Kalau Sudah Meremehkan Shalat, Bagaimana dengan Lainya?

Menegakkan shalat adalah menegakkan tiang agama, meremehkan shalat artinya meremehkan urusan agama

LUQMAN, sosok yang menarik untuk ditelusuri. Nasihatnya kepada anaknya diabadikan oleh Allah dalam Al-Quran.

وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS: Luqman: 13).

Ayat ini dimulai dengan sentakan “ingatlah tatkala”, menandakan bahwa apa yang disampaikan berikutnya teramat penting.  Apa saja intisari pesan Luqman? Berikut ini uraiannya:

Larangan Musyrik

Larangan mempersekutukan Allah SWT dengan yang lain adalah modal awal nasihat Luqman. Ini memang teramat penting untuk ditanamkan pertama-tama ke dalam jiwa seorang anak.

Dengan begitu maka jiwa dan pikirannya bersih, tidak ternodai oleh kepercayaan dan pemikiran yang miring. Kalau sejak awal jiwa anak dipenuhi keyakinan yang lepas dari Allah, sang anak akan tumbuh dalam keadaan tidak normal.

Artinya tidak dapat menelurkan pemikiran-pemikiran yang akurat, karena tidak bersumber dari pemikiran yang berhulu dari pusat eksistensi; yang memberi hidup dan menggerakkan seluruh makhluk. Pikirannya terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran liar yang bersumber dari makhluk-makhluk Allah yang liar pula.

Kalaupun orang tersebut dianggap jenius, itu termasuk kejeniusan liar. Tapi betapapun sederhana kehidupan seseorang, jika buah pemikirannya bersumber dari Allah, niscaya akan mendatangkan kemaslahatan untuk kemanusiaan dan bagi dirinya sendiri. Dan yang paling penting adalah semakin memperdekat jaraknya dengan Allah SWT.

Nama lengkapnya Luqman bin Anga’ bin Sadun dan anak yang dinasihatinya itu bernama Taran. Dia berasal dari orang biasa dari Habasyah (Ethiopia). Dalam sebuah kitab tafsir diceritakan, dia berkulit legam, berbibir tebal, dan bermuka buruk.

Dia bahkan pernah menjadi seorang budak. Tapi kenapa kata- katanya sangat diperhatikan oleh Allah?

Sesungguhnya yang jelek hanya sosi fisiknya, yang rendah hanya statuss nya alnya. Hati yang bertahta dalam diri air sangat bening, lebih bening daripada telaga.

Dari hati yang bening itulah yang mengalir untaian-untaian kalimat yang teramat penting untuk dasar-dasar pembentukan karakter dan perwatakan. Allah membuka tabir kehidupan sehingga Luqman mendapatkan ilmu hikmah.

Sebenarnya, dia hanya menasihati anaknya, bukan kepada orang lain. Tapi ternyata Allah mengabadikan nasihatnya itu, agar diketahui oleh banyak orang.

Nasihat selanjutnya adalah agar benas benar membersihkan kemusyrikan itu walaupan sebesar zarrah. Artinya, bila ada terbetik dalam hati yang membuat kita lupa menyadari kekuasaan Allah, maka harus segera dihilangkan. Meminta rezeki dan kesehatan selain kepada Allah sehingga lupa berdoa kepada-Nya, itu juga harus segera di singkirkan dari pikiran.

Mendirikan Shalat

يٰبُنَىَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَاۡمُرۡ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَانۡهَ عَنِ الۡمُنۡكَرِ وَاصۡبِرۡ عَلٰى مَاۤ اَصَابَكَ‌ؕ اِنَّ ذٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ الۡاُمُوۡرِ‌ۚ

“Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.” (QS: Luqman:17).

Menegakkan shalat adalah menegakkan tiang agama. Perannya begitu urgen. Imam Ahmad menjelaskan bahwa Umar Ibnu Khattab Radhiyallahu hu (RA) pernah mengirim surat kepada gubernur-gubernurnya sebagai berikut: “Wahai sekalian wali negeri, sesungguhnya tugas yang saya anggap paling penting yang harus kamu kerjakan dengan seksama adalah shalat.

Barangsiapa yang memelihara shalat maka dia telah memelihara agamanya. Orang yang menyia-nyiakan dan meremehkan shalat, maka di luar shalat pasti dia lebih menyia-nyiakannya.

Tidak ada bagian apa-apa dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat. Demikianlah gambaran pentingnya shalat baik dalam kehidupan individu, lebih- lebih dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Shalat, di samping mengerjakan sendiri, juga perlu mengajak dan menyuruh orang lain mengerjakannya.

Kepada Taran, Luqman menasihati agar mencegah orang melakukan kemungkaran dan tidak menutup mata terhadap segala bentuk kemunkaran. Tidak hanya asyik dengan keyakinan dan shalatnya, atau dengan kata lain tidak ada kepedulian terhadap masyarakat.

Sabar

Luqman mengingatkan agar anaknya memiliki kesabaran. Tidak ada urusan yang dapat berhasil tanpa kesabaran.

Itulah tiga hal pokok yang dikemukakan oleh Lugman. Jika kita cermati, terasa sekali bahwa di sinilah letak keberhasilan dan kegagalan proses pendidikan.

Keyakinan yang teguh kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukan dengan apapun, akan menelurkan sosok manusia yang andal dan paripurna. Manusia seperti ini akan hidup dengan langkah dan pandangan yang  pasti.

Contohnya adalah manusia-manusia yang menjadi murid Rasulullah ﷺ. Dengan modal keyakinan yang penuh kepada Allah, mereka meninggalkan kemusyrikan.

Mereka sungguh-sungguh menghadapi peperangan yang nyata-nyata di sana kematian menghadang. Mereka bukannya takut, bahkan berlomba-lomba menuju kematian itu.

Bagi mereka, kematian yang disebabkan karena membela agama Allah bukan sesuatu yang mengakhiri kehidupan, tapi merupakan awal dari kehidupan yang sebenarnya.

Di tengah gemerincing pedang dan lesatan-lesatan anak panah, mereka melihat taman surga yang lengkap dengan bidadarinya. Apalagi kalau sekadar mendapat tugas yang di luar peperangan.

Semuanya akan berjalan lancar dan penuh kehati-hatian. Karena bukan sesame manusia yang ditakuti, tapi pemilik dunia dan akhirat itulah yang ditakuti.

Keyakinan itu kemudian dipelihara lewat shalat yang baik. Umar Ibnu Khaththab telah mewanti-wanti para gubernurnya untuk menyadari pentingnya shalat. Bukan setoran kepada khalifah yang dingatkan, sektor keamanan, dan semacamnya. Tapi soal shalat.

Jika shalat telah dilaksanakan dengan baik oleh seluruh anggota masyarakat, terutama pembesar-pembesar negara, maka urusan yang lain pasti beres. Sebaliknya, kalau orang sudah meremehkan shalat , maka yang lain-lain pasti akan lebih disepelekan.

Kesabaran, sebagaimana disampaikan oleh Luqgman, adalah urusan yang sangat penting. Sabar adalah kunci kesuksesan. Lihatlah perjalanan hidup para penegak kebenaran.

Nabi Muhammad ﷺ sendiri pernah naik ke bukit ingin membuang diri, saking beratnya beban yang dipikul dan saking besarnya tantangan yang dihadapi. Namun akhirnya beliau lulus dari ujian yang terasa tak mampu dipikul itu.

Inilah yang harus ditanamkan secara sungguh-sungguh ke dalam jiwa setiap anak-anak. Inilah yang kelak dapat memancarkan cahaya keimanan ke seluruh penjuru.

Manakala anak hanya diantar untuk menguasai ilmu yang sifatnya kognitif, tanpa disentuh dengan penajaman spiritual, mereka akan kesulitan menghadapi kehidupan dunia yang kian lama kian rumit dan semrawut ini. Kita berharap anak-anak yang kita bina akan menjadi manusia-manusia yang siap hidup, dalam arti tidak ada permasalahan dunia yang tidak dapat dipecahkan.

Kita ingin anak-anak kita siap mati secara terhormat. Dengah begitu, dunia ini baginya hanyalah tempat transit yang perlu dimanfaatkan dengan baik. Jujur saja, kita rindu lahirnya generasi yang demikian itu.*/Manshur Salbu

HIDAYATULLAH