Pasca Armina, Jemaah di Minta Lebih Peduli dengan Kesehatannya

Makkah (PHU)—Pasca prosesi Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina) yang menguras energi. Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) meminta kepada jemaah haji untuk lebih peduli dengan kesehatannya, karena merasa sudah menunaikan rukun dan wajib hajinya, jemaah terkadang lupa dengan kesehatannya yang membuat jemaah kelelahan karena terlalu bersenang-senang membeli oleh-oleh.

“Pasca Armina jemaah haji kita euforia karena merasa sudah Haji sehingga tidak peduli lagi dengan kesehatannya, mereka bersenang-senang beli oleh-oleh umroh itu membuat para jemaah kelelahan,” kata Kepala KKHI Makkah Nirwan Satria di Makkah. Senin (27/08).

Nirwan mengakui, pasca Armina banyak jemaah yang dirawat karena kelelahan, mereka terbawa suasana ingin membelikan oleh-oleh untuk keluarga di Tanah Air, sehingga lupa akan kesehatannya.

Pihaknya sudah berpesan kepada petugas kloter agar jemaah dapat menjaga kesehatannya untuk persiapan kepulangan ke Tanah Air.

“Kita pesankan kepada teman-teman kita di kloter baik itu ketua kloter mau ketua rombongan bahwa sudahlah setelah kita Haji kita pikirkan pulang ke tanah air,” ujar Nirwan

Menurut Nirwan, sebagian penyebab yang dirawat di sini adalah kebanyakan penyakit paru, gula darah tidak terkontrol, kelainan jantung, yangkesemuanya tercetus awalnya oleh persoalan fisik dan juga suhu yang ekstrem di tanah suci, namun pemicu dasarnya yang utama adalah kelelahan.(mch/ha)

KEMENAG RI

Bahaya Heat Stroke Ancam Nyawa Jamaah, Ini Cara Menghindarinya

Suhu panas di Makkah pagi hari bisa mencapai 38 derajat celcius dan diperkirakan meningkat pada sore hari hingga 43 derajat celcius. Cuaca panas yang terus menerus menerpa berpotensi menyebabkan jamaah haji terkena heat stroke.

Heat stroke adalah kondisi yang disebabkan karena suhu tubuh kita meningkat. Keadaan ini biasanya akibat paparan yang terlalu lama atau aktivitas fisik pada suhu tinggi.

“Kondisi ini bisa mengancam nyawa. Jamaah diharapkan menggunakan APD yang telah dibagikan,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka, Selasa (7/8/2018).

Eka menyebutkan beberapa tanda dan gejala heat stroke yaitu suhu tubuh lebih dari 40 derajat celsius, perubahan keadaan mental atau perilaku seperti kebingungan, ucapan yang tidak jelas dan kejang-kejang.

Ada juga gejala perubahan dalam berkeringat. Pada sengatan panas, kulit kita akan terasa panas dan kering saat disentuh, timbul mual dan muntah, jantung berdebar cepat, ritme napas cepat dan dangkal, hingga akit kepala berdenyut.

Agar tidak terjadi kondisi ini, Eka mengingatkan jamaah untuk sering minum dan jangan menunggu haus. Jemaah juga diimbau sering semprotkan air pada bagian kulit yang terbuka seperti muka dan tangan, gunakan payung dan topi saat di luar gedung.

“Jika mengalami tanda dan gejala seperti di atas segera hubungi tenaga kesehatan terdekat,” pesan Eka.

OKEZONE

Hindari Dehidrasi, Jamaah Haji Diminta Perbanyak Minum Air Putih

Jamaah haji diminta untuk memperbanyak minum air putih selama menjalani proses ibadah haji. Direktur Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Madinah, dr. Muhammad Yanuar, Sp.P mengatakan di KKHI terdapat pasien psikiatri akibat dehidrasi yang seolah-olah mengalami gangguan jiwa.

Yanuar menjelaskan, Tim Gerak Cepat (TGC)  menemukan jemaah tersebut sedang mengamuk di jalan. Kondisi itu yang membuat pihaknya meminta para jamaan untuk lebih memperbanyak minum air putih.

“Ini ciri khas orang yang mengalami dehidrasi. Seolah-olah mengalami gangguan jiwa, padahal karena kekurangan minum,” kata Yanuar melalui keterangan pers.

Tim TGC kemudian membawa jemaah tersebut ke KKHI. Setelah diinfus dan diberi obat, diketahui jamaah tersebut mengalami dehidrasi. Pentingnya perbanyak minum air putih dinilai membantu para jamaah terhindar dari dehidrasi di tengah cuaca yang terik.

”Orang Indonesia biasanya takut banyak minum karena takut buang air kecil. Padahal di Masjid Nabawi banyak toilet dan jarak ke hotel pun dekat. Kecuali kita punya penyakit tertentu yang tidak boleh banyak minum,”  terang dia.

Sementara, jika menemukan jamaah dengan kondisi seperti ini, Yanuar menganjurkan agar jamaah dibawa ke KKHI atau ke RS Arab Saudi Al Anshor yang jaraknya lebih dekat dari Masjid Nabawi. Untuk pasien yang dibawa ke RS Arab Saudi cukup menunjukkan gelang sebagai identias. Untuk itu Yanuar meminta agar jemaah jangan sampai bertukar gelang untuk kenang-kenangan.

”Identitas kita adalah gelang. Jangan sampai jamaah haji gelangnya ditukar, nanti bisa repot. Karena di gelang ada nama dan Kloternya. Ada jemaah yang saling bertukar gelang hanya karena ingin menyampaikan kenang-kenangan,” tandasnya.

Jelang Wukuf, Menag Imbau Jemaah Haji Konsumsi Makan dan Istirahat yang Teratur

Makkah (PHU)—Jelang wukuf yang akan sebentar lagi dilaksanakan jemaah haji di Arafah, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengimbau kepada jemaah haji Indonesia untuk mengkonsumsi makanana yang baik, istirahat yang cukup serta menghindari kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dan dapat menyita energi.

Demikian dikatakan Menag saat ditemui Media Center Haji di Kantor Daker Makkah Al Mabrur di kawasan Syisyah, Makkah. Kamis (15/08)

“Mereka harus mengkonsumsi makanan dengan baik dan teratur serta istirahat yang baik dan tidak perlu memforsir hal-hal atau kegiatan yang tidak perlu,” kata Menag.

Dia menuturkan haji merupakan prosesi ibadah yang rangkaiannya panjang berhari-hari bahkan berminggu-minggu dan sangat memerlukan ketahanan fisik yang prima, oleh karenanya kesehatan adalah sesuatu yang mutlak, sesuatu yang harus betul-betul sangat penting diperhatikan jemaah haji.

Menurutnya, puncak haji adalah wukuf di Arafah, saat di Arafah seluruh jemaah haji berada dalam tenda-tenda yang fasilitasnya sangat jauh dibanding fasilitas di hotel berbintang tempat jemaah menginap baik di Makkah maupun di Madinah.

“Puncak haji adalah wukuf diarafah, diarafah seluruh jemaah haji berada dalam tenda-tenda yang fasilitasnya sangat jauh berbeda dibanding saat mereka tinggal dihotel,” tuturnya.

Meskipun ditenda, jemaah haji akan diberikan penyejuk udara, tapi menurutnya, penyejuk udara tidak akan cukup dalam mengimbangi banyaknya jemaah apalagi dibawah terik sinar matahari. Setelah di Arafah kemudian langsung bergerak ke Muzdalifah lalu di Mina kurang lebih 2-3 hari.

“Setalah dimina mereka harus berjalan berpuluh-puluh kilometer menuju jamarat, oleh karenanya ketahanan fisik itu perlu,” katanya.

Tantangannya, kata Menag adalah dalam kondisi itu, jemaah harus menjaga kondisi fisiknya agar tetap prima untuk melaksanakan semua rukun dan kewajiban haji. Para petugas haji diharapkan dapat mengarahkan agar jemaah tidak memaksakan dirinya untuk ibadah sunnahnya.

“Menjelang wukuf ini, kami telah instruksikan kepada jemaah jangan memforsir ibadah karena akan menyita energi yang ada,” imbuhnya.

“Karena inilah titik kritis jemaah haji kita karena mereka sudah berminggu-minggu di tanah suci dan kondisi ketahanan fisiknya juga sudah jauh berkurang dibanding dengan awal-awal mereka datang,” sambungnya.(mch/ha)

KEMENAG RI

Bekal Kurma dan Air Zamzam Saat Beraktivitas

Agar kesehatan tubuh tetap terjaga selama beribadah haji, para jamaah dianjurkan untuk membawa bekal kurma saat beraktivitas. Selain itu, rajin-rajin pula meminum air zamzam, agar terhindar dari dehidrasi.

Air zamzam yang penuh berkah dapat memenuhi kebutuhan cairan tubuh, sedangkan kurma, memiliki manfaat yang sangat luar biasa karena dapat memenuhi kebutuhan gizi dan kalori. Kendati manis, kurma tidak membahayakan jamaah haji yang sedang menderita kencing manis.

Persiapan kurma dan air zamzam perlu diperhatikan, lantaran jamaah membutuhkan asupan untuk menghadapi situasi berbeda, sehingga mereka berpeluang mengalami kelemasan dan kelemahan. Untuk memudahkan, jamaah harus sering meminum air zamzam setiap kali beribadah ke Masjidil Haram atau Masjid Nabawi.

Bila perlu, Anda juga dapat mempersiapkan botol khusus untuk menampung air zamzam, sehingga dapat dikonsumsi sewaktu-waktu. Upaya memenuhi kebutuhan cairan tubuh ini terbilang krusial, terutama saat musim haji kali ini yang diprediksi akan diterpa suhu panas yang cukup ekstrem.

 

REPUBLIKA

Jangan Anggap Sepele, Minum Air Putih Diharuskan Selama Ibadah Haji

Direktur Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Madinah dr. Muhammad Yanuar, Sp.P mengatakan di KKHI ada pasien psikiatri akibat dehidrasi yang seolah-olah mengalami gangguan jiwa, sebenarnya ia mengalami dehidrasi. Karena itu, ia mengimbau jemaah haji Indonesia agar perbanyak minum air.

Yanuar mengatakan Tim Gerak Cepat menemukan jemaah tersebut sedang mengamuk di jalan. Kemudian tim TGC membawa ke KKHI. Setelah diinfus dan diberi obat, diketahui jemaah tersebut mengalami dehidrasi.

“Ini ciri khas orang yang mengalami dehidrasi. Seolah-olah mengalami gangguan jiwa, padahal karena kekurangan minum,” terang Yanuar.

Untuk itu, guna terhindar dari dehidrasi, Yanuar mengimbau jemaah untuk banyak minum.

“Orang Indonesia biasanya takut banyak minum karena takut buang air kecil. Padahal di masjid Nabawi banyak toilet dan jarak ke hotel pun dekat. Kecuali kita punya penyakit tertentu yang tidak boleh banyak minum,” ungkapnya.

Bila menemukan jemaah seperti ini, Yanuar menganjurkan agar jemaah dibawa ke KKHI atau ke RS Arab Saudi Al Anshor, yang jaraknya lebih dekat dari masjid Nabawi.

Untuk pasien yang dibawa ke RS Arab Saudi cukup menunjukkan gelang sebagai identias. Untuk itu Yanuar meminta agar jemaah jangan sampai bertukar gelang untuk kenang-kenangan.

“Identitas kita adalah gelang. Jangan sampai jamaah haji gelangnya ditukar, nanti bisa repot. Karena di gelang ada nama dan Kloternya. Ada jemaah yang saling bertukar gelang hanya karena ingin menyampaikan kenang-kenangan,” kata Yanuar.

Jangan Lepas Sandal

Sejak dibuka tanggal 17 Juli 2018 lalu, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah telah merawat 9 pasien, 5 di antaranya sudah kembali ke Kloter masing-masing. Salah satu pasien yang dirawat adalah jemaah yang mengalami luka melepuh pada kaki karena tidak pakai sandal saat keluar pondokan dan jemaah yang dirawat di ruang psikiatri.

Yanuar menyebutkan bahwa jemaah ini sandalnya dititipkan ke temannya saat ibadah di masjid Nabawi. Kemudian pada saat pulang yang bersangkutan tidak ketemu dengan temannya dan pulang ke pondokan tanpa alas kaki.

“Jemaah ini nyeker (tidak beralas kaki), sehingga kakinya melepuh,” terang Yanuar.

Yanuar berpesan agar jemaah jangan menitipkan sendalnya ke teman. “Ini bisa jadi masalah. Jalan ke hotel tanpa alas kaki walaupun jaraknya dekat tapi itu sangat panas. Kaki bisa melepuh apalagi dengan kondisi pasien yang memiliki penyakit gula yang kakinya tidak merasakan panas namun ternyata kakinya melepuh,” tambahnya.

Jemaah pun diimbau agar membawa sandalnya ke dalam masjid dengan menggunakan kantong plastik.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(D2)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

drg. Widyawati, MKM

 

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Jamaah Risti akan Ditangani Awal

MAKKAH — Jamaah berisiko tinggi (risti) akan mendapatkan penanganan awal jika penyakit yang dideritanya kambuh atau semakin parah. Hal itu dilakukan dengan tindakan medis oleh dokter yang bertugas di kloter dan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

Tenaga medis KKHI Muhammad Gibran Fauzi Harmani mengatakan, jamaah risti pengidap jantung biasanya mengalami sesak napas, nyeri dada, atau jantung berdebar. Jika mereka merasakan hal itu, maka segera konsultasi ke dokter terdekat untuk mendapatkan obat.

Demikian pula para pendamping atau teman sekamar, bila menemukan jamaah dengan kondisi seperti tadi maka segera melapor ke dokter kloter. Gibran menegaskan telah ada sistem komunikasi antara KKHI Makkah dengan dokter di sektor dan kloter.

Jamaah risti akan mendapatkan penanganan awal dan cepat di masing-masing sektor. Hasilnya akan dikonsultasikan kepada dokter jantung KKHI yang bertugas untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

“Nanti dokter spesialis jantung yang akan menentukan tindakan selanjutnya, apakah pasien ini dapat ditangani di sektor, di rujuk ke KKHI, atau langsung menuju rumah sakit Arab Saudi terdekat,” jelasnya.

Gibran mencontohkan beberapa keluhan yang bisa dikenali pada pasien penyakit jantung yang mengalami perburukan. Pertama adalah sesak nafas yang dirasakan semakin memberat. Sesak nafas yang dirasakan berat seperti rasa ingin tenggelam, kaki bengkak, perut begah, nafsu makan turun. Rasa sesak ini akan sedikit membaik bila pasien duduk atau tidur dengan dua-tiga bantal.

“Itu merupakan keluhan jantung yang khas apabila disebabkan karena sesak. Selain karena sesak, bisa juga pasien atau jamaah merasakan keluhan yang sering, yaitu nyeri atau rasa tidak nyaman di dada setelah melakukan aktivitas atau bila ada stres yang bisa memicu,” kata Gibran.

Rasa tidak nyaman ini bisa muncul dari lima menit sampai lebih dari setengah jam. Dapat juga disertai dengan rasa mual, muntah, dan keringat dingin sampai bajunya basah.

“Rasa tidak nyaman lain bisa juga seperti terbakar, dihimpit, ditindih benda berat, terasa tertusuk yang menjalar dari dada sampai lengan kiri ataupun ke punggung, rahang, dan lengan kanan,” tambahnya.

Keluhan kedua, yaitu keluhan yang disertai rasa berdebar-debar. “Ada bermacam rasa debar. Misalnya debaran terasa cepat, debaran tidak teratur, debaran terasa lambat,” kata Gibran.

Bila jamaah haji merasakan ini, segera melaporkan ke dokter kloter. Menurut Gibran, hampir sebagian besar kasus-kasus jantung yang datang ke KKHI dan mengalami perburukan adalah karena kelelahan yang disebabkan beberapa alasan.

“Jamaah mengalami kelelahan akibat beragam aktivitas yang melelahkan seperti naik-turun tangga. Jenis kelelahan itu menjadi pemicu nomor satu,” jelasnya.

Pemicu kedua adalah karena ketidakpatuhan meminum obat yang selama ini dikonsumsi di Indonesia. Ketidakpatuhan ini dapat mengakibatkan kondisi jantung memburuk. Pemicu nomor tiga adalah infeksi saluran nafas atas atau infeksi saluran nafas bawah yang rentan terjadi karena faktor cuaca kering dan suhu tinggi di Arab Saudi.

Pemicu keempat adalah adanya kondisi faktor-faktor risiko jantung yang tidak terkendali seperti tekanan darah yang melonjak atau gula darah yang tinggi. Mengingat sebentar lagi jamaah akan memasuki fase Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina), maka pasien-pasien jamaah risti harus dipersiapkan sebaik mungkin.

Gibran menyebutkan beberapa persiapannya yang perlu dilakukan. Pertama, terus mengingatkan jamaah risti untuk mengkonsumsi obat-obatan yang selama ini dikonsumsi. “Apabila memang obat-obatan yang habis atau tidak terbawa, segera kontak dokter di kloter untuk dimintakan ke KKHI,” katanya.

Kedua, batasi aktivitas fisik. “Sebentar lagi kita akan memasuki masa puncak ibadah. Sekarang jamaah haji dari berbagai macam negara sudah memasuki Makkah. Kondisi saat ini sudah semakin padat. Jangan sampai kelelahan,” ujar Gibran.

Apabila jamaah mulai merasakan sesak napas/tersengal-sengal, maka agar hentikan aktivitas terlebih dahulu dan beristirahat. Kenali batas fisik masing-masing dan tidak memaksakan diri. Ketiga, jamaah diingatkan untuk selalu mempergunakan alat perlindungan diri (APD) pada saat keluar pondokan, dan selalu mengingatkan temannya untuk memakai masker.

 

REPUBLIKA

Gendong Jemaah Sakit, Petugas P3JH Dapat Acungan Jempol Negara lain

Makkah (PHU)—Menjadi petugas Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji (P3JH) memang harus multi tasking (serba bisa), dari melayani kesehatan sampai mengantarkan jemaah tersesat di seputaran Masjidil Haram.

Kejadian ini dialami Petugas P3JH Agus Pribowo, saat berpatroli di Masjidil Haram dirinya menemukan jemaah kloter 17 asal Jayapura Papua (UPG-17), jemaah tersebut adalah Syamsiah (76). Syamsiyah ditemukan Agus setelah kelelahan usai melaksanakan tawaf.

Pemilik Paspor B8512560 itu diakuinya terpisah dari rombongannya. Setelah melalui pemeriksaan medis diketahui Syamsiyah mengalami Osteoatritis (Suatu kondisi yang menyebabkan sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak) sehingga akan merasakan nyeri saat jalan.

“Saya berikan obat penghilang rasa sakit, kemudian mengontak pos kontainer syeb amir untuk antar kursi roda,” kata Agus melalui pesan singkatnya. Rabu (08/08) di Makkah.

Namun harapan Agus untuk meminjam kursi roda di pos kandas, setelah kursi roda yang ia harapkan tidak kunjung datang. Khawatir jemaah makin sakit meskipun telah diberi obat nyeri, akhirnya dirinya segera menggendong jemaah tersebut untuk diantar ke hotelnya melalui terminal Syeb Amir diikuti suami Syamsyiah.

“Khawatir jemaah makin kesakitan meskipun sudah di beri obat nyeri. Menunggu Kursi roda tak kunjung datang. Apa boleh buat segera di gendong untuk antar ke terminal syeb amir antar sampai ke hotelnya,” tutur Agus.

Ada perasaan bangga saat dirinya menggendong jemaah, disepanjang jalan beberapa jemaah dari Negara lain seperti orang-orang Arab, Afrika, India, Cina, serta Malaysia mengacungi jempol kepadanya.

“Sampe-sampe ada jamaah dari cina ngerekam video saya gendong jamaah itu, jadi tambah semangat mas,” ujarnya.

Dirinya mengakui, menggendong jemaah adalah sesuatu yang sudah biasa dilakukannya, sama seperti memanggul ransel dan memanggul korban luka tembak.

“Biasa mas, di TNI manggul ransel sama manggul korban luka tembak saya mah udah biasa,” tandasnya.(mch/ha)

 

Kemenag RI

Petugas P3JH Kembali Temukan Jemaah Haji Terkulai di Masjidil Haram

Makkah (PHU)–Para petugas haji yang bertugas di Majidil Haram kembali menemukan jemaah yang lemas tak kuat jalan. Jemaah bernama Endang dari Embarkasi Solo kelompok terbang (kloter) 71 (SOC-71) tersebut ditemukan di area Babussalam.

Ini merupakan temuan kesekian kalinya, karena sebelumnya, Sabtu (04/08) lalu juga ditemukan jemaah asal Lampung lemas tak kuat jalan di lintasan tawaf.

“Ibu ini ditemukan dalam kondisi lemas, gemetar dan berkeringat dingin. Kami temukan di area Babussalam,” ujar petugas haji yang tergabung dalam Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji (P3JH) dr Pradipta Suarsyaf, melalui pesan singkatnya di Mekkah, Rabu (08/08).

Kemudian, jemaah tersebut diperiksa oleh dr. Raden Muhammad Tanri Arrizasyifaa, petugas kesehatan yang ada di Masjidil Haram.

“Nadi jemaah tersebut masih terasa kuat,” katanya.

Pradipta menerangkan, kejadian yang menimpa jemaah tersebut merupakan rangkaian gejala khas dari hipoglikemia. Yakni turunnya kadar gula darah mendadak yang justru sering mengenai para pengidap kencing manis atau DM.

“Pemicunya adalah pasien minum obat DM (penurunan kadar gula) tetapi tidak makan setelahnya,” kata Pradipta.

Selanjutnya, oleh dokter yang menangani jemaah tersebut diberi pertolongan darurat berupa nuggets gula yang sesaat kemudian membuatnya lebih segar.

“Ibu tersebut mengaku bila ia terakhir makan kemarin sore. Sedangkan malam dan paginya tidak makan, tapi tetap mengonsumsi obat DM,” tutur Pradipta.

Pradipta mengimbau bagi jemaah agar tetap memperhatikan kesehatan dengan teratur makan dan minum yang cukup. Bagi yang memiliki penyakit dan mengonsumsi obat rutin, harap tetap menjaga agar konsumsi obatnya tidak terlewat. (mch/ha)

 

Kemenag RI

Pentingnya Penggunaan Masker Selama Menunaikan Ibadah Haji

IBADAH haji tahun 2018 sudah mulai berlangsung di bulan Juli. Kurang lebih sebanyak 221.000 jamaah haji Indonesia akan diberangkatkan untuk menunaikan ibadah di Tanah Suci. Sama seperti tahun sebelumnya, ibadah haji tahun ini bertepatan dengan musim panas yang cukup ekstrem di Arab Saudi.

Suhu udara di sana diprediksi dapat mencapai 53°C. Perbedaan suhu yang cukup signifikan membuat jamaah diimbau untuk menjaga kondisi kesehatannya. Sebab, bila kondisi kesehatan kurang baik maka penularan penyakit terutama yang disebabkan oleh virus dan bakteri dapat dengan mudah terjadi. Data dari Kementerian Agama menyebutkan kasus penyakit yang paling sering dialami jamaah adalah sakit saluran pernapasan. Mulai dari radang tenggorokan hingga gejala batuk.

“Keadaan udara panas, kering, berdebu, serta dehidrasi rentan menyebabkan timbulnya berbagai gangguan pernapasan termasuk Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Setiap tahun banyak jemaah yang mengalami gangguan flu akut, kekambuhan asma hingga radang paru akibat daya tahan yang turun. Oleh karena itu disarankan menggunakan masker, terutama bila berada di luar ruangan,” ucap Dr. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS, FIRS selaku Ketua Kelompok Kerja Kesehatan Haji, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dalam rilis yang diterima Okezone dari Nexcare, Minggu (27/7/2018).

Adapun kiat-kiat persiapan untuk melaksanakan ibadah haji sebagai berikut :

1.Konsultasi ke dokter

Hal pertama yang perlu dilakukan para calon jamaah haji dalam mempersiapkan kesehatan adalah lakukan vaksinasi serta membawa obat-obatan pribadi.

2. Tetap menjaga cairan tubuh

Cuaca yang panas dan kering seringkali menyebabkan gangguan pernapasan. Oleh karenanya selama menunaikan ibadah haji, jangan lupa untuk minum air putih yang cukup dan konsumsi buah sebagai sumber energi dan mineral tambahan.

3. Kebersihan dan sirkulasi udara kamar

Usahakan membersihkan kamar serta membuka jendela kamar/pondok di pagi hari untuk membuat sirkulasi udara menjadi baik.

4. Hindari paparan polusi

Sebisa mungkin hindari menghirup polusi seperti debu pasir, bulu unta, dan asap kendaraan bermotor serta asap rokok untuk meminimalkan paparan polusi tersebut. Dengan kondisi suhu udara panas dan paparan debu, jamaah haji perlu melakukan upaya pencegahan guna menyiasati penyakit menular. Terlebih di sana angka kasus penyebaran virus MERS-coV (Middle East Respiratory Syndrome coronavirus) dari unta cukup tinggi.

Tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan cara menggunakan masker yang menutupi wajah dan hidung. Penggunaan masker sangatlah penting untuk membantu menghindari penularan penyakit pernapasan melalui udara yang relatif cepat. Pihak pemerintah saat ini memberikan anjuran untuk menggunakan masker setiap saat selama ibadah haji melalui Gerakan Memakai Masker (GEMMAS).

OKEZONE

 

TERBARU:

Aplikasi Cek Porsi Haji, kini dilengkapi Infomasi Akomodasi Haji di Tanah Suci!
Silakan Download dan instal bagi Calon Jamaah Haji yang belum menginstalnya di smartphone Android!  Klik di sini!