Jangan Marah

Suatu waktu Ibnu Umar radhiya Allahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah SAW, ”Apa yang bisa menjauhkan aku dari murka Allah ‘Azza wa Jalla?” Rasul langsung menjawab, ”Jangan marah!”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa orang yang menahan marah padahal dia sanggup melampiaskannya, akan dipanggil Allah di hadapan semua makhluk dan disuruh memilih bidadari yang mana saja dia suka. Lain waktu, Rasulullah SAW sampai mengulang tiga kali sabdanya, ketika salah seorang sahabat meminta nasihat kepada beliau. ”Jangan marah!” Bahkan, beliau menyampaikan kabar gembira bagi orang yang mampu menahan marah. ”Dan bagimu adalah surga!”

Subhanallah, karena kita bisa menahan marah ternyata surga dengan semua kenikmatan di dalamnya adalah balasan kita.

Marah adalah nyala api dari neraka. Seseorang pada saat marah, mempunyai kaitan erat dengan penghuni mutlak kehidupan neraka, yaitu setan saat ia mengatakan, ”Saya lebih baik darinya (Adam–Red); Engkau ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS Al-A’raf: 12). Tabiat tanah adalah diam dan tenang, sementara tabiat api adalah bergejolak, menyala, bergerak, dan berguncang.

Marah berarti mendidih dan bergolaknya darah hati yang terlampiaskan. Oleh sebab itu, bila sedang marah, api amarah menyala dan mendidihkan darah hatinya lalu menyebar ke seluruh tubuh. Bahkan, hingga naik ke bagian atas seperti naiknya air yang mendidih di dalam bejana. Karena itulah, wajah, mata, dan kulit yang sedang marah tampak memerah. Semua itu menunjukkan warna sesuatu yang ada di baliknya seperti gelas yang menunjukkan warna sesuatu yang ada di dalamnya.

Jika seseorang marah, tapi tidak bisa dilampiaskan, karena tidak ada kemampuan, misalnya, kepada atasan atau pimpinan, maka darah justru akan menarik diri dari bagian luar kulit ke dalam rongga hati. Sehingga, ia berubah menjadi kesedihan. Karenanya, biasanya warnanya pun menguning dan muka pun berubah murung.

Manusia bila ditilik dari sifat marah ada empat kelompok. Pertama, cepat marah, cepat sadar (ini merupakan sesuatu yang buruk). Kedua, lambat marah, lambat sadar (ini kurang terpuji). Ketiga, cepat marah, lambat sadar (adalah sifat yang terburuk). Dan terakhir, lambat marah, cepat sadar (inilah yang baik).

Orang yang lambat marah tapi segera sadar adalah sosok Mukmin yang terpuji. Karena ia berusaha mencerna dan mengelolanya dengan baik, sehingga di akhir kemarahannya yang singkat itu ada proses mengingatkan dan pelajaran. Marah karena sayang. Nah, kira-kira di mana posisi kita saat marah? Wa Allahu a’lam.

 

REPUBLIKA

Jangan Marah, Bagimu Surga

SALAH satu senjata setan untuk menjerumuskan manusia ke dalam keburukan adalah marah. Dengan cara ini, setan bisa dengan sangat mudah mengendalikan manusia.

Karena marah, orang bisa dengan mudah mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat takdir, berbicara kasar atau jorok, mencaci maki, bahkan sampai kalimat carai yang membubarkan rumah tangganya.

Banyak sekali dampak yang ditimbulkan karena sifat marah ini. Oleh karena itu, rasa marah dalam diri kita mesti dikontrol. Sebagai agama yang sempurna, Islam sangat menekankan kepada umat manusia untuk berhati-hati ketika emosi.

Salah satunya melalui hadits berikut ini:

“Jangan marah, bagimu surga.” (HR. Thabrani dan dinyatakan sahih dalam kitab sahih At-Targhib no. 2749)

Lalu bagaimana mengendalikan emosi? Ada beberapa tips yang akan dibagikan kali ini dalam mengontrol emosi. Tips ini insya Allah ampuh apabila dilakukan secara konsisten.

1. Segera memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan dengan membaca taawudz

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca taawudz: A-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Diam

Biasanya saat marah kita cenderung ingin melakukan sikap defense atau membela diri. Namun Islam mengajarkan kita untuk lebih baik memilih diam ketika emosi sedang bergejolak. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).

3. Mengambil posisi lebih rendah

Salah satu penyebab munculnya marah adalah karena merasa rendah atau direndahkan. Oleh karena itu, sikaf refleks yang timbul justru ingin terlihat tinggi. Namun Rasulullah menyuruh kita untuk mengambil posisi rendah saat emosi sedang bergejolak. Sabda Rasulullah SAW berikut menjelaskan perihal ini.

Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur. (HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).

4. Segera berwudhu atau mandi

Marah itu berasal dari setan dan setan diciptakan dari api. Maka logika yang sangat tepat untuk meredakan amarah tersebut dengan wudhu atau mandi. Berikut sebuah hadis yang menerangkan hal ini.

“Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu. (HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784)

5. Ingatlah hadis ini ketika marah

Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani)

Satu lagi, yang bisa anda ingat ketika marah, agar bisa meredakan emosi anda:

Hadis dari Ibnu Umar,

“Siapa yang menahan emosinya maka Allah akan tutupi kekurangannya. Siapa yang menahan marah, padahal jika dia mau, dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat. (Diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam Qadha Al-Hawaij, dan dinilai hasan oleh Al-Albani). []

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2343955/jangan-marah-bagimu-surga#sthash.rSdjnFhx.dpuf

Marahmu Membatalkan Puasamu

ALKISAH, suatu hari di bulan Ramadan, Rasulullah saw mendengar seorang perempuan sedang memaki-maki seseorang.

Nabi pun kontan mengambil makanan dan menyuruh perempuan itu memakannya. “Saya sedang berpuasa, ya Rasulullah,” jawab perempuan itu.

“Bagaimana mungkin engkau mengaku berpuasa, padahal kau baru saja maki-maki orang lain,” kata Rasulullah. “Puasa bukan hanya menahan makan dan minum saja.”

Nabi melanjutkan, “Allah telah menjadikan puasa sebagai penghalang dari perbuatan atau perkataan yang tercela dan merusak puasa.”

“Alangkah sedikitnya orang berpuasa, alangkah banyaknya orang yang lapar,” kata Rasul.

 

[ Islamindonesia]
– See more at: http://ramadhan.inilah.com/read/detail/2305760/marahmu-membatalkan-puasamu#sthash.g3BSdF39.dpuf

Menahan Marah Perbuatan Mulia

Abu Hurairah RA menuturkan, seorang laki-laki berkata kepada Nabi, “Berilah aku wasiat.” Beliau SAW bersabda, “Jangan marah!” Laki-laki itu bertanya berulang-ulang dan tetap dijawab Beliau SAW, “Jangan marah!” (HR Al-Bukhari).

Salah satu hal yang berisiko menyebabkan kematian dini adalah marah. Belum lama ini, riset dari Iowa State University menunjukkan, 25 persen orang yang suka marah memiliki risiko kematian 1,57 kali lebih besar dibanding mereka yang lebih sedikit merasa marah. Penelitian diambil dari 1.307 pria yang telah dipantau selama 40 tahun.

Riset ini mempertegas apa yang telah disampaikan Nabi SAW ribuan tahun silam ketika memberi nasihat kepada seorang laki-laki. Berkali-kali laki-laki tersebut meminta nasihat, dan berkali-kali pula Nabi menasihatinya untuk tidak marah.

Wasiat yang tampaknya sederhana dan simpel, tetapi efeknya sangat besar. Sering marah ternyata dapat mempercepat risiko kematian dini. Dengan kata lain, sering marah dapat memperpendek umur.

Umur sejatinya adalah rahasia Allah dan tidak ada yang tahu kecuali Dia semata. Manusialah yang berperan pada panjang atau pendeknya umur dengan ikhtiarnya.

Orang yang sakit berat, misalnya, akan berusaha untuk tetap panjang umur dengan cara berobat. Orang yang karena frustrasi atau sebab yang lainnya, misalnya, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Jadi, manusialah yang pada akhirnya menentukan umurnya. Dalam hal ini, dengan wasiat untuk tidak marah, Nabi secara tidak langsung memberi resep agar manusia panjang umur. Menahan marah berpotensi panjang umur karena orang tersebut akan sehat, baik sehat fisik maupun nonfisik. Secara fisik para ahli kesehatan telah menyatakan bahwa marah dapat memicu risiko tekanan darah tinggi dan sakit jantung.

Secara nonfisik, orang yang jarang marah hidupnya cenderung lebih tenang, rileks, dan stabil. Artinya, orang ini akan cenderung lebih bahagia hidupnya. Kebahagiaan inilah yang dapat membuat seseorang panjang umur karena tidak ada beban di pikiran dan hatinya. Hidupnya penuh dengan ketulusan dan keikhlasan.

Selain berisiko buruk bagi orang yang suka marah, marah juga dapat berefek buruk bagi orang lain. Karena marah, orang lain dapat mengalami hal buruk, bahkan lebih buruk. Karena marah, orang bisa berkelahi hingga jatuh korban. Karena marah, hubungan dengan orang lain bisa terputus.

Karena marah, muncul dendam terpendam di hati yang sewaktu-waktu dapat meletup. Karena marah juga, hilang rasa kasih sayang, yang ada hanya kebencian. Ini jelas merusak hubungan sosial.

Menahan marah dalam sebuah hadis dikatakan sebagai perbuatan yang paling mulia di sisi Allah. Nabi bersabda, “Tidak ada sesuatu yang ditelan seorang hamba yang lebih utama di sisi Allah daripada menelan (menahan) amarah yang ditelannya karena mencari keridaan Allah.” (HR Ahmad)

Menahan marah juga disebutkan menjadi salah satu karakter orang bertakwa yang akan memperoleh ampunan Allah dan surga-Nya yang seluas langit dan bumi. Allah berfirman, “Dan, bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS Ali Imran [3]:133-134).Wallahu a’lam.

 

Oleh: Nur Farida

sumber; Republika Online