Kisah Penggali Kubur dan Khalifah Abdul Malik

Inilah kisah penggali kubur dan khalifah Abdul Malik bin Marwan. Syahdan, seorang pemuda yang berprofesi sebagai penggali kubur datang kepada Khalifah Abdul Malik bin Marwan, pemuda itu datang dalam keadaan sedih dan menangis.

Si pemuda berkata kepada kepada Abdul Malik bin Marwan, “Wahai Abdul Malik bin Marwan aku melakukan dosa yang sangat besar, apakah masih ada pintu taubat bagiku?

Abdul Malik bin Marwan berkata: “Dosa apa yang kamu lakukan? Pemuda itu menjawab, dosa yang sangat besar!  Abdul Malik bin Marwan menimpalinya, “Bertaubatlah kepada Allah karena Allah maha menerima taubat”.

Si pemuda berkata: “Wahai Abdul Malik bin Marwan aku pernah menggali  beberapa kuburan, dan aku melihat sesuatu yang ajaib, Abdul Malik bin Marwan berkata: “Apa yang kamu lihat? Si pemuda menceritakan keajaiban itu.

Pertama, aku pernah menggali kubur seseorang, ketika itu aku melihat mayat yang tidak meghadap ke kiblat, dan aku berusaha untuk menghadapkannya ke arah kiblat, ketika aku hendak keluar dari kuburan, tiba-tiba ada suara dari dalam kuburan;

 ” Engkau jangan bertanya kenapa mayat itu tidak menghadap kiblat” Aku bertanya kenapa mayat ini berpaling dari kiblat? Suara misterius itu menjawabnya, “karena mayat itu melalaikan kewajiban sholat”.  

Kedua, aku menggali kuburan yang lain, aku melihat mayat yang berubah wajahnya, wajah si mayat menyerupai khimar, badannya dipenuhi ikatan rantai besi, dan lehernya dibelenggu dengan rantai besi yang sangat kuat. Aku berusa untuk melepaskan lilitan rantai itu, ketika aku hendak keluar dari dalam kubur, tiba-tiba ada suara dari dalam kubur;

“Engkau jangan bertanya amal apa yang diperbuat oleh mayat itu, dan kenapa mayat itu disiksa” Aku  bertanya kenapa mayat ini disiksa seperti itu? Suara misterius itu menjawabnya, “Mayat itu disiksa karena dimasa hidupnya ia gemar minum-minuman keras dan ia tidak sempat untuk bertaubat. 

Ketiga, aku menggali kubur dan menemukan mayat yang diikat ke tanah dengan tali api dan dia mengeluarkan lidahnya dari punggungnya. Ketika aku hendak keluar dari kuburan itu ada suara yang memanggilku “Jangan engkau bertanya kenapa mayat itu diberi cobaan seperti itu” Aku bertanya Mengapa? 

Ia menjawab, “Mayat itu tidak berhati-hati dengan air seni, dan ia menyebarkan percakapan diantara orang-orang, itulah balasan baginya”

Keempat, aku menggali kuburan dan menemukan mayat yang terbakar, ketika aku ingin keluar dari kuburan itu, tiba-tiba ada suara yang menyatakan, “Kenapa kamu tidak bertanya tentang mayat itu”.

Lalu aku bertanya kenapa dengan mayat itu? Suara itu menjawab, “Ia adalah orang yang meninggalkan sholat lima waktu”.

Kelima,aku menggali kubur dan aku melihat kubur itu luas sekali, seluas mata memandang, dan ada cahaya yang meneranginya, mayatnya tidur di atas ranjang dengan pakaian yang sangat bagus. Ketika aku hendak keluar dari kuburan ada suara yang menyatakan; 

” Kenapa kamu tidak bertanya kenapa mayat itu dimulkanan” Aku bertanya kenapa? Ia menjawab, “Mayat itu adalah seorang pemuda yang rajin beribadah dengan ibadahnya tersebut Allah telah memuliakannya”.

Mendengar cerita itu Abdul Malik bin Marwan berkata kepada pemuda itu, “Cerita yang kamu sampaikan adalah gambaran bagi orang-orang yang bermaksiat dan juga bagi orang-orang yang taat”. 

Demikian penjelasan terkait kisah penggali kubur dan Khalifah Abdul Malik bin Marwan.   Wallahu A’lam Bissawab.

BINCANG SYARIAH

Kisah Masyithah, Tukang Sisir Putri Firaun

Mesir ribuan abad silam menjadi saksi sejarah kehidupan seorang wanita yang hatinya dipenuhi keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Saat itu tanah piramida dikuasai Firaun yang bengis. Ia memaksa seluruh rakyat Mesir menyembahnya.

Allah telah mengutus Nabi Musa untuk menyelamatkan Bani Israil dari kekejaman sang raja. Namun, Firaun teramat kejam hingga mereka yang beriman begitu takut untuk memperlihatkan keimanannya kepada Allah. Salah satu yang menyembunyikan keimanan tersebut yakni seorang wanita bernama Masyithah beserta keluarganya.

Masyithah merupakan salah satu pelayan istana Firaun. Ia bertugas sebagai tukang sisir putri Firaun. Sejak bertahun-tahun silam, keluarga Masyithah setia melayani istana. Ketika agama Ibrahim disampaikan Musa di tanah Mesir, mereka mengimaninya. Namun, tak ada yang tahu keimanan Masyithah, termasuk sang majikan.

Hingga suatu hari, tibalah saat Allah menguji keimanan Masyithah dan keluarganya. Saat itu Masyithah tengah menyisir rambut putri Firaun. Tiba-tiba sisir di tangannya jatuh dan tanpa sadar asma Allah keluar dari lisan Masyithah. “Allah!” seru Masyithah spontan.

Mendengarnya, putri Firaun sontak kaget. Ia pun segera menginterogasi Mayithah, siapakah Allah itu. Jika Allah itu Tuhan, maka berarti Masyithah siap dihukum mati karena telah menentang Firaun, ayahnya.

Masyithah tak juga menjawab pertanyaan sang putri. Keringat dingin menderas tubuhnya, ketakutan menderu hatinya. “Siapa Allah itu? Mengapa kau tak menjawab! Apakah kau punya Tuhan selain ayahku?” seru sang putri. Masyithah terus bungkam, namun sang putri terus mendesaknya. Hingga keberanian pun datang dari diri Masyithah. Ia tahu betul, inilah saatnya keimanan hendak diuji Allah.

“Allah adalah Tuhanku, Tuhan ayahmu, dan Tuhan seluruh alam,” jawab Mayithah tegas.

Mendengarnya, sang putri pun segera beranjak dari tempat duduknya menuju kediaman sang ayah. Ia segera melaporkan apa yang baru saja didengarnya dari lisan Masyithah. Sementara Masyithah mengabarkan kepada keluarganya untuk bersiap diri mendapat hukuman Firaun.

Firaun marah bukan kepalang ketika mendengar kabar dari sang putri. Ia pun segera memanggil Masyithah ke hadapannya. Tanpa keraguan, Masyithah pun pergi memenuhi panggilan raja.

“Apa kau meyembah sesuatu selain aku?” tanya Firaun dengan suara menggelegar, seluruh istana dibuat takut dengan amarahnya. Namun tanpa gentar, Masyithah menjawab ringan, “Ya, saya menyembah Allah. Allah Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan segala sesuatu,” kata Masyithah.

Geram, Firaun pun menyuruh pengawalnya untuk mengikat Masyithah kemudian menaruh seekor ular besar di hadapannya. Namun, Masyithah tak bergidik.  Bertambah marahlah emosi Firaun. Ia pun segera memanggil tangan kanannya, Hamman, untuk mengeksekusi mati keluarga Masyithah.

Hamman kemudian segera mengumpulkan beberapa pengawal untuk menangkap Masyithah dan keluarganya. Ia pun kemudian memerintahkan pengawal lain untuk membuat lubang besar untuk diisi air panas layaknya kawah bara dari gunung api. Ia bermaksud merebus hingga mati Masyithah dan keluarganya.

Tibalah hari eksekusi, rakyat dikumpulkan untuk menyaksikan peristiwa sadis, hukuman ala Firaun. Masyithah bersama sang suami dan empat orang anak termasuk satu bayi yang digendongnya telah berada di sana, siap menghadapi hukuman keji tersebut.

Mereka melihat kubangan besar berisi air mendidih yang siap melepuhkan tubuh mereka. Namun, hati mereka tak gentar dengan siksaan dari seorang manusia. Mereka memilih beriman kepada Allah, Tuhan seluruh manusia.

Sebelum dilempar ke air mendidih, mereka ditanya oleh Hamman apakah masih akan terus mengimani Allah dan enggan menuhankan Firaun. Namun, jawaban mereka selalu sama acap kali ditanya, “Allah adalah Tuhanku, Tuhan Firaun, dan Tuhan seluruh alam. Kami akan terus beriman kepada Allah sekalipun harus terjun ke kawah mendidih”.

Maka, bulatlah keputusan Hamman untuk memasak mereka hidup-hidup dalam kubangan air yang mendidih. Suami Masyitahlah yang pertama kali mendapat giliran. Tubuhnya langsung dilalap air yang mendidih, tinggal seonggok daging gosong tak bernyawa. Melihat eksekusi keji tersebut, Hamman terbahak-bahak dan terus menghina orang-orang yang beriman kepada Allah.

Masyithah terus di atas ketegarannya mengimani Allah. Setelah sang suami, giliran anak-anaknya. Satu per satu, mereka dipaksa masuk ke air mendidih yang apinya menjilat-jilat. Semuanya dilakukan di hadapan Masyithah. Hingga tinggallah tersisa Masyithah dan seorang anaknya yang masih bayi. Ia menggendong bayi itu erat-erat. Hatinya masih tegar diatas agama Allah. Maka, diseretlah ia dan bayinya mendekati air yang teramat panas itu.

Ketika hampir memasuki kubangan air, tiba-tiba syetan membisikkan keraguan di dalam hatinya. Keraguan dengan merasa sedih dan kasihan pada sang bayi yang belum sempat tumbuh dewasa melihat dunia, bayi yang baru lahir tanpa dosa.

Masyithah pun menghentikan langkahnya menuju ajal, ia terus saja memandangi bayinya yang merah dengan perasaan sedih yang mendalam. Melihatnya, Hamman sempat berpikir Masyithah akan mencabut kata-katanya dan akan kembali menuhankan Firaun. Ia pun girang karena merasa ancamannya pada Masyithah berhasil.

Namun, pikiran Hamman salah. Masyithah tak pernah sedikit pun melepaskan keimanannya pada Allah. Lalu dengan kehendak Allah, sang bayi tiba-tiba berkata kepada ibunya, “Wahai ibu, jangan takut, sesungguhnya Surga menanti kita,” ujar bayi yang digendongnya. Mendengarnya, kembalilah ketegaran dan keberanian Masyithah. Ia pun mencium anaknya. Kemudian, masuklah keduanya ke dalam air yang mendidih. Masyithah dan keluarganya mengakhiri hidup mereka dengan berpegang teguh pada akidah.

Kisah Masyithah disebut dalam sebagian hadis Rasulullah tentang Isra mi’raj yang diriwayatkan Imam Ahmad, Ibnu Hibban, dan Thabrani. Hadis tersebut datang dari Hammad bin Salamah dari Atha’ bin Saib. Dalam perjalanan Isra Mi’raj ke Masjidil al-Aqsa,  Rasulullah melewati sebuah daerah yang aromanya sangat harum semerbak seperti harum kasturi.

Rasulullah pun bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, aroma harum apakah ini?” Jibril pun menjawab, “Ini adalah harum Masyithah, tukang sisir putri Firaun,” Rasulullah pun kembali bertanya, “Apa gerangan kelebihan Masyithah?” maka Jibril pun mengabarkan kisah Masyithah kepada Rasulullah yang kurang lebihnya telah dikisahkan di atas.

Islam Digest Republika

Kisah Haru ‘Pemuda Milyader’ Ali Banat, Sumbangkan Harta Sebelum Allah Memanggilnya

Anda mungkin belum pernah mendengar Ali Banat, seorang pemuda Muslim dari Sydney, Australia, yang menjalani hidup mewah, dengan bermacam-macam pakaian desainer dan mobil mewah.

Tiga tahun lalu, dia didiagnosa kanker dan segera memutuskan untuk membagikan kekayaannya. Selasa lalu, orang dermawan dan filantropis itu telah menghambuskan nafas terakhirnya hari Selasa malam (2905/2018).

Banyak orang yang mengenalnya setelah video Gifted with Cancer nya viral sekarang berduka atas kematiannya dan menyumbangkan uang pada badan amalnya Muslims Around the World (MATW).

Pada saat ini $1,041,438 (setara Rp 15 Milyar) berhasil dikumpulkan, dengan lebih banyak donasi mengalir masuk setiap detiknya. Jadi siapakah Ali Banat?

Ali adalah anak muda berasal dari Greenacre di Sidney barat daya dan meraih hidup nyaman, dengan menjalankan sebuah bisnis sukses.

Sandal jepit yang ia miliki berharga Rp 9 jutaan, sedangkan sepatunya berharga Rp 17 juta.

 

Dalam video Gifted with Cancer nya, dia menunjukkan ruang tidurnya yang penuh dengan sepatu Louis Vuitton, satu-satunya merk sepatu yang dia kenakan, dan sebuah gelang seharga $60,000. Salah satu mobilnya termasuk Ferrari Spider berharga $600,000.

Namun setelah mengetahui Allah memberika cobaan berupa sakit kanker, dia menyadari tidak ada satupun dari itu (hartanya) yang berarti baginya.

“Saat Anda tahu Anda sakit atau Anda tidak memiliki banyak waktu untuk hidup, ini (harta) adalah hal terakhir yang ingin Anda kejar. Dan begitulah seharusnya kita menjalani kehidupan kita setiap harinya,” katanya dikutip Metro.co.uk.

Dokter memberinya vonis,  bahwa hanya memiliki waktu tujuh bulan hidup, Alhamdulullah, Ali dapat bertahan hingga tiga tahun, dan waktunya  dia habiskan untuk melakukan kebaikan.

Organisasinya, MATW, telah membantu ribuan orang di sejumlah negara termasuk Togo, Ghana dan Burkina Faso.

Ali telah mengunjungi beberapa negara di Afrika sendirian dan bekerja keras mencari sponsor sehingga 100% sumbangan dapat masuk ke dalam proyek dan tidak terpotong biaya administrasi.

Dengan uang bantuan, MATW bertujuan untuk membangun desa bagi 200 janda, sebuah masjid, sebuah sekolah ke rumah bagi 600 anak yatim, sebuah pusat kesehatan, dan bisnis-bisnis untuk mendukung masyarakat lokal.

“Ini adalah sebuah anugerah sebab Allah telah memberi saya kesempatan untuk berubah,” tuturnya dengan mata yang berkaca-kaca.

 

Dia mengatakan gagasan mendirikan organisasi amal, Muslim Around the World, terlahir dari kesadaran diri bahwa ketika ia mati nanti, semua kekayaannya akan tetap, tak ikut bersamanya, kecuali hanya amal shalihnya.

“Semuanya berawal ketika saya berziarah ke kuburan di mana seorang saudara yang juga menderita kanker telah meninggal dunia. Saya berada di kuburan dan saya merenung sendirian. Anda akan pergi sendirian, tidak akan ada orang di sana untuk Anda, tidak ada ibu, tidak ada ayah, tidak ada saudara laki-laki, tidak ada saudara perempuan kecuali amal Anda, ” ia juga menjelaskan bahkan kekayaan kitapun lenyap.

“Bahkan uang Anda, tidak akan ada untuk Anda sehingga satu-satunya hal yang akan ada untuk Anda adalah sedekah (amal) dan itulah satu-satunya hal yang akan membantu Anda secara bertahap melalui waktu Anda di kuburan sampai Anda mendapatkan tujuan akhir Anda (akherat),” ujarnya .

Ali Banat yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk ziarah, datang ke pemakaman sebagai renungan dan persiapan untuk kematiannya yang banyak diceritakan dalam chanel Living Muslim di akun Youtube. Ali mengaku,  sudah siap menyambut ‘malaikat kematian’ jika tiba-tiba ia mengambil jiwanya.

“Ini sangat sulit bagi saya, dan subhanallah aku benar-benar melihat hal hal yang harus saya yang belum pernah melihat sebelumnya dan keluarga saya ada disana berdiri di samingi saya dan aku telah menunjuk ke atas dan saya katakan Ya Allah bawa saya.”

“Itu adalah hal terindah  yang pernah saya melihat, aku hanya ingin pergi, dan pada hari berikutnya subhanallah saya bangun dan saya pun marah karena Allah belum mengambil saya, kata Ali  Banat linangan air mata.

 

Dalam sebuah wawancara yang disebar di Youtube, ia sempat ditanya apakah ingin bertemu Allah? Dengan sederhana iIa pun menyatakan ingin bertemu Allah dalam keadaan yang sebaik-baiknya.

Video Ali Banat menjadi inspirasi kaum Muslim di seluruh dunia yang tengah mendapatkan cobaan dan musibah sakit.

“Sungguh inspirasi bagi banyak orang. Semoga Allah memberinya tempat di tertinggi di Jannah (Surga), ” kata pengguna twitter.

YouTuber Adam Saleh berbagi penghormatan dengan mengatakan bahwa Ali adalah sosok inspirasi bagi banyak orang lain.

Sebagian follower mengajak yang lain untuk mengingat Ali dalam doa-doa mereka.*/Nashirul Haq AR

 

HIDAYATULLAH

Kisah Tentang Rumput

KEMARIN saya berada di aula Fakultas Vokasi Universitas Airlangga untuk menyampaikan kajian keislaman. Merasa asing dengan nama fakultas ini, kan? Saya juga.

Fakultas ini berisikan 20 program studi yang semuanya bersifat terapan. Rupanya, pemerintah membuat pemisahan antara yang teori dan terapan. Di terapan ini, mahasiswanya adalah ikut program D1, D2, D3 dan D4. Belum paham? Search di google.

Sebelum ke fakultas ini saya isi acara di perikanan. Walau di dinas perikanan, temanya adalah tentang rumput. Ada apa dengan rumput? Panjang pula ceritanya. Ijinkan saya sampaikan sebagiannya dulu.

Sering kita dengar: “Rumput di halaman orang lain selalu tampak lebih hijau dari pada rumput di halaman sendiri.” Sepertinya ungkapan ini termasuk ungkapan yang mengabadi untuk menyadarkan kita agar tidak membanding-bandingkan yang kita miliki dengan apa yang dimiliki orang lain. Nikmati saja apa yang dimiliki dan syukuri, maka kepala akan selalu sejuk, tidak panas karena saing-saingan.

Namun saya lebih tertarik dengan ungkapan kakek bijak yang selalu berkata: “Maaf, saya tak punya cukup waktu untuk melihat rumput tetangga. Sempatku hanya melihat rumput sendiri.” Hebat betul kakek ini, tak memiliki kesempatan untuk iri hati dan dengki, adanya adalah bersyukur dan bersyukur.

Sebenarnya saya ingin bicara banyak dengan kakek ini. Sayang, beliau masih sibuk dengan rumput di halamannya yang dibersihkan sambil tersenyum mendengarkan kicau burung yang bertengger di pepohonan rindang depan rumahnya. Kapan-kapan kita sowan bersama ke rumah kakek ya. Salam, AIM

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Pesona Fisik dan Akhlak Rasulullah di Mata Para Sahabat [2]

Amru ibn al-‘Ash Radhiallâhu ‘anhu berkata,

“Tidak ada seorangpun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam. Dalam pandanganku tidak ada seorangpun yang lebih agung daripada beliau. Aku tak kuasa memenuhi pandangan mataku dengan sifat-sifatnya, karena terlalu mengagungkannya. Seandainya aku diminta untuk mendiskripsikan pribadi beliau, aku takkan kuasa, karena aku tak mampu memenuhi pandangan mataku dengan kehebatannya.” (HR Muslim)

Abu Juhaifah Radhiallâhu ‘anhu berkata:

“Aku pernah memegang tangan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam kemudian kuletakkan di wajahku, ternyata telapak tangannya lebih dingin daripada es dan lebih harum dari aroma kasturi.” (HR Bukhari)

Jabir Radhiallâhu ‘anhu berkata:

“Setiap kali melewati suatu jalan, kemudian ada orang yang berjalan di belakangnya, pasti dia mengetahui bahwa beliau (Rasulullah) telah lewat, karena bekas aromanya.” (HR Darimi)

 

Ummu Ma’bad al-Khuza’iyah Radhiallahu ‘anha berkata:

“Dia begitu bersih, wajahnya berseri-seri, perawakannya sangat ideal; tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. Dia begitu tampan, bola matanya hitam, bulu matanya panjang, tidak banyak bicara, lehernya jenjang, matanya jelita,  tepi kelopak matanya hitam seakan-akan memakai celak mata, alisnya tipis menjang dan bersambung. Rambutnya hitam. Jika diam dia tampak begitu wibawa. Jika berbicara dia tampak mempesona. Dia adalah orang yang paling mempesona dan menawan dilihat dari kejauhan, bagus dan manis setelah mendekat. Bicaranya tidak membosankan, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak.

Bicaranya bak  mutiara yang terurai, perawakannya ideal, tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi, seakan satu dahan diantara dua dahan, dia adalah salah seorang dari tiga orang yang paling menarik perhatian, paling bagus tampilannya, dihormati oleh sahabat-sahabatnya, jika dia berbicara mereka menyimak perkataannya dengan seksama, jika dia memberikan perintah mereka bersegera melaksanakan titahnya, dia orang yang ditaati, disegani, dikerumuni orang-orang, tidak bermuka masam dan tidak merendahkan orang lain.

Hindun bin Abu Halah Radhiallâhu ‘anhu berkata:

“Rasulullah bisa mengontrol lisannya, menyatukan para sahabatnya dan tidak memecah belah mereka, menghormati orang yang dimulikan dan diberi kekuasaan di tengah kaumnya, memberi peringatan kepada manusia dan mawas diri terhadap mereka tanpa menutup-nutupi kabar gembira yang mesti disampaikan kepada mereka.

 

Punya perhatian tinggi terhadap sahabatnya, empati kepada mereka, memuji sesuatu yang bagus dan memberikan apresiasi, menilai  buruk sesuatu yang buruk dan meluruskannya, moderat dalam segala hal, tidak suka berselisih, selalu siaga dan mengantisipasi situasi, tidak meremehkan kebenaran. Orang yang beliau perlakukan secara lemah lembuat adalah orang yang paling baik, orang yang paling baik dalam pandangan beliau adalah orang yang paling banyak memberikan nasihat, dan orang yang paling bagus posisinya di mata beliau adalah orang yang paling bagus dukungannya.

Jika menghadiri suatu pertemuan atau majelis beliau duduk di tempat bagian belakang dan memerintahkan hal itu, memberikan tempat dan kesempatan kepada orang yang hadir dalam pertemuan beliau, sehingga tidak seorangpun yang mempersepsikan bahwa ada orang lain yang beliau istimewakan daripada dirinya.

Siapapun yang mendatangi beliau untuk menyampaikan keperluannya, beliau akan melayaninya dengan seksama sampai orang tersebut pergi.

Beliau tidak pernah menolak permintaan orang yang memohon bantuan dan tidak juga banyak berbasa basi dengan kalimat yang menghibur orang yang bersangkutan.

Beliau adalah orang yang sangat terbuka kepada siapa saja. Di mata beliau manusia mempunyai kedudukan yang setara.

Majelis beliau adalah majelis yang sarat dengan hikmah, malu, sabar dan amanah. Di dalam majelis tersebut tidak terdengar kegaduhan, tidak ada kekhawatiran terjadinya pelecehan terhadap kehormatan. Mereka saling memuji dalam hal ketakwaan, menghormati yang lebih tua dan mengasihani yang lebih muda. Mereka memprioritaskan orang yang membutuhkan bantuan, menghormati tamu.

Rasulullah adalah orang yang selalu ceria, murah hati, lemah lembut, tidak suka membuat kegaduhan atau  mengeluarkan perkataan keji, tidak suka mencela, tidak suka menyanjung yang berlebihan, tidak peduli terhadap sesuatu yang kurang menyenangkan dan tidak tunduk kepadanya.

 

Beliau menjauhi dirinya dari tiga hal: gila sanjungan (riya’), berlebihan dalam bicara, membicarakan hal-hal yang tidak urgen. Beliau meninggalkan tiga perkara dari orang lain: tidak mencela orang lain, tidak menghina, tidak mencari-cari ‘aib orang lain.

Beliau tidak berbicara kecuali dalam hal-hal yang beliau mengharapkan pahalanya.

Apabila beliau berbicara semua yang hadir dalam majelisnya diam, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Apabila beliau selesai bicara, barulah mereka berbicara. Mereka tidak cekcok di hadapan beliau.

Beliau ikut tersenyum terhadap hal-hal yang membuat para sahabatnya tersenyum. Beliau ikut kagum terhadap hal-hal yang membuat sahabatnya terkagum-kagum. Beliau bersabar terhadap kata-kata yang kurang berkenan dan dalam melayani orang lain, sampai-sampai beliau berkatam ” Jika kalian mendapatkan orang yang membutuhkan bantuan, maka bantulah dia.”*/Mabni Darsi, penulis buku “Pesona Cinta Muhammad: Kunci Sukses Rasulullah  Merebut Hati Menuai Simpati”

 

HIDAYATULLAH