Bacaan Doa untuk Mendapatkan Malam Lailatul Qadar

Di dalam Qur’an Surat Al-Qadr ayat 2 dijelaskan, wama adraka ma lailatul qadar (dan tahukah kamu malam lailatul qadar itu?).

Wahyu Allah SWT tersebut ingin menegaskan bahwa betapa mulianya malam lailatul qadar dan hal itu dijelaskan oleh ayat-ayat selanjutnya dalam QS Al-Qadr tersebut.

Dikutip NU, penulis Kitab Tafsir Al-Misbah Prof Dr Muhammad Quraish Shihab (Membumikan Al-Qur’an, 1999) menjabarkan tentang potongan ayat wama adraka. Semua uraian Al-Qur’an yang dimulai dengan wama adraka menunjukkan bahwa sesuatu itu tidak terjangkau atau hampir tidak terjangkau oleh nalar manusia.

Lailatul qadar sedemikian agung sehingga tidak terjangkau oleh nalar manusia. Sebab itu datangnya malam lailatul qadar tidak seorang pun yang mengetahui tepatnya kapan. Selama ini umat Islam hanya membaca tanda-tanda malam yang menurut Al-Qur’an lebih baik dari 1.000 bulan ini.

Betapa mulianya malam lailatul qadar karena mampu membawa seorang hamba pada ketakwaan yang hakiki. Untuk bertemu dengan malam lailatul qadar, seorang hamba sesungguhnya bisa mempersiapkan diri sedari awal Ramadhan tiba. Ini menunjukkan bahwa kebaikan harus bersifat kontinu sebagaimana kemuliaan yang ditunjukkan pada malam lailatul qadar dan dampaknya terhadap kehidupan di masa-masa yang akan datang.

Quraish Shihab mengungkapkan amalan-amalan agar seorang hamba bisa bertemu malam tersebut. Namun, yang harus diperhatikan ialah selain bertemu malam lailatul qadar, manusia juga mendapatkannya sehingga amalan-amalan baik harus dilakukan untuk mendapatkan kemuliaan malam tersebut.

Melakukan kebaikan

1. Al-Qur’an menyatakan, bahwa dalam malam lailatul qadar, Malaikat turun (QS Al-Qadr: 4). Ketika Malaikat turun dan mengunjungi seseorang, Malaikat senang dengan kebaikan, melingkupi kebaikan apa saja. Malaikat mendukung manusia yang berbuat baik. Dengan demikian, melakukan kebaikan secara terus-menerus bisa mengantarkan manusia mendapatkan malam lailatul qadar.

Lalu kebaikan yang seperti apa?

Berbuat baik juga terkait dengan kesempatan dan waktu. Artinya, manusia jangan menunda kebaikan, apalagi ketika orang lain sangat membutuhkan bantuan dan kebaikan tersebut saat itu juga. Di situlah malam kemuliaan akan datang kepada manusia yang Malaikat juga turut datang kepadanya.

2. Di malam lailatul qadar ada kedamaian sampai fajar (QS Al-Qadr: 5).

Artinya, damai dengan diri dan damai dengan orang lain. Damai itu ada damai aktif dan ada damai pasif. Misal ketika manusia naik bus, banyak orang di bus, lalu hanya duduk diam, tidak menyapa samping kiri dan samping kanannya. Hal itu termasuk damai, tetapi damai pasif.

Lain halnya dengan damai aktif yaitu ketika saling menyapa atau memberi sesuatu kepada orang lain dengan tujuan yang baik. Hal ini juga berlaku bahwa ketika manusia tidak bisa memuji orang lain, tidak perlu memakinya. Kalau tidak bisa memberi sesuatu kepada orang lain, jangan lalu mengambil haknya. Begitu juga kalau tidak bisa membantunya, jangan menjerumuskannya. Ini prinsip kedamaian yang dapat mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin seperti dijelaskan QS Al-Qadr ayat 5.

Di saat itulah manusia mendapat malam kemuliaan, yaitu malam lailatul qadar. Wallahu ‘alam bisshawab. (Fathoni) Berikut QS Al-Qadr: 1-5

(1) إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.

(2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?

(3) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

(4) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

(5) سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Amalan malam Lailatul Qadar

Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar menjelaskan ada beberapa amalan yang sangat dianjurkan di malam lailatul qadar. Ia menjelaskan:

روينا بالأسانيد الصحيحة في كتب الترمذي والنسائي وابن ماجه وغيرها عن عائشة رضي الله عنها قالتْ: قلتُ: يارسول اللَّه إن علمتُ ليلة القدر ما أقول فيها؟ قال: ” قُولي: اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فاعْفُ عَنِّي قال أصحابَنا رحمهم الله: يُستحبّ أن يُكثِر فيها من هذا الدعاء، ويُستحبّ قراءةُ القرآن وسائر الأذكار والدعوات المستحبة في المواطن الشريفة…..قال الشافعي رحمه الله: أستحبّ أن يكون اجتهادُه في يومها كاجتهاده في ليلتها، هذا نصّه، ويستحبّ أن يُكثرَ فيها من الدعوات بمهمات المسلمين، فهذا شعار الصالحين وعباد الله العارفين.

Artinya, “Kami riwayatkan dari sanad yang shahih dalam kitab al-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan lain-lain bahwa Aisyah pernah berkata, ‘Wahai Rasulullah, andaikan aku mengetahui lailatul qadar, apa yang bagus aku baca?’

Rasulullah menjawab, ‘Bacalah Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’

(Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku).’ Ulama kami berkata, disunahkan memperbanyak baca doa ini, baca Al-Qur’an, zikir, dan doa-doa yang disunahkan pada tempat atau waktu yang mulia….

Meskipun kita tidak tahu secara pasti kapan datangnya lailatul qadar, yang penting amalan ini dilakukan selama bulan Ramadhan, khususnya sepuluh terakhir Ramadhan.

Dianjurkan juga memperbanyak baca Al-Qur’an, zikir, dan doa-doa yang bermanfaat untuk umat Islam. Dalam pandangan Imam As-Syafi’i, amalan ini sebaiknya tidak hanya dilakukan di malam hari saja, tapi juga diperbanyak siang hari. Pasalnya, ia sendiri sangat menyukai melakukan amalan ini di siang hari, sebagaimana kesungguhannya di malam hari.

LIPUTAN6

Tanda-Tanda Lailatul Qadar

Para ulama telah bersepakat bahwa Lailatul Qadar terjadi sekali dalam satu tahun, dan itu ada di dalam bulan Ramadhan. Mengenai rincian waktu keberadaan Lailatul Qadar pada bulan Ramadhan, para ulama berbeda pendapat.

Meski demikian, setidaknya ada beberapa tanda yang dapat diketahui mengenai Lailatul Qadar. Ada empat tanda Lailatul Qadar sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam riwayat yang shahih.

Tanda pertama, matahari terbit di pagi hari tanpa sinarnya, seperti yang disabdakan Nabi SAW: “Matahari terbit pada pagi hari (yang malamnya merupakan malam Lailatul Qadar) tanpa cahaya yang menyilaukan. Ini seakan-akan seperti belanga hingga meninggi.” (HR Muslim)

Tanda kedua, yakni pada saat Lailatul Qadar, bulan terbit dengan menampakkan hanya separuhnya, seperti setengah mangkok. Dalam riwayat Abu Hurairah RA, dia berkata, “Kami pernah berdiskusi tentang Lailatul Qadar di sisi Rasulullah SAW. Kemudian beliau SAW bersabda, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR Muslim)

Tanda ketiga, yaitu terkait hawa udara dan suasana langit malam. Diriwayatkan Ibnu Khuzaimah, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ini (Lailatul Qadar) adalah malam yang cerah. Tidak panas maupun dingin. Kemudian, di pagi harinya (setelah melewati Lailatul Qadar), matahari bersinar dengan warna merah yang lemah.” (Disahihkan al-Albani)

Tanda keempat, ialah pemandangan langit malam dari bumi tampak cerah dan tidak tampak bintang yang dilempar ke setan-setan.

Diriwayatkan dari Watsilah bin Asqa’, Rasulullah SAW bersabda, “Lailatul Qadar ialah malam yang tenang. Tidak panas dan tidak pula dingin. Tidak ada mendung, hujan dan angin. Juga tidak ada bintang yang dilemparkan.” (HR Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir)

IHRAM

Berdasarkan Prediksi Imam Abu Hasan al-Syadzili, Malam Lailatul Qadar 2021 Jatuh di Tanggal Ini

Tak terasa saat ini umat Islam Indonesia telah masuk dalam bulan Ramadhan 1442 Hijriah atau tahun 2021 Masehi. Tidak dapat dipungkiri bahwa lailatul qadar menjadi momen yang paling dinanti oleh umat Islam pada bulan Ramadhan. Hal ini karena terdapat keagungan dan keistimewaan yang melingkupi malam tersebut, seperti derajatnya yang lebih baik dari seribu bulan, waktu dimana doa dikabulkan dan lain sebagainya. Sehingga menjadi wajar manakala masyarakat muslim Indonesia kemudian menantikannya untuk meraih keberkahan. Kapan malam lailatul qadar 2021?

Rasulullah menganjurkan kepada kita semua untuk terus berharap mendapatkan malam lailatul qadar, meski malam lailatul qadar tersebut tak menentu kapan datangnya. Karena yang mengerti kepastiannya hanyalah Allah. Namun, Rasulullah menginsyaratkan dalam hadis yang diceritakan dari Aisyah:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadan”. (HR. Al-Bukhari)

Keterangan di atas sekedar menginformasikan bahwa lailatul qadar itu  kemungkinan terjadi pada malam ganjil di sepuluh akhir bulan Ramadan. Para Ulama berbeda pendapat dalam memprediksi datangnya malam lailatul qadar. Salah satu pendapat ulama yang banyak dianut adalah pendapat Imam Abu Hasan al-Syadzili. Beliau merupakan tokoh sufi pendiri tarikat syadziliyah. Pendapat beliau mengenai jatuhnya malam lailatul qadar ini dapat dilihat dalam kitab Hasyiyah ash Shaawi ‘alal Jalaalain juz IV halaman 337. Sebagaimana dalam keterangan berikut :

فعن أبي الحسن الشاذلي إن كان أوله الأحد فليلة تسع وعشرين، أو الإثنين فإحدي وعشري أو الثلاثاء فسبع وعشرين أو الأربعاء فتسعة عشر أو الخميس فخمس وعشرين أو الجمعة فسبعة عشر أوالسبت فثلاث وعشرين

Jika awal Ramadhan hari Ahad maka Lailatul Qadar malam ke 29

Jika awal Ramadhan hari Senin maka Lailatul Qadar malam ke 21

Jika awal Ramadhan hari Selasa maka Lailatul Qadar malam ke 27

Jika awal Ramadhan hari Rabu maka Lailatul Qadar malam ke 19

Jika awal Ramadhan hari Kamis maka Lailatul Qadar malam ke 25

Jika awal Raamadhan hari Jumat maka Lailatul Qadar malam ke 17

Jika awal Raamadhan hari Sabtu maka Lailatul Qadar malam ke 23

Berdasarkan pendapat ulama di atas, untuk bulan Ramadhan tahun ini, yang mana umat Islam mayoritas memulai pada hari Selasa, maka Lailatul Qadar 1442 H. / 2021 M. jatuh pada malam ke 27 menurut pendapat Imam Abu Hasan al-Syadzili.

Demikian. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Benarkah Malam ke-27 adalah Malam Lailatul Qadar?

Sebagian orang menyangka bahwa malam lailatul qadar adalah pada malam ke-27 berdasarkan beberapa hadits yang menyebut malam lailatul qadar adalah malam ke-27. Semisal hadits dari Sahabat Ubay bin Ka’ab.  Beliau pernah bersumpah dan berkata,

وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

“Demi Allah aku tahu kapan malam itu, yaitu malam yang kita diperintahkan oleh Rasulullah untuk menghidupkannya, yaitu malam kedua puluh tujuh” [1]

Demikian juga hadits dari Mu’awiyah beliau menukil perkataan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺍﻟﻘَﺪْﺭِ ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺳَﺒْﻊٍ ﻭﻋِﺸْﺮﻳﻦَ

“Lailatul qadar pada malam kedua puluh tujuh.” [2]

Beberapa dalil lainnya menunjukkan malam lailatul qadar itu secara umum ada di antara 10 malam terakhir, tidak harus malam ke-27. Semisal hadits berikut,

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

التمسوها في العشر الأواخر فإن ضعف أحدكم فلا يغلبن على السبع البواقى

“Carilah di sepuluh malam terakhir, apabila tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh malam tersisa.” [3]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى

“Carilah malam lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Pada malam kedua puluh sembilan, kedua puluh tujuh, kedua puluh lima”. [4]

Kompromi dari dalil-dalil tersebut adalah malam ke-27 merupakan malam yang paling diharapkan jatuhnya malam lailatul qadar dan bisa jadi mayoritasnya ada pada malam ke-27.

Syaikh Muhammah bin Shalih Al-‘Ustaimin menjelaskan,

ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﻟﻴﻠﺔ ﺳﺒﻊ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺃﺭﺟﻰ ﻣﺎ ﺗﻜﻮﻥ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﻓﻴﻬﺎ، ﻛﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃُﺑﻲّ ﺑﻦ ﻛﻌﺐ -ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ

“Malam ke-27 adalah malam yang paling diharapkan sebagai malam lailatul qadar, sebagaimana pada hadits Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu”. [5]

Inilah pendapat pertengahan yang mengkompromikan berbagai dalil, karena malam lailatul qadar itu berpindah-pindah setiap tahunnya.

Al Imam An-Nawawi berkata,

. ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤُﺤَﻘِّﻘُﻮﻥَ : ﺇِﻧَّﻬَﺎ ﺗَﻨْﺘَﻘِﻞ ﻓَﺘَﻜُﻮﻥ ﻓِﻲ ﺳَﻨَﺔ : ﻟَﻴْﻠَﺔ ﺳَﺒْﻊ ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳﻦَ ، ﻭَﻓِﻲ ﺳَﻨَﺔ : ﻟَﻴْﻠَﺔ ﺛَﻠَﺎﺙ ، ﻭَﺳَﻨَﺔ : ﻟَﻴْﻠَﺔ ﺇِﺣْﺪَﻯ ، ﻭَﻟَﻴْﻠَﺔ ﺃُﺧْﺮَﻯ ﻭَﻫَﺬَﺍ ﺃَﻇْﻬَﺮ . ﻭَﻓِﻴﻪِ ﺟَﻤْﻊ ﺑَﻴْﻦ ﺍﻟْﺄَﺣَﺎﺩِﻳﺚ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﻠِﻔَﺔ ﻓِﻴﻬَﺎ

“Menurut para ulama peneliti: lailatul qadar itu berpindah-pindah setiap tahunnya. Terkadang pada satu tahun terjadi pada malam ke-27, terkadang pada malam ke-23, atau pada malam ke-21, atau di malam lainnya. Inilah pendapat yang lebih kuat karena mengkompromikan berbagai hadits-hadits yang ada.”[6]

Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, 

ﺃﺭﺟﺢ ﺍﻷﻗﻮﺍﻝ ﺃﻧﻬﺎ ﻓﻲ ﻭﺗﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﺧﻴﺮﺓ ﻭﺃﻧﻬﺎ ﺗﻨﺘﻘﻞ

“Pendapat terkuat bahwa lailatul qadar pada malam ganjil 10 hari terakhir dan berpindah-pindah. [7]

Demikian semoga bermanfaat.

Penyusun: Raehanul Bahraen

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/40287-benarkah-malam-ke-27-adalah-malam-lailatul-qadar.html

Bisakah Meraih Lailatul Qadar di Rumah?

Sebentar lagi kita akan memasuki Al ‘Asyru Al Awakhir (10 hari terakhir) Ramadhan. Dan itu berarti Ramadhan sudah memasuki babak akhir dan akan segera berakhir. Para juara Ramadhan yang berhak disematkan gelar takwa justru akan ditentukan pada sepuluh hari terakhir Ramadhan ini, karena di dalamnya, kata Nabi Muhammad SAW termasuk terjadi Lailatul Qadar.

Ibnu Rajab berkata, “Wahai hamba-hamba Allah, sungguh bulan Ramadhan ini akan segera pergi dan tidaklah tersisa darinya kecuali sedikit. Maka barang siapa telah mengisinya dengan baik, hendaklah menyempurnakannya. Dan siapa yang belum maksimal mengisinya dengan baik, hendaklah ia mengakhirinya dengan (amal-amal) yang baik.”

Ibnul Jauzi berkata, “Sesungguhnya kuda pacu apabila sudah mendekati garis finis, ia akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk memenangkan lomba. Maka jangan sampai Anda kalah cerdas dari kuda, karena sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh penutupnya. Jika anda belum menyambut Ramadhan dengan baik, paling tidak Anda dapat melepasnya dengan baik.”

Maka, bagi yang ingin meraih sukses Ramadhan dan memperoleh Lailatul Qadar, tidak ada kata lain selain meningkatkan kesungguhan beribadah dan melipatgandakan dalam memproduksi amal salih di sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Namun, di tengah pandemi Covid-19, dan guna mencegah penyebaran virus corona, kita semua diperintah untuk di rumah saja, sehingga kita tidak bisa beribadah iktikaf di masjid, padahal iktikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan sangat dianjurkan (sunnah muakkadah). Amalan mulia yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW.

Sebagaimana penuturan Aisyah RA dalam hadits sahih, bahwa Rasulullah selalu iktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, bahkan pada tahun beliau wafat, beliau iktikaf 20 hari. Apakah kita bisa tetap meraih Lailatul Qadar di rumah, tanpa iktikaf di masjid?

Insya Allah bisa. Iktikaf di Masjid pada malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah salah satu cara dan langkah yang baik dan potensial menghidupkan malam-malam itu dengan ibadah guna meraih Lailatul Qadar. Namun, iktikaf bukan satu-satunya cara meraih Lailatul Qadar. Sebab, rukun iktikaf itu ada dua; niat taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan berdiam di masjid.

Maka, dengan berniat dan bertekad untuk iktikaf di masjid, namun karena terhalang wabah virus corona, sehingga kita lakukan di rumah, dan dengan menghidupkan malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan dengan beragam ibadah, seperti dengan memperbanyak salat qiyamullail (tahajud), tilawah, sedekah, zikir, dan doa mudah-mudahkan kita tetap mendapatkan pahala iktikaf di masjid.

Sebab, Nabi SAW bersabda, “Maka barangsiapa yang berkeinginan kuat melakukan suatu kebaikan, namun tidak melakukannnya (seperti karena terhalang wabah atau lainnya), Allah akan tetap mencatat di sisi-Nya, sebagai kebaikan yang sempurna.”

Selain itu, masih ada beberapa tips dan langkah lain untuk meraih Lailatul Qadar, di antaranya; pertama, mengenal hakikat Lailatul Qadar. Makna Al Qadr adalah At Ta’zhim, malam yang penuh keagungan dan keistimewaan sehingga orang yang menghidupkannya memiliki keagungan dan keistimewaan. Juga At Tadhyiiq, yaitu dirahasiakan mengetahui kepastian waktunya, atau karena bumi disesaki oleh para malaikat. Diatur pada malam itu semua urusan sepanjang masa.

Adapun keutamaan dan keistimewaan Lailatul Qadar: malam diturunkannya Al Quran; pengagungan Allah terhadapnya dengan firman-Nya; disifati sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan; turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril membawa berkah dan rahmat; penuh keselamatan dan kesejahteraan sehingga setan tidak dapat berbuat keburukan; dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, seperti hidup, mati, rezeki, untung, rugi.

Waktu Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah agar para hamba-Nya bersungguh-sungguh untuk mencarinya. Hanya saja Nabi SAW memberitakan bahwa kemungkinan besar hal itu terjadi pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dan lebih besar lagi kemungkinannya di malam-malam ganjil, dan dari malam-malam ganjil itu, malam kedua puluh tujuh lebih besar lagi kemungkinannya, bahkan Ubay bi Ka’ab sampai bersumpah tentang ini.

Namun, semua itu tetap bagian dari tafaa’ul (optimisme). Kemudian sebagian ulama menguatkan bahwa hal ini bisa berganti-ganti tiap tahun. Bagi Rasulullah, langkah ini ditandai dengan turunnya surat Al Qadr. Melalui surat ini Allah mengenalkan kepada Rasul-Nya Lailatul Qadar dan keutamaan-keutamaannya. Karenanya, mengenal hakikat Lailatul Qadar adalah sebuah keniscayaan jika kita ingin keluarga kita menjadi peraih ‘medali’ malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Kedua, menata niat dalam menggapai Lailatul Qadar. Ketiga, melipatgandakan kesungguhan dari malam-malam sebelumnya. Keempat, menghidupkan malam-malam itu dengan ibadah. Begitulah yang dilakukan oleh Rasulullah, sebab jika pada 20 hari pertama Ramadhan, beliau masih mencampur salat dan tidur, namun pada 10 hari terakhir Ramadhan beliau menghidupkan mayoritas malamnya dengan ibadah dan menyedikitkan tidur.

Kelima, membangunkan keluarga. Rasulullah SAW memuji suami-istri yang selalu bekerja sama dalam taat kepada Allah sebagaimana sabdanya: “Semoga Allah merahmati suami yang bangun malam menunaikan salat (tahajud) dan membangunkan istrinya. Jika ia enggan, dicipratkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati istri yang bangun malam menunaikan salat dan membangunkan suaminya. Jika ia enggan, dicipratkan air ke wajahnya.”

Adalah kebiasaan Rasulullah membangunkan istrinya Aisyah jika beliau selesai tahajud dan sebelum mengerjakan salat witir. Dalam riwayat yang sahih diceritakan bahwa Nabi SAW pada malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadhan membangunkan keluarganya, seperti suatu malam beliau pernah mengetuk pintu rumah putrinya Fathimah dan suaminya Ali bin Abu Thalib sambil mengatakan: “Tidakkah kalian berdua bangun untuk mengerjakan salat?”

Hal ini juga dilakukan oleh para sahabat. Disebutkan dalam kitab Al Muwaththa’ karya Imam Malik bahwasanya Umar bin Khaththab mengerjakan salat malam (tahajud), begitu memasuki separuh malam baru beliau membangunkan keluarganya untuk menunaikan salat dengan mengatakan kepada mereka: “Salat! Salat!” dan membaca ayat 132 dalam QS Thaahaa yang artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”

Keenam, menjauhi istri agar dapat konsentrasi beribadah. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah seperti diceritakan oleh Aisyah: “Dahulu Rasululullah shallallahi ‘alaihi wasallam apabila memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, menghidupkan malam (dengan ibadah), membangunkan keluarganya dan mengikatkan dengan erat sarungnya.”

Ketujuh, mengakhirkan makan sampai sahur. Kedelapan, mandi di antara Maghrib dan Isyak. Kesembilan, berdoa. Sebagai hamba Allah kita hanya berkewajiban berusaha, akhirnya hanya Allah-lah yang menentukan. Namun, Allah menjanjikan bahwa hidayah, taufik dan pertolongan-Nya akan diberikan kepada para hamba-Nya yang bersungguh-sungguh (QS Al ‘Ankabuut: 69).

Karena itu, selain dengan usaha-usaha lahir di atas, kita juga harus melakukan usaha batin, di antaranya dengan berdoa kepada Allah agar kita termasuk orang-orang yang diberikan taufiq untuk menggapai Lailatul Qadar.


Dan selama menghidupkan malam-malam itu dengan salat, tilawah Al Quran, zikir, dan sedekah kita juga banyak memperbanyak doa. Di antara doa yang selalu kita baca di malam-malam itu adalah Allaahumma innaka afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, maka maafkanlah aku).

Dr. Ahmad Kusyairi Suhail, MA dosen FDI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sekjen IKADI

DETIK RAMADHAN

Ciri-Ciri Malam Lailatul Qodar

Bulan Ramadhan merupakan salah satu bulan yang diistimewakan oleh umat Islam. Di dalam bulan Ramadhan, Allah SWT memberikan keistimewaan umat Nabi Muhammad SAW dibandingkan umat-umat nabi sebelumnya, khususnya keistimewaan dalam ganjaran beribadah. Salah satu keistimewan Bulan Ramadhan adalah adanya Lailatul Qodar (malam seribu bulan). Inilah malam yang membuat umat nabi Muhammad SAW begitu istimewa.

 

Namun, adalah rahasia Allah SWT kapan lailatul qodar itu bisa ditemukan. Rahasia ini, tiada lain agar kita menjalankan ibadah di bulan suci ini, dari awal hingga bulan Ramadhan itu berakhir. Banyak riwayat atau hadis yang mengisyaratkan lailatul qodar itu datang di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, khsusunya di bilangan ganjil, sebagaimana sabda Rasulullah saw,

”Carilah dia (lailatul qodr) pada sepuluh malam terakhir di malam-malam ganjil.” (HR. Bukhori Muslim).

 

Ciri-ciri Lailatul Qodar

Dinamakan lailatul qodar karena pada malam itu, Allah SWT memerintahkan malaikat untuk menuliskan ketetapan tentang kebaikan, rezeki dan keberkahan di tahun ini, sebagaimana firman Allah SWT :

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ ﴿٣﴾
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴿٤﴾
أَمْرًا مِّنْ عِندِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ ﴿٥﴾

Artinya : ”Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya kami adalah yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Ad Dukhan : 3 – 5)

Al Qurthubi mengatakan pada malam itu para malaikat turun dari setiap langit dan dari sidrotul muntaha ke bumi dan mengaminkan doa-doa yang diucapkan manusia hingga terbit fajar. Para malaikat dan jibril as turun dengan membawa rahmat atas perintah Allah swt juga membawa setiap urusan yang telah ditentukan dan ditetapkan Allah di tahun itu hingga yang akan datang. Lailatul Qodr adalah malam kesejahteraan dan kebaikan seluruhnya tanpa ada keburukan hingga terbit fajar, sebagaimana firman-Nya :

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥﴾

Artinya : ”Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qodr : 4 – 5)

Diantara hadits-hadits yang menceritakan tentang tanda-tanda lailatul qodr adalah :

  1. Sabda Rasulullah saw,”Lailatul qodr adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak dingin, matahari pada hari itu bersinar kemerahan lemah.” Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah yang dishahihkan oleh Al Bani.
  2. Sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya aku diperlihatkan lailatul qodr lalu aku dilupakan, ia ada di sepuluh malam terakhir. Malam itu cerah, tidak panas dan tidak dingin bagaikan bulan menyingkap bintang-bintang. Tidaklah keluar setannya hingga terbit fajarnya.” (HR. Ibnu Hibban)
  3. Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya para malaikat pada malam itu lebih banyak turun ke bumi daripada jumlah pepasiran.” (HR. Ibnu Khuzaimah yang sanadnya dihasankan oleh Al Bani)
  4. Rasulullah saw berabda,”Tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya cerah tanpa sinar.” (HR. Muslim)

Karena tidak ada yang mengetahui kapan jatuhnya lailatul qodr itu kecuali Allah SWT maka cara yang terbaik untuk menggapainya adalah beritikaf di sepuluh malam terakhir sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

 

Ciri-ciri Orang Yang Mendapatkan Lailatul Qodar

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa melakukan qiyam lailatul qodr dengan penuh keimanan dan pengharapan (maka) dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.”

Juga doa yang diajarkan Rasulullah saw saat menjumpai lailatul qodr adalah ”Wahai Allah sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi Maaf, Engkau mencintai pemaafan karena itu berikanlah maaf kepadaku.” (HR. Ibnu Majah)

Dari kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa dianjurkan bagi setiap yang menginginkan lailatul qodar agar menghidupkan malam itu dengan berbagai ibadah, seperti : shalat malam, tilawah Al Qur’an, dzikir, doa dan amal-amal shaleh lainnya. Dan orang yang menghidupkan malam itu dengan amal-amal ibadah akan merasakan ketenangan hati, kelapangan dada dan kelezatan dalam ibadahnya itu karena semua itu dilakukan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridho Allah swt.

 

Dikutip dari Era Muslim

 

 

Kita Bisa Memiliki Pahala Melebihi Umat Nabi Sebelumnya

Umat Nabi Muhammad SAW adalah umat terakhir di muka bumi ini. Usia umat Rasulullah SAW ini, pendek-pendek. Bahkan, kalau kita melihat usia Nabi Muhammad SAW yang wafat di usia 63 tahun, maka usia manusia di akhir zaman ini  berada di sekitar 63 tahunan. Berbeda dengan umat nabi sebelumnya, yang bisa mencapai usia ratusan tahun.

Usia umat Nabi Muhammad SAW dibisa dibilang teramat pendek, sehingga kalau dihitung seberapa besar waktu yang digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT, pastinya pahala umat Rasulullah SAW  tak seberapa. Namun, bukan berarti umat Nabi Muhammad SAW tak bisa memiliki pahala melebihi yang terima umat-umat dari nabi sebelumnya.

Bersyukurlah kita yang menjadi umat Nabi Muhammad SAW, karena kasih sayang Allah-lah membuat umat Rasulullah SAW ini mempunyai kesempatan  memiliki pahala melebihi pahala yang diterima umat nabi-nabi sebelumnya. Salah satunya janji Allah SWT melalui Malam Lailatul Qodar, dimana pahala yang kita terima bisa berlipat-lipat.

 

Dari berbagai sumber

Kisah Rasulullah Mendapatkan LAILATUL QADAR di Malam ke 27 ( 5-Habis)

YA ALLAH…Kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, siapa lagi yang akan memaafkan dan mengampuni kami Ya Allah. Jika tidak ada maaf dan ampunanMu niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.

YA ALLAH…Anugrahkanlah kepada kami, istri-istri dan keturunan yang dapat menyenangkan dan menggembirakan hati kami dan jadikanlah kami sebagai orang-orang yang bertakwa.

YA ALLAH…Kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan. Kami telah mengikuti RasulMu Muhammad, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi.

YA ALLAH…Kami sadar bahwa amal-amal kami didunia hanya sedikit dan kami selalu menyalahi apa-apa yang telah Engkau tetapkan, akan tetapi janganlah Engkau hinakan kami dari hari kiamat kelak, sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.

YA ALLAH…Ampunilah kami serta kedua orang tua kami, saudara-saudara kami, anak dan isteri kami dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hari dimana Engkau menghisab semua amal-amal kami selama di dunia.

YA ALLAH…Berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam segala urusan kami. YA ALLAH…Jadikanlah kami dan keturunan kami sebagai orang-orang yang tetap mendirikan shalat. YA ALLAH…Dengarkanlah dan kabulkanlah semua do’aku.

Bagi yang belum pernah bertemu atau melihat malam yang penuh berkah tersebut, maka berjuanglah untuk mendapatkannya. Karena itulah salah satu di antara pengalaman kisah nyata yang dianjurkan oleh Rasulullah, yaitu mencari dan bertemu atau melihat malam lailatul qodar di bulan Ramadhan ini. Wallahu A’lam.

 

sumber: Palembang TribunNews