Alasan Khadijah Tidak Dipoligami oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Suami Tidak Boleh Berpoligami selama Istri Pertama Masih Hidup?

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menikah lagi atau berpoligami selama Khadijah Radhiallahu ‘anha masih hidup. Beliau baru menikah dan berpoligami setelah Khadijah Radhiallahu ‘anha wafat.

‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata,

لَمْ يَتَزَوَّجْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى خَدِيجَةَ حَتَّى مَاتَتْ

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menikahi wanita lain saat Khadijah (masih hidup pent.) sampai Khadijah wafat” (HR. Muslim).

Sebagian orang berdalil dengan dalil yang tidak tepat, lalu berkesimpulan bahwa seorang laki-laki baru bisa melakukan poligami setelah istri pertama wafat sebagaimana Khadijah dan Fatimah Radhiallahu ‘anhuma. Pernyataan yang benar bahwa boleh saja menikah lagi saat istri pertama masih hidup, karena para sahabat melakukan poligami saat istri pertama mereka masih hidup.

Perlu diketahui bahwa ulama menjelaskan mengapa Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam tidak berpoligami selama Khadijah masih hidup. Beberapa ulama menjelaskan karena pada sosok Khadijah sudah terpenuhi semua tujuan rumah tangga, dan dukungan terhadap dakwah lahir dan batin. Saat itu poligami dilakukan oleh mayoritas orang Quraisy. Akan tetapi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mencukupkan dengan satu istri saja.

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,

و لم يتزوج في حياتها بسواها ، لجلالها و عظم محلها عنده

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menikah lagi semasa Khadijah hidup karena kemuliaan Khadijah dan agungnya kedudukan beliau di sisi Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam” (Al-Fuhsul Fii Siratir Rasul, hal. 104).

Begitu besar kedudukan Khadijah di sisi suami tercinta. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sampai-sampai masih menyebut-nyebut Khadijah setelah beliau meninggal, dan mengirimkan hadiah kepada sahabat-sahabat Khadijah. Tentu hal ini membuat para istri lainnya cemburu termasuk ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha. Ketika ‘Aisyah “protes” kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan kepada ‘Aisyah bahwa cinta beliau kepada Khadijah adalah anugrah terindah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنِّي قَدْ رُزِقْتُ حُبَّهَا

“Sungguh Allah telah menganugrahkan kepadaku rasa cinta kepada Khadijah” (HR. Muslim no. 2435).

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,

.. وكونه لم يتزوج عليها حتى ماتت ، إكراما لها ، وتقديرا لإسلامِها ” انتهى

“Alasan Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam tidak mempoligami Khadijah sampai Khadijah wafat adalah untuk memuliakannya dan memuliakan keislamannya” (Al-Bidayah Wan Nihayah, 3: 159).

Keutamaan Khadijah

Apa saja keutamaan Khadijah yang membuat Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam mencukupkan diri dengan satu istri? Syekh Shalih Al-Ushaimi Hafidzahullah menjelaskan beberapa poin keutamaan Khadijah Radhiallahu ‘anha. Keistimewaan Khadijah Radhiallahu ‘anha dibandingkan istri-istri beliau lainnya, antara lain:

Pertama, Khadijah istri pertama beliau;

Kedua, beliau tidak melakukan poligami selama Khadijah masih hidup;

Ketiga, Khadijah wanita yang pertama beriman dari kalangan wanita;

Keempat, Khadijah adalah wanita yang paling banyak membantu dakwah beliau dengan jiwa dan hartanya;

Baca Juga: Benarkah Rasulullah Melarang Ali bin Abi Thalib Poligami?

Kelima, Khadijah memiliki kekhususan mendapatkan salam dari Allah yang disampaikan oleh Jibril;

Keenam,  Khadijah adalah ibu dari mayoritas anak-anak beliau. Khadijah berkunyah dengan nama Ummul Qasim, yang mana Qasim merupakan anak dari Rasulullah dan Khadijah;

Ketujuh, Khadijah diberi kabar gembira dengan dibangunkan rumah di surga, yang tidak ada keributan dan kesusahan di dalamnya (Syarh Al-Muniirah fii mMuhimmi ‘Ilmis Siirah, hal. 19-20).

Terdapat pula beberapa nash yang menunjukkan keutamaan Khadijah dibandingkan istri beliau lainnya. Begitu mulianya Khadijah Radhiallahu ‘anha, Allah Rabb Semesta Alam menitipkan salam kepada Khadijah Radhiallahu ‘anha melalui Jibril ‘Alaihis salaam. Ini adalah kedudukan yang luar biasa.

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Pada suatu ketika Jibril mendatangi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sambil mengatakan pada beliau,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ

‘Wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, Khadijah telah datang. Bersamanya sebuah bejana yang berisi lauk, makanan, dan minuman. Jika dirinya sampai, katakan padanya bahwa Rabbnya dan diriku mengucapkan salam untuknya. Kabarkan pula bahwa untuknya rumah dari emas di surga, yang nyaman, tidak bising, dan tidak merasa letih’ (HR. Bukhari dan Muslim).”

Keutamaan lainnya bahwa Khadijah adalah salah satu dari wanita terbaik di dunia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ العَالَمِينَ: مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ

“Cukup bagimu empat wanita terbaik di dunia: Maryam bintu Imran (Ibu dari nabi Isa), Khadijah bintu Khuwailid, Fatimah bintu Muhammad, dan Asiyah Istri Firaun” (HR. Ahmad, disahihkan Syuaib Al-Arnauth).

Dalam riwayat yang lain,

خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ

“Sebaik-baik wanita dunia adalah Maryam bintu Imran dan sebaik-baik wanita dunia di zamannya adalah Khadijah” (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikian pembahasan ini, semoga bermanfaat.

***

Penulis: Raehanul Bahraen

Sumber: https://muslim.or.id/70956-alasan-khadijah-tidak-dipoligami-oleh-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html

Cara Rasulullah Memperlakukan Non Muslim Ketika Terjadi Perang

Hubungan muslim dan non muslim era Rasulullh merupakan hubungan damai. Bukan hubungan permusuhan dan peperangan. Dalam pelbagai hal Rasulullah melarang menyakiti non muslim. Nabi juga melarang merusak rumah ibadah non muslim. Nabi berkesimpulan, barang siapa berdamai, maka ia tidak boleh diserang atau diperangi, baik itu dari kalangan ahli kitab ataupun kaum pagan (musyrik)

Ada pun peperangan yang terjadi antara Islam dan non muslim bukan karena agama. Tidak pula sebab perbedaan doktrin teologis. Ibnu Taymiyah dalam Risalah Qital, menyebutkan alasan utama perang yang terjadi pada masa Nabi, karena adanya serangan dan permusuhan dari orang-orang non muslim. Atau sebab pengkhianatan perjanjian.

Ishom Talimah dalam buku Manhaj Fikih Yusuf al Qardhawi menulis kisah klasik yang apik. Suatu saat Rasulullah pernah melintasi suatu daerah perang. Saat itu Nabi melihat seorang perempuan yang terbunuh. Menengok pemandangan itu nabi lantas berujar,” Tidak seharusnya wanita ini diperangi dan dibunuh,”. Penjelasan Rasulullah itu mengambarkan bahwa kaum wanita non muslim tak boleh diperangi dan dibunuh.

Pada sisi lain, Nabi juga tidak pernah memaksakan non muslim dan kaum musyrik, untuk memeluk agama Islam. Dalam perang Badar, Rasulullah pernah menawan sekelompok orang musyrik yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka ini jadi tawanan perang kaum muslimin. Meski begitu, Nabi tak memaksakan mereka untuk memeluk agama Islam.

Contoh nyata Nabi praktikkan ketika menawan seorang penganut pagan, Tsumamah bin Utsal. Ia kepala golongan musyrik suku Bani Hanifah. Ia penguasa besar yang berasal dari al-Yamamah. Dosanya terhadap Islam sangat besar. Tsumamah adalah orang yang dengan bengis membunuh beberapa orang sahabat Nabi. Ia juga beberapa kali berkonspirasi ingin membunuh Nabi Muhammad.

Suatu saat Tsumamah hendak melaksanakan perjalanan religi, mengunjungi Mekah. Ia ingin menyembah pelbagai berhala  yang ada di Kabah. Sial dalam perjalanan ia ditangkap para sahabat yang sedang patroli. Ia disangka ingin menyusup ke daerah Kaum Muslimin.

Awalnya mereka tak mengenal Tsumamah. Ia dibawa masuk ke Madinah. Ia lantas diikat di sana. Tsumamah jadi tawanan Kaum muslimin. Nabi yang ingin melaksanakan shalat ke masjid, memperhatikan di antara para tawanan. Ia terkejut ada Tsumamah, “Apakah kalian tak mengenal siapa tawanan ini,” tanya Nabi pada para sahabat. “Tidak wahai Rasulullah,” balas para sahabat.

Kemudian nabi menjelaskan bahwa tawanan itu adalah Tsumamah bin bin Utsal penguasa dari Yamamah. Nabi menyuruh para sahabat memperlakukannnya dengan baik. Meskipun dosa Tsumamah sudah terlampau banyak bagi Islam, Nabi tetap memerintahkan untuk berbuat kebaikan pada Tsumamah; tak boleh disakiti. Tak boleh pula dipaksa untuk memeluk Islam. Tidak dibenarkan pula untuk dibunuh.

Sementara itu terkait orang Krsiten, Ishom Talimah mengatakan Rasulullah tak pernah sekalipun memerangi orang Kristen. Nabi terlebih dahulu mengirim utusan sebagai diplomat untuk menjalin kerjasama dan perjanjian denga mereka. Dalam perjanjian Hudaibiyah misalnya, Nabi terlebih dahulu mengutus para sahabat agar menghindari peran.

Rasulullah juga mengutus utusan pada Kaisar Romawi dan Kisra Persia. Nabi juga mengutus diplomat pada Muqaiqis dan Najasyi. Pun melakukan hal yang sama pada raja Arab di Timur dan di negeri Syam. Sayangnya, ada sekelompok orang Kristen di daerah Syam yang terlebih dahulu membunuh orang Islam. Targetnya adalah orang-orang yang baru masuk Islam.

Mendapat info itu, baru Rasulullah mengutus pasukan perang di bawah Komando Zaid bin Haritsah , kemudian Ja’far bin Abi Thalib, dan juga Abdullah bin Rawahah. Perang ini pertama kali terjadi antara Islam dan Kristen Mu’tah di wilayah Syam. Ketiga orang komando perang Islam gugur dalam perang ini. Kemudian komandan perang dilanjutkan oleh Khalid  bin Walid.

Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah mengatakan pada dasarnya hubungan Islam dan Kristen adalah hubungan damai. Tak ada permusuhan. Hal itu bisa terlihat dalam surat Nabi kepada Raja Cyprus, yang beragama Kristen. Nabi menulis surat;

“Kami adalah kaum yang cinta kebaikan bagi setipa orang. dan kami senang jika Allah menghimpun kebaikan dunia dan akhirat untuk kalian, dan sebaik-baik ibadah seorang hamba kepada Allah adalah memberi nasihat pada makhluknya,”

Begitulah Nabi dalam memperlakukan non muslim dalam pergaulan sehari-hari, dalam perang, dan ketika mereka jadi tawanan. Tidak ada rasa benci. Tidak ada rasa permusuhan. Bagi Nabi mereka adalah sahabat. Dan tak jarang, Nabi mengajak non muslim bekerjasama dalam hubungan sosial, politik, dan ekonomi.

BINCANG SYARIAH

Cara Rasulullah SAW Lindungi Keluarga dari Fitnah Saat Haji

Nabi Muhammad SAW selalu melindungi keluarganya dari fitnah dan cobaan yang terjadi saat pelaksaan haji. Saat ibadah haji terutama saat tawaf dan sai, sentuhan fisik (berdesakan) antara pria dan wanita tidak bisa dihindari. 

“Pada saat laki-laki dan perempuan berkumpul, dalam satu tempat (tawaf dan sai) maka peluang terjadinya fitnah menjadi terbuka, terutama bagi kaum perempuan,” kata Abu Talhah Muhammad Yunus Abdussatar dalam buku ‘Haji jalan-jalan atau ibadah’ 

Atas alasan itulah kata Abu Thalhah, Nabi selalu khawatir terjadinya fitnah terhadap keluarganya pada saat berhaji. “Dia berkeinginan kuat untuk menjaga dan menghindarkan mereka dari fitnah,” katanya. Bagaimana cara nabi menghindarkan keluarganya dari fitnah. Berikut di antaranya. 

Pertama, Nabi menolehkan tengkuk Fadl bin Abbas pada saat dia mulai memandangi seorang pemudi suku Khats’am karena khawatir setan menguasai dirinya. 

Kedua, Nabi memerintahkan para istrinya untuk menurunkan kain penutup kepala guna melindungi wajah mereka setiap kali ada laki bukan mahram yang lewat di hadapan mereka. “Bila laki-laki yang bukan mahram tersebut telah pergi dari tempat Nabi mereka membuka kembali kerudung kepala mereka.”(HR Abu Daud)

Ketiga, Nabi memberikan arahan kepada para istrinya agar tidak bercampur dengan laki-laki, walaupun mereka tetap bersama dalam bertawaf. Hal ini ditunjukkan oleh sabda Nabi SAW kepada Ummu Salamah ketika dia mengeluhkan sakitnya. “Tawaflah di belakang laki-laki dengan menaiki kendaraan.” (HR Bukhari) 

Dalam riwayat yang lain Nabi Muhammad SAW mengatakan kepadanya. “Apabila orang-orang sedang melaksanakan salat subuh, maka tawaflah di atas kedaranmu. Ummu Salamah lalu melaksanakan sabda Nabi tersebut dan Baru melakukan salat subuh setelah menyelesaikan tawafnya.” (HR Bukhari). 

Hal demikian juga ditunjukkan hadits riwayat Ibnu Juraij dia berkata, “Atha menceritakan sebuah hadits kepadaku, bahwa Ibnu Hisyam melarang kaum perempuan untuk bertawaf bersama laki-laki.” Atha berkata. “Bagaimana dia dapat melarang mereka padahal istri-istri nabi tawaf bersama orang-orang laki-laki.  

Juraij bertanya kepadanya. “Apakah setelah diwajibkan hijabah ataukah sebelumnya? Dia menjawab, “Jelas aku menemuinya setelah diwajibkannya hijab. 

Juraij melontarkan pertanyaan, “Bagaimana mereka tawaf bersama orang laki-laki.?” Dia menjawab, memang tidak sepenuhnya bercampur baur dengan laki-laki,”

Aisyah istri Nabi selalu bertawaf bersama-sama, namun menyendiri dan menjaga jarak dari orang-orang laki-laki. Suatu ketika seorang perempuan mengajaknya. “Wahai Ummul Mukminin kemari kita beristilam (mengucapkan tangan pada Hajar Aswad atau rukun yamani), Aisyah RA berkata, “Ah, tidak.” 

Maka rombongan wanita itu keluar di malam hari dan tawaf bersama kaum laki-laki, dengan cara jika mereka masuk ke Masjidil Haram, maka giliran kaum laki-laki keluar.  

Aku Ibnu Juraij bersama Ubaid bin Umair dulu pernah mendatangi Aisyah. Saat itu dia berada di atas bila titik Aku Bertanya kepadanya, lalu Apakah tutup hijabnya dia berada di dalam suatu kubah Turki yang ada tutupnya. Hanya itulah yang membatasi kami dengannya. Aku melihatnya memakai baju merah Mawar tik HR Bukhari dalam satu riwayat disebutkan, “Aku telah melihat yang memakai pakaian kekuning-kuningan, dan saat itu aku masih kecil.” 

Keempat, Nabi tidak memerintahkan mereka untuk berlari-lari kecil pada saat tawaf mengelilingi Kabah dan beralih pada daerah landai antara bukit safa dan Marwah. Hal ini sebagaimana dipahami dari kata kata Aisyah, “Wahai para wanita, Kalian tidak perlu berlari kecil ketika tawaf seperti laki-laki titik kamilah teladan kalian.” (HR Baihaqi).  

Kelima, Nabi mengarahkan para istrinya untuk berdiam di rumah setelah berhaji bersamanya. Nabi bersabda kepada mereka pada saat haji Wada, “Ini haji yang wajib bagi kalian. Setelah ini kalian tak mengapa berdiam di rumah-rumah dan kalian tidak wajib haji lagi.” (HR Abu Daud).  

IHRAM

Kenangan Rasulullah atas Cinta Pertamanya yang tak Terlupa

Rasulullah Muhammad SAW sangat mencintai Khadijah cinta pertama.

Dengan cinta, hati bisa tentram. Dan Nabi Muhammad SAW pun mencontohkan bagaimana mengelola cinta dapat melembutkan hubungan, atas cinta pertamanya kepada Sayyidah Khadijah pun beliau utarakan kenangannya.

Nabi sangat menghargai istri pertamanya itu, cinta pertama Nabi. Dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad karya Prof Quraish Shihab dijelaskan, Nabi kerap menyebut-nyebut kenangannya tentang Sayyidah Khadijah ketika istri pertamanya itu meninggal dunia. Nabi memberikan pujian kepada beliau yang cukup sering hingga membuat Aisyah istrinya cemburu.

عن عائشة رضي الله عنها قالت: كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا ذكر خديجة أثنى عليها فأحسن الثناء قالت: فغرت يوماً فقلت ما أكثر ما تذكرها حمراء الشدق قد أبدلك الله عز وجل بها خيراً منها قال: ما أبدلني الله عز وجل خيراً منها قد آمنت بي إذ كفر بي الناس وصدقتني إذ كذبني الناس وواستني بمالها إذ حرمني الناس ورزقني الله عز وجل ولدها إذ حرمني أولاد النساء

Aisyah berkata: “Apa yang engkau ingat dari seorang wanita tua dari kelompok wanita-wanita tua suku Quraisy yang kedua bibirnya putih dan telah dilewatkan masa? Allah SWT pun telah menggantikan untukmu yang lebih baik darinya.” 

Mendengar hal itu, Nabi pun menjawab: “Allah tidak pernah menggantinya dengan yang lebih baik untukku. Sungguh ia (Khadijah) beriman kepadaku pada saat orang-orang kufur kepadaku, mempercayaiku pada saat orang-orang mendustakanku, mempekerjakanku dengan hartanya ketika orang-orang mencegahnya, dan memberikan anak-anaknya kepadaku (memberikan keturunan) ketika istri-istri yang lain tidak memberikannya.” 

Kenangan Nabi kepada Sayyidah Khadijah pun diungkapkannya melalui tindakan. Nabi pernah menyembelih kambing dengan maksud dan tujuan sedekah bagi Sayyidah Khadijah. Potongan daging kambing tersebut kemudian dibagi-bagikan sebagai hadiah kepada teman-teman Sayyidah Khadijah.

KHAZANAH REPUBLIKA


Inilah Kuliner Kesukaan Rasulullah SAW

MANUSIA tidak lepas dari kebutuhan terhadap makanan. Demikian juga Rasulullah SAW. Sebagaimana manusia pada umumnya, beliu juga punya kuliner kesukaan. Apa saja kah itu?

Dikutip dari buku yang berjudul ‘Mutiara Ihya’ Ulumuddin’ karya Al-Ghazali, makanan yang sangat disukai Nabi Muhammad adalah daging.

Beliau bersabda, “Daging itu dapat menambah pendengaran, dan itu merupakan makanan utama di dunia dan di akhirat. Seandainya aku memohon kepada Tuhanku agar Dia memberiku makanan daging setiap hari, niscaya Dia akan memberi.”

Beliau pun biasa makan roti berkuah dengan daging dan labu air. Beliau menyukai labu air, dan Beliau berkata bahwa labu air itu adalah pohon saudaranya, Yunus AS.

Aisyah ra berkata, “Jika kamu memasak sayur, perbanyaklah di dalamnya labu air, karena labu air dapat menguatkan hati orang yang susah.”

Aisyah juga mengatakan jika Rasulullah SAW biasa memakan daging burung yang diburu. Beliau sendiri tidak ikut berburu dan tidak pula memburunya. Beliau suka agar orang orang lain berburu untuknya dan membawakan padanya, lalu Beliau menyantapnya. Beliau pun suka memakan roti dan minyak samin.

Di antara sayuran Beliau menyukai al-handaba, al-badzruj, dan sayuran al-hamqa.

Sedangkan, buah-buahan yang paling beliau sukai adalah kurma, semangka, dan anggur. Kadang-kadang beliau memakan buah anggur dengan mengigit dari tangkainya sehingga tampak air anggur itu menempel pada janggutnya seperti mutiara. Paling sering menu makan Rasulullah SAW adalah air dan kurma. Rasulullah SAW memakan al-qatsa (buah sejenis mentimun) dengan kurma dan garam.

Selain itu, Rasulullah SAW juga suka menggabungkan susu dengan kurma. Beliau menamainya al-athyabain (dua yang paling baik).

Beliau menyukai makanan, jika dari daging kambing adalah bagian lengan dan bahu. Adapun jika dimasak dalam periuk adalah labu air, dari lauk-pauk adalah cuka, dan dari kurma adalah ‘ajwah (jenis kurma paling bagus).

Pada ‘ajwah itu, Beliau mendoakan keberkahan, dan mengatakan bahwa itu adalah dari surga serta obat penawar racun dan sihir. []

sumber: Khazanah Republika/ISLAMPOS


Inilah Pola Makan Rasulullah SAW

“Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (al-Ahzab [33]: 21).

Dalam berbagai aktivitas dan pola kehidupan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memang sudah dirancang oleh Allah subhaanahu wa ta’ala sebagai contoh teladan yang baik (uswah hasanah) bagi semua manusia. Teladan ini mencakup berbagai aspek kehidupan termasuk dalam hal pola makan yang bermuara pada kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Kesehatan merupakan aset kekayaan yang tak ternilai harganya. Ketika nikmat kesehatan dicabut oleh Allah subhaanahu wa ta’ala, maka manusia rela mencari pengobatan dengan biaya yang mahal bahkan ke tempat yang jauh sekalipun. Sayangnya, hanya sedikit orang yang penduli dan memelihara nikmat kesehatan yang Allah subhaanahu wa ta’ala telah anugerahkan sebelum dicabut kembali oleh-Nya.

Karena Allah telah menegaskan kepada kita bahwa Beliau (Rasulullah) adalah teladan, inilah teladan yg bisa kita ikut bagaimana pola makan Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam agar Sehat dan berberkah dan mendapatkan amal.

Asupan awal kedalam tubuh Rasulullah adalah udara segar pada waktu subuh. Beliau bangun sebelum subuh dan melaksanakan qiyamul lail. Para pakar kesehatan menyatakan, udara sepertiga malam terakhir sangat kaya dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain, sehingga sangat bermanfaat untuk optimalisasi metabolisme tubuh. Hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap vitalitas seseorang dalam aktivitasnya selama seharian penuh.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda :

“Dua nikmat yang sering kali manusia tertipu oleh keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari no. 6412).

Dalam hadist lain disebutkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda,

“Nikmat yang pertama kali ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak adalah ketika dikatakan kepadanya, “Bukankah Aku telah menyehatkan badanmu serta memberimu minum dengan air yang menyegarkan?”

(HR. Tirmidzi: 3358. dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani).

Menurut Indra Kusumah SKL, S.Psi dalam bukunya “Panduan Diet ala Rasulullah”, kesehatan sering dilupakan, padahal ia seakan-akan bisa diumpamakan sebagai mahkota indah di atas kepala orang-orang sehat yang tidak bisa dilihat kecuali oleh orang-orang yang sakit.

Sepintas masalah makan ini tampak sederhana, namun ternyata dengan pola makan yang dicontohkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Beliau terbukti memiliki tubuh yang sehat, kuat dan bugar.

Ketika Kaisar romawi mengirimkan bantuan dokter ke Madinah, ternyata selama setahun dokter tersebut kesulitan menemukan orang yang sakit. Dokter tersebut bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang rahasia kaum muslimin yang sangat jarang mengalami sakit.

Seumur hidupnya, Rasulullah hanya pernah mengalami sakit dua kali sakit. Pertama, ketika diracun oleh seorang wanita Yahudi yang menghidangkan makanan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di Madinah. Kedua, ketika menjelang wafatnya.

Pola makan seringkali dikaitkan dengan pengobatan karena makanan merupakan penentu proses metabolisme pada tubuh kita. Pakar kesehatan selama ini mengenal dua bentuk pengobatan yaitu pengobatan sebelum terjangkit penyakit atau preventif (ath thib Al wiqo’i) dan pengobatan setelah terjangkit penyakit (at thib al’ilaji).

Dengan mencontoh pola makan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, kita sebenarnya sedang menjalani terapi pencegahan penyakit dengan makanan (attadawi bil ghidza).

Hal itu jauh lebih baik dan murah daripada harus berhubungan dengan obat-obat kimia senyawa sintetik yang hakikatnya adalah racun, berbeda dengan pengobatan alamiah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melalui makanan dengan senyawa kimia organik.

Beberapa gambaran pola hidup sehat Rasulullah berdasarkan berbagai riwayat yang bisa dipercaya, sebagai berikut:

1. Di pagi hari, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menggunakan siwak untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi. Organ tubuh tersebut merupakan organ yang sangat berperan dalam konsumsi makanan. Apabila mulut dan gigi sakit, maka biasanya proses konsumsi makanan menjadi terganggu.

2. Di pagi hari pula Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam membuka menu sarapannya dengan segelas air dingin yang dicampur dengan sesendok madu asli. Khasiatnya luar biasa. Dalam Al Qur’an, madu merupakan syifaa (obat) yang diungkapkan dengan isim nakiroh menunjukkan arti umum dan menyeluruh. Pada dasarnya, bisa menjadi obat berbagai penyakit. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi untuk membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus dan menyembuhkan sembelit, wasir dan peradangan.

“Sesungguhnya Rasulullah saw minum air zamzam sambil berdiri. “(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Husyaim, dari `Ashim al Ahwal dan sebagainya,dari Sya’bi, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

“Sesungguhnya Rasulullah saw menarik nafas tiga kali pada bejana bila Beliau minum. Beliau bersabda : “Cara seperti ini lebih menyenangkan dan menimbulkan kepuasan.” (Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin Hammad,keduanya menerima dari `Abdul Warits bin Sa’id, dari Abi `Ashim, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

“Minuman yang paling disukai Rasulullah saw adalah minuman manis yang dingin.”(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari Sufyan, dari Ma’mar, dari Zuhairi, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

3. Masuk waktu dhuha (pagi menjelang siang), Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam senantiasa mengonsumsi tujuh butih kurma ajwa’ (matang). Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda, “Barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun”.

Hal itu terbuki ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di perang khaibar. Racun yang tertelan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam kemudian dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Salah seorang sahabat, Bisyir ibu al Barra’ yang ikut makan tersebut akhirnya meninggal, tetapi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam selamat dari racun tersebut.

4. Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun. Selain itu, Rasulullah juga mengonsumi makanan pokok seperti roti. Manfaatnya banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang, kepikunan di hari tua, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol dan melancarkan pencernaan. Roti yang dicampur cuka dan minyak zaitun juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu tubuh di musim dingin.

“Keluarga Nabi saw tidak pernah makan roti sya’ir sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga Rasulullah saw wafat.” (Diriwayatkan oleh Muhammad bin al Matsani, dan diriwayatkan pula oleh Muhammad bin Basyar, keduanya menerima dari Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari Ishaq, dari Abdurrahman bin Yazid, dari al Aswad bin Yazid, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

Sya’ir,khintah dan bur, semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “gandum” sedangkan sya’ir merupakan gandum yang paling rendah mutunya. Kadang kala ia dijadikan makanan ternak, namun dapat pula dihaluskan untuk makanan manusia. Roti yang terbuat dari sya’ir kurang baik mutunya sya’ir lebih dekat kepada jelai daripada gandum.

Abdurrahman bin Yazid dan al Aswad bin Yazid bersaudara, keduanya rawi yang tsiqat.”Rasulullah saw. tidak pernah makan di atas meja dan tidak pernah makan roti gandum yang halus, hingga wafatnya.”(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari’Abdullah bin `Amr –Abu Ma’mar-,dari `Abdul Warits, dari Sa’id bin Abi `Arubah, dari Qatadah, yang bersumber dari Anas r.a.)

“Sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Saus yang paling enak adalah cuka.”
Abdullah bin `Abdurrahman berkata : “Saus yang paling enak adalah cuka.”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Shal bin `Askar dan `Abdullah bin`Abdurrahman,keduanya menerima dari Yahya bin Hasan,dari Sulaiman bin Hilal, Hisyam bin Urwah, dari bapaknya yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

“Rasulullah saw bersabda : “Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.”(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubair, dan diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari ` Abdullah bin `Isa, dari seorang laki-laki ahli syam yang bernama Atha’, yang bersumber dari Abi Usaid r.a.)

5. Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayur-sayuran. Beberapa riwayat mengatakan, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam selalu mengonsumsi sana al makki dan sanut. Menurut Prof. Dr. Musthofa, di Mesir deudanya mirip dengan sabbath dan ba’dunis. Mungkin istilahnya cukup asing bagi orang di luar Arab, tapi dia menjelaskan, intinya adalah sayur-sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit.

6. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak langsung tidur setelah makan malam. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan baik sehingga mudah dicerna. Caranya juga bisa dengan shalat.

7. Disamping menu wajib di atas, ada beberapa makanan yang disukai Rasulullah tetapi tidak rutin mengonsumsinya. Diantaranya, tsarid yaitu campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak. Beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu air, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian, beliau juga senang makan buah anggur dan hilbah (susu).

“Nabi saw memakan qitsa dengan kurma (yang baru masak).”(Diriwayatkan oleh Isma’il bin Musa al Farazi, dari Ibrahim bin Sa’id, dari ayahnya yang bersumber dari `Abdullah bin Ja’far r.a.)

Qitsa adalah sejenis buah-buahan yang mirip mentimun tetapi ukurannya lebih besar (Hirbis) “Sesungguhnya Nabi saw memakan semangka dengan kurma (yang baru masak)”(Diriwayatkan oleh Ubadah bin `Abdullah al Khaza’i al Bashri, dari Mu’awiyah bin Hisyam,dari Sufyan, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

8. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sering menyempatkan diri untuk berolahraga. Terkadang beliau berolahraga sambil bermain dengan anak-anak dan cucu-cucunya. Pernah pula Rasulullah lomba lari dengan istri tercintanya, Aisyah radiyallahu’anha.

9. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak menganjurkan umatnya untuk begadang. Hal itu yang melatari, beliau tidak menyukai berbincang-bincang dan makan sesudah waktu isya. Biasanya beliau tidur lebih awal supaya bisa bangun lebih pagi. Istirahat yang cukup dibutuhkan oleh tubuh karena tidur termasuk hak tubuh.

10. Pola makan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ternyata sangat cocok dengan irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan disebut circadian rhytme (irama biologis).

Fakta-fakta di atas menunjukkan pola makan Rasulullah ternyata sangat cocok dengan irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar kesehatan disebut circadian rhytme (irama biologis). Inilah yang disebut dengan siklus alami tubuh yang menjadi dasar penerapan Food Combining (FC).

Selain itu, ada beberapa makanan yang dianjurkan untuk tidak dikombinasikan untuk dimakan secara bersama-sama. Makanan-makanan tersebut antara lain:

Jangan minum susu bersama makan daging.
Jangan makan ayam bersama minum susu.
Jangan makan ikan bersama telur.
Jangan makan ikan bersama daun salad.
Jangan minum susu bersama cuka.
Jangan makan buah bersama minum susu
Demikianlah Pola makan Rasulullah, semoga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Wassalam —(dp/dais)/kh)

ERAMUSLIM





Yang ingin Membunuh Rasulullah

DIKISAHKAN bahwa seorang wanita Yahudi bernama Zainab binti Al-Harts, istri Salam bin Misykam menghadiahi beliau seekor kambing bakar yang telah diberi racun.

Ketika tahu bahwa yang disukai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bagian paha, maka ia memperbanyak racun di bagian itu. Setelah Rasulullah menggigit dagingnya, tulang kambing itu memberitahu beliau bahwa ia telah diberi racun, maka beliau memuntahkan daging yang ada di mulutnya.

Rasulullah kemudian mengumpulkan orang-orang Yahudi, lalu berkata, “Apakah kalian akan menjawab jujur jika aku bertanya kepada kalian?” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau berkata, “Apa yang menjadikan kalian melakukannya?”

Mereka menjawab, “Kami ingin mengetahui, jika kamu seorang pembohong maka kami dapat terbebas dari kebohonganmu. Dan jika kamu seorang nabi, tentunya racun itu tidak akan membahayakanmu.”

Lalu wanita yang memberi racunpun dipanggil. Ia berkata, “Aku ingin membunuhmu.” Rasulullah berkata, “Allah tidak mengizinkanmu memperdayaku.” Kaum muslimin berkata, “Tidakkah kami membunuhnya?” Rasul menjawab, “Tidak.” Beliau tidak memberi hukuman apapun kepadanya.

Akan tetapi ketika Bisyr bin Bara’ bin Ma’rur yang ikut makan daging itu meninggal dunia, maka wanita itu dibunuh.

INILAH MOZAIK

Kisah Rasulullah SAW dan Transaksi Baju Sang Pengemis

Rasulullah SAW memberdayakan pengemis.

Pengangguran menjadi salah satu persoalan jamak di berbagai negara. Rasulullah SAW memiliki cara tersendiri dalam menangani pengangguran.  Cara ini bisa dilihat antara lain dari beragam hadis yang tercecer di kitab sirah dan hadis sahih. Salah satunya adalah hadis riwayat Anas bin Malik.  

Anas bin Malik menceritakan bahwa suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?” Pengemis itu menjawab, “Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah cangkir.” Rasul langsung berkata, “Ambil dan serahkan ke saya!” Lalu pengemis itu menyerahkannya kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah menawarkannya kepada para sahabat, “Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat menyahut, “Saya beli dengan satu dirham.” Rasulullah menawarkanya kembali,”adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?” Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.

Rasulullah menyuruh pengemis itu untuk membelanjakannya makanan untuk keluarganya dan selebihnya, Rasulullah menyuruhnya untuk membeli kapak. Rasullulah bersabda, “Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua pekan ini aku tidak ingin melihatmu.” Sambil melepas kepergiannya Rasulullah pun memberinya uang untuk ongkos.

Setelah dua pekan pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah sambil membawa uang sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Lalu Rasulullah menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya, seraya bersada, “Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat sesorang tidak bisa berusaha.” (HR Abu Daud).

Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari kisah tersebut. Pertama, pengangguran dan kemiskinan merupakan tanggung jawab pemerintah dan mereka mempunyai hak untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah. Hadis tersebut menunjukkan teladan Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas kemiskinan dan pengangguran yang terjadi pada rakyatnya. Beliau langsung tanggap terhadap keluhan rakyatnya.

Kedua, ada kerja sama antara pemerintah dan orang kaya untuk memberantas pengangguran dan kemiskinan. Kekayaan tidak hanya menjadi milik pribadi namun di dalamnya ada hak orang lain yang perlu dikeluarkan, sehingga kesenjangan antara orang miskin dan orang kaya bisa diberantas. Cara ini bisa ditempuh dengan memberdayakan zakat dan wakaf umat. Malah lebih baik lagi jika hal ini ditangani langsung oleh seorang menteri. Ketiga, pemerintah tidak cukup hanya sadar akan tanggung jawabnya, namun harus dibarengi dengan kerja nyata dengan mencari solusi untuk mengeluarkan rakyatnya dari jeratan pengangguran dan kemiskinan.

Keempat, cara terbaik untuk keluar dari jerat pengangguran dan kemiskinan adalah dengan memberikan pendidikan dan pekerjaan, tidak cukup dengan cara menyantuni rakyatnya dengan uang atau makanan. Selain supaya bisa hidup mandiri, hal ini pula akan meningkatkan perekonomian bangsa, sebagaimana Rasulullah SAW mendidik pengemis selama dua minggu untuk belajar mengumpulkan kayu dan berdagang.

Kelima, Rasulullah sangat mencela orang yang suka minta-minta dan malas bekerja, terkecuali bagi orang yang benar-benar miskin yang tidak mempunyai peluang untuk bekerja, orang yang banyak hutang yang tidak bisa membayarnya dan seorang miskin yang sakit. Mereka menjadi tangung jawab pemerintah dan masyarakat yang kaya untuk menyantuninya. Dengan adanya kerja sama dan kesadaran antara individu, masyarakat, dan pemerintah, insya Allah negeri ini akan segera terbebas dari jerat kemiskinan dan pengangguran.

KHAZANAH REPUBLIKA


Ketika Rasulullah SAW Minta Maaf

DI pengujung Ramadan 8 Hijriyah, Khalid bin Walid diutus Rasulullah SAW ke warga Bani Jadzimah, untuk menyeru mereka masuk Islam. Berangkatlah dia bersama 350 orang dari kaum Anshar, Muhajirin dan Bani Sulaim.

Setibanya di lokasi, disampaikanlah ajakan masuk Islam. Mereka menerima, tapi tak menyatakan terus terang. Terjadilah kesalahpahaman. Khalid bin Walid membunuh dan menawan sebagian dari mereka. Dia juga memerintahkan anggota rombongannya menghabisi para tawanan.

Sebagian besar anggota rombongan itu tak setuju dengan tindakan tersebut dan mengadu kepada Umar bin Khaththab. Kemudian Umar dan beberapa sahabat Nabi memberi tahu Rasulullah SAW tentang kejadian itu. Setelah mengecek kebenarannya, Nabi pun marah atas kesewenang-wenangan Khalid bin Walid. Beliau berkata “Ya Allah, aku berlepas diri dari apa yang dilakukan Khalid”. Nabi mengucapkan kalimat itu dua kali, sebagai tanda ketidaksukaannya atas tindak kekerasan itu.

Lalu Nabi mengutus Ali bin Abi Thalib untuk meminta maaf dan membayar ganti rugi kepada keluarga korban pembunuhan. Termasuk ganti rugi atas kerusakan barang-barang mereka. Nabi berpesan agar jangan ada satu pun barang yang tidak terbayar ganti ruginya, walaupun barang itu berupa bejana tempat minum hewan. Nabi membayar dengan uang hasil pinjaman dari salah seorang penduduk Mekah pada saat penaklukan kota tersebut. Untuk beberapa waktu, Nabi tidak mau bertatap muka dengan Khalid bin Walid.

Kisah yang termuat dalam kitab-kitab sejarah Islam itu, memberi pelajaran pada kita tentang tanggung jawab seorang pemimpin dan akhlak luhur Rasulullah SAW. Nabi mengganti seluruh kerugian akibat tindakan anak buahnya yang bertindak diluar komando dirinya.

Nabi mengajarkan pada kita bahwa kekerasan yang mengatasnamakan agama, bukanlah tindakan yang dibenarkan Islam. Tidak pada tempatnya, seseorang apalagi pejabat pemerintahan- bertindak sewenang-wenang terhadap orang lain. [Enton Supriyatna Sind]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2381750/ketika-rasulullah-saw-minta-maaf#sthash.PwXW1wc9.dpuf

Kisah Rasulullah Berbincang dengan Orang Bertuhan Tujuh

Dalam hadis riwayat At-Tirmidzi diceritakan suatu ketika Nabi Muhammad SAW bertemu dengan seorang musyrik yang bernama Hushein. Beliau bertanya, ”Wahai Hushein, berapa tuhan yang Anda sembah sekarang?” Hushein pun menjawab, ”Tuhanku ada tujuh, yang enam berada di bumi dan yang satu berada di langit.” 

Mendengar jawaban orang musyrik yang demikian itu, Nabi Muhammad sebagai pembawa akidah tauhid, tidak marah dan tidak pula merasa tersinggung. Beliau cukup memaklumi, seorang musyrik bertuhan banyak. Kemudian beliau melanjutkan pertanyaannya, ”Kalau dalam keadaan genting, tuhan yang mana yang Anda panggil?”
Hushein menjawab, ”Yang di langit.”

Demikianlah, Rasulullah melanjutkan percakapan bersama Hushein dengan asyiknya. Tak ada amarah, apalagi sumpah serapah. Itulah salah satu contoh sikap toleran Nabi Muhammad memaklumi dan tidak pernah melecehkan keyakinan orang lain. Justru dengan dakwah dan sikap beliau yang seperti itulah pada akhirnya Hushein masuk Islam.

Maka, bila kita berada di tengah masyarakat yang heterogen dengan berbagai keyakinan dan kepercayaan agamanya, kita tidak perlu merasa tersinggung kalau ada orang berbeda pandangan dengan kita. Tidak usah tersinggung bila ada pihak yang berbeda keyakinan dengan kita. Rasulullah tidak melecehkan keyakinan mereka sebagaimana Beliau pun tak ingin jika akidahnya dilecehkan.

Suatu ketika beberapa orang musyrik mengajak Nabi Muhammad berkolaborasi. Aturannya, suatu saat mereka akan mengikuti kegiatan peribadatan Nabi Muhammad, namun di saat lainnya Nabi Muhammad harus datang ke tempat mereka untuk mengikuti peribadatan mereka. Beliau menolak mentah-mentah gagasan tersebut dengan mengatakan salah satu cuplikan Alquran surat Al-Kafirun, ”Lakum diinukum waliya diin, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”

Dalam urusan akidah, sama seperti Rasulullah, maka kita harus fanatik; meyakini dan membela agama yang dianutnya. Wajar-wajar saja kalau orang itu fanatik terhadap keyakinannya.

Rasulullah SAW secara tersirat mengajarkan pada kita makna kerukunan beragama, bukan berarti mencampuradukkan ajaran aneka agama. Kerukunan antarumat beragama adalah setiap orang bisa hidup rukun bersama-sama dalam satu masyarakat. Namun, mereka tetap teguh pada keyakinan masing-masing dan menghormati keyakinan orang lain. Begitu semestinya tatanan dalam masyarakat yang heterogen. Wallahu a’lam bish-shawab. 

Oleh Aceng Karimullah