Islam dan Kesalehan Sosial yang jarang Diketahui

Musibah yang melanda bangsa kita akhir-akhir ini, menyadarkan banyak pihak akan kebesaran Sang Maha Kuasa, Dia yang mampu menyadarkan semua elemen warga negara akan pentingnya menjaga kesalehan sosial terhadap sesama, serta selalu waspada akan datangnya bencana.

Salah satu cara menjaga kesalehan sosial adalah menyalurkan bantuan materi berupa makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya, maupun non materi, berupa jasa konseling untuk menghilangkan trauma, bahkan dukungan berupa doa agar para korban diberikan kesabaran, serta ketabahan dalam menghadapi semuanya.

Dalil tentang Kesalehan Sosial

Ada keterangan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh imam Muslim

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ
اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻧﻔﺲ ﻋﻦ ﻣﺆﻣﻦكربة من كرب اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻧﻔﺲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪكربة من كرب ﻳﻮﻡ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﻣﻦ ﺳﺘﺮ ﻣﺴﻠﻤﺎ ﺳﺘﺮﻩ اﻟﻠﻪ ﻓﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭاﻵﺧﺮﺓ ﻭﻣﻦ ﻳﺴﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﺴﺮ ﻳﺴﺮ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭاﻵﺧﺮﺓ ﻭاﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﻋﻮﻥ اﻟﻌﺒﺪ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ اﻟﻌﺒﺪ ﻓﻲ ﻋﻮﻥ ﺃﺧﻴﻪ. رواه مسلم

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang meringankan kesusahan orang mukmin dalam urusan dunia maka Allah akan meringankan kesusahan Akhirat bagi dirinya. Barangsiapa menutupi aib orang lain, maka akan ditutupi aibnya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang sedang dilanda kesusahan maka akan dimudahkan urusannya diakhirat. Dan pertolongan Allah akan selalu turun selagi seorang hamba menolong saudaranya. (HR. Muslim)

Allah menciptakan segala mahluk-Nya terutama yang ada di muka bumi bertujuan untuk kemaslahatan manusia. Hal ini seperti tertuang dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 29 yang berbunyi,


هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا

Artinya: “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.

Dari ayat ini kita tahu bahwa nikmat yang telah diberikan kepada manusia sungguh banyak tak terkira. Manusia mempunyai kewajiban untuk menjaganya, terutama untuk mengabdikan diri kepada Allah dengan menjalankan segala kewajiban sebatas kemampuan yang ia miliki.

Berbuat Baik kepada Sesama termasuk Ibadah

Banyak orang salah kaprah dalam memahami ritual ibadah dengan sempit, menganggap segala ibadah hanya berkaitan dengan Tuhan saja atau Hablun Min Allah, padahal ajaran islam juga mengatur hubungan sesama manusia atau Habluminannas.

Pada hakikatnya manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Menurut Ibnu Khaldun dalam bukunya Al Muqaddimah:’ Al Insanu Madaniyyun Bittab’i” artinya Manusia secara karakteristiknya adalah makhluk berbudaya atau sosial sehingga tugas pentingnya menjaga kesalehan sosial.

Seumpama manusia memahami isi ajaran Shalat maka akan menghormati, menghargai orang lain, baik yang ia kenal maupun tidak seperti saat membaca Salam dalam waktu Shalat.

Islam mengajarkan kita untuk bergaul dengan baik dengan siapapun tanpa memandang ras, suku, warna kulit, miskin atau kaya, tampan atau buruk rupa. Kesalehan seseorang tidak dilihat dari ucapannya saja, namun dari tingkah laku sebagai cermin hati, serta tidak meremehkan kebaikan yang telah diberikan orang lain.

Ada kaidah fikih yang cukup fenomenal dikalangan Santri yaitu Al Khoirul Muta’addi Khoirun Minal Qoshir, artinya: kebaikan yang bisa bermanfaat buat orang banyak lebih utama dari pada kebaikan untuk diri sendiri.

Kaidah ini sangat menggugah kita untuk berusaha menjadi orang yang bermanfaat sekaligus berkualitas untuk kemaslahatan banyak orang serta pentingnya menjaga kesalehan sosial.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa Allah selalu menolong seorang hamba selagi mau membantu saudaranya. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian sosial akan mendekatkan diri kepada Tuhan, serta akan menumbuhkan tali persaudaraan.

ISLAMINAid

Bulan Ramadhan Momentum Berbuat Kesalehan

JAKARTA– Ramadhan bukan hanya momentum meningkatkan kesalehan pribadi. Ramadhan juga saat tepat untuk memperbaiki kondisi umat.

Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Prof Didin Hafidhuddin mengungkapkan pentingnya Ramadhan sebagai momentum kesalehan sosial.

“Kesalehan ada dua. Ada kesalehan individual, ada pula kesalehan sosial. Keduanya berkaitan dan saling menguatkan. Orang yang saleh secara individual diharapkan juga saleh secara sosial, demikian pula sebaliknya,” kata Didin kepada Republika, Jumat (19/6).

Didin melanjutkan, kesalehan individual seorang Muslim hendaknya tercermin dari akhlak, perilaku yang tidak menyakiti orang lain, dan kesediaan untuk menolong orang yang membutuhkan. Kesalehan sosial harus lahir dari kesadaran, bukan semata ikut-ikutan.

Ketika seorang muslim bersikap baik terhadap tetangga dan memperhatikan anak yatim, lanjut Didin, seharusnya karena memang dia yakin inilah yang harus dilakukan. Jadi bukan karena latah atau formalitas, tapi karena kesadaran.

Menurut Didin, dalam konteks itulah Ramadhan menjadi bulan penguatan kesalehan sosial. Secara individual, kita telah dilatih untuk ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam beribadah selama Ramadhan.

Shalat tarawih di masjid, buka puasa bersama, dan shalat fardhu berjamaah juga berkaitan dengan usaha membangun kesalehan sosial.

“Kesalehan sosial adalah kesalehan yang kita lakukan untuk kepentingan masyarakat. Tidak sekedar baik sendiri, tetapi juga berusaha untuk memperbaiki orang lain. Dalam Alquran, ada istilah shalih dan muslih. Muslih inilah kesalehan sosial,” tuturnya.

Guru Besar IPB ini menambahkan, kesalehan sosial dapat ditunjukkan melalui kesediaan kita untuk memberi dan berbagi pada sesama. Misalnya, dengan cara menyantuni anak-anak yatim, memberi makan orang yang berbuka puasa, dan bersedekah kepada fakir miskin.

Menurutnya, Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk memulai kebiasaan-kebiasaan itu. Sebab, pahala ibadah kita selama bulan Ramadhan dilipatgandakan oleh Allah. Didin melanjutkan, Ramadhan juga waktu yang tepat bagi orang tua untuk mendidik anak-anaknya supaya gemar berbagi dan berinfak.

sumber:Republika Online