Tolak LGBT, Mahfud MD tak Takut Di-bully

Pakar Hukum Tata Negara yang juga mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mendapat seranganbullying oleh para pendukung lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dalam akun Twitter pribadinya, @mohmahfudmd. Musababnya, Mahfud berkicau bahwa LGBT merupakan perilaku yang berbahaya dan menjijikkan.

Akun Pak Moe @Darminhe menulis, “@mohmahfudmd sadar pak? tiap makhluk tetap ciptaan tuhan kan? menjijikkan? berbahaya? eling pak!”.

Akun Atheos ‏@EL_Atheos juga mempertanyakan kicauan Mahfud MD. “Menurut Pak @mohmahfudmd #LGBT itu apa bahayanya? Sekadar ingin tahu pendapat Bapak,” tulis Atheos. Beberapa saat kemudian akun ini juga menulis “1) LGBT bukan penyakit/virus, jadi tidak bisa ditularkan. 2) Merujuk pertanyaan awal, kalau seseorang itu LGBT, apa bahayanya?”

Meski begitu, para pendukung LGBT itu mendapat serangan balik dari para penolak LGBT. Para netizen juga menyatakan dukungannya kepada Mahfud MD.

Akun SS#JanganDiam @SuaraSocmed menulis “Prof @mohmahfudmdmasih di-bully akun2 pro LGBT. Sabar Prof, tidak semua yang kita katakan bisa menyenangkan semua orang. Apalagi soal LGBT.” Sementara, akun S.Q.R @ShaqeerAkhmad menulis “Terus lawan prof…kami mendukungmu…”

Mahfud MD sendiri menanggapi santai tanggapan para pendukung LGBT tersebut. “Alhamdulillah kalau opini saya ‘tentang (LGBT) ini’ berpengaruh. Saya justru mengira opini saya hanya angin lewat,” tulis Mahfud, Selasa (26/1).

 

Menurut Mahfud, yang nge-bully hanya satu dua orang, tapi ada ratusan yang mendukung. “Karena, yang saya sampaikan lebih manusiawi dan Indonesiawi. Siapa takut?” tulisnya. “Sejak dulu saya tak pernah takut di-bully. Track saja di semua medsos. Pem-bullyhanya 0,01 % dibanding pendukung. Rasional saja.”

Mahfud mengatakan, LGBT tidak apa-apa jika hanya dijadikan sebagai objek studi ilmiah karena sudah lama lembaga-lembaga seperti itu ada. “Tapi, dikaji sebagai perilaku menyimpang.”

LGBT, kata dia, tak boleh mejadi gerakan sebagai sifat dan perilaku. Karena itu, seseorang yang terkena LGBT harus diselamatkan. Sama dengan problem sosial lainnya, LGBT harus ditertibkan oleh negara sesuai dengan hukum dan konstitusi.

Mahfud juga menegaskan tidak menuding pribadi seseorang dalam pandangannya, tapi perilaku para LGBT yang dilarang agama sesuai konstitusi. Kalau menuding orang, kata dia, itu sudah melanggar hukum. “Saya tak sebut nama. Tapi, sifat dan perilaku. Kalau perilaku, ya siapa pun, anak-cucu siapa pun sama saja. Dikira saya takut?” tulis Mahfud.

 

Menutup kicauannya pagi ini, Mahfud membuat kesimpulan bahwa LGBT sebagai gerakan yang diorganisasi harus dilarang. Namun, LGBT sebagai penyakit harus dibantu. “Ok. Nanti ganti topik. Saya mengajar dulu ke kampus. Mohon maaf, bagi yang tersinggung. Saya hanya ingin jujur mengatakan apa yang saya yakini benar.”

Sebelumnya, Mahfud mendukung penolakan terhadap keberadaan kaum lesbian. Menurutnya, selain bertentangan dengan nilai-nilai agama, LGBT tidak sejalan dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

“HAM tak selalu mutlak-universal. LGBT bertentangan dengan nilai ketuhanan, moralitas, dan budaya Indonesia. Pasal 28J (UUD),” ujar Mahfud dalam akun Twitter pribadinya, Senin (25/1).

Berbicara mengenai LGBT, menurutnya, seharusnya menjadi kepedulian bersama. Bukan hanya bidang-bidang ilmu tertentu. Ia mengingatkan, berbicara ihwal keberadaan LGBT berbeda dengan “mengamati”.

Mahfud juga menulis, LGBT merupakan perilaku yang berbahaya dan menjijikkan. Namun, untuk penanganannya, ia menilai, tidak perlu berlebihan, misalnya, dengan pengawalan Brimob. Berbicara mengenai LGBT yang semakin marak, ia mempertanyakan ihwal penerimaan kaum-kaum tersebut dari moralitas nilai-nilai agama.

“Apakah moralitas nilai-nilai agama kita sekarang sudah menerima LGBT?” tulisnya.

 

sumber: Republika Online

Tokoh JIL Serang Mahfud dan Tuding Putra Prabowo LGBT

Tokoh Nahdlatul Ulama sekaligus mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD tidak setuju dengan kalangan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Mahfud pun berpendapat sambil bercanda ketika ditanya pengikutnya terkait isu LGBT yang tengah mengemuka.

“LGBT itu berbahaya dan menjijikkan, tapi penanganannya tak perlu pengawalan Brimob,” katanya melalui akun Twitter-nya,@mohmahfudmd.

Aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) Akhmad Sahal pun seolah protes dengan pendapat Mahfud. Kandidat doktor di Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat, itu langsung saja tiba-tiba menuding putra Prabowo Subianto sebagai pengikut LGBT.

“Apakah Didit putra Pak Prabowo Subianto menurut Prof@mohmahfudmd itu berbahaya dan menjijikkan?” katanya melalui akun Twitter, @sahaL_AS.

 

Mendapat “serangan” seperti itu, Mahfud mengaku hanya menyoroti perilaku LGBT, bukan menyebut nama. “Saya tak sebut nama. Tapi sifat dan perilaku. Kalo perilaku, ya siapa pun, anak-cucu siapa pun sama saja. Dikira saya takut?”

Mahfud meneruskan pernyataannya ketika mendapat pertanyaan dari akun @SuaraSocmed terkait keberaniannya di-bully akun pendukung LGBT. “Ya, satu dua saja yang nge-bully, tapi ratusan yang mendukung karena yang saya sampaikan lebih manusiawi dan Indonesiawi. Siapa takut?”

Sahal yang tidak puas kembali membalas kicauan Mahfud. “Bilang LGBT ‘menjijikkan’ itu bukan manusiawi, tapi hujatan. Manusiawi itu menerimanya sebagai manusia, meski tak setuju,” katanya.

 

Sahal pun yakin kalau Abdurrahman Wahid alias Gus Dur masih hidup tidak akan berkomentar seperti Mahfud. “Kalo Gus Dur masih ada, pasti tak akan menghujat LGBT sbg ‘menjijikkan dan membahayakan’, meski GD tak setuju.”

Meski terus diserang, guru besar Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu tetap santai dan tidak peduli dengan para pem-bullyyang terus menyerangnya. Sejak dulu saya tak pernah takut di-bully.Track saja di semua medsos. Pem-bully hanya 0,01 % dibanding pendukung. Rasional saja,” kata Mahfud.

Sahal melanjutkan argumennya yang sepertinya kesal dengan pendapat Mahfud. “LGBT itu fakta. Profesor mestinya melihat fakta secara ilmiah. Patokannya bukan sikap personal, tapi ilmu. Hujatan itu tak ilmiah blas, Prof.”

 

 

sumber: Republika Online

Mahfud MD: Orang yang Menjaga Puasa Bisa Mencapai Derajat Takwa

JAKARTA — Cendekiawan Muslim Mahfud MD mengatakan orang yang mampu menjaga puasa, akan mencapai derajat takwa di hadapan Allah SWT.

Mahfud menyebut takwa adalah berhati-hati dalam melangkah dalam hidup agat tidak tersesat kepada hal-hal yang buruk.

“Orang yang mampu menjaga puasalah yang bisa mencapai derajat takwa,” kata Mahfud, melalui akun twitter pribadinya @mohmahfudmd, Rabu (17/6).

Meski terkesan sederhana, Mahfud menyebut tidak mudah mendefinisikan takwa yang sesungguhnya. Mantan ketua Mahkamah Konstitusi ini kemudian menceritakan sebuah dialog yang terjadi antara Umar bin Khatthab dan sahabatnya Ubay Bin Kaab.

Saat itu, kisah Mahfud, Ubay bertanya kepada Umar apa arti takwa. Umar menjawab takwa adalah berjalan di jalan yang terjal di tepi jurang. Saat ditanya Ubay apakah Umar pernah berjalan di jalan terjal seperti itu, Umar menjawab pernah.

Kemudian, sambung Mahfud, Umar memecahkan rasa penasaran Ubay dengan mengatakan takwa itu adalah menjalani hidup dengan sangat hati-hati.

“Takwa itu adalah selalu berhati-hati agar tak salah melangkah. Kalau telanjur bersalah sebagai manusia segeralah bertobat dan sportif,” kata Mahfud menerangkan.

Ia kemudian mengingatkan bila pernah berbuat kesalahan segeralah mengakui dan meminta maaf. ”Jangan sekali-kali menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuat diri sendiri,” kata Mahfud mengingatkan.

Menyalahkan orang lain, kata Guru Besar Universitas Islam Indonesia ini, akan semakin menambah persoalan baru yang menyulitkan posisi kita.

“Kalau bersalah, tapi tak mau mengaku salah dan malah menyalahkan orang lain, Anda akan membuat kesalahan-kesalahan baru yang makin menyulitkan,” ujar Mahfud.

sumber: Republika Online