Hati-hati Cuaca Panas Mulai Menyengat di Tanah Suci

Iklim dan kondisi cuaca di Tanah Suci Makkah dan Madinah, Arab Saudi, kini memasuki musim panas. Menghadapi musim panas yang akan mencapai puncaknya pada Agustus mendatang, jamaah diminta mengantisipasi agar tidak terganggu saat menjalankan ibadah.

Konsulat Jenderal RI di Jeddah Hery Saripuddin mengatakan musim panas di Tanah Suci biasanya dimulai pada Februari hingga Agustus. Saat musim panas, suhu udara mencapai di atas 40 derajat celcius pada siang hari. Kondisi ini harus diantisipasi jamaah agar tetap fit saat menjalankan ibadah umrah.

“Cuaca sudah mulai panas, apalagi Agustus pas jamaah berada di Makkah,” ujar Hery di Jeddah, Minggu 22 Juli 2017.

Hery mengatakan pihaknya sudah mengingatkan agar jamaah mempersiapkan diri sebelum berangkat dan selama berada di Tanah Suci. Hanya saja jamaah perlu terus diingatkan agar tetap mewaspadai udara panas.

Hal yang perlu diperhatikan jamaah antara lain tidak banyak melakukan kegiatan di luar ruang yang tidak perlu. Terutama pada siang hari saat udara sangat panas. “Untuk kegiatan umrah, tawaf dan sai sebaiknya dilakukan pada malam hari,” kata Hery.

Ia juga menyarankan agar jamaah meletakkan sandal di dekatnya pada saat berada di masjid. Ini untuk menghindarkan sandal hilang dan jamaah bertelanjang kaki saat pulang dari masjid.

“Berjalan dengan kaki telanjang di udara yang panas bisa mengkibatkan kaki melepuh,” ujarnya.

Jamaah juga diingatkan agar menjaga pola makan dan minum agar tetap sehat. Soal minum itu menurutnya tidak boleh dianggap enteng. “Jika air kencing berwarna kuning saat buang air, itu berarti kurang minum,” kata Hery.

HALALLIFESTYLE

7 Hal yang Perlu Diingat Jemaah Haji Saat di Berada di Arab Saudi

Jemaah haji dari Indonesia terus berdatangan ke Arab Saudi. Kepala Kantor Daerah Kerja Mekah Endang Jumali mengingatkan 7 hal yang perlu diingat jemaah, yaitu:

  1. Selama berada di Tanah Suci, jemaah diminta waspada terhadap keamanan di sekitar.
  2. Yang lebih penting, selalu kenakan gelang identitas dan pengenal dari maktab/muasasah.
  3. Jika bepergian meninggalkan hotel, pastikan kamar dalam keadaan terkunci.
  4. Jemaah haji diminta untuk jangan membawa uang dalam jumlah berlebihan.
  5. Jika ingin berpergian, sebaiknya bepergian selalu berkelompok. Itu perlu dilakukan untuk mencegah ada jemaah yang tertinggal.
  6. Jika ada jemaah yang ingin memasak hendaknya di dapur umum yang telah disediakan hotel. Jangan memasak di dalam kamar.
  7. Agar jemaah senantiasa menjaga kadar cairan dalam tubuh. Waktu pelaksanaan haji di tahun 2018 ini jatuh pada musim panas di Arab Saudi.

    Untuk layanan pengaduan, selama di Tanah Suci jemaah dapat hubungi WhatsApp Center Haji pada nomor 050 350 0017 atau Call Center Haji 9200 13210. Jemaah haji Indonesia yang saat ini sudah berada di Madinah direncanakan akan masuk ke Makkah pada Kamis (26/7).

DETIK.com

Cara Lindungi Diri dari Cuaca Ekstrem di Saudi

Cuaca di Tanah Suci selama musim haji diperkirakan akan mencapai 40-50 derajat Celcius. Kondisi ini membuat jamaah haji akan dihadapkan dengan cuaca panas yang ekstrem selama beribadah.

Agar kondisi fisik tetap prima di bawah terik matahari, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan jamaah haji. Salah satunya adalah menjaga asupan cairan yang cukup agar tidak dehidrasi dan mengalami heat stroke atau serangan panas.

“Minimal dua liter (air putih per hari), tapi juga bisa lebih karena panas,” ujar spesialis gizi klinik dari RSCM dan juga RSIA Bunda Aliyah, Nurul Ratna Mutu Manikam kepada Republika.co.id.

Meskipun tidak merasa haus, jamaah haji disarankan menyempatkan diri minum air secara teratur. Persediaan air minum yang cukup banyak di Tanah Suci juga perlu dimanfaatkan dengan baik.

Untuk menyiasati kebutuhan cairan di cuaca panas yang cukup ekstrem, jamaah haji juga disarankan memilih makanan yang berkuah. Dengan begitu, jamaah haji akan mendapatkan tambahan asupan cairan saat makan.

Nurul mengatakan jamaah haji jangan ragu banyak minum air hanya karena dapat memicu buang air kecil lebih sering. Alasannya, konsekuensi kurang minum di saat cuaca panas jauh lebih buruk dari sekadar bolak-balik ke toilet akibat banyak minum.

“Karena dehidrasi bisa bikin meninggal, heat stroke, terutama (pada) orang tua,” kata Nurul.

Senada dengan Nurul, spesialis kedokteran olahraga dari Rumah Sakit Jakarta, Grace Tumbelaka juga menyarankan jamaah haji banyak minum selama di Tanah Suci. Jamaah haji perlu lebih memperbanyak minum air jika warna urine terlihat mulai pekat.

Mengingat cuaca yang sangat panas dan berangin, jamaah haji juga perlu melindungi diri dari paparan cahaya matahari langsung agar fisik tetap prima. Selain menggunakan pakaian dengan bahan yang menyerap keringat, jamaah haji juga disarankan menggunakan penutup kepala.

“Kepala harus ditutupi supaya (sinar) matahari tidak langsung kena kepala, dan proses penguapannya juga nggak cepat kan,” jelas Grace.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka juga menekankan pentingnya menghindari paparan sinar matahari langsung selama beribadah di Tanah Suci. Untuk itu, jamaah haji disarankan selalu membawa alat pelindung diri (APD) setiap kali keluar dari pondokan.

Salah satu APD yang sebaiknya dipakai jamaah haji saat beraktivitas di luar ruangan adalah payung. Beberapa APD lain yang tak kalah penting untuk selalu dibawa jamaah haji adalah kacamata hitam, masker, botol semprotan, alas kaki dan kantong alas kaki.

“Kalau mau keluar, lihat-lihat cuacanya,” kata Eka.

 

REPUBLIKA

Gangguan Pernapasan Jadi Masalah Kesehatan Utama Jamah Haji

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat beberapa tahun terakhir, gangguan pernapasan menjadi penyakit paling banyak dialami jamaah haji Indonesia. Lebih dari 50 persen jamaah haji terkena keluhan saluran pernapasan, antara lain asma, pneumonia, bronchitis, TB paru, dan lainnya.

Kepala KKIH Madinah dr. Yanuar Fajar, mengatakan mayoritas jamaah haji yang mengalami gangguan pernapasan adalah perokok. “Jamaah haji Indonesia yang sakit rata-rata perokok. Kebiasaan tersebut menjadi pemicu timbulnya gangguan saluran pernapasan, apalagi iklim dan cuaca di Arab Saudi sangat berbeda dengan di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/6).

Untuk mengatasinya, dokter spesial paru ini berbagi tips kepada jamaah haji Indonesia agar dapat menjaga kesehatannya selama beribadah haji. Pertama, perbanyak minum. Kondisi panas dengan tingkat kelembaban rendah membuat tubuh mudah kehilangan cairan. Maka, jamaah haji harus banyak minum dengan jumlah minimal delapan gelas sehari.

“Banyak lah minum air putih. Tidak perlu takut sering buang air kecil karena di sana tersedia banyak toilet,” imbau Yanuar.

Kedua, makan dengan teratur. Haji adalah ibadah fisik, oleh karena itu diperlukan banyak energi yang bisa diperoleh dari makan. Apalagi sekarang Kemenag sudah menambah jumlah konsumsi, pergunakan fasilitas itu dengan baik.

Ketiga, istirahat yang cukup. Selain makan dan minum, istirahat yang cukup sangat diperlukan jamaah haji. Boleh ibadah, tapi harus pandai pula mengatur waktu istirahat.

Keempat, buat sirkulasi udara yang baik. Membuka jendela kamar/pondok di pagi hari akan membuat sirkulasi udara menjadi baik. Cukup buka jendela hingga pukul 07.00. Biarkan udara segar di luar masuk ke kamar.

Kelima, hentikan kebiasaan merokok sebelum keberangkatan sampai selesai proses ibadah haji. Jamaah diimbau untuk menghentikan kebiasaan merokok. Merokok dapat memperparah kondisi gangguan pernapasan. Karena itu, menghentikan kebiasaan merokok dapat membantu jamaah menjaga kondisi kesehatan selama ibadah haji berlangsung.

Terakhir, bawa obat-obatan pribadi. Jamaah yang memiliki riwayat penyakit dengan obat khusus diharapkan membawa obat-obatan pribadi. “Dikhawatirkan obat tersebut tidak tersedia di layanan kesehatan jamaah,” ucapnya.

IHRAM

Gangguan Pernapasan Jadi Masalah Kesehatan Utama Jamah Haji

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat beberapa tahun terakhir, gangguan pernapasan menjadi penyakit paling banyak dialami jamaah haji Indonesia. Lebih dari 50 persen jamaah haji terkena keluhan saluran pernapasan, antara lain asma, pneumonia, bronchitis, TB paru, dan lainnya.

Kepala KKIH Madinah dr. Yanuar Fajar, mengatakan mayoritas jamaah haji yang mengalami gangguan pernapasan adalah perokok. “Jamaah haji Indonesia yang sakit rata-rata perokok. Kebiasaan tersebut menjadi pemicu timbulnya gangguan saluran pernapasan, apalagi iklim dan cuaca di Arab Saudi sangat berbeda dengan di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/6).

Untuk mengatasinya, dokter spesial paru ini berbagi tips kepada jamaah haji Indonesia agar dapat menjaga kesehatannya selama beribadah haji. Pertama, perbanyak minum. Kondisi panas dengan tingkat kelembaban rendah membuat tubuh mudah kehilangan cairan. Maka, jamaah haji harus banyak minum dengan jumlah minimal delapan gelas sehari.

“Banyak lah minum air putih. Tidak perlu takut sering buang air kecil karena di sana tersedia banyak toilet,” imbau Yanuar.

Kedua, makan dengan teratur. Haji adalah ibadah fisik, oleh karena itu diperlukan banyak energi yang bisa diperoleh dari makan. Apalagi sekarang Kemenag sudah menambah jumlah konsumsi, pergunakan fasilitas itu dengan baik.

Ketiga, istirahat yang cukup. Selain makan dan minum, istirahat yang cukup sangat diperlukan jamaah haji. Boleh ibadah, tapi harus pandai pula mengatur waktu istirahat.

Keempat, buat sirkulasi udara yang baik. Membuka jendela kamar/pondok di pagi hari akan membuat sirkulasi udara menjadi baik. Cukup buka jendela hingga pukul 07.00. Biarkan udara segar di luar masuk ke kamar.

Kelima, hentikan kebiasaan merokok sebelum keberangkatan sampai selesai proses ibadah haji. Jamaah diimbau untuk menghentikan kebiasaan merokok. Merokok dapat memperparah kondisi gangguan pernapasan. Karena itu, menghentikan kebiasaan merokok dapat membantu jamaah menjaga kondisi kesehatan selama ibadah haji berlangsung.

Terakhir, bawa obat-obatan pribadi. Jamaah yang memiliki riwayat penyakit dengan obat khusus diharapkan membawa obat-obatan pribadi. “Dikhawatirkan obat tersebut tidak tersedia di layanan kesehatan jamaah,” ucapnya.

 

IHRAM

18 Ribu Lebih Jamaah Tiba di Makkah, Ini Tips Jaga Kesehatan

Kedatangan jamaah haji dari Madinah ke Makkah akan terus berlangsung hingga 21 Agustus mendatang.

Jamaah haji Indonesia mulai diberangkatkan dari Madinah sejak Sabtu, 5 Agustus 2017. Sampai hari ini, lebih dari 18 ribu jamaah atau 45 kloter telah tiba di Kota Makkah Al-Mukaromah, Arab Saudi.

Kedatangan jamaah haji dari Madinah ke Makkah akan terus berlangsung hingga 21 Agustus mendatang. Mereka yang baru tiba di Makkah, akan melaksanakan ibadah umrah, setelah sebelumnya  mengambil mikot di Bir Ali.

Konsultan Bimbingan Ibadah Daker Makkah, Aswadi Syuhadak, menganjurkan jamaah untuk beristirahat terlebih dahulu setibanya di hotel, dan tidak langsung umrah.

 

“Jangan memaksakan diri sehingga dikhawatirkan akan menggangu kesehatan diri sendiri nanti,” kata Aswadi di Makkah, Rabu (09/08/2017) lansir laman resmi Kementerian Agama, Kamis (10/08/2017).

Senada dengan Aswadi, Humas Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Makkah, dr Ayesha, mengimbau jamaah tidak memaksakan langsung beribadah bila kondisi fisik tidak memungkinkan/lelah.

Ia pun membagikan beberapa tips menjaga kesehatan jelang umrah. Pertama, jika hendak ke masjid, sebaiknya jamaah berangkat 2 jam sebelum kondisi masjid sangat penuh.

“Jadi luangkan waktu lebih banyak untuk menghindari shalat di luar masjid,” tuturnya.

 

Jika terlambat, menurutnya, jamaah akan shalat di pelataran masjid atau bahkan di jalan raya yang sangat panas.

“Faktor risiko dehidrasi, heat stroke, dan kaki melepuh harus sangat diwaspadai,” sambungnya.

Kedua, ia berpesan kepada jamaah agar membawa alat pelindung diri, seperti: masker, kaos kaki, kantong kresek untuk menyimpan sendal, sajadah, makanan ringan, dan air minum.

“Ingat suhu saat ini dikisaran 45-50 derajat celsius dengan tingkat kelembaban yang sangat rendah,” terang dr Ayesha.*

 

HIDAYATULLAH

Jamaah Cardiovasculaar Diseases Agar Bawa Obat Sendiri

Tingginya angka jamaah haji wafat karena serangan jantung, cukup membuat khawatir tim kesehatan haji Indonesia di Tanah Suci. Karenanya, Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Etik Retno Wiyati mengimbau, jamaah haji untuk membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi sesuai jumlah dan dosis yang cukup selama 40 hari.

Imbauan itu khususnya bagi pasien Cardiovasculaar Diseases atau jantung yang telah melakukan pemeriksaan tahap satu atau sesuai keterangan kesehatan yang tercantum pada buku kesehatan haji. Membawa obat-obatan sendiri, lanjut Etik, akan memudahkan jamaah untuk mengkonsumsinya. Sebab, obat-obatan di Arab belum tentu sama atau cocok bagi si pasien.

Menurut Etik, ibadah haji merupakan ibadah fisik yang menuntut kondisi sehat dan bugar. Karenanya, para jamaah yang memiliki riwayat Cardiovasculaar Diseases agar aktif melakukan kontak medis dengan tenaga medis kesehatan minimal dua kali sehari.

Guna mendikteksi dini, Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) akan melihat manifest kesehatan jamaah untuk melakukan imbauan kondisi kesehatan. TKHI juga akan berkoordinasi dengan pembimbing ibadah terkait prosesi ibadah pasien Cardiovasculaar Diseases.

Etik  mengingatkan, agar jamaah tidak memaksakan diri mengejar ibadah sunah dengan pergi ke Masjidil Harram setiap hari. Menurutnya, jamaah harus fokus kepada ibadah yang wajib. “Ini yang harus kita berikan pengertian kepada jamaah,” ujarnya di Makkah, kemarin.

Etik menambahkan, bahwa cuca panas sangat berpengaruh dengan kondisi kesehatan jamaah. Cuaca panas akan memicu kondisi seseorang mudah dehidrasi sehingga memicu riwayat kesehatan yang sudah ada dari Tanah Air.

“Tim KKHI siaga. Bila ada redektesi gangguan tersebut, maka akan dilakuksan tindakan dan merujuk ke KKHI atau ke Rumah Sakita Arab Saudi (RSAS),” ujarnya.

 

IHRAM

Jamaah Diminta Waspadai ‘Batuk Haji’

Jamaah haji 2017 yang akan mengunjungi Makkah diminta mewaspadai ‘batuk haji’. Penyakit yang biasanya berasosiasi dengan flu ini menjadi salah satu yang diwaspadai karena cukup mengganggu jamaah.

Selain saat pelaksanaan ibadah haji, batuk ini sering melanda mereka yang baru pulang haji ke negaranya masing-masing. Dilansir Times of India, dokter mengklasifikasikan batuk haji sebagai gejala setelah pulang haji.

Risiko penularan meningkat karena jutaan orang tumpah ruah di satu tempat. Otoritas Saudi memperkirakan jumlah jamaah haji tahun ini mencapai enam juta orang dari seluruh dunia. Sebuah studi terbaru oleh National Institute of Virology, Pune and AIIMS mengungkapkan bahwa batuk haji adalah gejala infeksi pernafasan paling umum yang dialami para haji yang diperiksa saat tiba di India.

Dilansir New Scientist, gejala batuk haji meliputi hidung meler, nyeri otot dan batuk berat. Pada 2012, penelitian tentang ini dilakukan di Prancis oleh Samir Benkouiten dan kolega di Aix-Marseille University.

Sebanyak 165 orang berusia 21-80 tahun diperiksa sebelum pergi haji. Hanya dibawah lima persen yang dilaporkan mengidap satu virus, termasuk influenza, rhinovirus (penyebab common cold), dan adenovirus (penyebab Tonsilitis, konjungtivitis dan gastroenteritis).

Namun selama empat pekan musim haji, lebih dari 90 persen dari mereka mengalami gejala batuk haji. Hampir 80 persen harus diperiksa dokter. Setelah dua pekan 70 persen dari mereka diperiksa lagi dan 40 persen mengidap virus flu.

Setelah empat pekan dan pulang ke Prancis, peneliti memeriksa lagi 154 orang yang sebelumnya diperiksa. Ditemukan 11 persen dari mereka kini mengidap virus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musim haji bisa membawa infeksi virus saat pulang.

Untuk menanggulangi hal ini, otoritas mengetatkan regulasi kesehatan. Mulai dari anjuran penundaan keberangkatan bagi jamaah risiko tinggi, vaksinasi lengkap atau peningkatan sistem imun jamaah.

 

IHRAM

Jamaah Haji Risti Diminta Teratur Konsumsi Obat

Jamaah haji risiko tinggi (Risti) diminta mengonsumsi obat secara teratur sesuai resep dokter agar penyakitnya tidak kambuh. Kasubsi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Bandara Mirwan Yasin mengatakan perjalanan jauh dan kondisi suhu udara di Madinah yang sangat panas menyebabkan jamaah haji Risti mengalami kekambuhan. Mirwan berharap jamaah haji tidak menganggap sepele obat yang diberikan dokter.

“Jamaah dengan hipertensi rutin mengonsumsi obat seumur hidup, jadi kalau di Tanah Air minumnya tiga kali sehari itu minumnya tidak boleh putus,” ujar Mirwan, Senin (31/7).

Selain obat, Mirwan meminta jamaah Indonesia tidak melupakan air minum. Minumlah, 300 cc atau satu gelas air per jam tanpa menunggu haus. Temperatur udara di Madinah yang berkisar 45 derajat Celsius rentan membuat jamaah haji dehidrasi. “Jangan lupa minum yang banyak untuk memperbaiki sirkulasi ginjal,” katanya.

Menurutnya, dari beberapa kasus kesehatan yang dihadapi jamaah haji, memang lebih banyak pada bawaan sejak di Tanah Air. Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah setiap hari didatangi jamaah yang memeriksakan kondisinya. Jika berat dan membutuhkan perawatan, jamaah akan menjalani rawat inap. Jika tidak bisa rawat jalan.

 

IHRAM

Wahai Tamu Allah, Jagalah Kesehatan di Tanah Suci

Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kawnil Kemenag DKI, Sadirin mengatakan, dalam setiap tahunnya ada ratusan jamaah haji yang meninggal saat melakukan ibadah haji di Makkah. Rata-rata jamaah haji yang meninggal berada di atas usia 65 tahun.

Menurut dia, dalam dua tahun terakhir ini jumlah jamaah yang berangkat ke tanah suci ada sekitar 168 ribu. Dari jumlah tersebut, biasanya yang meninggal kurang lebih ada sekitar 350-an jamaah haji.
“Tapi dengan dengan jumlah 221 ribu jamaah haji tahun ini, ya mungkin yang meninggal bisa satu kloteran, yaitu sekitar 400-an, itu sudah menahun,” ujar Sadirin kepada Republika.co.id di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (27/6).
Menurut dia, ratusan jamaah tersebut biasanya meninggal dalam keadaan biasa, bukan karena terkena musibah kecelakaan dan lain-lain. Kata dia, jamaah tersebut meninggal karena memang sudah dipanggil oleh Allah SWT. “Setelah kami pelajari yang meninggal itu di atas usia 65 tahun. Mereka meninggal karena memang sudah dipanggil oleh Allah,” ucap Sadirin.
Kendati demikian, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, Abdurrahman mengatakan bahwa tidak ada batasan umur bagi setiap orang yang ingin melakukan ibadah haji. Apalagi, menurut dia, jamaah haji lansia akan tetap didampingi oleh petugas kesehatan.
“Lansia tidak menghalangi seseorang untuk beribadah haji sepanjang mereka itu sehat,” kata Abdurrahman.
Ia hanya berpesan kepada para calon jamaah haji Indonesia agar tetap menjaga kesehatan, dan tidak melakukan hal-hal yang berlebihan selama melakukan ibadah haji.
“Jamaah haji itu harus menjaga kesehatan dan tidak melakukan tidak melakukan hal-hal yang di luar kemampuan dia. Apalagi, perbedaan cuaca antara Arab Saudi dan Indonesia cukup signifikan. Karena itu, jangan sungkan-sungkan untuk minum air agar tubuh tidak dehidrasi,” jelasnya.