Pernahkah Anda Lihat Talang Air Ka’bah? Begini Bentuknya

Bagi Anda yang pernah melaksanakan umrah atau haji, pernahkah Anda memperhatikan bagian terkecil dari Ka’bah, yaitu talang air? Talang yang disebut dalam isitilah arab mizab ini terletak di bagian atas sisi Ka’bah sebelah pas Hijr Ismail. Talang tersebut berfungsi sebagai saluran air ketika hujan atau sewaktu pencucian Ka’bah.

Talang ini dibuat Suku Qurais 1.500 tahun lalu ketika renovasi Ka’bah. Bahkan Muhammad SAW ikut serta dalam proses renovasi pada masa itu, saat usia beliau 35 tahun, sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul.

Talang ini terbuat dari tembaga yang dilapisi emas. Arah air dari talang ini akan mengucur tepat di atas Hijr Ismail. Renovasi sepanjang masa tak melewatkan talang air ini.

Renovasi terakhir terlaksana pada 1418 Hijriyah di masa pemerintahan Raja Fahd dengan memberikan beberapa tambahan, di antaranya deretan paku di atas talang untuk mencegah burung jatuh di atasnya.

Sedangkan yang membuat proyek pelapisan talang dengan emas adalah Walid bin Abdul Malik.

Para sejarawan Muslim sepanjang masa, memberikan catatan fantastis terkait talang dan air yang mengucur darinya.

Sebagian bahkan mengisahkan kepercayaan umat Islam pada masa-masa awal, keberkahan air yang mengalir dari talang ini.

Sejarawan al-Azraqi misalnya, mencatat bentuk talang tersebut dengan ukuran sederhana sebagaimana jamak berlaku pada masa itu yaitu talang ini panjangnya empat hasta, lebar delapan jari, dan tingginya delapan jari.

KHAZANAH REPUBLIKA

Kesan Menag Lukman saat Masuk Ruangan Dalam Kakbah

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hari ini, Selasa (25/09), mendapat kehormatan untuk memasuki ruang bagian dalam Kakbah. Kehormatan itu diberikan oleh Pemerintah Saudi kepada Menag bersamaan dengan momen pencucian Kakbah.

“Alhamdulillah pagi hari ini, saya selaku Menag yang juga amirul hajj pada penyelenggaraan haji tahun ini, merasa bersyukur berkesempatan untuk memenuhi undangan Menteri Haji untuk ikut masuk ke dalam Kakbah,” terang Menag.

Moment pencucian Kakbah dilakukan pagi hari, jelang memasuki waktu Dluha. Dipimpin Gubernur Makkah Prince Kholid Al Faishal, sejumlah tokoh, termasuk Menag Lukman diberi kesempatan untuk melihat bagian dalam bangunan yang menjadi kiblat umat muslim dunia.

Lukman mengaku beberapa saat diperkenankan masuk Kakbah, selanjutnya menunaikan salat dua rakaat sebanyak empat kali karena di setiap bidang, di setiap sudut dia melakukan salat dua rakaat.

“Kami juga memanjatkan doa terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia tercinta agar ke depan bangsa dan seluruh masyarakat Indonesia senantiasa mampu meningkatkan kualitas hidupnya, meningkatkan kesejahteraannya,” tutur Menag.

Berkesempatan memasuki Kakbah, menurut putra mantan Menag KH Saifuddin Zuhri (alm) tidak semata kehormatan bagi dirinya, tapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia. “Kami sampaikan terima kasih kepada Pemerintah Saudi Arabia yang sudah memberikan kesempatan sekaligus kehormatan ini,” ujarnya.

Dijelaskan Menag, bagian dalam Kakbah sangat bersih dengan lapisan marmer pada dinding dan lantai. Aroma ruangannya juga sangat wangi. Pengalaman pertama memasuki Baitullah ini memberi kesan mendalam yang menurut Menag tidak mudah diungkapkan.

“Kiblat semua Muslim di dunia itu adalah Kakbah. Ketika kita memasuki, tentu kita memiliki kesan tersendiri yang luar biasa,” kenangnya.

Menag dijadwalkan akan berada di Saudi hingga 26 September mendatang. Setelah dari Makkah, Menag akan menuju Kota Nabawi, Madinah. Menag akan melepas kepulangan kloter terakhir jemaah haji Indonesia dari Madinah menuju Tanah Air.

OKEZONE

Makkah dan Bakkah

Allah SWT menggunakan kata ‘Bakkah’ untuk menyebut kota suci yang umumnya disebut Makkah. Penyebutan ini tentu saja menyedot perhatian para pakar bahasa dan sejarah Arab. Mereka mengajukan sejumlah alasan dan penjelasan.

Dalam Alquran, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya rumah pertama kali dibangun untuk (tempat beribadah) adalah Baitullah di Bakkah yang diberkati dan dijadikan petunjuk bagi semua manusia. Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya maka amanlah dia. Menunaikan haji adalah kewajiban manusai terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Siapa yang mengingkari kewajiban ini, maka sesungguhnya Allah Mahakaya dari semesta alam.” (QS. Ali Imran : 96-97)

Dikutip dari Ensiklopedia Alquran bahwa sekelompok pakar linguistik mengatakan, bahwa nama Bakkah berasal dari kata ‘al-bakk’ yang berarti padat dan mendorong. Pendapat pertama, orang Arab mengatakan, ‘Fulan bakka fulanan bakkan,’ yang berarti fulan menghimpit dan mendorong orang itu ketika berjalan. Atau tabakka an-nas yang artinya terjadi kepadatan dan aksi saling mendorong dalam suatu tempat atau jalan yang sempit lantaran kepadatannya.

Seperti diketahui ketika melakukan tawaf di sekitar Ka’bah, jamaah haji atau umrah mengalami kepadatan dan melakukan aksi saling dorong. Radius kepadatan ini semakin melebar hingga meliputi seluruh Baitul haram. Karena alasan inilah, tempat itu dinamakan Bakkah yang berarti kota yang dipadati manusia.

Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Bakkah berasal dari kata kerja ‘bakka-yabukku’. Ketika menyaksikan seseorang jatuh dari gunung, orang Arab mengatakan, “Inbakka ‘unuquhu (lehernya patah hingga meninggal dunia).” Pertanyaannya, apa hubungan leher patah dengan kota yang disucikan itu?

Menurut mereka, Allah SWT memelihara dan melindungi rumah-Nya, sehingga setiap orang yang ingin menghancurkan atau merusaknya pasti dihancurkan oleh-Nya. Demikianlah, dia dinamakan Bakkah karena menjadi tempat leher orang-orang zalim dan kuat dipatahkan setiap kali ingin menghancurkan tempat tersebut.

Peristiwa paling melekat dalam ingatan umat Muslim adalah yang menimpa Abrahah dan pasukannya. Dia adalah panglima negeri Habasyah (sekarang Eritrea) yang ingin menyerang Makkah dengan mengerahkan tentara gajah. Allah SWT menghancurkan mereka dengan mengirim burung-burung ababil dan menghujani mereka dengan bebatuan neraka. Akibatnya, sebagaimana dikisahkan dalam surah al-Fil, mereka seperti daun yang dimakan ulat.

Persoalannya kemudian, mengapa Bakkah berubah menjadi Makkah? Menurut sejumlah pakar linguistik, orang Arab seringkali mengganti huruf ba dengan huruf mim untuk memudahkan dan meringankan pengucapannya. Untuk menyebut contoh, mereka akan mengatakan pukulan yang keras dan akurat sebagai, ‘dharbah lazib’. Namun, mereka juga mengucapkan ‘dharbah lazim’ dengan arti yang sama seperti ungkapan sebelumnya.

Kelompok pakar linguistik lainnya mengatakan  bahwa nama Makkah berasal dari kata kerja ‘imtakka-yamtakku’ yang artinya menghisap. Karena, seekor anak unta akan terus menghisap dengan lahap sampai tetes susu yang terakhir ketika menyusu pada induknya. Perbuatan anak unta itu  oleh orang Arab disebut sebagai ‘imtakka, menghisap susu ibunya sampai habis. Orang Arab juga menyebut seseorang yang menghisap sumsum tulang sebagai ‘imtakka’.

Dari sinilah nama Makah diberikan kepada sebuah kota yang terdapat Baitullah, karena di musim haji banyak orang yang tergesa-gesa berjalan menuju sumber-sumber air. Sementara itu, sumur-sumur berisikan sedikit air. Mereka menimba habis isinya, sama dengan seekor anak unta yang menghisab habis air susu induknya atau seorang yang menghisap habis sumsum tulang. Karena itulah, kota ini dinamakan Makah.

Sebagian pakar sejarah Arab meyakini bahwa nama Bakkah berbeda dengan Makkah. Bakkah hanya digunakan untuk menyebut kompleks Masjidil Haram, sedangkan Makkah dialamatkan kepada seluruh wilayah Haram, termasuk rumah-rumah penduduknya.  Abu Ubaidah ra berpendapat bahwa Bakkah hanya diberikan kepada daerah pusat Kota Makah.

 

 

REPUBLIKA

Inilah Manusia Terkutuk yang Akan Robohkan Kabah

PADA suatu hari nanti Kabah akan dirobohkan oleh seorang manusia terkutuk bernama Dzussuwaiqatain dari Habasyah. (Dzussuwaiqatain adalah nama gelar yang berarti si pemilik dua betis yang kecil betisnya dikatakan kecil, karena pada umumnya betis orang Habasyah memang kecil-kecil).

Sebagaimana diriwayatkan dari Ka’ab Al-Ahbar dalam tafsir Ibnu Katsir, tentang bahasan firman Allah, “Sehingga, apabila telah dibukakan (pintu) Yajuj dan Majuj…” QS. Al-Anbiya : 96.

Bahwa munculnya Dzussuwaqatain bermula pada masa turunnya Nabi Isa Alaihis Salaam, yaitu setelah dibinasakannya Yajuj dan Majuj.

Ketika itu Nabi Isa Alaihis Salaam mengirim pasukannya untuk memerangi balatentara Dzussuwaiqatain. Mereka berkekuatan antara 700 sampai 800 orang. Namun ketika mereka berjalan, Allah mengirimkan angin sejuk dari arah negeri Yaman. Angin itu mencabut nyawa setiap orang yang beriman. Dan sisanya tinggal manusia-manusia jahat. Mereka bersetubuh bebas seperti binatang.

Kaab Al-Ahbar mengatakan, pada saat itu Kiamat sudah dekat.

Hadis-hadis yang berkaitan dengan Dzussuwaiqatain

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhu, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Kabah ini akan dirobohkan oleh Dzussuwaiqatain dari Habasyah. Dia merampas perhiasannya dan melepaskan kiswahnya. Aku seakan-akan melihatnya, orangnya kecil botak dengan tulang-tulang persendian bengkok, sedang menghantam Kabah dengan sekop dan kapaknya”. isnad hadis ini Jayyid dan qawiy HR.Ahmad dalam musnadnya no.7053.

Abu Daud meriwayatkan dari Abdullah bin Amr, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, bahwa Beliau bersabda, “Biarkan orang-orang Habasyah selagi mereka membiarkan kamu (tidak mengganggu kamu). Sesungguhnya tidak akan ada orang yang (berani) membongkar barang-barang simpanan dalam Kabah selain Dzussuwaiqatain dari Habasyah”.

Imam Ahmad meriwayatkan pula bahwa Ibnu Abbas mengabarkan kepada perawi hadis ini, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Seakan-akan aku melihatnya, orangnya hitam, dengan congkaknya dia merobohkannya (Kabah) batu demi batu”.

Dan menurut riwayat Imam Ahmad pula dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah bersabda, “Malam dan siang tak akan berhenti bergulir sebelum ada seorang lelaki dari kalangan kaum budak menjadi raja, dia bernama Jahjah”.

Yaumul Khalash (Hari Pembersihan)

Adapun kota Madinah, sebagaimana telah Salsa bahas dalam catatan terdahulu mengenai Dajjal, bahwa Dajjal tidak dapat memasuki kota Madinah dan Mekah. Di setiap sudut jalan di Madinah ada malaikat-malaikat yang menjaganya agar tidak dimasuki Dajjal.

Dalam sahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, “Madinah tidak dapat dimasuki Dajjal maupun wabah penyakit”.

Telah dijelaskan pula bahwa Dajjal hanya bisa tinggal diluar kota, lalu terjadilah goncangan hebat tiga kali, yang mengakibatkan kaum munafik maupun orang-orang fasik, laki-laki dan perempuan, semuanya keluar dari dalam kota, dan tinggallah orang-orang mukmin dan muslim, laki-laki dan perempuan di dalam kota MAdinah. Dan hari itu disebut sebagai “Yaumul Khalash” (Hari Pembersihan).

Demikian sebagaimana pernah dinyatakan oleh Rasulullah, “Sesungguhnya kota ini (Madinah) adalah Thaibah (harum). Dia sendiri akan membuang kotorannya lalu semerbaklah keharumannya”.

Kota Madinah akan tetap ramai pada saat Dajjal beroperasi, dan ramai pada masa datangnya Rasulullah Isa bin Maryam Alaihis Salaam, sampai beliau wafat dan dikubur disana. Sesudah itu semua, barulah penduduk Madinah akan keluar meninggalkan kota. [resensiakhirzaman]

 

INILAH MOZAIK

 

—————————————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

Fakta-Fakta Menarik tentang Ka’bah (2-Habis)

Ka’bah adalah tempat paling suci dari semua situs Islam di dunia. Bangunan itu terletak di pusat Masjid al-Haram Makkah, Arab Saudi.

Posisinya sebagai kiblat, mengharuskan umat Islam di seluruh penjuru dunia menghadap ke Ka’bah saat menunaikan shalat. Berikut adalah beberapa fakta tentang Ka’bah yang mungkin jarang diketahui orang, seperti dilansir laman World Bulletin:

Hajar Aswad yang ada sekarang sudah dalam keadaan rusak
Hajar Aswad adalah batu yang berada pada salah satu sisi Ka’bah. Umat Islam disunahkan untuk menciumnya, jika mampu melakukannya pada salah satu manasik haji dan umrah. Menurut riwayat, Hajar Aswad dulunya adalah sebongkah batu besar berwarna putih. Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hajar Aswad adalah batu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam,” (HR Ahmad).

Namun, saat ini batu itu telah terpecah menjadi sekitar delapan keping dengan berbagai ukuran. Batu-batu itu dikumpulkan dan diikat dengan lingkaran perak. Ada beberapa peristiwa yang menyebabkan kerusakan Hajar Aswad. Di antaranya adalah bencana banjir, pengepungan Ka’bah oleh sekte Syiah pimpinan Abu Thahir al-Janabi (pada musim haji 317 Hijrah), dan bahkan penjarahan!

Keluarga asy-Syaibi selalu menjadi penjaga Ka’bah
Bukankah menakjubkan bahwa hanya ada satu keluarga yang menjadi juru kunci sekaligus penjaga Ka’bah sejak zaman pra-Islam? Ya, itulah keluarga asy-Syaibi atau juga dikenal dengan Bani Syaibah. Mereka telah menjaga dan merawat Ka’bah secara turun-temurun selama 15 abad terakhir! Kunci Ka’bah diwarisi oleh anggota tertua dalam keluarga itu.

Upacara pembersihan Ka’bah diadakan dua kali setahun
Upacara pembersihan Ka’bah diadakan dua kali dalam setahun, yaitu pada Bulan Sya’ban dan Zulqa’dah. Kegiatan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab keluarga asy-Syaibi. Untuk membersihkan Ka’bah, mereka menyiapkan campuran pembersih khusus yang terdiri dari dari air zamzam, air mancur Taif, dan minyak gaharu yang sangat mahal harganya. Gubernur Makkah biasanya mengundang beberapa pejabat untuk berpartisipasi dalam upacara pembersihan Baitullah tersebut.

Pintu Ka’bah dulu terbuka untuk umum
Awalnya, Ka’bah terbuka agar semua orang masuk dan berdoa masuk. Karena jumlah peziarah yang ingin masuk ke dalam meningkat, Ka’bah tidak bisa lagi terjangkau oleh semua orang. Sekarang sesekali dibuka untuk tamu istimewa.

Kegiatan tawaf di sekitar Ka’bah tidak pernah berhenti
Salah satu hal yang paling luar biasa tentang Ka’bah adalah, aktivitas tawaf di sekitar Baitullah ini tidak pernah berhenti kecuali ketika shalat berjamaah tengah dilangsungkan. Bahkan, ketika Masjid al-Haram sedang dilanda banjir pun, orang-orang tetap melakukan tawaf di sekeliling Ka’bah sambil berenang.

 

REPUBLIKA

Fakta-Fakta Menarik tentang Ka’bah (1)

Ka’bah adalah tempat paling suci dari semua situs Islam di dunia. Bangunan itu terletak di pusat Masjid al-Haram Makkah, Arab Saudi.

Posisinya sebagai kiblat, mengharuskan umat Islam di seluruh penjuru dunia menghadap ke Ka’bah saat menunaikan shalat. Berikut adalah beberapa fakta tentang Ka’bah yang mungkin jarang diketahui orang, seperti dilansir laman World Bulletin:

Ka’bah telah direkonstruksi berulang kali
Ka’bah pernah mengalami kerusakan akibat bencana alam seperti banjir dan juga faktor-faktor lainnya, sehingga membuatnya dibangun ulang beberapa kali. Kebanyakan sejarawan mengklaim bahwa Ka’bah telah direkonstruksi sekitar 12 kali. Renovasi terakhir terjadi pada 1996 dengan menggunakan teknologi terbaru untuk memperkuat bangunan tersebut dari bencana. Menurut keyakinan Islam, ada beberapa nabi yang turut berpartisipasi dalam pembangunan Ka’bah. Mereka adalah Nabi Adam AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS, dan Nabi Muhammad SAW.

Warna kiswah Ka’bah tidak selalu hitam
Kiswah adalah kain hitam yang menutupi Ka’bah. Tapi tahukah Anda bahwa kain pelindung bangunan suci itu tidak selalu berwarna hitam seperti yang biasa kita saksikan sekarang?

Tradisi menutupi Ka’bah dengan kiswah dimulai pada masa pemerintahan Bani Jurhum (salah satu suku tertua di Arab). Kemudian, Nabi Muhammad SAW melapisi Ka’bah dengan kain putih dari Yaman. Sepeninggal Rasulullah SAW, kiswah yang digunakan pada masa pemerintahan para khalifah Islam cukup variatif warnanya. Di antaranya adalah kiswah merah, hijau, dan putih. Pemerintah Dinasti Abbasiyah akhirnya memutuskan warna hitam untuk mengakhiri perubahan warna kiswah yang terlalu sering itu. Sejak itulah, kiswah hitam terus digunakan untuk menutupi Ka’bah sampai sekarang.

Bentuk Ka’bah telah berubah
Ka’bah awalnya berbentuk huruf latin D kapital, sesuai dengan pondasi yang diletakkan oleh Nabi Ibrahim AS. Setelah berabad-abad berikutnya, desain bangunan suci itu berubah menjadi bentuk kubus saat dibangun ulang oleh suku Quraisy, sebelum datangnya risalah Islam yang dibawakan Rasulullah SAW.

Perubahan bentuk Ka’bah pada masa itu terjadi dikarenakan orang-orang Quraisy tidak mampu membangun kembali keseluruhan struktur bangunannya, karena kekurangan dana. Ruang yang ditinggalkan disebut Hatim sekarang – ditandai dengan dinding kecil.

Ka’bah dulu memiliki lebih dari satu pintu
Pada mulanya, Ka’bah memiliki dua pintu. Yang satu digunakan sebagai pintu masuk, sedangkan yang lainnya adalah pintu keluar. Tak hanya itu, Ka’bah dulu juga mempunyai jendela pada salah satu dindingnya. Ka’bah yang kita saksikan sekarang hanya memiliki satu pintu dan tanpa jendela, meskipun ada pintu lainnya yang terdapat di dalam bangunan itu yang digunakan sebagai akses menuju atap.

Apa saja yang ada di dalam Ka’bah?
Bagian interior Ka’bah ditopang oleh tiga tiang, dengan sebuah lentera yang menggantung di antara ketiganya. Di atas lantai, di antara tiang-tiang itu itu, ada meja kecil untuk tempat parfum. Sejumlah plakat terlihat menggantung di dinding dalam Ka’bah, mengingatkan kita kepada para penguasa yang pernah memperbaiki bangunan suci umat Islam tersebut. Pada bagian atas dinding dalam Baitullah itu, membentang kain hijau yang disulam dengan ayat-ayat Alquran. Sementara, di bagian kanan pintu masuk Ka’bah, terdapat pintu emas yang disebut Bab at-Taubah, yang membuka akses tangga menuju atap

 

REPUBLIKA

Makkah, Ka’bah, Arafah: Sejarah Haji Zaman Pra Islam Hngga Kini

Makkah selalu menjadi pusat spiritual bagi semua umat Islam.  di istu ada Ka;bah yang menjadi arah Muslim sedunia ketika melakukan sholat.

Setiap kali musim haji, Makkah menerima lebih dari 3 juta peziarah di seluruh dunia untuk melakukan haji yang meruoakan ukun Islam kelima. Haji bagi Muslim adalah ibadah yang wajib bagi mereka yang mampu dan setidaknya dilakukan sekali dalam seumur hidup.

Dalam Alquran, Allah berfirman haji dilakuan pada bulan tertentu (bulan Dzuhijah).  Dan siapa pun yang telah membuat haji wajib bagi dirinya sendiri di dalamnya (dengan memasuki keadaan ihram), maka mereka tak melakukan hal-hal yang terlarang, misalnya tidak ada hubungan seksual, tidak menumpahkan darah  atau melakukan  perselisihan, dan berbagai tindakan terlarang lainnya.

Seperti dikutip Saudigazette.com, haji adalah perjalanan seumur hidup dan bagi banyak orang, ini adalah titik balik dalam iman mereka dan hubungannya dengan Allah. Yang lain menganggap haji sebagai perjalanan yang terus berlanjut, Ketika mereka kembali ke rumah mereka mengajari keluarga, kerabat dan temannya sehingga apa yang telah mereka pelajari tentang kesabaran, merawat orang lain, dan penyerahan yang murni serta lengkap selama musim haji tetap dilestarikan dalam kehidupan keseharian.

Haji secara harfiah berarti ‘berangkat ke suatu tempat’. Perjalanan haji berlangsung di Dhul-Hijjah pada bulan terakhir dalam sistem kalender Hijriyah. Ritual haji dimulai pada tanggal 9h Dhul-Hijjah dan berlangsung selama empat atau lima hari.

Alquran menjelaskan bahwa haji kembali ribuan tahun ke zaman Nabi Ibrahim. Allah memerintahkannya untuk meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail sendirian di padang pasir Makkah dengan sedikit makanan dan air.

Dan, ketika bekal air mulai habis, Hajar mulai mencari air  dengan putus asa dengan berlari tujuh kali di antara dua bukit Al-Safa dan Al-Marwah. Mamun meski sudah bolak-balik, air tetap tidak dapat ditemukan.

Tapi di ujung keputusasaan mencarikan air untuk pada Ismail, Hajar kemudian melihat bayi itu menendang tanah dengan kakinya dan  air pun kemudian muncul dari bawah kakinya.”Zamzam-Zamzam (berkumpu-berkumpul) air itu,” kata Hajar ketika menjumpai ke luarnya mata air dari bawah kaki Ismail. Maka mata air yang muncul itu kemudian di namakan sumur Zamzam.

Selang bertahun-tahun kemudian, Ibrahim kemudian diperintahkan oleh Allah untuk membangun kembali Ka’bah. Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail kemudian mengangkat batu untuk membangun Ka’bah.

Ulama Islam, Shibli Nomani, menyebutkan bahwa Ka’bah yang diangkat oleh Nabi Ibrahim setinggi 27 kaki, lebarnya 96 kaki, dan lebar 66 kaki. Dia meletakkan Batu Hitam (Hjar Aswad) di sudut timur Ka’bah. Pada saat itulah, Nabi Ibrahim kemudian menerima wahyu dimana Allah memberitahunya bahwa dia harus mewartakan ziarah ke Ka’bah kepada umat manusia.

(Dan (sebutkan, wahai Muhammad), ketika Kami menunjuk Ibrahim ke rumah tersebut, (katakanlah), “Janganlah kamu bergaul dengan Aku dan sucikan rumah-Ku untuk mereka yang melakukan Tawaf dan orang-orang yang berdiri (dalam doa) dan orang-orang Yang sujud dan sujud.) (Surat 22, Ayat 26)

Setelah membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim akan datang ke Makkah untuk melakukan haji setiap tahun,. dan setelah kematiannya, anak keturunan Ibrahim pun melanjutkan ritual ini. Namun, sering perjalanan waktu lambat laun baik bentuk maupun tujuan ritual haji pun berubah.

Pada masa pra-Islam, Ka’bah dikelilingi oleh berbagai berhala yang dipasang oleh orang-orang Makkah maupun pendatang yang berasal diari luar yang terbiasa mengunjungi Ka’bah selama musim ziarah tahunan ini.

Shibli Nomani menyebutkan bahwa orang-orang Arab sat itu tidak berjalan di antara perbukitan Al-Safa dan Al-Marwah atau berkumpul di Arafah. Tapi mereka biasa menghabiskan satu hari di daerah terpencil di luar Makkah dan kembali ke Makkah yang mengelilingi Ka’bah.

Selama periode pra-Islam, haji menjadi acara beberapa festival dan kegiatan seperti kompetisi puisi. Puisi-puisi yang paling terkenal yang digunakan dipajang di dinding Ka’bah. Kegiatan dan pertunjukan yang tidak dapat diterima lainnya juga berlangsung selama masa haji.

Keadaan menyedihkan ini berlanjut selama hampir dua setengah ribu tahun dan baru berubah setelah periode Rasulullah Muhammad saw.

Pada 630 M, Nabi Muhammad saw dan orang-orang Muslim kembali dari Madinah ke Makkah serta membebaskan Ka’bah dari ritual kaum pagan dan penyembah berhala. mengklaim Mekah. Saat embebaskan kota Makkah ini Rasullah bersama kaum muslimin membersihkan Ka’bah dan menghancurkan semua berhala.

Tahun berikutnya, Abu Bakr, memimpin 300 Muslim untuk melakukan ibadah haji di Makkah. Ali ibn Abi Thalib berbicara kepada orang-orang, yang menentukan ritual haji yang baru. Dia menyatakan bahwa tidak ada orang kafir atau telanjang yang diizinkan untuk mengelilingi Ka’bah dari tahun berikutnya.

Pada tahun kesepuluh setelah Hijrah (632 M), Nabi Muhammad SAW melakukan haji terakhir dan terakhir dengan sejumlah besar umat Islam, dan dia mengajar mereka ritual haji dan tata krama untuk melakukan ibadah haji.

Di padagang gurun Arafah, Nabi Muhammad SAW menyampaikan pidatonya yang terkenal (Pidato Haji Wada) kepada mereka yang hadir di sana. Di situlah nabi menyampaikan firman Alah: Pada hari ini saya (Allah) telah menyempurnakan agamamu dan melengkapi nikmat-Ku atasmu dan telah menyetujui Islam sebagai agamamu.

IHRAM

Ka’bah, Multazam, Ebiet G Ade: Di Sudut Rumah-MU

Memasuki bulan haji, kiranya ada satu yang  tak bisa dilewatkan terkait perenungan diri seorang hamba Allah di depan Kabah. Ali Syariati mengatakan: Tuhan memang tidak ada di sana (Ka’bah), sebab yang ada dan bisa kau temui hanyalah jejaknya.

Nah, Ebiet G Ade (Abid Ghoffar bin Aboe Dja’far ) seorang penyanyi legedaris Indonesia ternyata punya lagu khusus soal hubungan emosionalnya ketika berdoa di depan Multazam. Ebiet yang semenjak awal kariernya di tahun 1979 menyatakan diri sebagai seorang Muslim dan berasal dari keluarga Muslim, menggambarkan suasana kebatinan itu dengan sebuah lagu yang diberi judul ‘Di Sudut RumahMu’.

Dalam sebuah perbincangan, beberapa waktu silam, Ebiet menceritakan betapa lagu ini sudah tersimpan atau direkam begitu lama. Bahkan, beberapa syair dan melodinya sudah ditambahkan dan diseleraskan.

‘’Lagu itu sebenarnya lagu lama. Memang sengaja saya simpan sampai kemudian datang waktunya yang saya rasa tepat kalau lagu ini diperdengarkan ke publik,’’ katanya Ebiet pada sebuah perbincangan di suatu sore di rumahnya di kawasan Jagakarsa, jakarta Selatan.

Lagu ‘Di Sudut RumahMu’ ini kemudian dipublikasikan di dalam album ‘Serenade’ (album spesial ketika Ebiet memperingati hari ulang tahun perkawinannya  bersama isteri tercintanya, Yayuk Sugianto). Serenade adalah album ke-22 yang diproduksi oleh Ega Productions yang dirilis 31 Desember 2013

Sebenarnya lagu ‘Serenade’ pun sudah lama diperdengarkan ke publik. Misalnya, di pertengahan dekade awal 1990-an, Ebiet menyanyikan lagu ini dalam sebuah acara  memperingati Nuzulul Quran di  auditorium RRI Yogyakarta. Ebiet saat itu tampil bersama penyair Sutardji C Bachri. Seperti biasa, Ebiet menyanyikan lagu ini sembari memetik gitar akustiknya.

Syair lagu ‘Di  Sudut Rumahmu’ memang menyentuh. Lagu ini menceritakan keharuan dan kepasrahan diri seorang Ebiet G Ade setelah melakukan tawaf memutari Ka’bah sebanyak tujuh putaran.

 

 

Di Sudut RumahMu

Ebiet G Ade

 

Disudut rumahMu aku bersujud

Seusai ber keliling tujuh putaran

Tubuhku aku pasrahkan

Jiwaku aku ikhlaskan

 

Di Multazam aku rentangkan doa

Memohon ampun dari timbunan dosa

Sujudku aku rekatkan

Airmataku tak tertahankan

Dan aku tumpahkan

Disini, aku merasa kecil dan tak berarti

Ya Robbi tunjukkan

Kemana langkah mesti kubawa

 

Disini

Aku merasa tak berdaya

Menunggu uluran tanganMu

Melepaskan aku dari kesombongan

dan takabur

 

Tibalah saat aku harus pamit

Kukecup Hajar Aswad dengan hidmat

Dalam doaku semoga seluruh umat

Datang bersujud ke haribaanMu

Dan atas panggilanMu

 

IHRAM

Ketika Abrabah tak Akui Kesucian Baitullah

“Buatlah sebuah bangunan yang sangat indah sehingga orang-orang Arab tertarik ke sini dan meninggalkan Ka’bah!” titah Raja Abrahah kepada pejabat istana. Sontak, gemparlah tanah Yaman mencari arsitek terbaik untuk membuat bangunan suci yang menandingi kesucian Baitullah. Dalam waktu singkat, jadilah bangunan megah nan indah bernama Al Qullais.

Keinginan menandingi Ka’bah bermula ketika Abrahah al-Asyram al-Habsy, penguasa Yaman kala itu, terheran-heran dengan kebiasaan orang Arab berkunjung ke Hijaz setiap tahun. Abrahah yang merupakan gubernur perwakilan Abyssina di Habasyah (Sekarang Etiopia) merupakan seorang warga asli Afrika beragama Nasrani.

Saat tiba di Yaman, ia merasa heran dengan kebiasaan warganya yang rutin berkunjung ke Hijaz. Mereka memilih pergi ke negara lain, sementara wilayah Yaman amat sepi dari pelancong.

Maka, terdengarlah kabar tentang Ka’bah ke telinga Abrahah. Orang-orang Arab rutin melakukan haji ke bangunan yang didirikan nabi mereka, Nabi Ibrahim dan Ismail. Kala itu, Rasulullah belum lahir di tengah bangsa Arab. Kisah Abrahah inilah yang kemudian menjadi pembuka kisah lahirnya Nabiyullah Muhammad SAW.

Abrahah pun makin heran bangunan macam apakah yang mampu menarik kunjungan seluruh bangsa Arab. Tak mengakui kesucian Ka’bah, Abrahah spontan segera berpikir untuk menandinginya. Ia pun memutuskan membuat tempat ibadah yang tak kalah suci, namun jauh lebih megah dari Ka’bah.

Jadilah Al-Qullais yang begitu indah. Pintunya terbuat dari emas, lantainya terbuat dari perak, fondasinya terbuat dari kayu cendana. Siapa pun yang melihatnya akan takjub dengan kemegahannya.

 

sumber: Republika ONline

Kakek Rasulullah tak Cemas Abrahah ingin Hancurkan Ka’bah

Mendengar kabar pasukan di dekat Makkah, kakek Rasulullah–yang bertanggungjawab menjaga Kabah, Abdul Muthalib menjawab, “Demi Allah, kami tak ingin berperang dan kami tak punya kekuatan untuk melawan kalian. Akan tetapi, jika Abrahah ingin menghancurkan Baitullah, lakukan sesuka hati. Namun, aku yakin, Allah tak membiarkan rumah-Nya dihancurkan,” ujarnya.

Cukup lama pasukan Abrahah beristirahat di Mughammas. Meski belum memasuki Kota Makkah, mereka telah merampas banyak harta benda kaum Quraisy, termasuk harta milik Abdul Muthalib. Mendengar 200 ekor untanya dirampas pasukan Abrahah, Abdul Muthalib pun beranjak menemui Abrahah.

Mendapat tamu dari pemuka Makkah, berbangga hatilah Abrahah. Ia menyangka Abdul Muthalib cemas Ka’bah akan dihancurkan oleh pasukan gajahnya. “Apa keperluan Anda hingga datang ke mari?” tanya Abrahah kepada kakek Rasulullah dengan congkak.

Namun, jawaban Abdul Muthalib sangat di luar dugaan Abrahah. “Kembalikan 200 ekor unta milikku yang telah dirampas oleh pasukanmu,” ujar Abdul Muthalib. Abrahah pun terheran, “Mengapa kau lebih mengkhawatirkan untamu, padahal kami datang ke sini untuk menghancurkan Ka’bah? Mengapa kau tidak mengkhawatirkan Ka’bah itu saja?” ujarnya.

“Unta-unta yang kau rampas itu adalah miliku, sementara Ka’bah merupakan milik Allah. Maka, Allahlah yang akan melindunginya,” jawab Abdul Muthalib ringan. Abrahah terdiam, namun geram.

 

sumber: Republika ONline