Arab Saudi Tambah Kuota Haji 10 Ribu untuk RI

Wakil Ketua Komisi VIII DPR-RI Ace Hasan Syadzily mengungkapkan, jumlah kuota haji Indonesia telah bertambah sebanyak 10 ribu jamaah. Tambahan itu muncul setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Raja Salman di Riyadh, Arab Saudi, pada Ahad (14/4). Sebagai informasi, saat ini kuota jemaah haji RI sebanyak 221 ribu jamaah.

“Keputusan penambahan kuota haji ini disampaikan saat pertemuan Presiden Jokowi dengan Raja Kerajaan Arab Saudi, Raja Salman di Istana Pribadi Raja (Al-Qahr al-Khas) di Riyadh, Ahad 14 April 2019,” kata Ace Hasan Syadzily dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/4).

Menurut Ace, penegasan keputusan itu juga disampaikan kembali Putera Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Muhammad bin Salman (MBS). MBS sebelumnya telah menerima kedatangan Presiden Jokowi pada hari yang sama.

Penambahan kuota haji itu dinilai bermanfaat dalam mengurangi daftar tunggu jamaah haji Indonesia yang kini rata-rata mencapai 18 tahun. Bahkan, umpamanya, di Sulawesi Selatan daftar tunggu itu bisa mencapai 40 tahun.

“Tambahan ini merupakan upaya diplomasi Presiden Jokowi yang secara khusus kepada Pemerintahan Kerajaan Arab Saudi,” tambahnya.

Politikus Partai Golkar itu mengklaim, penambahan kuota haji itu merupakan salah satu bukti kedekatan diplomatik antara Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi saat ini. Karena itu, dirinya menilai kunjungan Presiden Jokowi ke Arab Saudi kemarin patut diapresiasi.

 

IHRAM REPUBLIKA

Jalur Cepat Jamaah Haji akan Diperbanyak

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar Ali mengatakan akan memperbanyak lintasan cepat (fast track) untuk jamaah haji Indonesia sehingga mereka bisa segera menuju hotelnya di Makkah dan Madinah tanpa berlama-lama di bandara tujuan.

Dikutip Media Center Haji di Makkah, Selasa (28/8), Nizar belum dapat memastikan seluruh embarkasi tahun depan akan mendapatkan fasilitas lintasan cepat sebagaimana diterapkan untuk percontohan bagi jamaah penerbangan dari Jakarta dan Surabaya tahun ini.

Fast track itu sendiri merupakan inovasi untuk mempercepat pergerakan jamaah. Skema yang dilakukan adalah pengambilan data rekam biometrik jamaah dilakukan di pemondokan di Indonesia. Saat berada di bandara tujuan jamaah hanya diperiksa sidik jarinya saja sebagai upaya verifikasi data diri.

Setelah itu, jamaah segera bergerak ke bus yang mengangkut mereka ke hotel di Makkah dan Madinah. Inovasi itu membuat waktu tunggu jamaah di bandara tujuan menjadi relatif lebih pendek jika dibanding dengan skema lama ketika mereka harus melakukan verifikasi data biometrik secara lengkap di terminal kedatangan.

Adapun untuk perluasan lintasan cepat, Nizar mengatakan sejatinya sudah bisa dilakukan tahun jika tidak terkendala mepetnya waktu persiapan. “Kita mintanya kemarin seluruh embarkasi, tetapi melihat yang pertama keterbatasan waktu yang tidak memungkinkan karena kita baru deal itu bulan Ramadhan,” kata dia.

Selain itu, kata dia, terdapat kendala ketersediaan sumber daya manusia Arab Saudi yang mengurusi keimigrasian di embarkasi, yaitu belum banyak yang bisa melakukan perekaman biometrik jamaah Indonesia. Dengan begitu, inovasi itu baru bisa dilakukan untuk jamaah Jakarta dan Surabaya.

Persoalan selanjutnya, lintasan cepat terkendala jumlah konter yang tersedia di embarkasi. “Misalnya embarkasi Solo, Solo belum punya konter imigrasi yang sedemikian besar untuk percepatan ini sedikitnya butuh 20 konter, kalau hanya 5-10 itu bakal panjang juga antreannya.”

Nizar mengatakan, dari sisi lain jalur lintasan cepat untuk jamaah juga harus memperhatikan kesiapan hotel. Salah satunya hotel harus disewa dengan sistem musim penuh (full season), bukan blocking time. Dampak dari penyewaan tidak menggunakan sistem musim penuh, saat jamaah cepat datang melalui fast track ternyata hotel terkait belum siap karena belum memasuki waktu check in.

Kemudian dari sisi penempatan kursi jamaah di pesawat juga menjadi persoalan jika tidak diperbaiki di musim haji tahun depan. Terdapat jamaah yang belum mengerti jika harus duduk di kursi pesawat sesuai nomornya. Dengan begitu, beberapa jamaah asal duduk sehingga menjadi kendala saat keluar pesawat kurang cepat. Dampaknya, mereka tidak cepat berbaris antre sesuai urutan kala verifikasi data biometrik di terminal kedatangan.

“Ketika kursi pesawat ini kocar-kacir sehingga tidak sesuai dengan rombongan. Ke depannya seat pesawat harus diatur sesuai dengan urutan rombongan,” kata dia.

Saat turun dari pesawat dan menuju bus, Nizar berharap jamaah yang sudah selesai urusan imigrasinya agar segera menuju bus tanpa perlu berlama-lama di bandara sehingga pergerakan semakin cepat menuju hotel tujuan.

“Di saat pengaturan fast track terjadi itu jamaah tidak boleh berlama-lama di bandara. Pokoknya yang ada di depan langsung masuk bus, mulai dari asrama semua sudah diatur rombongan satu ya pertama kali masuk, dua, tiga dan seterusnya,” katanya.

REPUBLIKA

Taiwan Tawarkan Kuota Haji kepada Indonesia

Taiwan menawarkan kemudahan untuk menunaikan ibadah haji bagi masyarakat di Indonesia, dengan menggunakan jatah kuota haji milik Taiwan. Jack Chen-Huan Hsiao selaku Direktur Divisi Ekonomi Taipei Economic and Trade Office (TETO) di Jakarta, Senin (17/9) memaparkan bahwa Taiwan meskipun memiliki populasi Muslim, namun kebutuhan akan kuota hajinya tidak terlalu signifikan seperti di Indonesia.

“Bagi Muslim Indonesia, untuk pergi haji terdapat pembatasan kuota setiap tahunnya. Di Indonesia mungkin butuh waktu bertahun-tahun untuk berangkat. Sementara di Taiwan, kami juga memiliki banyak populasi Muslim, namun kami tidak memiliki kebutuhan mendesak terhadap hal tersebut. Sehingga masyarakat Indonesia bisa menggunakan kuota kami untuk mendaftar haji melalui Taiwan,” papar Jack Chen-Huan Hsiao.

Hal tersebut, menurut dia, merupakan bagian dari upaya Taiwan untuk menyediakan lingkungan yang ramah bagi kaum Muslim guna mendorong peningkatan jumlah wisatawan dari negara berlatar belakang Muslim. Sebagai informasi, Jessie Tseng selaku Direktur Eksekutif MEET Taiwan menyampaikan bahwa jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Taiwan pada 2017 telah mencapai 190 ribu wisatawan.

Untuk menjaring lebih banyak wisatawan dari Indonesia itulah kemudian Taiwan External Trade and Development Council (TAITRA) memboyong perusahaan konsultan pameran, agen wisata, dan maskapai Taiwan ke Jakarta. Tujuannuya untuk berpameran dan menjalin mitra bisnis dengan pengusaha Indonesia.

“Kami mencoba mengajak perusahaan-perusahaan Indonesia untuk mengadakan Company Gathering dan Annual Meeting di Taiwan. Taiwan memiliki kelebihan sebagai salah satu titik transit penerbangan menuju Amerika. Sehingga posisi Taiwan sangatlah strategis untuk mengembangkan bisnis anda ke Asia Timur maupun Amerika,” ujar Jack Chen-Huan Hsiao.

Dalam sebuah perhelatan bertajuk MEET Taiwan Networking Event di Hotel Borobudur Jakarta, pihaknya hadir di Indonesia untuk yang ketiga kalinya. Acara tersebut digelar di bawah koordinasi dari Bureau of Foreign Trade (BOFT) of the Ministry of Economic Affairs (MOEA) of Taiwan.

MEET Taiwan membawa delegasi-delegasi dari industri konsultan pameran, juga agen wisata maupun industri penerbangan papan atas Taiwan. Di antaranya Lion Travel Service Co., Welcome Travel Service, Kuching Travel Service Co., Ltd., Chung Hsing Travel Service, TAIWAN TOUR, K&A International Co., Ltd., serta China Airlines dan EVA Air.

Posisi Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak urutan keempat dunia, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, membuat Taiwan merasa perlu untuk dapat meyakinkan perusahaan-perusahaan di Indonesia agar memilih Taiwan sebagai destinasi penyelenggaraan pertemuan bisnisnya. “Selain itu juga untuk lebih memperkenalkan lingkungan pameran di Taiwan kepada Indonesia,” katanya.

REPUBLIKA

Dubes Perjuangkan RI Dapat Kuota Haji 250.000

Makkah (PHU)–Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel mengaku terus memperjuangkan penambahan kuota haji Indonesia kepada Pemerintah Arab Saudi. Pihaknya berharap tahun depan Indonesia mendapatkan tambahan kuota haji menjadi 250.000 dari 221.000 yang diberikan Arab Saudi tahun ini.

“Sebagai Dubes yang ada di Saudi, kami melakukan diplomasi haji dengan Pemerintah Arab Saudi. Untuk tahun depan kuota haji naik 250.000,” ujar Agus seusai melakukan rapat koordinasi bersama Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin yang juga merupakan Amirul Hajj di Kantor Daker Makkah, Arab Saudi, Minggu malam (12/08)

Menurutnya, upaya diplomasi yang dilakukannya selama ini telah menghasilkan banyak perbaikan terkait pelaksanaan ibadah haji. Perbaikan itu antara lain, fasilitas fast track di sistem imigrasi di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah dan Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah.

Di kedua bandara tersebut, jemaah haji Indonesia yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Djuanda Surabaya mendapatkan kemudahan dalam hal pemeriksaan imigrasi. Dampaknya para jemaah yang terbang dari Bandara Soekarno-Hatta dan Djuanda Surabaya akan lebih cepat bandara.

“Fast track ini saya menghitung sejak mereka masuk bandara sampai keluar bandara tidak sampai 10 menit,” kata pria kelahiran Semarang ini.

Walaupun sudah ada perbaikan, pihaknya terus meminta Pemerintah Arab Saudi untuk melakukan perbaikan berupa penambahan kapasitas di Mina. Penambahan kapasitas ini diperlukan agar bisa menampung jemaah lebih banyak lagi.

Salah satu yang diusulkan Pemerintah Indonesia kepada Arab Saudi yakni membuat tenda bertingkat. Selain itu, Indonesia juga meminta agar adanya pemukiman bagi jemaah haji di luar Mina, tetapi ada akses yang bisa masuk ke Mina. Pemukiman di luar Mina ini diperlukan agar pada saat siang hari, jemaah bisa keluar Mina, sementara ketika malam hari jemaah bisa mabit di Mina.(mch/ha)

KEMENAG RI

Menag: Menambah Kuota Haji Justru Berbahaya

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai tuntutan untuk menambah kuota jamaah haji justru berbahaya.

Menurutnya, perlu ada upaya lebih serius untuk memperhatikan Mina karena merupakan titik krusial. Masalah yang muncul di Mina antara lain kepadatan di tenda jamaah dan keterbatasan toilet.

“Amat sangat riskan dan berbahaya ketika kita menuntut tambahan kuota tanpa pembenahan infrastruktur umum di Mina,” katanya saat ditemui di kantor Daker Madinah, Jumat (8/9).

Dia mengaku sejak 2015 telah meminta secara resmi kepada menteri haji Arab Saudi untuk membenahi Mina. Misalnya, dengan membangun tenda dan toilet bertingkat.

Hal ini karena Mina secara syar”i memiliki batasan tempat. Di Mina pula masa tinggal jamaah haji lebih lama ketimbang di Arafah. Jamaah haji diharuskan mabit (bermalam) sebelum melontar jumrah.

“Saya tidak akan menuntut tambahan kuota sebelum Mina dibenahi serius,” katanya.

Tahun ini kuota jamaah haji semua negara kembali ke normal. Indonesia tahun ini mengirim 221 ribu jamaah haji.

 

REPUBLIKA

 

 

—————————————————————-
Download-lah Aplikasi CEK PORSI HAJI dari Smartphone Android Anda agar Anda juga bisa menerima artikel keislaman ( termasuk bisa cek Porsi Haji dan Status Visa Umrah Anda) setiap hari!
—————————————————————-

Kuota Haji Bisa Naik Jadi 300 Ribu, Mau dan Siapkah Indonesia?

Menyelenggarakan haji bukan hal gampang. Ada ratusan ribu orang yang dipindahkan dari Tanah Air ke Arab Saudi. Pemondokan, katering, alur gerak jemaah mengikuti tahapan beribadah, hingga kepulangan jemaah ke Tanah Air, harus lancar. Jika kuota haji bertambah, mau dan siapkah Indonesia?

Kemungkinan penambahan kuota haji disampaikan Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel. Agus yang juga Wakil Tetap RI untuk Organisasi Kerjasama Islam (OKI), mengatakan kuota haji RI bisa bertambah dengan cara mengambil jatah dari anggota OKI yang tak terpakai.

“Ada 2 cara (untuk penambahan kuota haji). Pertama minta langsung ke Kerajaan (Saudi). Skema kedua, kita nego anggota OKI, terutama negara Afrika,” jelas Agus saat melepas jemaah kelompok terbang (kloter) 01 Embarkasi Solo (SOC 01) di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, Rabu (6/9/2017).

Sekadar diketahui kuota haji Indonesia tahun ini 211 ribu. Ada tambahan 10 ribu atas lobi Presiden Joko Widodo, sehingga total 221 ribu. Jumlah ini menjadi Indonesia sebagai negara pengirim jemaah haji terbanyak di dunia. Tahun lalu hanya 168 ribu.

Dengan kuota 200 ribuan, daftar tunggu haji di Indonesia cukup lama. Di sejumlah daerah, daftar tunggu lebih dari 10 tahun. Bahkan sampai 20 tahun.

Agus mengatakan menambah kuota sangat mungkin. Dalam hitungannya, kuota bisa ditingkatkan hingga 300 ribu. Yang perlu dipikirkan adalah kesiapan pemerintah. Juga kondisi Mina.

“Harus rasional dengan kondisi Mina,” jelasnya.

Mina termasuk titik krusial penyelenggaraan haji. Di tempat tersebut, jemaah menginap sebelum melempar jumrah. Tahun ini, karena banyaknya jemaah, tenda overload. Jemaah berdesakan. Sampai-sampai Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memprotes penyelenggara haji Saudi, Muassasah dan Maktab.

Soal kesiapan pemerintah, Agus dalam sebuah kesempatan sebelumnya menyebutkan menangani 300 ribu jemaah bukan hal perkara mudah. Banyak hal yang harus dipersiapkan, mulai dari petugas, penerbangan, hingga penanganan di Tanah Suci.

“Kalau mau, pembicaraannya (negosiasi penambahan kuota) high level. Presiden ke Raja (Salman) atau Kerajaan. Kalau saya, hanya membantu. Tapi mau dan siapkah kita?” kata pria kelahiran Semarang ini.

Agus mengaku hubungan Saudi dan RI kian baik. Salah satu buktinya, Raja Salman berkunjung ke Indonesia. Hubungan ini bisa diharapkan saling memberi manfaat, termasuk di antaranya soal penyelenggaraan haji. Tapi kembali lagi, maukah RI menambah kuota? Dan, siapkah? (try/dkp)

Detik.com

 

Masa Tunggu Haji Puluhan Tahun, Warga Pilih Umrah

Umrah kian diminati di tengah masa tunggu keberangkatan haji yang mencapai puluhan tahun. Di Kota Malang dan sekitarnya, sejumlah biro perjalanan umrah menyatakan warga yang mendaftar umrah meningkat dalam beberapa tahun belakangan.

Nabil Adam Bakthier, marketing di biro umrah dan haji Sahara Tour and Travel mengungkapkan, selama 2016, biro tersebut memberangkatkan sekitar 700 jamaah umrah asal Malang dan Surabaya. “Dalam dua hingga tiga tahun terakhir jumlah jamaahnya makin meningkat,” jelas Nabil kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Setiap bulan, biro ini memberikan kuota 100 jamaah umrah khusus untuk Surabaya dan Malang. Sementara sisanya berasal dari kota-kota lain seperti Lamongan, Gresik, Jember, Bondowoso, Mojokerto, dan Probolinggo.

Menurutnya, waktu tunggu haji yang lama membuat masyarakat memilih berangkat umrah. Apalagi saat ini menjamurnya biro umrah membuat harga makin bersaing. “Waktu favorit untuk umrah biasanya saat Ramadhan dan akhir tahun,” ujar Nabil.

Ungkapan senada juga dilontarkan oleh Weni Anggraeni. Kepala Marketing biro umrah Patuna inii mengatakan, dalam sebulan minimal ada dua hingga lima jamaah umrah berangkat dari Malang. “Semua jamaah berkumpul di Jakarta karena kantor punya banyak cabang di daerah,” kata Weni.

Berdasarkan data kantor Kemenag Kota Malang 2016, masa tunggu keberangkatan haji di kota ini mencapai 20 tahun. Setiap bulan terdapat sekitar 100 orang yang mendaftar haji di Kemenag Kota Malang.

Kementerian Agama telah menetapkan adanya penambahan kuota haji tahun 1438 H/2017 M. Tahun ini, kuota haji mencapai 221 ribu orang dari sebelumnya 168.800 orang. Tahun ini kuota keberangkatan haji terdiri atas kuota haji reguler 204 ribu orang dan kuota haji khusus 17 ribu orang.

Sebelum adanya penambahan kuota, jamaah haji Kota Malang yang berangkat tahun ini sebanyak 951 orang. Kini setelah kuota haji bertambah dijadwalkan ada 1.127 calhaj yang akan berangkat dari Kota Malang pada 2017.

 

sumber:Ihram.Co.id

 

———————————————————————————
Umrah Resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA: 08119303297
———————————————————————————

Soal Tambahan Kuota Haji, Ini Kata Menag

Rencana kedatangan Raja Salman ke Indonesia membuka harapan sejumlah pihak bagi penambahan kuota jamaah haji Indonesia. Hal ini mengingat antrian haji di Indonesia yang sangat panjang, rata-rata lebih dari 17 tahun.

Selain kuota haji tahun ini yang kembali normal (211 ribu), Indonesia sendiri telah mendapatkan tambahan kuota sebanyak 10 ribu jamaah. Untuk itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak, masyarakat untuk menikmati terlebih dahulu tambahan kuota yang telah diberikan.

“Jangan tambahan kuota yang diberikan Pemerintah Saudi belum kita nikmati, kita sudah minta tambahan lagi. Kita pun tentu harus menenggang negara-negara lainnya karena tidak ada satupun negara yang mendapatkan tambahan kuota,” ujar Lukman, Selasa (28/02).

Menurutnya, problem penyelenggaraan haji bukan terkait tambahan kuota, tapi daya tampung dua kota suci di Saudi Arabia (Makkah dan Madinah), termasuk Arafah-Mina, yang sangat terbatas. “Kita harus punya pemahaman, persoalannya bukan tambahan kuota yang harus kita tuntut. Tapi bagaimana penyiapan sarana dan prasarana, fasilitas umum di sana sehingga jumlah jamaah haji yang banyak itu justru tidak menimbulkan ancaman selama mereka di sana,” ucap Lukman.

Sehubungan itu, Menag mengaku, akan terus mengusulkan peningkatan sarana prasarana dan fasilitas umum perhajian, khususnya di Arafah dan Mina. Kata Menag, puncak haji ada di Arafah dan juga di Mina, sementara kedua tempat tersebut wilayahnya terbatas, tidak bisa begitu saja diperluas karena ada ketentuan keagamaan.

“Inilah yang harus kita siasati dengan bagaimana fasilitas bisa ditingkatkan, tidak melebar tapi ke atas. Ini memerlukan kecermatan dan perencanaan yang matang,” ujarnya.

Meski demikian, bukan berarti Kementerian Agama akan menutup mata terhadap peluang adanya penambahan kuota. Menag mengatakan, bahwa pihaknya sedang terus memperjuangkan agar kuota yang tidak optimal terserap di beberapa negara itu bisa dimanfaatkan Indonesia. Sebab, lazim di setiap penyelenggaraan ibadah haji, ada beberapa negara yang kuotanya tidak terpakai seluruhnya.

 

sumber:Ihram.co.id

 

—————————————————————————
Umrah Resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
—————————————————————————

Alhamdulillah…Waiting List Haji Makin Pendek

Haji adalah rukun Islam yang kelima. Wajib bagi umat Islam yang mampu untuk mengadakan perjalanan ke Rumah Allah dan kondisi dalam keadaan aman. “…Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkar, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS Ali Imran: 97).

Karena itu, bagi yang mampu tentunya haji adalah wajib. Meski sekali pun dia harus mengendarai unta kurus dari tempat yang sangat jauh. Apalagi, seruan menunaikan haji ini pun telah difirmankan Allah SWT dalam surah al-Hajj ayat 27-29, yang artinya, “Serulah manusia untuk (melaksanakan) haji, niscaya mereka datang kepada engkau dengan berjalan kaki dan mengendarai unta-unta kurus yang datang dari segala penjuru yang jauh, agar mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang ditentukan atas rezeki yang Allah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan sebagian lagi berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka, dan juga hendaklah  mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka serta hendakalah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah tua (Baitullah) itu.”

Persoalanya, tak semua orang bisa menunaikan ibadah haji. Banyak faktor yang memengaruhi setiap umat Islam untuk bisa menjalankan ibadah rukun Islam kelima itu. Selain itu rahasia Allah SWT, tapi salah satu yang krusial adalah antrean untuk berangkat ke Tanah Suci, Makkah, yang cukup panjang hingga puluhan tahun dalam beberapa tahun terakhir.

Sebut saja, misalnya, Provinsi Sulawesi Selatan yang daftar tunggu (waiting list)nya hingga 41 tahun. Bahkan, yang terpendek pun, di Provinsi Bengkulu, calon jamaah haji harus menunggu bisa terbang ke Baitullah, hingga delapan tahun.

Tidak hanya Indonesia yang harus mengalami waiting list cukup panjang. Negara-negara pengirim jamaah haji lain pun harus juga mengalami hal serupa, seperti Malaysia yang hingga 40 tahun waktu tunggu berangkatnya.

 

Info: Download Aplikasi Cek haji dari gaget Android Anda, klik di sini!

 

“Bagi sebagian orang yang ingin berhaji, biaya bukan masalah karena yang reguler masa tunggunya sangat panjang,” kata CEO Madinah Iman Wisata Nuryadin Yakub.

Penundaan waktu terbang ibadah haji ini, tak dimungkiri sebagai dampak dari kebijakan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang memutuskan untuk memotong 20 persen bagi jamaah haji Indonesia maupun negara-negara lainnya sejak 2013. Langkah tersebut disebabkan adanya perluasan pembangunan fasilitas di Masjid al-Haram di Makkah yang dilakukan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Namun, kabar gembira kemudian muncul dari Arab Saudi. Itu setelah Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, yang juga Ketua Komite Haji, Putra Mahkota Muhammad Bin Naif, sepakat untuk mengembalikan kuota haji yang ada, sebelum pemotongan, pascaselesainya perluasan fasilitas di Masjid al-Haram. Dia pun berterima kasih kepada Raja Salman yang kembali menaikkan kuota baik bagi calon jamaah dari dalam maupun luar negeri.

Sebenarnya, kabar seputar pemulihan kuota haji telah mengemuka sejak beberapa waktu lalu. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah menyetujui peningkatan jumlah jamaah haji hingga menjadi sekitar 2,6 juta jiwa.

“Kabinet, sesuai arahan Penjaga Dua Masjid Suci, menyetujui peningkatan jumlah jamaah yang tinggal di Arab Saudi dan di luar negeri, sesuai dengan peraturan,” kata Menteri Kebudayaan dan Informasi Arab Saudi Adel al-Turaifi, seperti dilansir Gulf News.

Persetujuan ini mengingat, perluasan Masjid al-Haram sudah selesai sehingga mampu menerima lebih banyak jamaah haji. Kenaikan ini merupakan yang pertama sejak keputusan pengurangan kuota haji setiap negara sebesar 20 persen sejak 2013.

Langkah itu diambil sebagai antisipasi agar Masjid al-Haram tidak penuh sesak oleh jamaah. Masjid al-Haram saat ini sudah bisa menampung sekitar 48 ribu jamaah haji per jam. Saat pekerjaan konstruksi tengah dilakukan, kapasitas Masjid al-Haram memang menurun drastis, yaitu lebih dari setengahnya atau cuma mampu menampung 20 ribu jamaah haji per jam.

Setiap negara di dunia, memiliki kuota haji setidaknya 1.000 jamaah per 1 juta penduduk. Kontingen terbesar berasal dari Indonesia, yaitu 221 ribu jamaah. Meski begitu, Kerajaan Arab Saudi tetap melarang siapa pun melaksanakan ibadah haji lebih dari satu kali dalam kurun waktu lima tahun.

Alhamdulillah, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menepati janjinya mengembalikan kuota jamaah haji seperti semula pada musim haji tahun ini. Khusus untuk Indonesia, kuota pun dipulihkan dari 168.800 orang menjadi 211 ribu orang. Tidak hanya itu, Pemerintah Arab Saudi juga menambah kuota jamaah haji Indonesia sebanyak 10 ribu orang. Dengan demikian, kuota haji untuk Indonesia pada 2017 dari 168.800 menjadi 221 ribu.

“Indonesia memperoleh kenaikan sebesar 52.200,” ujar Presiden Joko Widodo, Rabu (11/1). Menurut Presiden, keputusan pemulihan serta penambahan kuota haji merupakan tindak lanjut dari kunjungannya ke Arab Saudi pada September 2015. Setelah itu, pertemuan dengan perwakilan Kerajaan Arab Saudi di Guangzhou, Cina, pada September 2016.

Dari proses tindak lanjut pertemuan tersebut, Pemerintah Arab Saudi, dalam hal ini, Menteri Haji dan Umrah Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, telah memutuskan untuk mengembalikan kuota normal haji bagi Indonesia. Karena itu, seiring dengan keputusan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, Presiden Jokowi menyampaikan persiapan haji 2017, bakal dilakukan lebih awal.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Kementerian Agama Abdul Djamil menjelaskan, penambahan tersebut merupakan pengembalian kuota yang sebelumnya dipotong 20 persen kepada Indonesia. Tak hanya itu, Indonesia mendapat kesempatan pertama untuk menandatangani kesepahaman dengan menteri haji yang isinya antara lain kuota itu dikembalikan ke kuota asalnya, jadi 211 ribu dan itu ditambah 10 ribu. “10 ribu itu hasil pembicaraan Pak Presiden bersama pihak terkait dengan pihak Arab Saudi, sehingga total kuota kita 221 ribu,” kata Djamil.

Dengan penambahan itu, saat ini, pihaknya juga terus melakukan sejumlah persiapan-persiapan. Persiapan mencakup untuk seluruh jumlah 221 ribu jamaah haji, baik persiapan dalam negeri maupun luar negeri. Untuk persiapan dalam negeri yakni berkaitan dengan embarkasi, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Sementara luar negeri mencakup akomodasi, transportasi, dan catering di Arab Saudi.

“Ya harus siap, kalau enggak, sia-sia itu kuota,” kata Djamil. Selain itu, penambahan kuota juga, beriringan dengan penambahan petugas penyelenggaraan haji. Dengan penambahan kouta membuat jumlah kloter haji juga bertambah menjadi sekitar 500 kloter di 13 embarkasi di seluruh Indonesia. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya yang hanya 385 kloter.

Masih dalam rangka persiapan, ke depan, Kemenag juga fokus pada tiga hal. Pertama, pembahasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dengan DPR RI. Setiap tahun, BPIH dibahas bersama dengan Komisi VIII DPR. Hasil pembahasan antara kedua belah pihak ini kemudian dibawa ke Presiden untuk diterbitkan Keputusan Presiden tentang BPIH.

Fokus kedua terkait persiapan kegiatan dalam negeri yang meliputi: pelunasan, konsolidasi dengan pihak terkait, persiapan embarkasi, manasik haji, dan lainnya. Dan fokus ketiga adalah kordinasi dengan instansi di Arab Saudi menyangkut akomodasi, transportasi, layanan armina, dan layanan lainnya.

Kemenag memang terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan bagi jemaah haji. Kemenag berharap indeks kepuasan jamaah haji Indonesia (IKJHI) yang pada 2016 naik 1,16 poin, akan semakin membaik pada 2017. Ada sembilan kategori layanan yang disurvei BPS kepada jamaah haji dan semuanya masuk dalam kategori memuaskan. Untuk layanan petugas kloter naik 0,91 point dibanding hasil survei 2015 menjadi 86,4. Demikian juga dengan layanan petugas nonkloter, naik 0,26 poin mejadni 84,27.

 

Perusahaan biro perjalanan haji dan umrah menyambut baik normalisasi kuota jamaah haji untuk musim haji 2017. Pasalnya, penambahan kuota tersebut diyakini mampu mempercepat antrean jamaah haji saat ini yang sudah sangat panjang.

Pemerintah Arab Saudi memulihkan kembali kuota haji lantaran renovasi Masjid al-Haram sudah selesai. Alhasil, kuota haji untuk Indonesia kembali pulih dari 168.800 (saat pengurangan kuota) menjadi 211 ribu. Bahkan untuk musim haji tahun ini ada penambahan kuota 10 ribu jamaah. “Ini prestasi pemerintah,” ujar CEO Madinah Iman Wisata, Nuryadin.

Penambahan kuota dinilai sudah semestinya ditambah. Pasalnya, antrean haji reguler di beberapa daerah. Misalnya di Makassar, sudah mencapai 20 tahun. Meski begitu, Nuryadin mempertanyakan, dari penambahan kuota tersebut, berapa prosentase untuk haji reguler dan ONH Khusus.

Dia berharap, penyelenggaraan haji tahun ini menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. “Semuanya serius. Semua pemangku yang terlibat proses ini total, fokus, ikhlas, dan jangan mengejar materi karena semua yang datang (ke Tanah Suci) adalah tamu Allah SWT,” kata Nuryadin.

Senanda, Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) mengapresiasi langkah Pemerintah Kerajaan Arab Saudi terkait normalisasi kuota haji. Sebab, dalam dua tahun belakangan (saat kuota dikurangi), pemerintah setempat kurang siap menyelenggarakan proses haji.

Sekretaris Jenderal AMPHURI Budi Firmansyah berharap Pemerintah Kerajaan Arab Saudi lebih mampu mengantisipasi sejumlah masalah sejak awal. “Terutama di Arafah dan Mina karena tidak ada tambahan tenda signifikan di sana,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia pun harus menjadi jembatan agar pelayanan haji terhadap para jamaah lebih baik daripada sebelumnya. Sejauh ini, Kementerian Agama dinilai sudah melakukan banyak hal untuk menjaga kenyamanan berhaji jamaah Indonesia. Meski begitu, AMPHURI tetap berharap agar penyelenggaraan haji menjadi lebih baik lagi. Wallahu’alam

 

Oleh: Wartawan Republika, Agus Yulianto

sumber:Republika Online

Arab Saudi Pulihkan Kuota Haji Tahun Ini

Pemerintah Arab Saudi telah memutuskan mengembalikan kembali kuota jamaah haji untuk tahun ini. Sebelumnya, pengurangan kuota jamaah haji telah diberlakukan selama lima tahun belakangan.

Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, yang juga Ketua Komite Haji, Putra Mahkota Muhammad Bin Naif, sepakat untuk mengembalikan kuota haji yang ada sebelum pemotongan. Dia pun berterima kasih kepada Raja Salman yang kembali menaikkan kuota baik bagi calon jamaah baik dari dalam maupun luar negeri.

Dia mengatakan, bahwa pihak yang berwenang telah melakukan persiapan untuk menerima jumlah tambahan calon jamaah untuk musim haji yang akan datang. Sebelumnya, otoritas yang berwenang memberlakukan pemotongan kuota 20 persen untuk calon jamaah dari luar negeri. Angka tersebut berlaku bagi masing-masing negara.

Sementara jumlah orang yang diizinkan untuk melakukan haji dalam Kerajaan Arab Saudi berkurang 50 persen. Pengurangan kuota tersebut untuk menjamin keamanan dan kenyamanan selama renovasi di sekitar Kabah dan beberapa proyek besar di tempat suci.

Muhammad bin Naif meminta, semua kementerian terkait bersiap-siap menerima sejumlah besar jamaah untuk haji mendatang. Dia memerintahkan, agar pemulihan kuota dilakukan secara bertahap.

Jumlah calon jamaah yang datang dari masing-masing negara akan ditentukan oleh Kementerian Haji dan Umrah. Namun, dia meyakinkan bahwa kuota setiap negara akan tetap utuh. Berdasarkan sistem kuota yang mulai berlaku pada dekade lalu, setiap negara diperbolehkan mengirimkan 1.000 warganya setiap musim haji.

Sejumlah perwakilan negara di Jeddah ikut mengapresiasi adanya pemulihan kuota haji. Salah satunya Konsul Jenderal India Mohammed Noor Rahman Sheikh. Menurut dia, itu adalah langkah besar. “Komite Haji India bisa mengakomodasi hanya seperempat dari pelamar setelah dipotong kuota. Kuota dikurangi untuk calon jamaah di bawah Komite Haji adalah 100.020 orang, tetapi jumlah pelamar melebihi 400 ribu orang tahun lalu,” ujarnya seperti dikutip Kashmir Reader, Ahad (8/1).

Sebanyak 136.020 jamaah India melakukan haji selama lima tahun terakhir setelah pengenaan pemotongan kuota pada 2012. Sebanyak 100.020 orang di bawah Komite Haji dan 36 orang lainnya datang melalui operator tur pribadi. Kuota India untuk haji 2012 adalah 170 ribu, tetapi kemudian pemerintah mengurangi kuota sebesar 20 persen.

 

sumber: Ihram.co.id


Download Aplikasi CEK HAJI, klik di sini!