Inilah Adab Menyambut Ramadhan

Sahabat dan Tabi’in, selalu bergembira dengan kedatangan Ramadhan dan berdoa akan dipertemukan di bulan mulia ini

RAMADHAN segera tiba.  Umat Islam diperintahkan menyambut bulan mulia tersebut dengan sungguh-sungguh.

Karenanya, perlu persiapan yang matang, baik jasmani maupun ruhani.  

Ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan dalam rangka menyambut bulan suci tersebut.  

Pertama, berdoa agar Allah SWT mempertemukan dengan bulan Ramadhan.

Rasulullah ﷺ apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdoa,

اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان

Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (Riwayat  Ahmad dan Ath-Thabrani).

Tentunya dengan doa ini kita berharap menemui bulan suci tersebut dalam keadaan sehat dan  kuat, serta bersemangat beribadah.

Kedua, mengawali puasa di Bulan Sya’ban.

Sebelum melaksanakan puasa Ramadhan, Rasulullah ﷺ biasanya melakukan puasa Sunnah di bulan Sya’ban. Aisyah menginformasikan bahwa beliau tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ berpuasa Sunnah sebanyak di bulan Sya’ban. 

Dari Aisyah, ia berkata:

كانَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ يصومُ حتَّى نقولَ لا يُفطِرُ ويُفطِرُ حتَّى نقولَ لا يصومُ وما رأيتُ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ استَكملَ صيامَ شَهرٍ قطُّ إلَّا رمضانَ وما رأيتُه في شَهرٍ أكثرَ صيامًا منهُ في شعبانَ

“Dan tidaklah aku melihat Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasa satu bulan sama sekali kecuali pada Ramadhan, dan tidaklah aku melihat beliau dalam satu bulan lebih banyak melakukan puasa daripada berpuasa pada bulan Sya’ban.” (Riwayat Abu Dawud)

Ketiga, berbekal ilmu dan pemahaman terhadap hukum-hukum Ramadhan.

Setiap Muslim diwajibkan membekali diri dengan ilmu ketika hendak beribadah kepada Allah SWT. Demikian halnya ketika hendak melaksanakan ibadah Ramadhan.

Ini dimaksudkan agar puasanya sah dan diterima oleh Allah Ta’ala. Allah berfirman:

فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

“Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tak mengetahui.” (QS: Al-Anbiya’ [21]: 7).

Keempat, bergembira dan berbahagia dengan datangnya Ramadhan.

Rasulullah ﷺ dahulu memberi berita gembira kepada para Sahabatnya dengan kedatangan Ramadhan. Beliau bersabda;

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan Mubarak (bulan yang diberkahi). Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad, shahih)

Demikian pula kalangan Sahabat dan Tabi’in, selalu bergembira dengan kedatangan Ramadhan.

Kelima, membuat program untuk memperoleh kebaikan di bulan Ramadhan.

Kaum Muslimin hendaknya menyibukkan diri di bulan Ramadhan dengan ketaatan dan ibadah. Tentunya hal ini bisa dilakukan jika sudah memiliki rencana-rencana amal yang akan dikerjakan pada siang dan malam Ramadhan.

Keenam, tidak berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan.

Hal itu didasarkan pada hadits Rasulullah ﷺ yang melarang umat Islam berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan dalam rangka berjaga, kecuali yang biasa puasa sunnah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ

Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan kecuali seseorang yang punyakebiasaan puasa, maka bolehlah ia berpuasa.” (HR. Bukhari no. 1914 dan Muslim no. 1082).

Demikianlah beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam menyambut bulan yang penuh berkah ini.*/ Bahrul Ulum

HIDAYATULLAH

Menyambut Ramadhan

Ramadhan adalah sekolah untuk menggembleng spiritualitas.

Sebentar lagi bulan mulia itu akan tiba. Satu bulan yang penuh dengan rahmat dan keberkahan sehingga di dalamnya ada pengampunan dan doa dikabulkan. Pada bulan ini juga ada jaminan pembebasan dari api neraka bagi mereka yang mengisi bulan suci dengan penuh keikhlasan. 

Ramadhan adalah bulan istimewa sehingga ibadah puasa menjadi milik Sang Penguasa Alam Semesta. Rasulullah SAW bersabda, “Semua amal manusia adalah miliknya kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberikan balasannya.” (HR Bukhari).

Saking istimewanya, tidak mengherankan jika Nabi SAW selalu menampakkan kerinduan terhadap Ramadhan dengan melantunkan sebuah doa ketika memasuki bulan Rajab. “Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban, dan sampaikanlah (pertemukanlah) kami dengan bulan Ramadhan.” Rasulullah sungguh merindukan bulan Ramadhan.

Beliau tidak hanya memohon keberkahan bulan Rajab dan Sya’ban saja, tapi juga memohon supaya bisa berjumpa dengan Ramadhan. Bahkan, Rasulullah selalu melakukan persiapan khusus, yakni dengan memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban.

Sebagai Muslim, sambutlah Ramadhan dengan sukacita. Persiapkan jasmani dan rohani. Mantapkan keimanan serta luruskan niat. Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengingatkan umat Islam untuk menyambut bulan Ramadhan dengan terlebih dahulu menyucikan diri dari dosa dan bertobat dari semua kesalahan masa lalu.

Bersihkan hati sebelum bertemu dengan bulan suci. Dengan begitu, Ramadhan tidak hanya menjadi sarana untuk meningkatkan kuantitas ibadah, tapi juga kualitas penghambaan kita kepada Allah SWT.https://www.youtube.com/embed/4oL8yHjhbNE

Ramadhan adalah sekolah untuk menggembleng spiritualitas. Ibadah puasa menjadi sarana untuk meningkatkan religiositas. Pencapaian akhir yang diharapkan adalah ketakwaan kepada Allah SWT. Berkaitan dengan itu, Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah:183).

Buah dari puasa adalah takwa. Derajat takwa tidak akan bisa dicapai jika hanya mengandalkan puasa jasmani semata. Puasa yang dimensinya hanya ritual formal saja. Puasa semacam ini disebut Imam al-Ghazali sebagai puasa awam.

Barangkali puasa seperti inilah yang diwanti-wanti oleh Rasulullah SAW, “Banyak orang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa pun dari puasanya kecuali rasa lapar saja.” (HR Imam Ahmad).

Dalam berpuasa, kita tidak hanya berfokus pada dimensi ritual formal saja, tetapi juga harus memperhatikan dimensi spiritual. Dalam berpuasa, kita harus mampu menahan lapar, dahaga, nafsu, pancaindra, dan juga menghindari apa saja yang dilarang hati nurani. Di tahap itulah akal dan pikiran kita juga mesti ikut berpuasa.

Wallahu a’lam.

OLEH ABDILLAH

KHAZANAH REPUBLIKA

Marhaban Ya Ramadhan..! (2)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Apabila masuk bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syaithan-syaithan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Apabila malam pertama bulan Ramadhan tiba, maka syaithan-syaithan dan jin-jin Ifrit dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup sehingga tidak satupun darinya terbuka, dan pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak satupun pintu yang tertutup. Kemudian ada seorang (malaikat) penyeru yang memanggil: “Wahai pencari kebaikan sambutlah dan wahai para pencari kejahatan kurangilah”, dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).

Para pelaku maksiat merasa dipersempit ruang gerak untuk berbuat maksiat pada bulan Ramadhan. Karena, pada bulan Ramadhan mereka harus menahan nafsunya. Tempat-tempat maksiat, hiburan-hiburan yang mengumbar birahi ditutup serta fasilitas maksiat ditutup. Terlebih lagi para syaithan yang menjadi guru para pelaku maksiat selama ini dibelenggu pada bulan Ramadhan. Begitu pula nafsu yang menjerumuskan manusia ke neraka juga dikekang dengan ibadah puasa. Karena puasa itu adalah penahan nafsu dan maksiat sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam“ Puasa itu Junnah (penahan nafsu dan maksiat)” (HR. Ahmad, Muslim dan An-Nasa’i)

Ramadhan merupakan bulan maghfirah (pengampunan dosa). Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: ”Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at dan Ramadhan ke Ramadhan  menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi”. (HR. Muslim). Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: ”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala , makadiampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim). Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam juga bersabda: ”Barangsiapa yang berpuasa yang melakukan qiyam Ramadhan  (shalat tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala , niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ramadhan merupakan bulan itqun minan nar (pembebasan dari Api neraka). Setiap malam di bulan Ramadhan Allah membebaskan hamba-hamba yang dikehendaki dari api neraka. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam  bersabda, “Dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).

 

Pada bulan Ramadhan terdapat malam Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar ini nilai kebaikan padanya lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana Alah tegaskan dalam firman-Nya: “Dan tahukah kamu Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Al-Qadar: 2-3).

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Pada bulan Ramdhan ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang dihalangi kebaikannya padanya, maka rugilah dia” (HR. Ahmad, An-Nasa’i & Al-Baihaqi).

Maka kita sangat digalakkan untuk melakukan ibadah i’tikaf pada bulan Ramadhan, khususnya pada sepuluh terakhir, dalam rangka mencari Lailatul Qadar mengikuti perbuatan (sunnah) Rasul Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.

Aisyah r.a berkata: “Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir (dari bulan Ramadhan), Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam menghidupkan waktu malam beliau, membangunkan keluarga beliau untuk beribadah, dan mengencangkan ikat pinggang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain: “Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sangat giat beribadah pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) melebihi ibadah beliau pada hari-hari lainnya.” (HR. Muslim)

Akhirnya, mari kita sambut kedatangan bulan Ramadhan ini gembira dan antusias dalam beribadah. Mari kita hidupkan Ramadhan ini dengan melakukan berbagai aktivitas ibadah dan amal shalih seperti puasa, tadarus al-Quran, shalat-shalat sunnat khususnya tarawih dan witir, i’tikaf, infaq, shadaqah, memberi bukaan orang yang berpuasa dan sebagainya. Sudah sepatutnya berbagai keutamaan yang dimiliki oleh Ramadhan memberikan motivasi dan semangat kepada kita untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih padanya. Semoga kita dapat meraih berbagai keutamaan yang disediakan pada bulan Ramadhan ini. Amin..!* 

 

Oleh:  Muhammad Yusran Hadi

Penulis adalah Ketua Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Pengurus Dewan Dakwah Aceh dan Anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara

 

HIDAYATULLAH

Marhaban Ya Ramadhan..!

RAMADHAN telah tiba. Marhaban Ya Ramadhan…! (Selamat datang wahai Ramadhan). Tamu agung yang ditunggu-tunggu kedatangannya selama ini membawa sejumlah “hadiah” dari Allah Subhanahu Wata’ala berupa bonus pahala, rahmat, pengampunan dosa dan lainnya. Setelah sekian lama berpisah, kini bulan yang dirindukan ini telah hadir menghampiri kita. Kedatangannya selalu dinantikan dan dielu-elukan oleh umat Islam. Suasana bersamanya menyenangkan dan membuat jiwa-jiwa orang mukmin tenang dan damai. Umat Islam seluruh penjuru dunia menyambut kedatangan Ramadhan dengan perasaaan gembira dan suka cita.

Ada fenomena menarik ketika Ramadhan tiba. Umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia saling menyampaikan ucapan tahniah atau ucapan selamat “Marhaban ya Ramadhan”.

Tulisan tahniah  atas kedatangan Ramadhan tersebut menghiasi setiap sudut kota dan media cetak dan elektronik. Bahkan SMS ucapan tahniah ini menjadi SMS paling favorit dan trend ketika Ramadhan tiba. Juga melalui media sosial seperti WA, instagram, line, facebook dan lainnya. Ungkapan tahniah seperti ini sudah menjadi populer di kalangan umat Islam sebagai bentuk ungkapan rasa gembira dan antusias atas kedatangan bulan Ramadhan.

Sudah sepatutnya seorang muslim bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bagaimana tidak? Bulan Ramadhan merupakan bulan keberkahan, rahmat, maghfirah(pengampunan dosa), itqu minnan nar (pembebasan dari api neraka), bulan menuai pahala, bulan dilipat gandakan pahala ibadah, sarana menjadi orang taqwa, dan sebagainya. Dengan berbagai keutamaan yang dimilikinya tersebut, maka sangatlah wajar bila bulan Ramadhan dijuluki oleh Rasulullah Saw dengan sebutan sayyid asy-syuhur (penghulu segala bulan). Oleh karena itu, Ramadhan disambut dengan gembira dan suka cita oleh umat Islam di seluruh dunia.

Sebaliknya, ada sebahagian golongan yang merasa susah dan gelisah dengan kedatangan bulan Ramadhan. Mereka tidak bergembira sebagaimana umat Islam lainnya yang bergembira dalam menyambutnya. Mereka ini adalah golongan syaithan dan para pengikutnya dari kalangan manusia. Bagi syaithan, kedatangan bulan Ramadhan berarti menggagalkan usaha mereka selama ini untuk menjerumuskan manusia ke dalam kubangan dosa. Pada bulan yang mulia ini Allah Subhanahu Wata’ala menyediakan pengampunan bagi orang-orang yang bertaubat dan berpuasa. Rasa tidak senang juga dirasakan oleh para pengikut dan murid syaithan dari kalangan manusia. Bagi mereka, Ramadhan mengganggu maksiat yang sudah biasa melakukan selama ini.

 

Kita patut bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas nikmat yang besar yaitu dengan dipertemukannya kita dengan Ramadhan kali ini. Dengan demikian kita masih diberi kesempatan dan peluang oleh Allah Subhanahu Wata’ala  untuk meraih berbagai keutamaan dan fasilitas pada bulan Ramadhan. Mungkin Ramadhan seblumnya kita tidak optimal dalam beribadah. Maka Ramadhan kali ini kesempatan bagi kita untuk memperbaikinya untuk optimal dalam beribadah.

Bersyukurlah orang-orang yang dipertemukan dengan Ramadhan. Berapa banyak saudara-saudara kita muslim yang tidak dapat kesempatan beribadah di bulan Ramadan kali ini karena mereka telah dipanggil oleh Allah Subhanahu Wata’ala (meninggal). Ada pula sebahagian saudara yang sampai hari ini masih sakit dirawat di rumah sakit. Maka bersyukurlah kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala terhadap nikmat umur dan kesehatan ini sehingga dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Oleh karena itu, perbanyaklah ibadah di bulan Ramadhan sesuai dengan petunjuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, agar kita dapat meraih berbagai keutamaan yang disediakan Allah Subhanahu Wata’ala  pada bulan yang mulia ini.

Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan Al-Quran). Diturunkannya Al-Quran pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata kemuliaan dan keagungan bulan Ramadhan. Allah Subhanahu Wata’ala  berfirman: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185). Di ayat lain Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) pada malam qadar” (QS. Al-Qadar: 1). Maka, pada bulan ini kita sangat digalakkan untuk bertadarus (berinteraksi) dengan Al-Quran yaitu dengan cara memperbanyak membaca Al-Qu’an, memahaminya, mengkhatamkannya menghafalnya, mempelajarinya, dan mengamalkannya. Tanpa melakukan antivitas membaca, memahami, dan mempelajari Al-Qur’an, maka tidak mungkin kita mengamalkan Al-Quran.

Ramadhan merupakan syahrun mubarak (bulan keberkahan). Setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya.

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian..” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pernah berkhutbah di hadapan para sahabatnya, “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah. Siapa yang mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan (pada bulan itu), seolah-olah ia mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan lainnya. Siapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan yang lain, ia seolah-olah mengerjakan tujuh puluh kebaikan di bulan lainnya.” (HR. Baihaqi)

 

Ramadhan merupakan bulan ibadah dan taqwa.  Ramadhan memberikan motivasi kepada umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih (kebaikan) dan meninggalkan maksiat. Pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta syaithan-syaithan diikat. Dengan demikian, Allah Subhanahu Wata’ala  telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada bulan Ramadhan. Syaithanpun tidak diberi kesempatan untuk mengoda dan menyesatkan manusia.* >>> (BERSAMBUNG)

Oleh:  Muhammad Yusran Hadi

Penulis adalah Ketua Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Pengurus Dewan Dakwah Aceh dan Anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara

 

HIDAYATULLAH

 

9 Persiapan Menyambut Ramadhan

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Keutamaan Ramadhan tidak kita sangsikan; dari keberkahan, pahala suatu amal yang dilipatgandakan, dan ampunan. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Siapa yang terhalang kebaikan darinya, sungguh ia orang merugi. Karenanya, setiap muslim harus merasa gembira saat Ramadhan tiba.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada para sahabatnya,

أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah. Bulan yang Allah jadikan puasa di dalamnya fardhu (kewajiban). Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dibelenggu pemimpin setan, dan di dalamnya Allah memiliki 1 malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang diharamkan dari kebaikannya maka sungguh dia telah-benar-benar diharamkan kebaikan.” (HR. Al-Nasai dan al-Baihaqi, Shahih al-Targhib, no. 985)

Imam Ibnu Rajab berkata: Hadits ini dasar dalam tahniah dari sebagian manusia kepada sebagian yang lain dengan datangnya bulan Ramadhan, bagaimana seorang mukmin tidak bergembita dengan dibukakanya pintu-pintu surga? Bagaimana seorang pendosa tidak bergembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Bagaimana orang berakal tidak bergembira dengan masa yang syetan dibelengg di dalamnya?”

Karenanya, seorang mukmin pantas bergembira dengan datangnya bulan (Ramadhan) ini. Ia bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal shalih di dalamnya. Ia bergembira dengan kedatangannya sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan kegembiraan kepada sahabatnya dengan kedatangan bulan mulia ini.

Berikut ini beberapa bekal yang layak disiapkan menyambut Ramadhan:

  • Pertama, berdoa kepada Allah agar menyampaikan umur kita kepada bulan yang mulia ini dalam kondisi sehat wal ‘afiat. Sehingga ia bisa mengisi Ramadhan dengan puasa, qiyam, zikir, tilawah, dan amal-amal shaleh lainnya dengan maksimal.

Sebagian ulama salafush shalih berdoa kepada Allah agar disampaikan kepada Ramadhan. Lalu mereka berdoa agar Allah berkenan menerima amal ibadah mereka.

Mu’alla bin Al-Fadhl – ulama tabi’ tabiin – mengatakan,

كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان يدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم

Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadhan, mereka berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif: 264)

Dari Abu ‘Amr Al-Auza’, ia berkata: Adalah Yahya bin Abi Katsir berdoa memohon kehadiran bulan Ramadhan:

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنِي إِلَى رَمَضَانَ ، وَسَلِّمْ لِي رَمَضَانَ ، وَتُسلمهُ مِنِّي مُتَقَبَّلاً

Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Hilyatul Auliya’, juz 1, hlm. 420)

  • Kedua, dengan menjaga hati terhadap kaum muslimin. Yakni jangan sampai ada kebencian dan permusuhan antara kita dan saudara muslim kita. Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

إِنَّ اللهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مَشَاحِن

Sesungguhnya Allah menilik pada malam nishfu (pertengahan) Sya’ban, lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang cekcok/permusuhan terhadap saudaranya.” (HR. Ibnu Majah dan dihassankan oleh Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah no. 1144 dan Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 1016)

  • Ketiga, memperbanyak puasa dan membiasakan ibadah di bulan Sya’ban. Di samping karena bulan Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia dan amal anak Adam diangkat kepada Allah Ta’ala, memperbanyak puasa di bulan Sya’ban juga sebagai persiapan dan pembiasaan diri dengan amal-amal Ramadhan. Hal ini akan menjadikan seorang muslim terbiasa berpuasa sehingga saat menjalani shiyam Ramadhan akan terasa lebih ringan sehingga ia bisa mengisi Ramadhan –baik siang atau malamnya- dengan ibadah dan aktifitas yang baik.
  • Keempat, memperhatikan amal-amal wajib, seperti shalat berjamaah lima waktu sehingga saat Ramadhan tiba tidak ada pahala besar yang luput dari kita. Biasakan berjalan kaki ke masjid untuk shalat berjamaah dalam kondisi suci agar setiap langkah kita berpahala dan menjadi penghapus dosa.
  • Kelima, membaca dan mempelajari hukum-hukum puasa dari berbagai kitab, kaset rekaman ceramah para ulama dan dai.
  • Keenam, tidak boleh dilupakan pula dalam menyambut Ramadhan adalah Al-Qur’an al-Karim; membaca dan mengkajinya. Lebih utama jika mampu menghatamkan di bulan Sya’ban sehingga ia memulai tilawatul Qur’an dari awal surat. Jika ini dilakukan, insya Allah akan membuatnya ringan menghatamkan qira’atul Qur’an di bulan Ramadhan.

Peran Al-Qur’an sebagai cahaya yang menerangi hati seorang muslim, melapangkan dadanya dan menyucikan qalbunya akan memberi dampak hebat terhadap ibadah selainnya di bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya. Karenanya, seorang muslim tidak boleh meninggalkannya dan pelit membacanya.

  • Ketujuh, shalat malam juga menjadi bekal yang tak boleh tinggalkan. Karena hadits nabawi menyebutkan keutamaan malam bulan Ramadhan dengan qiyamullail atau shalat tarawih. Jika ia sudah terbiasa dengan shalat malam ini, maka ia akan lebih ringan menjalankan shalat Tarawih berjamaah dan menghidupkan malamnya dengan memperbanyak shalat. Ia bisa bermunajat kepada Rabb-nya di malam Ramadhan tanpa merasa berat dan payah.
  • Kedelapan, Bekal lain yang tidak kalah urgensinya adalah zikrullah ‘Azza Wa Jalla. Dengan zikrullah ini seorang muslim akan dimudahkan dalam menjalankan berbagai aktifitas ibadahnya. Ini meningkatkan kembali aktifitas zikir harian yang bersifat khusus dan umum; sepeti zikir ba’da shalah, zikir pagi dan petang hari, zikir menjelang tidur, memperbanyak istighfar di waktu sahur, dan selainnya. Ia membiasakan zikir dengan lisannya di mana saja berada kecuali di tempat-tempat yang dilarang seperti di kamar kecil dan saat jima’.

Keutamaan zikir kita temukan cukup banyak dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiyah. Di antaranya firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 152)

وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيراً وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً

Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Ah-Ahzab: 35)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيراً لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al-Anfal: 45)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda dalam nasihat umumnya, “Lisanmu senantiasa basah karena sebab Zikrullah.” (HR. Ahmad, Al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

  • Kesembilan, membiasakan diri dengan akhlak baik dan menjauhi akhlak-akhlak tercela. Ini bisa dengan mengkaji bab akhlak atau membacanya pada kitab-kitab suluk (akhlak).

Inilah beberapa bekal yang harus disiapkan untuk menyambut tamu mulia tahunan, bulan Ramadhan yang penuh berkah. Menyiapkan persiapan bukti nyata adanya rasa senang dan bahagia atas kehadiran Ramadhan. Siapa yang ingin mendapatkan hasil baik di bulan Ramadhan maka ia harus menyiapkan dengan baik bekal-bekalnya. Wallahu Ta’ala A’lam. [PurWD/voa-islam.com]

 

Oleh: Badrul Tamam

– See more at: http://www.voa-islam.com/read/konsultasi-agama/2014/06/18/31028/9-persiapan-menyambut-ramadhan/#sthash.oyI1mkoJ.dpuf