingkat kepuasan jamaah hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) dan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH): pada 2011 biaya haji 3.533 dolar AS, kepuasan 83,31 persen; 2012 biaya haji 3.613 dolar AS, kepuasan 81,32 persen; 2013 biaya haji 3.528 dolar AS, kepuasan 82,69 persen; 2014 biaya haji 3.219 dolar AS, kepuasan 81,52 persen; 2015 biaya haji 2.717 dolar AS, kepuasan 82.69 persen; 2016 biaya haji 2.585 dolar AS, kepuasan ditargetkan naik mencapai 83-84 persen.

Persiapan pemondokan bagi jemaah haji, lanjut Abdul, juga telah siap 100 persen. Di Makkah, kualitas pemondokannya disebut setara dengan hotel bintang tiga. “Setara hotel berbintang tiga, bagus, dekat dengan Masjidil Haram dan jalannya landai,” kata Abdul.

Kemenkes Imbau Calon Jamaah Haji Siapkan Kesehatan Sejak Dini

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Untung Suseno Sutarjo, menganjurkan para jamaah haji untuk menyiapkan kondisi kesehatan sejak dini.

“Kita menganjurkan para calon jemaah untuk menyiapkan beberapa bulan sebelumnya. Karena kita akan menghadapi masalah luar biasa dengan lingkungan yang sangat beda,” kata Untung kepada Republika, di Hotel Horison Bekasi, Rabu (6/4) malam.

Untung menyampaikan, suhu udara di Arab Saudi pada bulan September 2016 mendatang bisa mencapai 41-50 derajat Celcius. Kondisi itu jauh berbeda dengan tanah air, yang rata-rata hanya 30 derajat Celcius. Tingginya selisih suhu udara ditambah kondisi lingkungan yang sangat berbeda mengharuskan jamaah haji mempersiapkan kondisi fisik yang prima.

Menurut Untung, kondisi cuaca yang panas dan kurangnya pengenalan medan baru sering memperburuk kondisi fisik jamaah haji. Tidak jarang ditemui jamaah haji yang terkesan linglung akibat kekurangan cairan. “Ciri khas orang kekurangan cairan itu kan meracau. Nanti disangka stress atau gila, padahal bukan. Hanya karena kekurangan cairan,” jelas dia.

Terkait standar kesehatan tersebut, Untung menambahkan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama mengeluarkan istitha’ah atau kriteria kemampuan seseorang berhak naik haji. Kriteria ini juga mempertimbangkan aspek kesehatan. Seseorang yang telah diketahui menderita penyakit jiwa tidak diizinkan menunaikan haji ke tanah suci.

Kemenkes mewajibkan semua jamaah untuk melakukan vaksin meningitis minimal dua pekan sebelum keberangkatan. Menurut Untung, saat ini pihaknya tengah menyiapkan vaksin baru dengan jaminan sertifikasi halal dari MUI. “Diharapkan Mei nanti sudah siap,” kata dia.

 

sumber:Republika Online

37 Perusahaan Katering Layani Jamaah Haji

Dirjen Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis menyatakan kesiapan 37 perusahaan katering yang telah di kontrak melayani jamaah haji Indonesia. Perusahaan katering itu terdiri dari 10 perusahaan katering di Madinah, 25 di Makkah, dan dua perusahaan katering untuk Jeddah.

Lubis menjabarkan, 25 perusahaan katering yang telah dikontrak tersebut telah menyebar di setiap dapur. Titik sebarannya berada di Jarwal, Misfallah, Mahbas Jin, Syisyah, Raudhoh, dan ‘Aziziyah. Lubis mengatakan jarak antara dapur dan pemondokan sangat diprioritaskan untuk mengantisipasi jika terjadi kemacetan lalu lintas.

“Ini sudah dilakukan survei dan uji coba, jarak dari dapur dan pemondokan itu berapa lama memakan waktu dalam perjalanan,” ujar Lubis

Untuk pendistribusian makanan selamat datang, gelombang pertama hanya akan diberikan ketika sampai di pemondokan. Jarak antara bandara dan pemondokan yang tidak begitu jauh maka tidak ada distribusi makanan di bandara Alma Madinah (bandara baru).

Sedangkan untuk gelombang kedua harus transit di Jeddah, akan ada pendistribusian makanan selamat datang di bandara King Abdul Aziz. “Berbeda dengan Madinah, jarak Jeddah ke makkah itu dua jam, makanya kita sudah kontrak dua perusahaan katering untuk melayani makanan jamaah haji di Bandara,” tutur Lubis.

Red: Dwi Murdaningsih
Rep: c30
Republika Online