Hukum Jimat dengan menggunakan Al-Qur’an

Jimat adalah kesyirikan, tidak diperbolehkan seorang muslim menggunakannya atau meyakini jimat bisa membawa keberuntungan dan menjauhkan dari bahaya.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

“Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ

‘Sesungguhnya jampi, jimat dan tiwalah adalah syirik.’”(HR. Bukhari)

dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ عَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barangsiapa menggantungkan jimat, maka ia telah melakukan syirik.” (HR. Abu Dawud, shahih)

Bagaimana apabila jimatnya menggunakan Al-Qur’an? Ada dua pendapat ulama:

Pertama: membolehkan jimat menggunakan Al-Quran

Kedua: melarang jimat dengan Al-Qur’an dan inilah pendapat yang TERKUAT

Berikut penjelasannya:

1. Pendapat yang membolehkan

Alasan ulama yang membolehkan karena ini dalam rangka tabarruk yang syar’i dengan kalamullah dan asma’ (nama) Allah yang ada di dalamnya.

Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata,

هذا كله في تعليق التمائم وغيرها مما ليس فيه قرآن ونحوه، فأما ما فيه ذكر الله فلا نـهي فيه؛ فإنه إنـما يجعل للتبرك به والتعوذ بأسـمائه وذكره

“Semua (hadist) yang melarang mengenai menggantung jimat yang dan yang lainnya adalah karena tidak ada al-Quran di dalamnya (tidak dikecualikan). Adapun apabila ada ‘penyebutan nama Allah’ maka tidak ada larangannya. Hal tersebut dijadikan sebagai tabarruk dan ta’awwudz dengan nama Allah.” (Fathul Bari 6/142)

Demikian juga Al-Qurthubi menukilkan perkataan imam Malik, beliau berkata:

وقال الإمام مالك: لا بأس بتعليق الكتب التي فيها أسماء الله عز وجل على أعناق المرضى على وجه التبرك

“Tidak mengapa menggantungkan (sebagai jimat) lembaran yang ada ‘nama Allah’ pada leher orang sakit untuk tabarruk.” (Tafsir Al-Qurthubi 10/319)

2. Melarang jimat dengan Al-Qur’an

Inilah pendapat yang TERKUAT dengan berbagai pertimbangan ulama dan lebih menenangkan hati. Dijelaskan dalam kitab “Al-Mausu’ah Al-Kuwaitiyyah” tentang 3 alasan tidak bolehnya jimat menggunakan Al-Quran:

واحتج هؤلاء لما ذهبوا إليه بما يأتي

 عموم النهي في الأحاديث ولا مخصص للعموم

سد الذريعة، فإنه يفضي إلى تعليق ما اتفق على تحريمه

أنه إذا علق فلا بد أن يمتهنه المعلق بحمله معه في حال قضاء الحاجة

“Para ulama berhujjah atas pendapat mereka dengan alasan sebagai berikut:

1.Keumuman larangan dalam hadits (larangan jimat) dan tidak ada yang mengkhususkan

2.Dalam rangka menutup jalan menuju ke arah kesyirikan karena hal ini bisa mengantarkan kepada apa yang telah disepakati keharamannya

3.Apabila digantungkan/dipakai, pasti yang memakai akan membawanya akan ikut masuk ketika buang hajat (ke kamar mandi tidak boleh membawa AL-Quran dan lafadz nama Allah). (AL-Muasu’ah Al-Kuwaitiyyah 14/31)

Demikian juga syaikh Abdul Aziz Bin Baz menjelaskan bahwa telah ma’ruf bahwa sahabat dan salaf dahulunya tidak membolehkan hal ini. Beliau berkata,

أنها لا تجوز وهذا هو المعروف عن عبدالله بن مسعود وحذيفة رضي الله عنهما وجماعة من السلف والخلف قالوا: لا يجوز تعليقها ولو كانت من القرآن سدًا للذريعة وحسمًا لمادة الشرك

“Tidak boleh (menggunakan jimat dengan Al-Quran) karena telah ma’ruf bahwa sahabat Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah serta para ulama dahulu dan sekarang mereka mengatakan: ‘Tidak boleh menggantungkan jimat walaupun dari Al-Quran untuk menutup jalan menuju kesyirikan dan untuk memangkas sumber kesyirikan.’” (Majmu’ Fatawa 1/51)

Kesimpulan: tidak boleh mengunakan jimat secara mutlah meskipun dari Al-Quran

Demikian semoga bermanfaat

Penyusun: Raehanul Bahraen

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/42823-hukum-jimat-dengan-menggunakan-al-quran.html