Bukti Sangat Besar Cinta Rasulullah kepada Umatnya

SUATU hari Malaikat Jibril datang menemui Rasulullah SAW, Rasulullah SAW bertanya.”Ada apa wahai Jibril?”

“Wahai Muhammad sesungguhnya hari ini Allah SWT sedang mengobarkan nyala api neraka, seluruh malaikat amat ketakutan. Mereka tidak tahu harus bagaimana. Untunglah aku ingat bahwa engkau adalah sumber cinta dan sayang Allah kepala alam semesta. Karena itulah aku di sini, untuk bertabaruk dengan cinta Allah yang ada pada dirimu.”

Rasulullah SAW terdiam beberapa saat, lalu bertanya,” Wahai Jibril, Shif lii washfan naar. Ceritakanlah kepadaku bagaimanakah neraka itu sesungguhnya.”

“Wahai Muhammad,neraka itu bagaikan lobang-lobang yang terdiri dari tujuh tingkat. Jarak antara satu lobang dengan yang lain adalah 70 tahun perjalanan. Lobang yang paling bawah adalah yang paling panas.”

Lalu siapakah penghuni lobang lobang neraka itu wahai Jibril?”

“Lobang yang paling bawah diciptakan untuk orang orang munafik. Lobang berikutnya untuk penyembah berhala, lalu untuk penyembah bintang dan matahari.” Jibril terus menerangkan penghuni tingkatan lobang lobang itu.

Hingga lobang neraka yang ke lima tempatnya umat Yahudi dan ke enam Nasrani. Lalu kemudian Jibril diam cukup lama.

Rasulullah SAW bertanya,”Wahai Jibril, siapakah penghuni neraka yang ketujuh?”

Jibril terdiam. Rasulullah SAW bertanya lagi, namun Jibril tetap diam. Rasulullah SAW pun mendesak hingga akhirnya Jibril berkata.

“Umatmu wahai Muhammad, mereka itu para pelaku dosa besar di kalangan Umatmu, yang sampai mereka mati belum sempat bertaubat.”

Mendengar jawaban Jibril Rasulullah SAW langsung jatuh pingsan. Jibril merangkulnya dan meletakkan tubuh baginda SAW di atas pangkuannya. Tidak berapa lama Rasulullah SAW sadar dan langsung menangis bersimbah air mata.

Sambil terisak-isak Nabi SAW bertanya,”Yaa Jibril awayadkhulu ummatii an naar? Wahai Jibril apakah memang ada di antara umatku yg masuk neraka?”

“Benar wahai Muhammad, pelaku dosa besar di antara umatmu yang belum bertaubat.”

Setelah itu Nabi SAW langsung menghadap kiblat dan sujud menyembah Allah SWT dalam isakan tangis. Sesekali dengan lirih perlahan beliau membisikkan kata-kata,”Ummati ya Rabbummatiiummatiiummatii”

Beliau SAW tidak mengangkat kepalanya dalam keadaan seperti itu selamat tiga hari tiga malam, kecuali setiap Bilal bin Rabah mengumandangkan azan beliau barulah bangkit untuk menjadi imam dan setelahnya kembali sujud.

Pada hari ketiga Abu Bakar ra menyadari hal itu. Beliau mengetuk pintu Rasulullah SAW dan mengucapkan salam tiga kali.Namun tidak ada jawaban. Abu Bakar ra sedih dan berseru di pintu Nabi SAW,”Hal ilaa bayti Rasulillah min sabiil? Bolehkah saya masuk ke rumahmu, ya Rasulullah?”

Tetap tidak ada jawaban. Lalu beliau menangis dan melangkah pulang. Di jalan beliau bertemu sayyidina Umar.

“Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?” Abu Bakar menceritakan keadaan Rasulullah SAW.

Maka Umar ra pun melangkah ke rumah Nabi SAW dan terjadilah hal yg sama, Umar pun pulang dan menangis. Di jalan beliau bertemu Salman Al Farisi.Sambil terisak Umar bercerita kepada Salman.

Salman amat sedih, namun dia tidak berani mengulang hal yang sama. Salman melangkah ke rumah Fatimah dan menceritakan hal itu.

Setengah berlari Fatimah menuju rumah Nabi SAW dan mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Mendengar suara lembut putri tercinta, sejuklah dada Nabi SAW. Baginda bangkit dari sujud dan membuka pintu.

Alangkah terkejutnya Fatimah ra melihat Nabi SAW yang amat kurus dan pucat. Fatimah memeluknya lalu menangis.”Wahai ayahanda apa yang terjadi, mengapa engkau sedih seperti ini?”

Rasulullah SAW kembali menangis dan berkata dengan suara lirih. “Wahai Fatimah belahan jiwaku. Bagaimana mungkin aku tidak sedih. Jibril mengatakan akan ada kelak umatku yang akan masuk neraka.”

Kedua anak bapak itupun menangis bersimbah air mata. Allahumma Shalli aala sayyidina wa maulana muhammadin saw..[ ]

 

INILAH MOZAIK

Kasih Sayang Rasulullah pada Umatnya

Nabi kita Muhammad ﷺ adalah manusia sebagaimana kita manusia. Dalam arti, beliau memiliki dorongan manusiawi sebagaimana sifat manusia. Beliau merasakan keinginan untuk tidur, makan, minum, menyukai wanita. Beliau juga merasakan lelah dan lupa, dll. dari sifat-sifat manusia lainnya. Allah ﷻ mengutus beliau sebagai sebagai rahmat untuk sekalian alam. Allah ﷻ berfirman,

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS:At-Taubah | Ayat: 128).

Allah ﷻ menyempurnakan agama ini melalui beliau ﷺ. Sebagaimana firman-Nya,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 3).

Allah mengutus Rasulullah ﷺ untuk menghilangkan kebingungan di tengah manusia. Menunjuki orang-orang yang tersesat. Mempersatukan mereka. Dan menyelamatkan mereka dari neraka. Allah ﷻ berfirman,

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ}

“dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS:Ali Imran | Ayat: 103).

Kemudian Rasulullah ﷺ meninggalkan kita dalam keadaan jelas dan terang benderang. Hingga malamnya seperti siang. Karena itu, orang yang menyimpang dari petunjuk yang jelas itu pasti binasa. Beliau ﷺ memberikan jalan keselamatan agar kita terhindar dari siksa neraka. Nabi ﷺ bersabda,

«إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ النَّاسِ كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ جَعَلَ الْفَرَاشُ وَهٰذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِي تَقَعُ فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا فَجَعَلَ يَنْزِعُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَقْتَحِمْنَ فِيهَا فَأَنَا آخُذُ بِحُجَزِكُمْ عَنْ النَّارِ وَهُمْ يَقْتَحِمُونَ فِيهَا».

“Perumpamaan diriku dan manusia yang aku dakwahi adalah bagaikan seseorang yang menyalakan api (lampu). Di kala api itu menyinari sekelilingnya, menjadikan serangga-serangga dan hewan menuju api itu, kemudian orang tersebut menarik serangga-serangga, tetapi mereka menuju kepadanya dan terjerumus dalam api. Maka akulah yang menarik ikat pinggang kalian dari api, ketika mereka terjerumus di dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Muhammad ﷺ selalu memberi nasihat kepada kita umatnya. Hingga di saat-saat akhir kehidupan beliau. Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Wasiat Rasulullah ﷺ sebelum wafatnya adalah:

الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ

“(Perhatikanlah) shalat dan budak-budak yang kalian miliki.”

أَنَّ عَائِشَةَ وَعَبْدَ اللهِ بْنَ عَبَّاسٍ قَالاَ لَمَّا نُزِلَ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَفِقَ يَطْرَحُ خَمِيْصَةً لَهُ عَلَى وَجْهِهِ فَإِذَا اغْتَمَّ بِهَا كَشَفَهَا عَنْ وَجْهِهِ فَقَالَ وَهُوَ كَذَلِكَ : لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ يُحَذِّرُ مَا صَنَعُوْا

Aisyah dan Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Tatkala ajal hampir menjemput Nabi ﷺ, beliau menutupkan sebuah kain (yang terbuat dari bulu domba-pen) di atas wajah beliau (karena demam yang beliau rasakan-pen). Jika beliau merasa sesak, maka beliau pun membuka kain tersebut dari wajahnya. –Dalam kondisi demikian- Beliau bersabda, “Laknat Allah kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid-masjid”, Nabi memperingatkan umatnya dari perbuatan Yahudi dan Nasrani.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Inilah Nabi kita, Muhammad ﷺ. Beliau senantiasa memberikan nasihat kepada kita. Beliau ﷺ selalu menyayangi kita dalam keadaan apapun. Walaupun beliau sedang ditimpa kesulitan. Maka ikutilah beliau dan janganlah membuat suatu ajaran yang baru. Bershalawatlah kepadanya dalam setiap keadaan. Mohon kepada Allah ﷻ agar diwafatkan di atas sunnah beliau ﷺ.

 

Sesungguhnya Muhammad ﷺ sangat lemah lembut dan penyayang. Bahkan di saat kita umatnya nanti dikumpulkan di padang mahsyar. Dalam sebuah hadits yang panjang. Tentang syafaat Nabi ﷺ –yang dikenal dengan syafa’at al-‘uzhma- sangat tampak sekali kasih sayang Nabi ﷺ kepada umatnya, bahkan umat manusia secara umum. Padahal hari itu adalah hari yang berat. Hari dimana setiap nabi dan rasul pun hanya mampu memikirkan keadaan mereka di akhirat. Saking beratnya hari itu.

Kisah ini terjadi ketika berkumpulnya manusia di padang masyhar. Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa pada suatu hari Nabi ﷺ disodorkan daging, lalu ditawarkan kepadanya sebesar satu hasta (dari daging tersebut). Kemudian beliau ﷺ menyantapnya dengan sekali gigitan, lalu beliau ﷺ bersabda,

أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهَلْ تَدْرُونَ بِمَ ذَاكَ يَجْمَعُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَيُسْمِعُهُمُ الدَّاعِى وَيَنْفُذُهُمُ الْبَصَرُ وَتَدْنُو الشَّمْسُ فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنَ الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَا لاَ يُطِيقُونَ وَمَا لاَ يَحْتَمِلُونَ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ أَلاَ تَرَوْنَ مَا أَنْتُمْ فِيهِ أَلاَ تَرَوْنَ مَا قَدْ بَلَغَكُمْ أَلاَ تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ ائْتُوا آدَمَ.

“Aku adalah sayyid (pemimpin) manusia pada hari kiamat nanti. Apakah kalian tahu mengapa bisa demikian? Allah mengumpulkan seluruh makhluk pada hari kiamat di satu tempat yang luas. Pada saat itu memanggil orang yang jauh dan yang dekat sama saja. Demikian pula, melihat yang jauh sama dengan melihat suatu yang dekat. Matahari (pada saat itu) didekatkan.

Akhirnya, manusia pada saat itu berada dalam kesusahan dan kesedihan. Mereka tidak kuasa menahan dan memikul beban pada saat itu. Lalu ada sebagian orang mengatakan kepada yang lainnya, “Apakah kalian tidak melihat kesusahan yang menimpa kalian? Apakah kalian tidak melihat apa yang kalian alami? Apakah kalian tidak melihat ada orang yang akan memberi syafa’at untuk kalian kepada Rabb kalian?” Maka sebagian orang berkata kepada yang lainnya supaya mendatangi Nabi Adam ‘alaihis salam.

فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ آدَمُ إِنَّ رَبِّى غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ نَهَانِى عَنِ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ

Kemudian mereka mendatangi (Nabi) Adam. Lalu mereka mengatakan, “Wahai Adam engkau adalah bapak seluruh manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya. Dia meniupkan ciptaan ruh-Nya pada dirimu. Dan Dia memerintahkan malaikat untuk sujud kepadamu. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Adam mengatakan, “Sesungguhnya hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Dia telah melarangku untuk mendekati sebuah pohon, namun diriku melanggarnya. Pergilah kalian kepada selain aku! Pergilah kalian kepada Nuh ‘alaihis salam!”

فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى الأَرْضِ وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِى دَعْوَةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى قَوْمِى نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ

Lalu mereka mendatangi Nuh. Kemudian mereka mengatakan, “Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama yang diutus ke bumi. Allah menyebutmu sebagai hamba yang bersyukur. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Nuh mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Doa yang kumiliki telah kugunakan untuk mendoakan kejelekan bagi kaumku. Pergilah kalian kepada Ibrahim!”

فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ أَنْتَ نَبِىُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِبْرَاهِيمُ إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلاَ يَغْضَبُ بَعْدَهُ مِثْلَهُ. وَذَكَرَ كَذَبَاتِهِ نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى.

Lalu mereka mendatangi Ibrahim ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah Nabi Allah dan kekasih-Nya (khalilullah) dari penduduk bumi. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Ibrahim berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya.” Lalu beliau menceritakan beberapa kebohongan yang pernah beliau lakukan. Pergilah kalian kepada selainku! Pergilah kalian kepada Musa!”

فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُونَ يَا مُوسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ فَضَّلَكَ اللَّهُ بِرِسَالاَتِهِ وَبِتَكْلِيمِهِ عَلَى النَّاسِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ مُوسَى -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّى قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ أُومَرْ بِقَتْلِهَا نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى

Lalu mereka mendatangi Musa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah yang Allah memuliakanmu lebih dari manusia lainnya dengan risalah-Nya dan Dia berbicara langsung padamu. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Musa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Aku sendiri pernah membunuh seseorang, padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Pergilah kalian kepada Isa!”

فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُونَ يَا عِيسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِى الْمَهْدِ وَكَلِمَةٌ مِنْهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ عِيسَى إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ – وَلَمْ يَذْكُرْ لَهُ ذَنْبًا – نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم-

Lalu mereka mendatangi Isa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah dan engkau berbicara kepada manusia ketika bayi. Engkau adalah kalimat dari-Nya yang diberikan kepada Maryam dan ruh yang berasal dari-Nya. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Isa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. –Lalu beliau tidak menyebutkan adanya dosa yang pernah beliau perbuat-. Pergilah kalian kepada selain aku. Pergilah kalian kepada Muhammad ﷺ!”

فَيَأْتُونِّى فَيَقُولُونَ يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتَمُ الأَنْبِيَاءِ وَغَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَأَنْطَلِقُ فَآتِى تَحْتَ الْعَرْشِ فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّى ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَىَّ وَيُلْهِمُنِى مِنْ مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ شَيْئًا لَمْ يَفْتَحْهُ لأَحَدٍ قَبْلِى ثُمَّ يُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ اشْفَعْ تُشَفَّعْ. فَأَرْفَعُ رَأْسِى فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِى أُمَّتِى. فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلِ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِ مِنَ الْبَابِ الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِنَ الأَبْوَابِ وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ مَا بَيْنَ الْمِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ لَكَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَرٍ أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى

Lalu mereka mendatangiku. Kemudian mereka mengatakan, “Engkau adalah utusan Allah, penutup para Nabi, Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan akan datang. Berilah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah tertimpa pada kami?”

Kemudian aku (Rasulullah ﷺ) pergi menuju bawah Arsy. Lalu aku bersujud kepada Rabbku. Kemudian Allah memberi ilham padaku berbagai pujian dan sanjungan untuk-Nya yang belum pernah Allah beritahukan kepada seorang pun sebelumku. Kemudian ada yang mengatakan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafaat pasti akan dikabulkan’. Lalu aku mengangkat kepalaku. Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rabbku, umatku, umatku.’ Maka dikatakan, ‘Wahai Muhammad, suruhlah umatmu yang tidak dihisab untuk masuk ke surga melalui salah satu pintu surga di sisi kanan sedangkan pintu-pintu yang lain adalah pintu surga bagi semua orang. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Sesungguhnya di antara dua daun pintu di surga, bagaikan jarak Mekah dengan Hajar atau bagaikan jarak Mekah dengan Bashroh.” (HR. Muslim no. 501).

 

Inilah bentuk kasih sayang Nabi Muhammad ﷺ kepada kita umatnya. Lalu bagaimanakah penghormatan kita kepada beliau ﷺ? Sudahkah kita mengagungkan beliau sesuai dengan kedudukan beliau? Tidak meremehkan dan juga tidak berlebih-lebihan. Sudahkan kita mengangungkan sabda beliau, baik yang mudah atau yang terasa berat bagi hawa nafsu kita? Sudahkah kita menjadikan petunjuk beliau di atas segalanya?

Mudah-mudahan Allah ﷻ memberi taufik kepada kita untuk menjadi umat Nabi Muhammad ﷺ yang mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya. Mudah-mudahan Allah ﷻ mengumpulkan kita bersama beliau di akhirat kelak di dalam surga-Nya. Karena beliau lah kekasih kita, teladan kita, dan penyejuk hati kita. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau ﷺ dan keluarganya.

 

 

sumber:Khutbah Jumat