Muslimah Taat Hidup di Kampung Kumuh & Rawan Kristenisasi Butuh Modal Usaha Rp 3 Juta, Ayo Bantu!

JAKARTA (Infaq Dakwah Center) – Ibu NenengNurhayati, Muslimah taat yang hidup di daerah kumuh, rawan kriminalitas dan kristenisasi membutuhkan modal usaha untuk menghidupi keluarganya.

Ustadz Taufiq, dai yang merupakan alumnus UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan mengaku prihatin dengan kondisi Ibu Neng, seorang ibu rumah tangga yang menjadi murid pengajian di daerah binaan dakwah.

Sebagai seorang dai, Ustadz Taufiq merasa bertanggung jawab atas kondisi binaan dakwahnya. Ia pernah menghubungi beberapa lembaga sosial, namun hasilnya tak cukup maksimal dalam memberikan bantuan. Hingga akhirnya, atas rekomendasi Ustadz Ihsan Tanjung, Ustadz Taufiq mengubungi relawan Infaq Dakwah Center, guna mencari solusi atas kesulitan yang dialami binaan dakwahnya.

Hanya berselang beberapa hari mendapatkan laporan Ustadz Taufiq, relawan IDC bergegas melakukan survey ke lokasi. Masya Allah, di tengah panas terik, relawan IDC blusukan menyusuri ruas rel kereta api dan memasuki gang-gang sempit nan pengap di belakang kompleks pertokoan Pasar Pagi Mangga Dua. Ustadz Taufiq pun menyampaikan pesan kepada relawan IDC agar berhati-hati.

“Harap waspada, karena kondisi lingkungannya, hp saya sudah tak terhitung lagi jumlahnya yang hilang,” ujar Ustadz Taufiq kepada relawan IDC, Sabtu (14/5/2016).

Ibu Neng Neneng Nurhayati

Ibu Neneng Nurhayati, Muslimah taat yang hidup di kampung kumuh, butuh modal usaha

Bagi Ustadz Taufiq, membantu mereka merupakan panggilan dakwah, bila hal itu tak dilakukannya, maka berapa banyak kaum Muslimin yang makin terperosok ke lembah kejahatan dan pemurtadan. Aksi nyata Ustadz Taufiq yang lebih dari delapan tahun berdakwah tanpa pamrih itu, yang awalnya puluhan orang ikut mengaji, kini hanya tersisa beberapa gelintir orang saja.

Meski demikian, Ustadz Taufiq luar biasa istiqomah, tetap mengajar di perkampungan yang rawan dengan tindak kriminal dan kristenisasi tersebut.

Neneng Nurhayati (40) atau yang akrab disapa Ibu Neng, tinggal di kawasan Padat Penduduk yang Kumuh dan Miskin (PAK KUMIS) pinggir rel kereta, di Kampung Dao, Pademangan, Jakarta Utara. Penderitaannya kian bertambah-tambah, ketika bencana kebakaran hebat pada Selasa (26/1/2016) itu menghanguskan rumah kontrakannya. Dalam musibah tersebut, sebanyak 700 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah kurang lebih 1.500 jiwa kehilangan tempat tinggal, Ibu Neng salah satunya. Tak ada yang tersisa, kecuali nyawanya dan baju yang menempel di badan.

Pasca musibah kebakaran, Ibu Neng kini menjadi pemulung. Sedangkan suaminya, Ade Rahman (38) hanya juru parkir. Penghasilnnya tak tetap, bahkan jauh dari cukup untuk menghidupi enam orang anaknya.

“Saya kemarin tinggal di Kampung Dao yang kena musibah kebarakan. Usaha saya dagang gado-gado sama nasi uduk, semua alat-alat saya dagang habis terbakar,” kata Ibu Neng kepada relawan IDC di rumahnya, Sabtu (14/5/2016).

Kampung Dao Kebakaran

Kebakaran di Kampung Dao

Ibu Neng, kini tinggal di kontrakan petak yang luasnya hanya 3 x 4 meter bersama anak-anaknya. Padahal, ia sangat ingin hidup normal, tinggal di tempat yang layak, memiliki mata pencaharian yang jelas, serta menghidupi anak-anaknya yang masih sekolah.

Namun, bukan hal mudah bagi Ibu Neng untuk bangkit pasca musibah kebakaran, tapi ia terus berusaha. Dirinya sadar, meski hidup miskin tak menjadikannya lemah mental, menjadi pemulung lebih terhormat baginya, ketimbang jadi pengemis.

الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَالْيَدُ الْعُلْيَا الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى السَّائِلَةُ

Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan di atas adalah tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah tangan peminta-minta. [HR. Muslim No.1715].

Di sisi lain meski butuh modal usaha, rentenir berkedok bank keliling yang kerap menawarkan pinjaman mudah dan menggiurkan, tak berani ia sentuh.

“Saya mau pinjam rentenir saya takut tidak bisa bayar, sementara kerjaan saya sehari-hari cuma pemulung,” ujarnya.

Sebagai Muslimah yang taat, hidup menderita di dunia tak seberapa daripada harus mendapat siksa di akhirat kelak lantaran dosa riba. Pemahaman itu didapat Ibu Neng karena selama ini rutin mengikuti pengajian Ustadz Taufiq.

Begitu pedih siksa bagi pelaku riba sebagaimana dikisahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَتَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى قَوْمٍ بُطُونُهُمْ كَالْبُيُوتِ فِيهَا الْحَيَّاتُ تُرَى مِنْ خَارِجِ بُطُونِهِمْ، فَقُلْتُ: “مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرَائِيلُ؟” قَالَ: “هَؤُلَاءِ أَكَلَةُ الرِّبَا

“Pada malam Isra’ aku mendatangi suatu kaum yang perutnya sebesar rumah, dan dipenuhi dengan ular-ular. Ular tersebut terlihat dari luar. Akupun bertanya, “Siapakah mereka wahai Jibril?”. “Mereka adalah para pemakan riba” jawab beliau”. [HR. Ibnu Majah].

Kini, Ibu Neng berharap ada para muhsinin yang membantu memberikan modal usaha agar bisa bangkit dari kesulitan yang dihadapinya.

“Saya mau minta bantuan untuk modal usaha, mudah-mudahan saya bisa dibantu untuk menghidupi anak-anak saya yang masih sekolah,” tuturnya.

Untuk mudal usaha berjualan gado-gado dan nasi uduk, Ibu Neng memperkirakan anggaran sebagai berikut:

  1. Kompor, dandang, cobek, piring dan lain-lain:      Rp  2. 000.000,-
  2. Pembelian bahan baku gado-gado dan nasi uduk: Rp. 1.000.000,-    +

Total modal usaha yang dibutuhkan Ibu Neng adalah :  Rp. 3.000.000,-

Kampung Dao

Suasana Kampung Dao

PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM

Uang sebesar Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah) bagi orang kaya, mungkin terlihat kecil dan sepele, tetapi bagi Ibu Neng yang hidupnya susah sangat berharga  untuk modal usaha.

Mari berbagi kasih, ulurkan kepedulian untuk membantu Ibu Neng. Dengan membantu meringankan kesulitan saudara sesama Muslim, insya Allah akan mendatangkan barakah, pertolongan dan kemudahan  di dunia dan akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَنْ كَانَ فِـيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ ، كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ ، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allâh Azza wa Jalla senantiasa akan menolongnya. Barangsiapa melapangkan kesulitan orang Muslim, maka Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan di hari Kiamat dan barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada hari Kiamat. [HR Bukhari – Muslim].

Donasi untuk membantu modal usaha Ibu Neng bisa disalurkan dalam program INFAQ PRODUKTIF ke rekening IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34 7000 3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293 985 605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Syariah Mandiri (BSM), No.Rek: 7050 888 422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Mandiri, No.Rek: 156 000 696 4037 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BRI, No.Rek: 0139 0100 1736 302 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  6. Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
  7. Bank BCA, no.rek: 631 0230 497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC).

CATATAN:

  1. Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 5.000 (lima ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.005.000,- Rp 505.000,- Rp 205.000,- Rp 105.000,- 55.000,- dan seterusnya.
  2. Bila dana terpenuhi maka donasi akan dialihkan untuk program IDC lainnya.
  3. Info dan konfirmasi: 08567.700020, 704050. PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0

 

sumber: Panji Mas