19 Tempat Bersejarah di Madinah yang Layak Dikunjungi Jamaah Haji dan Umrah

Yatsrib berganti  al-Madinah al-Munawwarah, yang berarti kota bercahaya setelah Nabi Muhammad hijrah, dan kini menyimpan tempat dan warisan bersejarah  

SECARA historis asal nama kota Madinah sebelum Islam adalah Yatsrib. Perubahan nama setelah Itu telah Baginda Nabi Muhammad ﷺ Hijrah, dan dinamailah Madinah, dari al-Madinah al-Munawwarah, yang berarti kota bercahaya.

Selama awal sejarah, sekitar abad ke-9 SM, suku Yahudi tinggal di Yatsrib. Kota Madinah sebelum Islam diisi penduduk yang berasal dari tragedi yang menimpa di masa Nabi Nuh AS. Diceritakan bahwa sebagian umat Nabi Nuh itu tenggelam terbawa banjir besar, termasuk putra Nabi Nuh, Kan’an. (dalam Al-Madinah al-Munawwarah fi at-Tarikh: Dirasah Syamilah, Abdussalam Hasyim Hafidz).

Kota Madinah juga dihuni oleh dua suku dominan, yaitu Arab dan Yahudi. Kedua bangsa itu datang ke Yatsrib setelah penduduk yang terdahulu dari Suku Amaliqah punah.

Suku-suku Yahudi terkemuka di sana adalah Bani Quraizah, Bani Nadir, dan Bani Qunaiqa. Selain itu, ada pula Suku Aus dan Khazraj, dua suku Arab terkemuka di Yaman yang telah menetap di Madinah jauh sebelum datangnya agama Islam.

Kabilah Aus menempati wilayah dataran tinggi di selatan dan timur, sedangkan kabilah Khazraj tinggal menempati wilayah dataran rendah di utara Madinah. Pemeluk Nasrani ini adalah keturunan kabilah besar Yaman yang bernama Bani Azd.

Bani Aus dan Bani Khajraj ialah dua kabilah pemeluk agama Nasrani, merupakan imigran dari Yaman setelah terjadi bencana pecahnya bendungan Ma’rib. Bani Aus dan Khazraj telah berperang satu sama lain selama lebih dari 120 tahun.

Salah satu perang terhebat adalah Perang Buats yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, terjadi pada tahun kelima sebelum peristiwa Hijrah.

Pada perang ini, pemimpin dari kedua kabilah ini tewas. Saat itu, Bani Aus didukung oleh Yahudi Bani Quraidhah dan Bani Nadzir, sementara Bani Khajraj didukung oleh Yahudi Bani Qainuqa.

Namun setelah kedatangan Nabi ﷺ, suku-suku ini menyambut umat Islam dengan tangan terbuka, memeluk Islam dan mengakhiri perang selama seabad.

Pasca peristiwa Piagam Madinah, hampir tidak ada lagi penyebutan Bai Aus dan Bani Khazraj. Oleh Nabi Muhammad, kedua pihak sama-sama disebut sebagai Kaum Anshar.

Masjid Nabawi menjadi tempat paling suci kedua dalam agama Islam, setelah Masjidil Haram di Mekkah. Shalat di Masjid Nabawi memiliki keutamaan yang besar sebagaimana dijelaskan oleh Rasûlullâh ﷺ:

صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ، إِلَّا المَسْجِدَ الحَرَام

“Satu shalat di masjid saya ini lebih baik daripada seribu shalat ditempat lain, kecuali Masjidil Haram.” (HR: Al-Bukhâri dan Muslim).

  • Makam Rasulullah ﷺ dan Kubah Hijau

Makam Rasulullah ﷺ adalah tempat di mana Nabi Muhammad ﷺ dimakamkan berdekatan dua sahabatnya, ada Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khattab.

Di Masjid Nabawi juga populer Kubah Hijau, bangunan penting yang terletak di sudut tenggara Masjid Nabawi di Madinah.  Kubah Hijau adalah kubah berwarna hijau yang dibangun tepat di atas makam Nabi Muhammad ﷺ.

Kubah Hijau tidak ada pada masa Nabi Muhammad. Bagunan ini yang juga dikenal “Kubah Nabi” atau “Kubah Masjid Nabawi” dibangun dan dicat hijau pertama kali tahun 1253 H (1837 M) oleh Sultan Abdul Hamid Al-Utsmani.

  • Raudhah

Raudhah adalah area di dalam Masjid Nabawi yang diyakini sebagai taman surga. Tempat ini menjadi tempat ziarah penting bagi umat Islam dari seluruh dunia.

Baginda Nabi ﷺ bersabda:

مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الجَنَّةِ

“Tempat yang terletak diantara rumah saya dan mimbar saya adalah salah satu di antara taman-taman surga.” (HR: Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain disebutkan, rumah yang dimaksud adalah rumah Ibunda Aisyah Radhiyallahu anhuma, yakni rumah tempat Baginda Nabi ﷺ wafat dan sekarang menjadi makam beliau.

  • Makam Baqi’

Makam Baqi’ adalah tempat pemakaman yang berisi makam para sahabat Nabi Muhammad ﷺ dan keluarganya.

  • Masjid Quba

Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad ﷺ di Kota Madinah. Masjid ini terletak sekitar 3 km di sebelah selatan Masjid Nabawi dan menjadi tempat ziarah penting bagi umat Islam.

Di tempat tersebut dimakamkan para keluarga dan sahabat Nabi Muhammad, keluarga beliau, serta para tabiin dan tabiuttabiin. Di antara mereka adalah; As’ad bin Zararah, Utsman bin Mazoun, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Aisyah, Fatimah az-Zahra, dan lainnya

Keistimewaan dari makam Baqi adalah penghuni makam Baqi termasuk yang pertama kali akan dibangkitkan dari dalam kubur, yaitu setelah Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar.

  • Jabal Uhud

Jabal Uhud adalah sebuah bukit di luar Kota Madinah yang menjadi tempat pertempuran antara pasukan Muslim dan pasukan kafir Quraisy pada hari Sabtu, 23 Maret 625 M (7 Syawal 3 H), setahun lebih seminggu setelah Perang Badar.

Di sini terdapat 70 syuhada dari Sahabat Nabi dan makam Hamzah, paman Nabi Muhammad ﷺ.

  • Masjid Qiblatain

Masjid Qiblatain adalah masjid yang memiliki dua kiblat. Qiblatain artinya dua kiblat. Kiblat pertama yang menghadap ke Masjidil Haram di Makkah dan kiblat kedua yang menghadap ke Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis (di Palestina).

Masjid ini terletak sekitar 7 km di sebelah timur laut Masjid Nabawi dan menjadi tempat ziarah penting bagi umat Islam. Awalnya, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Bani Salimah, karena dibangun di perkampungan Bani Salimah.

Ketika Nabi di Makkah Nabi shalat menghadap Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha) sekaligus menghadap kiblat. Yaitu Nabi menghadap ke utara dan dipaskan sekaligus menghadap kiblat.

Ibnu Ábbas berkata :

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَهُوَ بِمَكَّةَ نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ، وَالْكَعْبَةُ بَيْنَ يَدَيْهِ

“Rasulullah ketika di Makkah shalat menghadap Baitul Maqdis sementara Ka’bah di hadapan beliau.” (HR: Ahmad).

Hal ini dilakukan Nabi sekitar 16 atau 17 bulan. Lalu Allah memerintahkan untuk merubah kiblat ke arah Ka’bah. Allah berfirman :

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS: Al-Baqarah: 144)

  • Khandak atau Masjid Khamsah

Khandak atau Masjid Khamsah adalah tempat di mana Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya membangun parit untuk melindungi Kota Madinah dari serangan musuh.

Lokasinya terletak di Gunung Sila’, masih di sekitar Madinah. Masjid ini dibangun untuk mengenang dan menghormati jasa pejuang dan syuhada saat Perang Khandak.

  • Masjid Jummah

Masjid Jummah adalah masjid yang menjadi tempat shalat Jumat pertama di Kota Madinah.

  • Masjid Ghamama

Masjid Ghamama adalah masjid yang menjadi tempat Nabi Muhammad ﷺ melaksanakan shalat istisqa’ atau shalat meminta hujan.

  • Masjid Abu Bakar

Masjid Abu Bakar adalah masjid yang dibangun di atas rumah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang menjadi khalifah pertama umat Islam.

  • Masjid Ali

Masjid Ali adalah masjid yang dibangun di atas rumah Ali bin Abi Thalib, sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang menjadi khalifah keempat umat Islam.

  • Kota Al Ula

Kota Al Ula adalah kota bersejarah yang terletak sekitar 400 km di sebelah barat daya Kota Madinah. Kota ini memiliki banyak situs bersejarah seperti Al-Hijr, Madain Saleh, dan Qasr Al Farid.

Al Ula adalah ibu kota Lihyanites Kuno (Dedanites). Lokasinya terletak 300 km di sebelah utara Madinah.

Kemudian antara abad ke-5 hingga abad ke-2 SM, Al Ula dihuni oleh Kerajaan Lihyan yang dipimpin oleh Dinasti Nabatean.  Dinasti Nabatea berkuasa hingga sekitar tahun 106, sampai ibu kota mereka, Petra, ditaklukkan oleh bangsa Romawi.

Pada abad ke-7 hingga abad ke-6 SM, wilayah ini diduga dihuni kaum Tsamud dari Kerajaan Dedanite. Kota ini menjadi kota yang paling dihindari Baginda Nabi Muhammad ﷺ, karenanya dianggap sebagai kota terkutuk.

  • Kota Madain Saleh

Kota Madain Saleh adalah kota bersejarah yang terletak sekitar 400 km di sebelah barat daya Kota Madinah. Mada’in Saleh, yaitu situs arkeologi yang dibangun lebih dari 2.000 tahun lalu oleh orang-orang Nabatean, dan diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Menurut sejarah, dulunya, wilayah ini sangat subur dan hijau, hingga penduduknya memiliki hasil panen yang cukup setiap tahunnya. Namun kekayaan alam yang melimpah membuat kaum Tsamud sombong dan berlaku kejam, suka menyiksa dan membunuh orang miskin.

Nabi Saleh AS kemudian diutus untuk membimbing mereka. Sebagian ikut Nabi Nuh, namun yang lain menolaknya, bahkan dua dari mereka membunuh unta yang tidak bersalah.

Sebagai hukuman untuk ini, Allah mengirimkan gempa bumi di tengah malam, yang membuat mereka semua mati, dan tidak ada yang bangun lagi.  Hal ini tertuang dalam Al-Quran;

فَأَخَذَتْهُمُ ٱلرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دَارِهِمْ جَٰثِمِينَ

“Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.” (QS: Al A’raf:78).

Nabi ﷺ sangat menghindari wilayah ini, yang masih satu wilayah di Kota Al Ula.

  • Jalur Kereta Api Hijaz

Proyek kereta api ini selesai pada awal abad ke-20 dan didanai oleh dunia Islam. Ini adalah salah satu proyek yang sukses pada masa pemerintahan Abdul Hamid II, Sultan Ustmani (Ottoman).

Jalur Kereta Api Hijaz ini dibangun pada tahun 1908 untuk menghubungkan antara Damaskus ke Madinah dan digunakan untuk mengangkut jamaah haji ke kota suci.

Jalur ini dibangun melalui wilayah Hijaz di Arab Saudi modern, dengan jalur cabang ke Haifa di Laut Mediterania. Kereta api terdiri dari 32 stasiun, banyak di antaranya saat ini berada di Arab Saudi.

Proyek pembangunan lintasan ini membutuhkan waktu 8 tahun, membelah medan pegunungan yang gersang dari Damaskus ke Madinah. Total biaya kereta api diperkirakan 4 juta lira Utsmani (Ottoman) (sekitar 570 kg emas), setara dengan hampir 20 persen dari seluruh anggaran Ottoman saat itu.

Kereta Api Hijaz mencapai Madinah dan diresmikan dengan sebuah upacara pada tahun 1908. Jalan kereta api sepanjang 1.464 kilometer, dengan panjang rel mencapai 1.900 kilometer.

Kereta Api Hijaz rusak parah selama Perang Dunia Pertama (1914-1918) oleh Lawrence of Arabia dan Pemberontakan Arab. Namun, sebagian dari Kereta Api Hijaz masih ada, dan sebagian masih berfungsi.

  • Wadi Al-Aqeed

Wadi Al-Aqeeq, dibangun pada masa Nabi Muhammad ﷺ. Baginda Nabi ﷺ menyebutnya “lembah yang diberkahi”.

Menurut sejarah Islam, saking suburnya wilayah ini, beberapa tempat dibangun di tepian Wadi Al-Aqeeq , terutama pada masa Abbasiyah dan Umayyah. Bahkan, tidak jarang melihat peternakan, kebun, dan rumah-rumah besar di wilayah Wadi Al-Aqeeq.

Dari sekian banyak istana yang dibangun di lembah tersebut, beberapa di antaranya dikatakan milik sahabat Nabi Muhammad ﷺ, termasuk Urwah bin Zubair (RA). Sumur Urwah merupakan sumur terkemuka yang dibangun di atas Wadi Al-Aqeeq dengan maksud untuk menimba air dari Jabal Eir guna menyuplai air bagi warga setempat.

  • Sumur Raumah

Sumur Raumah merupakan sumur hasil wakafkan Sahabat Utsman bin Affan terletak di Madinah. Sumur tersebut awalnya dimiliki oleh seorang Yahudi dan menjadi satu-satunya sumber air bersih di Madinah saat terjadi kekeringan.

Utsman bin Affan kemudian membeli seluruh sumur tersebut dengan harga yang tinggi dan kemudian mewakafkannya untuk umat Muslim. Setelah diwakafkan, sumur tersebut dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk si pemilik lama Yahudi secara gratis.

Sumur Raumah merupakan salah satu situs sejarah di Madinah yang layak dikunjungi. Sumur tersebut terletak di Madinah, tepat di sebelah Masjid Qiblatain. Sumur ini juga dikenal dengan nama Sumur Wakaf Utsman bin Affan dan masih digunakan sampai sekarang.  

  • Museum Al-Madinah

Museum ini memamerkan sejarah dan budaya Madinah, termasuk artefak dari zaman Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Lokasi Museum Al-Madinah ada di Jalan Omar Ibnu Alkhtab, As Suqya, Al-Madinah 42315, Arab Saudi, tidak jauh dari Masjid Nabawi, dan dekat dengan Stasiun Kereta Haramain.

Museum ini memamerkan sekitar 2.000 artefak langka yang menangkap warisan dan budaya Madinah dan mendokumentasikan lanskap, orang-orangnya, dan bagaimana bentuknya selama bertahun-tahun. Museum ini didirikan pada tahun 1983 sebagai proyek untuk mengubah Stasiun Kereta Api Al-Hijaz yang didirikan pada tahun 1908 menjadi sebuah museum bernama Museum Al-Madinah.

  • Percetakaan Al-Quran

Kompleks Percetakan Al-Quran Raja Fahd terletak di Madinah, Arab Saudi. Kompleks ini terletak di jalan utama Tabuk di kota Madinah.

Ini adalah mesin cetak khusus yang mencetak lebih dari 10 juta eksemplar Al-Qur’an setiap tahun. Kompleks ini menggunakan teknologi dan peralatan canggih untuk mencetak Al-Quran berkualitas tinggi.

Seluruh mesin cetak dimekanisasi, dan pekerjaan dilakukan dengan sangat presisi. Kompleks ini didirikan pada tahun 1985 dan telah menerbitkan 55 terjemahan Al-Quran yang berbeda dalam 39 bahasa.

Percetakaan ini menawarkan Al-Quran berbahasa Arab, bacaan, pencarian tekstual, terjemahan, gambar manuskrip Al-Quran awal, dan komentar tafsir. Kompleks ini terbuka untuk pengunjung, dan orang dapat mengambil salinan Al-Qur’an secara gratis.

Kompleks percetakan ini merupakan salah satu tempat percetakan Al-Quran terbesar di dunia dan memiliki lebih dari 1.700 karyawan.*

HIDAYATULLAH

12 Tempat Bersejarah di Makkah yang Layak Dikunjungi Jamaah Haji dan Umrah

Bagi peziarah atau jamaah haji atau umrah, perlu mengenali tempat-tempat bersejarah di Makkah, merupakan bagian dari perjalanan Baginda Nabi Muhammad ﷺ memperjuangkan dakwah Islam

BAGI para peziarah atau jamaah haji atau umrah, Anda perlu mengenali tempat-tempat bersejarah di Makkah, yang merupakan bagian dari perjalanan Baginda Nabi Muhammad ﷺ dalam berdakwah.

Di tempat ini, terdapat beberapa tempat bersejarah peninggalan atau jejak Nabi Muhammad ﷺ yang menjadi tempat ziarah penting bagi orang-orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah.

Di mana sajakah tempat tempat itu? Inilah tempat bersejarah penting di Makkah sebagaimana berikut:

Tempat-Tempat Bersejarah di Makkah al-Mukarramah

Seperti kia ketahui, Makkah adalah tempat Nabi Muhamnnad ﷺ dilahirkan dan diangkat menadi nabi. Di tempat ini pula beliau melakukan dakwah untuk pertama kalinya secara sembunyi-semburnyi kepada keluarga dekat dan saudara-saudara beliau.

Karena itu, tak heran jika di Makkah al Mukarramah terdapat banyak sekali tempat bersejarah peninggalan beliau yang harus kita kunjungi untuk memperdalam kecintaan kita kepada beliau. Di bawah ini tempat-tempat bersejarah penting;

  • Rumah Kelahiran Nabi

Tempat bersejarah peninggalan Nabi Muhammad ﷺ yang pertama adalah rumah tempat beliau dilahirkan. Tempat ini berada di daerah “Sugul Lail, arah bagian tempat sa’i di Masjidil Haram.

Di situlah, Nabi Muhammad ﷺ dilahirkan pada hari Senin, 12 Rabi al Awal571 M yang dikenal dengan Tahun Gajah. Diriwayatkan, bahwa dahulu di tempat itu diadakan berbagai acara untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad ﷺ yang dilakukan oleh para pejabat kota Makkah.

Antara lain, dengan berziarah ke tempat kelahiran Nabi Muhammad ﷺ pada hari kelahirannya itu. Sebab, di tempat ini, telah dibangun sebuah masjid untuk melaksanakan shalat.

Pada masa Pemerintahan Abbasiyah, pada tahun 666 H, di tempat itu dibangun gedung yang lebih megah dan baik oleh Khalifah Malik al-Muzaffar. Belakangan, bangunan itu dihancurkan.

Dan, terakhir, di situ didirikan satu bangunan untuk perpustakaan umum (maktabah). Tetapi, tampaknya bangunan itu sekarang sudah tidak berfungsi lagi. 265

  • Masjid Jin

Masjid Jin terletak di kawasan pemakaan Ma’la. Dinamakan Masjid Jin karena di tempat tersebut, pernah para jin berbaiat kepada Nabi Muhammad ﷺ Dan, Masjid ini ada kaitannya dengan asbabun nuzul (QS: al-Jin (72) ayat l-2).

قُلۡ اُوۡحِىَ اِلَىَّ اَنَّهُ اسۡتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الۡجِنِّ فَقَالُوۡۤا اِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡاٰنًاعَجَبًا

يَّهۡدِىۡۤ اِلَى الرُّشۡدِ فَاٰمَنَّا بِهٖ‌ ؕ وَلَنۡ نُّشۡرِكَ بِرَبِّنَاۤ اَحَدًا

“Katakanlah (Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan),” lalu mereka berkata, “Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur’an),  (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami..” (QS: Al-Jin: 1-2).

Masjid Jin terletak di dekawat kawasan pemakaman Ma’la

Dalam riwayat Tirmidzi (kitab Sunan nya, hadits no. 2861), diceritakan bahwa Nabi Muhammad ﷺ membuat garis batas antara Ibnu Mas’ud di tempat ini seraya bersabda, “Jangan meninggalkan garismu.”

  • Pemakaman Ma’la

Tempat bersejarah berikutnya di Makkah al-Mukarramah adalah Pemakaman Ma’la. Pemakaman Ma’la adalah pekuburan umum di Makkah yang letaknya tidak jauh dari Masjidil Haram, kurang lebih 1 km ke arah barat, yakni di kawasan Hajun.

Orang-orang yang meninggal di Makkah, baik jamaah haji atau umrah maupun orang yang tinggal di sana, dimnakamkan di pemakaman umum ini. Bahkan, di pemakaman inilah, istri pertama Nabi Muhammad ﷺ, Ummi Siti Khadijah, dimakamkan.

Pemakaman Ma’la sudah cukup lama, yakni sejak masa Nabi Muhammad ﷺ Dan, dalam sebuah hadits, beliau pernah bersabda, “Alah akan membangkitkan dari bumi ini-Pemakaman Mala-sebanyak 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab (perhitungan dosa).

Setiap orang dari mereka dapat membawa (membantu) sebanyak 70.000 orang Walah nereka cerah dan bersinar bagaikan bulan purnama….” (HR. Abu Hafs).

Telah lamanya umur pemakaman dapat dilihat dengan ditemukannya makam istri Nabi Muhammad ﷺ Siti Khadijah, dan kedua putranya, Qasim dan Abdullah. Demikian pula para sahabat ternama, antara lain Abdullah bin Umar, Abdulah bin Zubair.

Yasir bin bin Amar, Asma’ binti Abu Bakar ash Shiddiq, Abdullah bin Amr bin Ahs, dan lain-lain. Menurut Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki, sebagaimana dikutip H. Muslim Nasution, tidak kurang dari 45 sahabat nabi yang gugur dan dimakamkan di Pekuburan Mala.

  • Gua Hiro atau Jabal Nur

Seperti kita ketahui, gua ini sangat terkenal dalarn sejarah Islam. Sebab, di dalam gua inilah, Nabi Muhammad ﷺ diangkat menjadi rasul. Di gua ini pula, ayat al-Qur’an yang pertarma turun, yakni surat al-Alaq ayat 1-5. Bahkan, sebelum menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad ﷺ menjadikannya (Gua Hira) sebagai tempat beribadah dan mengasingkan diri dari berbagai kerusakan moral penduduk Makkah. Oleh karena itu, tak heran jika Gua Hira menjadi salah satu tempat bersejarah Nabi Muhammad ﷺ yang penting untuk kita kunjungi.

Di dalam gua, hanya bisa didiami sekitar 5 orang. Tinggi gua hanya sebatas orang berdiri. Seandainya tidak ada bangunan yang tinggi di Masjidil Haram, dari mulut gua bagian belakang dapat melihat Ka’bah (Masjidil Haram).

Pada musim haji, tidak sedikit jamaah haji yang menyempatkan diri untuk naik ke Jabal Nur, mengunjungi dan menyaksikan Gua Hira. Walaupun dalam syariat tidak ditemukan perintah untuk mendatanginya, namun sebagian jarmaah berusaha untuk sampai di Gua Hira.

  • Gua Tsur

Tempat sejarah berikutnya adalah Gua T’sur. Gua ini menjadi penting karena di situlah Nabi Muhammad ﷺ dan Abu Bakar Shiddiq bersembunyi selama tiga hari, melarikan diri dari kejaran dan ancaman pembunuhan kaum kafir Makkah.

Setelah hari ketiga di Gua Tsur, Nabi Muhammad ﷺ melanjutkan perjalanannya menuju Madinah. Kini, rombongan itu menjadi tiga orang, sebab ada seorang penunjuk jalan yang menyertai kepergian Nabi Muhammad ﷺ dan Abu Bakar.

Gua T’sur terletak di puncak Jabal T’sur, letaknya sekitar 7 km dari Masjidil Haram arah ke Thaif, sebelum Arafah dari arah Kudai. Gunung Tsur terdiri atas 3 puncak yang bersambungan dan berdekatan.

Gua Tsur terletak pada puncak bagian yang ketiga. Gua yang terdapat di atas Gunung Tsur memiliki dua pintu; yang satu terdapat di bagian depan dan yang kedua di bagian belakang bila dilihat.

Bentuk gua ini tidak ubahnya seperti wajah/kuali yang ditelungkupkan, Peristiwa Nabi Muhammad ﷺ dan Abu Bakar di gua ini diabadikan oleh Allah Swt dalam frman Nya:

إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلسُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِىَ ٱلْعُلْيَا ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS: at Taubah (9): 40):

  • Ji’rana

Ji’rana merupakan salah satu tempat miqat (tempat dimulainya pakaian ihram), yakni memulai niat ihram bagi yang tinggal atau berada di Tanah Haram jika akan melaksanakan umrah. Miqat Ji’rana ini dikgal juga dengan sebutan “Miqat Tijali”, artinya miqat laki-laki.

Sebab, dari sinilah, Nabi Muhammad ﷺ dan sahabat-sahabatnya pernah memulai niat umrah mereka. Jaraknya sekitar 19 km dari Masjidil Haram.

Sejatinya, Ji’rana adalah nama panggilan seorang wanita Suku Quraisy yang bernama Ra’thah binti Ka’bah. Karena keunikan wanita ini, hingga Allah Swt. mengabadikannya dalam firman-Nya:

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّتِى نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَٰثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَٰنَكُمْ دَخَلًۢا بَيْنَكُمْ أَن تَكُونَ أُمَّةٌ هِىَ أَرْبَىٰ مِنْ أُمَّةٍ ۚ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ ٱللَّهُ بِهِۦ ۚ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ مَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.” (QS: An-Nahl 91).

  • Tan’im

Tan’im adalah suatu bagian dari kota Makkah dan merupakan batas Tanah Haram yang terdekat di kota itu, jaraknya sekitar 5 km dari Masjidil Haram. Di Tan’im, terdapat sebuah masjid yang terkenal dengan nama Masjid Tan’im, atau juga disebut Masjid Aisyah, istri Rasulullah ﷺ

Di Masjid itulah, orang-orang yang akan berumrah memulai niat umrahnya, karena di situ tempat miqat. Dinamakan Masjid Aisyah karena pada tahun ke-9 Hijriah- bertepatan dengan Haji Wada Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq sedang uzur (haid) sehingga tidak bisa melaksanakan umrah bersana-sama.

Dalam suatu riwayat, diceritakan bahwa ketika sedang datang bulan, Aisyah diperbolehkan melaksanakan semua rangkaiarn manasiknya, kecuali nelakukan thawaf (ifadhah).

Jabir mengatakan,”Begitu suci (dari haidh), Aisyah melaporkan kepada Rasulullah ﷺ hendak mengerjakan thawaf. Kata Aisyah, Anda semua telah mengerjakan umrah dan haji, sedangkan aku baru mengerjakan hajinya. Lalu, Rasulullah memerintahkan Abdurrahman bin Abu Bakar (saudara laki-laki Siti Aisyah) untuk mengantarkan ke Tan’im guna melaksanakan umrah, yakni setelah mengerjakan haji pada bulan Dzulhijah.”

Masjid Aisyah sering kali direnovasi dari masa ke masa. Dari pemerintahan satu ke pemerintahan lainnya, sampai pada masa pemerintahan Malik Fahd bin Abdul Aziz (Saudi Arabia).

Pada masa pemerintahan Arab Saudi, khususnya pada masa almarhum Fahd bin Abdul Aziz, masjid ini dibangun dengan menghabiskan dana yang sangat besar, yaitu utäng lebih SR 100 juta. Sedangkan, Iuas masjid ini sekitar 6000 m2, dengan luas keseluruhan kira-kira 84.000 m2 dilengkapi dengan berbagai fasilitas agar memuudahkan orang yang sedang melaksanakan umrah.

  • Masjid Al-Khif

Tempat bersejarah berikutnya adalah Masjid Al-Khif. Masjid ini terletak di Mina, tidak jauh dari Junrah Ula, sebelah kanan dari arah Makkah, dan sebelah kiri dari arah Arafah.

Dalam riwayat, dikatakan bahwa tidak kurang dari 70 Nabi pernah shalat di Masjid Al-Khif. Di lokasi inilah, Nabi Muhammad ﷺ berkemah dan shalat berjamaah bersama sahabatnya ketika nelaksanakan Haji Wada’.

Di bawah salah satu kubahnya yang besar, kaum muslimin selalu berebut untuk shalat. Sebab, di situlah dahulu Nabi Muhammad ﷺ melaksanakan setiap kali shalat.

Masjid Al-Khif menjadi lebih penting bagi kaum muslimin karena Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda, yang artinya: “Janganlah engkau bersusah payah untuk berjalan, kecuali ke tiga masjid, yaitu Masjid Al-Khif, Masjidil Haram, dan masjidku ini (Nabawi).” (HR: Thabari).

Karena ramai dan padatnya orang berada di Masjid Al-Khif, terutama pada musim haji, maka pemerintah Arab Saudi membangun masjid ini dengan luas banguan 120.000 m yang dapat menampung jamaah sekitar 350.000 orang, dihiasi dengan 6 menara berketinggian 60 m, dan pintu sebanyak 64 buah.

Masjid ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, termasuk ruangan untuk siaran radio dan televisi.

  • Bukit Shafa dan Marwa

Shafa adalah bukit kecil yang berada pada jarak kurang lebih 130 m sebelah selatan (agak ke kiri) dari Masjidil Haram. Sekarang, di atas bukit ini, sudah dibangun atap bulat berbentuk kubah. Bukit inilah (Shafa) yang dalam syariat digunakan sebagai tempat bermulanya ibadah sa’i.

Sedangkan Marwah adalah bukit kecil dari batu api atau geretan, yakni batu putih keras. Berada pada jarak sekitar 300 M arah timur laut dari Rukun Syami pada Ka’bah. Bukit Marwah ini menjadi tempat penghabisan sa;i sebelah utara, dan merupakan salah satu dari syiar-syiar haji.

  • Masjid Haram

Masjid ini menjadi istimewa karena Allah Swt. Memberikan keutamaan dengan melipatgandakan 100.000 kali pahala siapa saja yang shalat di tempat ini, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ

Dari Jabir, Nabi ﷺ bersabda,

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR: Ahmad, Ibnu Majah).

Di dalam Masjidil Haram, selain Kabah, juga terdapat makam (batu tempat berdiri) Ibrahim, Hijir Ismail, sumur zamzam, Bukit Shafa dan Marwa sebagai tempat sa’i dan tempat bersejarah lain di sekitarnya.

Pintu masuk Masjidil Haram yang jumlahnya banyak itu diberi nama. Di beberapa sisi, di atas pintu-pintu tersebut, terdapat jam digital dan penunjuk temperatur udara. Nama pintu tersebut adalah; Shafa, Darul Arqam, Ali, Abbas, Nabi, Babussalam (Satu dari pintu utama yang terkenal), Bani Syaibah, Hujun, Mudda’a, Ma’la, Marwa, Quraisy, Algadisiyah, Aziz Thuwa, Umar bin Abdul Aziz, Murad, Hudaibiyah, Babussalam Jalid, Qararah, Alfatah, Faruq Umar, Abu Bakar ash-Shiddiq, Hijirah, Ummi Hani, Ibrahim, Wada’, Malik Abdul Aziz, Ajiyad, Bilal, Hunain, Ismail, dan sebagainya.

Masjidil Haram mempunyai tiga lantai dan 9 menara. Pintu-pintu tersebut biasanya dipakai oleh jamaah untuk janjian ketemu.  Misalnya, suami-istri terpisah karena thawaf.

Maka, paling tepat berjanji bertemu di salah satu pintu tersebut. Biasanya, yang dijadikan lokasi bertemu adalah pintu utama, yaitu Babussalam.

  • Padang Arafah

Arafah adalah daerah terbuka dan luas di sebelah tímur luar kota suci umat lslam di Makkah, Arab Saudi. Di padang yang luas ini, pada satu hari (siang hari), tanggal 9 Dzulhijah, berkumpul lebih dari 2 juta umat Islam dari berbagai  pelosok dunia untuk melaksanakan inti ibadah haji, yaitu ibadah wukuf.

Ada beberapa tempat utama di Arafah yang selalu dijadikan kunjungan jamaah haji, yakni:

  • Jabal Rahmah, sebuah tugu peringatan yang didirikan untuk mengenang tempat bertemunya nenek moyang manusia, Nabi Adam dan Siti Hawa, di muka bumi.
  • Masjid Namira.
  • Sumur Zamzam

Sumur Zamzam itu sendiri terletak 20,60 meter dari Hajar Aswad. Mulut sumur berada 1,56 meter di bawah pelataran thawaf. Bagi yang mermperhatikan, posisinya berada di samping Maqam Ibrahim, dipelataran thawaf ada lingkaran bergaris hitam bundar berlukiskan “Sumur Zamzam”, tepat di bawah lingkaran itulah letak sumur Zamzam.

Bagi orang yang ingin menyaksikannya langsung dari jarak dekat, bisa turun ke bagian bawah melalui tangga yang terletak di bagian belakang thawaf arah tempat sa’i.  Penelitian menemukan posisi sumur Zamzam ini, ternyata dalamnya mencapai 30 meter dari permukaan atas sumur hingga ke dasarnya.

Kedalamannya terbagi dua: bagian atas dalamnya 12,80 meter dan bagian bawah dalamnya 17,20 meter. Adapun diameter lingkaran luasnya tidak dalam ukuran yang sama, berkisar antara 150 mneter hingga 2,50 meter.

Air Zamzam adalah air istimewa bagi yang meminumnya, ini sudah banyak diulas dalam hadist Nabi. Selain banyak khasiat, Said Bakdasy dalam bukunya yang berjudul Fadhl Ma’ Zamzam merupakan salah satu mata air dari berbagai mata air yang ada di surga.

Air zamzam adalah air terbaik di dunia ini. Zamzam adalah nama mata air di Masjidil Haram di Mekkah. Munculnya mata air ini sudah ada sejak zaman Nabi Ismail dan Ibrahim AS ketika Allah SWT secara khusus menganugerahkan kepada Nabi Ismail dan ibunya ketika air yang mereka bawa habis di Mekkah yang tandus saat itu.

Al-Munawi menyatakan bahwa air Zamzam adalah yang terbaik dari segala air, air yang paling dimuliakan, berharga dan disukai banyak orang. Digali oleh malaikat Jibril dan airnya diberikan kepada Nabi Ismail AS.

Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa air Zamzam memiliki keistimewaan seperti mengenyangkan dan obat segala penyakit. Selain itu, itu juga merupakan air terbaik yang dapat ditemukan di bumi serta diberkahi. (Faid al-Qadir Syarh al-Jami’ al-Saghir, 5/404).

خير الماء على وجه الأرض ماء زمزم، فيه طعام الطعم، وشفا السقم

Artinya: “Sebaik-baiknya air di muka bumi ini adalah air Zamzam, di dalamnya ada makanan yang mengenyangkan dan ada penyembuhan untuk penyakit.” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Kabir dengan sanad hasan).[]

HIDAYATULLAH

Mengapa Kota Madinah Disebut Sebagai Tanah Haram?

Allah SWT menjadikan Madinah sebagai kota haram sebagaimana Allah menjadikan Makkah juga kota haram. Dan apa yang dimaksud dalam Tanah Haram itu?

Dikutip dari buku Bekal Haji karya Ustadz Firanda Andirja, Nabi Muhammad  ﷺ bersabda sebagai berikut:  

اِنَّ إِبْرَاهِيْمَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَإِنِّي حَرَّمْتُ الْمَدِيْنَةُ “Sesungguhnya Ibrahim menjadikan Makkah tanah haram, dan sesungguhnya aku menjadikan Madinah tanah haram”, (HR Muslim).

Maksud haram di sini yakni diharamkan di Kota Makkah dan Madinah memotong pohon yang berdiri, membunuh binatang buruan, dan mengangkat senjata untuk tujuan menumpahkan darah atau berperang. Nabi Muhammad ﷺ bersabda: 

إِنِّي أُحَرِّمُ مَا بَيْنَ لَابَتَيْ الْمَدِيْنَةِ أَنْ يُقْطَعَ عَضَاهُهَا أَوْ يُقْتَلَ صَيْدُهَا “Sesungguhnya aku mengharamkan memotong pohon yang berdiri dan membunuh hewan buruan di Madinah.” (HR Muslim). Dalam riwayat lainnya, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya aku mengharamkan kota Madinah yang batas wilayahnya antara dua gunung yang ada di kota Madinah agar tidak menumpahkan darah, tidak membawa senjata untuk berperang, dan tidak mengugurkan daun-daun pohon yang ada di Kota Madinah, kecuali untuk makanan ternak.” (HR Muslim).  

IHRAM

Kondisi Madinah Sebelum Kedatangan Nabi Muhammad

Nabi Muhammad mengganti nama Yastrib dengan Madinah.

Sebelum bergulirnya waktu mengantarkan Madinah dengan kejayaan Islamnya, sejarah panjang membungkus Kota Nabi tersebut. Dalam buku al-Madinah al-Munawwarah fi al- Tarikh: Dirasah Syamilah karya Abdussalam Hasyim Hafidz, Kota Madinah sebelum Islam diisi oleh penduduk yang berasal dari tragedi yang menimpa pada masa Nabi Nuh AS. Diceritakan bahwa sebagian umat Nabi Nuh itu tenggelam terbawa banjir besar, termasuk putra Nabi Nuh, Kan’an.

Sebagian yang selamat ikut serta dalam bahtera kapal Nabi Nuh selama 1 tahun 10 hari. Setelah selamat, terdapat salah seorang pengikut Nabi Nuh bernama Yatsrib bin Qaniyah bin Mahlail melancong ke sebuah tempat. Kejadian ini bertepat pada tahun 2600 SM dan nama tempat yang dilanconginya itu pun dikenal dengan nama Yatsrib.

Dinamai Yatsrib karena merujuk pada orang pertama yang mendatangi tempat tersebut. Yatsrib kemudian dikenal sebagai nama kota yang pada zaman hijrah Rasulullah diganti namanya menjadi Madinah.  Kendati demikian, nama Yatsrib yang diabadikan menjadi sebuah kota semakin populer dan dikenal banyak orang-orang Arab pada masa itu maupun masa seterusnya.

Selain para pengikut Nabi Nuh, Kota Madinah sebelum Islam juga pernah diisi sejumlah kekuatan politik, salah satunya dari Dinasti Amalekit. Meski kekuasaan dinasti ini berpusat di Mesir, mereka sesungguhnya mempunyai kekuatan yang tersebar di berbagai wilayah Arab lainnya, antara lain Suriah, Yaman, Makkah, dan juga Yatsrib.

Kekuasaan Dinasti Amalekit ini mendiami Kota Yatsrib setelah pengikut Nabi Nuh bermigrasi ke Juhfah. Adapun para klan dari Dinasti Amalekit yang mendiami Yatsrib antara lain bani Sa’ad, bani Haf, bani Mathar, bani al-Azraq, hingga bani Ghaffar. Dinasti Amalekit yang memiliki kultur dan corak kebudayaan Mesir yang kental turut sedikit banyak memengaruhi kebudayaan Kota Yatsrib.

Sejumlah sejarawan mengatakan, nama Yatsrib sendiri merupakan serapan dari bahasa Mesir kuno, yakni Etropis. Nama Yatsrib juga sering diidentikan dengan nama Theba. Namun, argumen tersebut ditolak dengan kuat karena sebelum Dinasti Amalekit datang, terdapat pengikut Nabi Nuh yang lebih dulu tinggal di sana. Ini pun diperkuat dengan adanya salah se orang pengikut yang bernama Yatsrib.

Dalam kesehariannya, kaum Amalekit di Yatsrib digambarkan gemar bercocok tanam, membangun rumah, dan membangun bentengbenteng pertahanan. Adapun bahasa yang digunakan oleh mereka adalah bahasa Arab badui dengan dialek al- Mudhdhari.

Dinasti Amalekit menduduki wilayah Yatsrib dalam masa yang cukup lama, yakni hingga tahun kedua Masehi. Hingga akhirnya pada zaman Nabi Musa AS, kekuasaan Dinasti Amalekit berakhir dan digantikan oleh para pengikut Nabi Musa, yaitu kaum Yahudi.

Eksistensi Nabi Musa dan kaum Yahudi selain di Mesir juga merambah ke wilayah Arab lainnya. Selain Yatsrib, wilayah lainnya yang ikut dirambah adalah Palestina. Menurut Yasin Ghadhbar pada 1994, adapun kaum Yahudi yang dimaksud adalah semua yang memeluk ajaran Nabi Musa, termasuk di dalamnya bani Israil yang merupakan anak-anak keturunan Nabi Yakub.

Kendati demikian, dalam sejarahnya, pada tahun pertama hingga kedua Masehi itu juga, kaum Yahudi dari sejumlah wilayah Arab, seperti Mesir, Suriah, hingga Palestina, bermigrasi ke Yatsrib guna menghindari dominasi Kerajaan Romawi.

Beberapa klan dari kaum Yahudi yang bermigrasi ke Kota Yatsrib yakni bani Qaynuqa, bani Nadhir, bani Quraydha, dan bani Yahdal. Hingga tahun 70 Masehi, orang-orang Yahudi yang menetap di Yatsrib merupakan gabungan antara pengikut Nabi Musa yang telah mengalahkan Dinasti Amalekit dan orang-orang Yahudi yang eksodus dari Palestina.

Menariknya, meski bahasa ibu kaum Yahudi ini adalah bahasa Ibrani, mereka memelajari dan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa seharihari di Yatsrib. Dalam tesis Philip K Hitty yang kemudian dibukukan dengan judul The History of Arabs, Arab bukanlah entitas agama tertentu. Arab adalah entitas kebudayaan yang mana mereka dipersatukan oleh bahasa, agama, dan tidak hanya oleh agama. Dengan demikian, Arab bukanlah monopoli agama tertentu.

Selain kaum Yahudi, suku Arab dari kaum Aws dan Khazraj juga datang ke Yatsrib. Hal ini dilatarbelakangi peristiwa banjir besar di Yaman. Dalam perjalanan sejarahnya, Kota Madinah sebelum Islam diwarnai oleh beragam perbedaan budaya dan agama.

Pada masa Rasulullah, perbedaan itu disatukan dalam sebuah perjanjian bernama Piagam Madinah yang menjamin kebebasan tersebut.

KHAZANAH REPUBLIKA

Seluruh Hotel Jemaah Indonesia di Wilayah Markaziyah Madinah

Madinah (PHU)–Seluruh hotel yang akan ditempati jemaah haji Indonesia berada di wilayah Markaziyah (kawasan terdekat Masjid Nabawi) di Madinah. Hal ini ditegaskan Menag Lukman Hakim Saifuddin usai meninjau persiapan layanan akomodasi bagi jemaah haji di Kota Madinah Al Munawwarah.

“Alhamdulillah semua pemondokan jemaah haji Indonesia berada di area markaziyah dengan titik terjauh sekitar 600 meter dari Masjid Nabawi,” kata Menag di Madinah, Rabu (01/05).

Peninjauan layanan ini dilakukan bersama dengan Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, Menteri Kesehatan Nilla F Moeloek, Duta Besar RI Untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel, didampingi tim penyedia layanan akomodasi.

“Apresiasi kita sampaikan untuk tim akomodasi. Meski ada tambahan kuota 10ribu, mereka berhasil menyewa seluruh hotel jemaah di wilayah Markaziyah,” tutur Menag.

Total ada 107 hotel di Madinah yang disewa. Sebanyak 57 hotel disewa full musim dan 50 blocking time,” lanjutnya.

Apresiasi juga disampaikan Menko PMK Puan Maharani. Menurutnya, persiapan layanan akomodasi bagi jemaah Indonesia di Madinah sudah bagus dan sesuai standar. “Kamarnya sudah bagus dan saya kira sangat layak untuk menfasilitasi jemaah haji supaya ibadahnya bisa semakin khusyuk,” kata Puan saat melihat kamar hotel dan fasilitas yang ada di dalamnya.

Ketua tim penyiapan akomodasi pemondokan Rudi N Ambary menjelaskan, sejak awal bertugas, timnya berupaya mendapatkan penginapan di daerah markaziyah semua. Hal sama dilakukan saat menerima arahan tentang adanya tambahan kuota 10ribu. Tim segera bergerak untuk menyewa hotel-hotel yang masih ada di wilayah Markaziyah.

“Alhamdulillah, seperti tahun sebelumnya, tim bisa menyewa hotel di area markaziyah semua,” tandasnya.

Sebelumnya, tim penyedia layanan akomodasi juga sudah menyelesaikan sewa 163 hotel di Makkah. Saat ini, masih berproses untuk penyediaan tambahan lima hotel lagi di kota kelahiran Nabi.(rilis/ha)

KEMENAG RI

Ojek Payung di Bandara Madinah

Madinah (PHU)—OJek payung identik dengan musim hujan, tapi saat di menginjakkan kaki di Bandara Madinah berbeda. Saat suhu di Madinah tercatat 43 derajat celcius saat jarum jam menunjukkan pukul 12.05 waktu Saudi seperti biasanya, matahari sedang terik-teriknya. Dipantulkan aspal Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, teriknya jadi berlipat-lipat.

Dalam waktu yang bersamaan, tiba bus-bus rombongan Kloter 48 Debarkasi Surabaya (SUB-48). Sesemi (57 tahun) seorang jemaah asal Lamongan salah satu yang turun dari bus itu hari.

“Ya Allah, panase,” kata dia begitu turun dari bus pada Rabu (12/09) tersebut.

Melihat kedatangan jemaah tersebut, Juriyansyah, salah seorang petugas Daerah Kerja (Daker) Bandara langsung menghampiri. Ia kembangkan payungnya dan kemudian melindungi Sesemi dari terik.

“Waduh makasih, Pak. Makasih banyak,” kata Sesemi menyambut gestur tersebut.

Jemaah lain yang dipayungi petugas adalah Soimatun (56). Soimatun sendiri langsung dipayungi petugas Daker Bandara lainnya Kartika. Kartika memayungi Soimatun karena terlihat berjalan tertatih-tatih saat turun dari bus.

“Saya baru habis dirawat di rumah sakit enam hari,” kata Soimatun.

Beberapa hari belakangan, pemandangan petugas Daker Bandara membawa-bawa payung di Bandara Madinah jadi marak. Hal ini sehubungan terik yang makin menjadi-jadi sementara jarak dari bus menuju paviliun bisa mencapai 30 hingga seratus meter. Dengan paparan terik sebegitu, jemaah lansia dan yang dirundung sakit terancam kesehatannya.

“Kami lihat jemaahlama memilih-milih tas di samping bus dan kepanasan, sebab itu langsung kami payungi,” kata Endang Maman, pelaksana tugas Daker Bandara. Para petugas Daker Bandara memanfaatkan payung jemaahyang dilarang pihak maskapai masuk pesawat.

“Banyak jemaah yang kepanasan, kasihan mereka. Makanya setiap petugas bawa payung buat mayungin. Mereka suka banget, lucu kata jemaah, ada yang bilang ojek payung pula,” kata Feby Lazuardi, petugas Daker Bandara lainnya.

Ketua Sektor 1 Daker Bandara, Misroni, perlindungan para jemaah dari teriknya Madinah memang penting sekali. Ia juga mengharapkan, ketua kloter dan ketua rombongan bisa memberi arahan agar jemaah membawa payung bila bertolak ke Bandara Madinah siang hari menuju pemulangan.

Hal jni untuk menghindari para jemaah terkena dehidrasi. Terlebih, jumlah petugas tak cukup bila harus memayungi jemaah satu per satu.

”Di tengah cuaca panas seperti ini, payung itu penting sekali,” kata Misroni.(mch/ha)

KEMENAG RI

Berkah al-Haram

Bagi pengunjung dua Tanah Suci (Makkah dan Madinah), air zam zam yang sumbernya tak pernah mengering, menjadi tujuan utama. Kisah penemuan mata air zamzam selalu didengungkan sehingga umat Islam di berbagai zaman selalu mendengarnya.

Dahulu, Nabi Ibrahim AS (Lahir 2510 SM) mendambakan anak. Sementara istrinya, Sarah, tak kunjung hamil. Kisah-Kisah Shahih dalam Alquran dan Sunnahkarya Syekh Umar Sulaiman al- Asyqor menyebutkan, Ibrahim memohon kepada Allah untuk diberi keturunan yang baik.

Allah mewujudkan keinginan itu. Saat Ibrahim menetap di Baitul Maqdis, Sarah berkata kepada Ibrahim untuk menikah dengan hamba sahayanya Hajar agar memiliki anak. Ibrahim kemudian menikah dan setelah itu Hajar hamil.

Ismail anak dari Hajar dan Ibrahim lahir di bumi yang diberkahi, Palestina. Hajar melahirkan Ismail saat Ibrahim ber usia 86 tahun, tepat tiga tahun sebelum kelahiran Ishaq.

Setelah Ismail lahir, Allah menurunkan wahyu kepada Ibrahim berisi berita gembira kelahiran Ishaq dari Sarah. Ibrahim langsung bersujud. Allah berfirman kepadanya, Aku telah mengabulkan permintaanmu terkait Ismail, Aku memberkahinya, Aku akan memperbanyak keturunannya, dan ia akan memiliki 12 orang besar dan Aku akan menjadikannya seorang pemimpin suku bangsa yang besar.

Saat Hajar melahirkan Ismail, kecemburuan Sarah semakin besar dan me minta Ibrahim agar membawanya per gi, supaya Sarah tidak lagi melihat wa jahnya. Ibrahim akhirnya membawa Hajar pergi bersama anaknya, lalu ditempatkan di sebuah padang pasir, Makkah. Ismail saat itu masih disusui.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab sahihnya, Hajar mengikat kakinya ketika berjalan sehingga tak mening galkan jejak dan tidak ada yang bisa mengikutinya. Makkah ketika itu tak berpenghuni, hanya hamparan padang pasir tandus.

Saat Ibrahim meninggalkan keduanya di sana dan beranjak pergi, Hajar menghampirinya dan menarik bajunya. Ia berkata, Ibrahim! Hendak pergi kemana engkau dan meninggalkan kami di sini tanpa perbekalan untuk mencukupi keperluan kami? Ibrahim tidak menyahut.

Namun, karena terus mendesak bertanya tanpa diberi jawaban, Hajar akhir nya bertanya, Allah-kah yang menyuruhmu untuk melakukan hal ini? Ibra him mengiyakan. Hajar kemudian meyakini hidupnya tak akan telantar.

Air zamzam

Ibrahim terus pergi, kemudian setelah tiba di bukit Tsaniyah, tempat di mana Hajar dan Ismail sudah tidak melihatnya, Ibrahim memanjatkan doa berikut dengan mengangkat kedua tangan, Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunan ku di lembah yang tidak mem punyai tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami berharap mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibrahim: 38).

Hajar kemudian menyusul Ismail dan meminum air yang diberikan Ibrahim. Setelah persediaan air habis, keduanya kehausan. Sang ibu menatap anaknya yang tengah berbaring. Ia akhirnya pergi karena tidak tega melihat anaknya. Ia melihat bukit paling dekat di sekitarnya Safa. Ia kemudian berdiri di puncak bukit Safa dan melihat ke berbagai arah apa kah ada seseorang, tapi ternyata sepi.

Ia kemudian turun, setelah tiba di perut lembah, ia melipat pakaian hingga sebatas lengan, kemudian berlari-lari kecil layaknya orang yang sudah kele tihan. Setelah melalui lembah tersebut, ia menghampiri bukit Marwa, lalu ber diri di puncaknya. Di sana ia mengham piri bukit Marwa, lalu berdiri di pun caknya.

Sebelum mencapai tujuh kali, Hajar pergi untuk menengok anaknya. Melihat Ismail yang berguling-guling, Hajar memutuskan untuk kembali ke bukit Safa. Apa yang dilakukan Hajar ini di abadikan sebagai salah satu rukun dalam umrah dan haji. Setiap jamaah diwajibkan melaksanakan sa’i berlari-lari kecil antara Safa dan Marwa.

Saat berada di atas bukit Marwa, Hajar mendengar suara, ia pun berkata dalam hati, Diamlah. Sesaat kemudian Hajar mendengar suara yang sama.

Hajar pun berkata, Kami mendengar suaramu, jika kau bisa menolong, tolonglah kami! Ternyata di hadapannya ada malaikat di tempat zamzam berada. Malaikat itu lantas menghentakkan tumit, atau sayapnya, hingga air memancar. Hajar kemudian mengumpulkan air itu di tangannya dan memasukkan air ke dalam wadah. Air itu memancar deras setelah diciduk.

Rasulullah bersabda, Andai ia tidak menciduk air zamzam, niscaya akan mengalir (ke seluruh permukaan bumi). Ia pun minum dan menyusui Ismail kecil. Kemudian malaikat itu berkata kepadanya, jangan takut telantar karena di sini akan berdiri rumah Allah yang dibangun bocah ini dan Ayahnya, Allah tidak akan menelantarkan keluarganya.

Pada mulanya Ka’bah berada di ketinggian seperti bukit. Kemudian banjir besar melanda hingga mengikis sebelah kiri dan kanannya. Setelah air zamzam muncul, Hajar dan Ismail tetap bertahan di sana.

Hingga suatu hari rombongan dari suku Jurhum singgah di Makkah. Mereka melihat seekor burung terbang berputar-putar. Mereka berkata, Sungguh, burung itu berputar mengelilingi air, tapi setahu kita di sini tidak ada air.

Mereka mengirim pencari jejak dan menemukan air. Rombongan itu langsung menikmati zamzam. Hajar berpesan, mereka tak punya hak untuk memiliki mata air itu, tapi mereka boleh meminumnya.

Ismail menikah

Ismail kemudian tumbuh dewasa. Dia pun dinikahkan dengan salah satu wanita dari suku Jurhum. Tak lama setelah mereka menikah, Hajar meninggal dunia. Kemudian, Ibrahim yang diberi pe tunjuk oleh Allah, datang menemui Ismail. Saat datang ke rumah Ismail, Ibrahim tidak bertemu dengan anaknya.

Dia hanya bertemu istrinya, Ibrahim bertanya kepada istri Ismail, ia menjawab, `Ia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.’ Setelah itu, Ibrahim menanyakan kehidupan dan kondisi mereka. Istrinya mengeluh kepada Ibrahim bahwa keluarganya hanya manusia biasa yang serbasulit dan miskin.

Ibrahim kemudian mengatakan agar menyampaikan salamnya dan meminta untuk mengubah palang pintu rumah nya.Setelah Ismail pulang, ia bertanya ke pada istrinya, Apa tadi ada tamu yang datang? istrinya menjawab, Ya. Tadi ada orang tua datang kemari, ciri nya begini dan begitu. Ia menanya kan mu, aku pun memberitahukan padanya. Setelah itu, ia bertanya kepadaku ten tang kehidupan kami. Aku berkata pa danya bahwa aku berada dalam kesu litan.

Ismail kemudian menceritakan jika tamu yang datang adalah ayahnya Ibrahim dan melalui pesannya itu dia meminta untuk menceraikan istrinya. Ismail kemudian menceraikan istrinya itu lalu menikah dengan wanita lain.

Selang berapa waktu, Ibrahim tidak kunjung datang. Namun saat datang, Ibrahim kembali tidak bertemu Ismail. Ibrahim masuk menemui istri Ismail lalu menanyakan Ismail padanya. Istrinya menjawab, Ia sedang mencari nafkah un tuk kami. Setelah itu Ibrahim bertanya, Bagaimana kondisi kalian? Istri nya yang kini berbeda dengan sebelum nya, dia tidak menceritakan kesulitan dan kesusahannya berumah tangga selama bersama Ismail.

Istrinya menceritakan, hidupnya bahagia dan sejahtera karena tersedia da ging dan air untuk memenuhi kebutuhan hi dupnya. Berkat sifat qanaah istri Ismail, Ibrahim kemudian berdoa, Ya Allah ber ka hilah daging dan air mereka.

 

REPUBLIKA

Mengapa Rasul tak Suka Penyebutan Nama Yastrib?

Rasulullah sangat mencintai Madinah. Dalam hadis mengenai Madinah yang dicatat Abu Hurairah ra, tertulis, “Aku diperintahkan pada sebuah desa yang memakan desa yang lain. Mereka menamakannya Yastrib, yaitu Madinah. Ia memakan manusia sebagaimana dapur pembakaran memakan besi.”

Dikutip dari Ensiklopedia Alquran bahwa maksud “aku diperintahkan dengan sebuah desa” adalah ketika mengizinkan hijrah, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW menuju Madinah. Arti “mereka menamakannya Yastrib” adalah orang munafik menamakan kota itu dengan sebutan Yastrib.

Rasulullah SAW sendiri tidak menyukai penyebutan ini, karena maknanya berarti mencela dan menghardik. Kata Yastrib digunakan sekali dalam Al quran, yaitu ketika Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya:

Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian. Mudah-mudahan Allah mengampuni kalian, dan dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS. Yusuf:92)

Isa bin Dinar ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menyebutnya Yastrib dianggap melakukan sebuah dosa.” Sabda ini juga ditegaskan Ahmad bin Hanbal ra dalam Musnad-nya. Kebanyakan musafir dan ahli fikih mengatakan bahwa Allah SWT menamakan kota itu dengan Madinah pada lebih dari satu ayat. Misalnya firman Allah SWT berikut:

Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka jika tidak turut serta berperang dengan Rasulullah. Dan tidak patut pula bagi mereka jika lebih mencintai diri mereka sendiri ketimbang Rasulullah. Ini karena setiap mereka merasakan kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah, menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, maka selalu dituliskanlah bagi mereka sebagai amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. at-Taubah:120)

Ayat ini turun kepada penduduk Madinah, karena Allah SWT mendorong mereka untuk  berjihad bersama Rasulullah SAW dan menjanjikan pahala yang besar. Kata al-madinah dengan menunjukan kota Madinah juga terdapat dalam surah al-Ahzab (ayat ke 60) da dalam surah al-Munafiqun (ayat ke-8).

Rasulullah menyatakan bahwa Madinah  adalah kota yang “akan memakan kota-kota lain”. Pengertian sabda ini adalah kelak Madinah akan menjadi pusat bala tentara Islam. Benteng utama dan terkuat bagi perjuangan Rasulullah SAW dan umat Islam.

Ternyata ramalan ini benar-benar terjadi. Pasukan perang pertama umat Islam keluar dari Madinah setelah Rasulullah SAW menetap selama enam bulan. Pasukan ini dimpipin langsung oleh paman Nabi SAW yakni Hamzah bin Abdul Munthalib.  Setelah itu, terjadilah perang secara berurutan, Perang Buwath, Asyirah, dan Abawa.

Semua ini terjadi pada pertengahan tahun pertama hijrahnya Rasulullah SAW. Perang-perang dalam skala kecil ini memuncak dengan terjadinya perang Badar al-Kubra. Dalam perang ini, umat Islam memenangkan pertempuran atas kaum musyrik Makkah, kendati jumlah tentara Islam tidak lebih dari sepertiga musyrik.

 

IHRAM

Sudah Tahu, Belum? Inilah Nama Lain Kota Madinah

Madinah mempunyai banyak nama yang menunjukkan kedudukannya yang tinggi. Para sejarawan menelusuri nama-nama tersebut. Sebagian menemukan hingga 100 nama.

Namun, nama-nama yang disebutkan dalam berbagai atsar yang shahih hanya enam nama. Dikutip dari Madinah Al-Munawwarah: Sejarah dan Tempat-Tempat Istimewa, berikut nama-nama tersebut:

1. Yasrib

Adalah nama Kota Madinah ketika zaman jahiliyah. Rasulullah telah menggantinya dan mengimbau kaum Muslimin tidak menggunakan nama tersebut setelah Islam.

2. Al Madinah

Merupakan nama yang dikenal setelah hijrah Nabi. Nama ini terdapat dalam beberapa ayat Alquran dan hadits Nabi. Allah SWT berfirman “Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar, mereka tidak turut menyertai Rasulullah (berperang)”. (QS At Taubah: 120).

3. Thabah

Terdapat dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Allah Ta’ala menamakan Madinah dengan kata ‘Thabah'”.

4. Thaibah

Nama yang terdapat dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, yaitu “Ia adalah Thaibah, ia adalah Thaibah, ia adalah Thaibah”.

5. Ad Daar

6. Al Iman

Kedua nama Ad Daar dan Al Iman terdapat dalam Alquran, yaitu “Dan orang-orang yang telah menempati kota Ad Daar dan Al Iman (Kota Madinah)”. (QS Al Hasyr:8).

Adapun nama lainnya, para sejarawan memperolehnya dari sebagian hadits dan atsar.

Sebagian lagi memperolehnya dari sifat-sifat kota Madinah dan peristiwa besar yang terjadi di dalamnya, di antaranya Al Mahbubah, Al Qaasimah, Darul Abrar, Darul Hijrah, Darus Salam, Darul Mukhtarah, As Saalihah, Al Fath, Darul Musthafa, Dzatul Harar, Al Marhumah, Al Khairah, Asy Syafi’ah, Al Mubarakah, Al Mu’minah, Al Marzuqah, dan Al Munawwarah (bercahaya).

 

IHRAM

Madinah, Pusat Dakwah Islam

Keberadaan kondisi alam yang subur, sikap masyarakat yang ramah, dan sebagian warganya yang sudah mengenal ajaran Islam, Rasulullah menjadikan kota ini sebagai tempat untuk mengembangkan ajaran Islam, dan mengganti namanya menjadi Madinah.

Dalam artikelnya yang berjudul Islam dan Politik; Suatu Tinjauan atas Prinsip-prinsip Hukum dan Keadilan, Cak Nur menuturkan, kebijakan Nabi SAW mengubah nama kota itu bukan perkara kebetulan. Di baliknya, terkandung makna yang luas dan mendalam, yang mengubah model dan cara hidup masyarakat di Jazirah Arab.

Perkataan “madinah” yang digunakan Nabi SAW untuk mengganti nama Yatsrib, jelas Cak Nur, menyiratkan semacam proklamasi atau deklarasi bahwa di tempat baru itu hendak diwujudkan suatu masyarakat, yang tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Secara sosial dan politik, sangat teratur atau berperaturan, sebagaimana mestinya sebuah masyarakat ideal.

”Maka, Madinah adalah pola kehidupan sosial yang sopan, yang ditegakkan atas dasar kewajiban dan kesadaran umum untuk patuh kepada peraturan atau hukum. Sistem yang dibangun merujuk kepada pola kehidupan teratur dalam lingkungan masyarakat yang disebut kota,” jelasnya.

Untuk membangun sistem dan pola kehidupan yang baik, Rasul SAW dengan dukungan dari para sahabatnya mendirikan sebuah masjid, yang kemudian dikenal dengan nama Masjid Nabawi.

Dari masjid inilah, Rasul memulai mengajarkan Islam kepada sahabat-sahabatnya, juga kepada umat Islam lainnya. Mulai dari masalah ibadah, muamalah (perdagangan dan interaksi dengan masyarakat), politik, pemerintahan, pengadilan, pembinaan akhlak, hingga masalah perang. Semua aturan itu lebih banyak disampaikan dari masjid.

Karena itu, selain dipergunakan untuk shalat lima waktu, masjid juga dimanfaatkan Rasulullah SAW untuk mendidik akidah dan akhlak umat Islam agar menjadi lebih baik dan kuat. Rasul menanamkan etika dan moral umat dalam pergaulan keseharian, sebagaimana diajarkan Alquran. Sehingga, nilai-nilai Alquran senantiasa tertanam dalam sanubari dan lubuk hati segenap umat Islam. Ibaratnya, Masjid Nabawi sebagai kawah candradimuka dalam pembentukan karakter dan pembinaan akhlak umat.

Dengan akidah yang kuat, akhlak yang baik, dan sikap yang santun dari umat Islam maka menyebar dan memancarlah sinar dan cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia. Tak heran bila Madinah dijuluki dengan Al-Munawarah, yang penuh cahaya atau bersinar.

 

IHRAM