Muasassah Berikan Jemaah Haji Batu Kerikil Untuk Lontar Jumrah

Makkah (PHU)—Puncak prosesi ibadah haji tinggal menunggu hari, persiapan demi persiapan sudah dilakukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terutama persiapan di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina).

Terobosan-terobosan baru demi melayani dan memudahkan jemaah terus dilakukan saat jemaah berada di Armina. Khsusunya di Arafah terobosan baru tersebut antara lain penambahan urinoir, penggunaan lampu LED saat wukuf, penyediaan sabun pencuci tangan dan penambahan toilet portable.

Untuk di Muzdalifah, ada beberapa terobosan baru yang dapat dirasakan jemaah haji antara lain, penyediaan karpet sebagai alas duduk jemaah, tahun lalu jemaah haji Indonesia hanya diberikan karpet 50%, tahun ini Muasassah akan menjanjikan seluruh jemaah akan diberikan karpet sebagai alas duduknya saat berada di Muzdalifah.

“Kalau tahun yang lalu ada alas untuk duduk jemaah yaitu karpet, tahun lalu masih 50% tahun ini muasassah menjanjikan akan seluruhnya akan diberi alas karpet,” kata Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis beberapa waktu lalu.

Terobosan selanjutnya adalah tahun ini Muasassah akan memberikan satu bungkus batu kerikil kepada jemaah untuk lontar jumrah, jadi jemaah kini tidak perlu lagi memungut, mengumpulkan lalu membawanya batu dari Muzdalifah.

“Jemaah haji akan diberikan batu kerikil untuk melaksanakan lontar jumrah, sehingga kini jemaah tidak perlu lagi memungut, mengumpulkan lalu membawa batu, kerena setiap jemaah akan diberikan satu bungkus batu saat di Muzdalifah,” kata Sri Ilham.(mch/ha)

 

KEMENAG RI

Maktab Siapkan Batu Lempar Jumrah untuk Jamaah Indonesia

MAKKAH — Amirul Hajj Lukman Hakim Saifuddin mengatakan batu untuk amalan melempar batu atau jamrah sudah disediakan unit pengelola fasilitas jamaah dari Arab Saudi (maktab). Jamaah haji tidak perlu mencarinya secara swadaya.

“Batu kami carikan demi keselamatan jamaah,” kata Lukman usai meninjau kawasan Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), Kamis (16/8).

Dia mengatakan jika batu jamrah tidak disediakan maktab, maka jamaah sudah tentu mencari sendiri. Dengan begitu, saat tahapan haji memasuki fase menginap sementara (mabit) di Muzdalifah jamaah akan berkeliling mencari batu.

Pada proses pencarian itu, kata dia, jamaah kadang lupa dengan keselamatannya sendiri saat harus menyeberang jalan raya. Lalu lintas di Saudi menggunakan sistem lajur kanan yang berbeda dengan di Indonesia.

Di Indonesia, kata dia, menggunakan sistem lajur kiri karena umumnya mobil menggunakan setir kanan. “Beda kiri kanan jalan ini beda, sehingga bahaya,” kata dia.

Perbedaan lajur jalan raya membuat orang Indonesia terkadang gagap saat menyeberang jalan di Saudi. Dalam beberapa kasus, terdapat jamaah yang mengalami kecelakaan tertabrak kendaraan. Selain itu, mobil di Saudi umumnya dipacu kencang oleh pengemudinya.

“Sehingga maktab cari kerikil untuk jamaah daripada malah membahayakan keselamatan,” katanya.

Selain alasan itu, Lukman mengatakan jamaah bisa fokus untuk amalan haji lainnya jika batu untuk jamrah sudah dicarikan oleh maktab.

 

REPUBLIKA