Seluruh Daerah yang Dipagari, Itulah Masjidil Aqsa

DI sini banyak sekali terjadi kekeliruan, ketika disebut Masjid al-Aqsha banyak orang menyangka bahwa Masjid al-Aqsha adalah salah satu bangunan yang ada di sana. Ada yang mengatakan Masjid al-Aqsha adalah bangunan yang memiliki kubah berwarna kehitaman atau perunggu.

Pendapat-pendapat yang ada tersebut seakan saling berbenturan dan ada yang mengatakan pencitraan Qubbatu Shakhrakh (Dome of The Rock, bangunan dengan kubah berwarna kuning) sebagai Maasjid al-Aqsha adalah konspirasi Yahudi agar umat Islam tidak mengenal Masjid al-Aqsha. Benarkah demikian?

Pendapat yang insya Allah lebih tepat adalah Masjid al-Aqsha al-Mubarak merupakan nama bagi seluruh daerah yang dipagari, yang di dalamnya terdapat Qubbatu Shakhrakh, al-Jami al-Qibli (inti dari Masjid al-Aqsha), dan Musholla al-Marwani. Di sekitarannya terdapat:
1. al-Jami al-Qibli
2. Qubbatu Shakhrakh
3. Mushalla al-Marwani
4. Tembok ratapan Yahudi

Mudah-mudahan sekarang jelas bagi kita mana yang disebut dengan Masjid al-Aqsha al-Mubarak.

[baca lanjutan]

INILAH MOZAIK

 

Kenapa Masjidil Aqsa disebut Penuh Keberkahan?

SEBELUM jauh mengenal tentang Masjid al-Aqsha, hal pertama yang hendaknya kita ketahui adalah nama-namanya. Pertama, Masjid al-Aqsha. Allah Subhanahu wa Taala dalam firman-Nya menyebut nama masjid ini dengan Masjid al-Aqsha. Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Isra: 1)

Kata al-aqsha artinya adalah jauh. Disebut jauh, karena letaknya yang jauh dari Masjid al-Haram (masjid pertama di muka bumi). Kedua, al-Ardhu al-Mubarakah (tanah yang penuh keberkahan). Allah Subhanahu wa Taala berfirman, Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Anbiya: 81)

Mengapa dikatakan penuh keberkahan? Karena di tempat ini banyak diutus nabi dan rasul dan Allah memberkahi penduduknya, tumbuh-tumbuhannya, dan buah-buahannya. Ketiga, Baitul Maqdis (tempat suci). Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ketika orang-orang Quraisy mendustakan aku, aku berdiri di Hijr (Hijr Ismail) kemudian Allah memperjalankan aku ke Baitul Maqdis (Muttafaqun alaih)

Boleh juga menamakan masjid ini dengan menyebutnya Masjid al-Aqsha al-Mubarak. Adapun menamakannya dengan al-Haram asy-Syarif adalah sesuatu yang tidak tepat. Mengapa? Karena di tempat tersebut diperbolehkan berburu, menebang pohon, dan mengambil barang temuan yang semua ini dilarang dilakukan di Masjid al-Haram dan Masjid an-Nabawi. Larangan-larangan di Masjid al-Aqsha sama halnya dengan larangan di masjid-masjid lainnya, seperti: larangan transaksi jual-beli, mengangkat suara, dll.

[baca lanjutan]

INILAH MOZAIK

Israel Tutup Semua Gerbang Masjid Al-Aqsha

Polisi Israel menutup semua gerbang Masjid Al-Aqsha di Yerusalem pada Senin (18/2). Belum ada penjelasan tentang penutupan tersebut.

“Semua gerbang Masjid Al-Aqsha telah ditutup oleh polisi Israel,” ungkap Firas al-Dibs, juru bicara Otoritas Endowmen Keagamaan yang dikelola Yordania di Yerusalem, dikutip laman Anadolu Agency.

Selain menutup semua gerbang Al-Aqsha, menurut al-Dibs, polisi Israel juga menyerang jamaah yang sedang berada di dalam masjid. Belum ada keterangan resmi dari kepolisian Israel tentang kejadian tersebut.

Ini bukan pertama kalinya Israel menutup Masjid Al-Aqsha. Pada tahun lalu Israel tercatat beberapa kali melakukan hal tersebut dengan dalih keamanan.

Pada Juli 2017 Israel bahkan sempat memasang detektor logam di gerbang menuju kompleks Al-Aqsha. Hal itu dilakukan setelah terjadi aksi penikaman oleh tiga warga Palestina terhadap dua personel polisi Israel hingga tewas. Ketiga warga Palestina itu pun akhirnya meninggal setelah ditembak pasukan Israel.

Pemasangan detektor logam di Masjid Al-Aqsha diprotes keras oleh warga Palestina. Mereka menilai, tindakan Israel itu jelas telah mengintervensi kegiatan peribadahan umat Muslim. Mereka pun menolak untuk memasuki Masjid Al-Aqsha. Sebagai bentuk perlawanan terhadap Israel, umat Muslim di sana melaksanakan shalat di luar kompleks Al-Aqsha.

Namun, pada akhirnya bentrokan tetap tak terelakkan. Sebanyak empat warga Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat diserang pasukan Israel saat berdemo memprotes pengoperasian detektor logam di Masjid Al-Aqsha.

REPUBLIKA

Keutamaan Kiblat Pertama Umat Islam

Masjid al-Aqsha yang terletak di Baitul Maqdis (Yerussalem), Palestina, adalah kiblat pertama umat Islam sebelum dialihkan ke Masjid al-Haram di Makkah. Al-Aqsha merupakan salah satu masjid yang dimuliakan dalam Islam karena memiliki posisi yang begitu penting.

Kisah peralihan arah kiblat dari al-Aqsha ke Baitullah di Makkah diabadikan dalam Alquran, Surah al-Baqarah, mulai dari ayat 142-145. Dalam kitab suci umat Islam itu dikisahkan bagaimana posisi, argumentasi, manfaat, dan konsekuensi hukum serta dampak horizontal yang muncul setelah dipindahkannya arah kiblat ke Baitullah, Makkah.

Al-Aqsha dan Palestina atau al-Quds dahulu memiliki posisi penting bagi Islam. Karena itu, para khalifah berusaha mempertahankan agar al-Quds berada di genggaman umat. Khalifah Umar bin Khattab untuk kali pertama menaklukkan al-Quds. Para pemimpin Dinasti Umayyah juga berusaha memosisikan al-Quds sebagai kebanggaan umat sekaligus dijadikan alat propaganda bagi dinasti mereka.

Khalifah Abd al-Malik bin Marwan secara khusus membangun Qubbat as-Shakrah yang terletak tak jauh dari Al-Aqsha. Pemimpin Dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al-Ayyubi, tercatat berhasil merebut al-Quds dari cengkeraman Tentara Salib. Bukti keistimewaan al-Quds tak hanya termaktub oleh Kitab Suci.

Keutamaan kiblat pertama umat Islam itu tercatat pula di beberapa hadis-hadis Rasulullah. Pada era Shalahuddin itulah muncul beragam kitab yang mencoba menguak tentang keutamaan al-Quds secara spesifik.

REPUBLIKA

 

—————————————————————
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
—————————————————————

Banyak Kitab Ungkap Keutamaan al-Quds

Keutamaan kiblat pertama umat Islam itu tercatat pula di beberapa hadis-hadis Rasulullah. Pada era Shalahuddin itulah muncul beragam kitab yang mencoba menguak tentang keutamaan al-Quds secara spesifik. Salah satunya ialah kitab Fadlail al-Quds yang ditulis oleh Abu al-Faraj Abdurrahman Ibnu Ali Ibnu al-Jauzi.

Kitab seperti ini tergolong langka. Betapa tidak, manuskrip kitab tersebut hanya diperoleh di Universitas Princeton, New Jersey, Amerika Serikat. Ibnu al-Jauzi yang menerima kabar keberhasilan Shalahuddin merebut al-Quds pada 27 Rajab 583 H diminta oleh sejumlah warga al-Quds untuk menulis sebuah kitab yang secara khusus mengupas tentang hadis-hadis keutamaan wilayah tersebut. Ibnu al-Jauzi dianggap berkompeten lantaran kepiawaiannya menguasai hadis, baik secara riwayat maupun dirayat.

Kendati begitu, ia belum pernah menginjakkan kakinya di bumi al-Quds. Seandainya ia melihat secara langsung kiblat pertama umat Islam, niscaya akan banyak persepsi yang lebih utuh tentang al-Quds yang diperolehnya.

Sedangkan, hadis-hadis yang diriwayatkan dalam kitabnya tersebut memiliki tingkat validitas yang beragam, ada yang musalsal hingga Rasulullah, sebagiannya hanya sampai ke Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, Said bin al-Musayyyib, Ka’ab al-Akhbar, atau Ibnu Abbas.

Sumber riwayat yang diperoleh Ibnu al-Jauzi berasal dari guru-gurunya secara langsung ataupun dinukil dari sejumlah kitab. Misalnya, dalam kitab ini, Ibnu al-Jauzi memperoleh sanad hadis dari sang guru, Abu al-Ma’mar al-Mubar Ibnu Ahmad al-Anshari. Total riwayat yang ia peroleh dari gurunya itu berjumlah 20 riwayat.

Pada masa berikutnya, terdapat banyak kitab yang mengangkat tema keutamaan al-Quds. Misalnya, Bahauddin Ibnu Asakir yang menulis kitab bertajuk al-Jami’ Al-Mustaqsha fi Fadlail Al-Masjid Al-Aqsha. Selain itu, Aminuddin Ibnu Hibbatullah as-Syafi’i mengarang kitab al-Unsu fi Fadlail al-Quds.

Sedangkan, Burhanuddin al-Fazari atau yang masyhur dengan panggilan Ibnu Al-Firkah menulis kitab Ba’its an-Nufus ila Ziyarat al-Quds al-Mahrus. Ulama yang menulis keutamaan al-Quds yang terinspirasi langsung oleh kitab karya Ibnu Al-Jauzi, antara lain, Ibnu Fadlulullah al-Umari, dan as-Suyuthi.

REPUBLIKA

Masjid al-Aqsa, Masjid Kedua yang Dibangun di Bumi

Keutamaan kiblat pertama umat Islam itu tercatat pula di beberapa hadis-hadis Rasulullah. Pada era Shalahuddin itulah muncul beragam kitab yang mencoba menguak tentang keutamaan al-Quds secara spesifik. Salah satunya ialah kitab Fadlail al-Quds yang ditulis oleh Abu al-Faraj Abdurrahman Ibnu Ali Ibnu al-Jauzi.

Kitab seperti ini tergolong langka. Betapa tidak, manuskrip kitab tersebut hanya diperoleh di Universitas Princeton, New Jersey, Amerika Serikat. Ibnu al-Jauzi yang menerima kabar keberhasilan Shalahuddin merebut al-Quds pada 27 Rajab 583 H diminta oleh sejumlah warga al-Quds untuk menulis sebuah kitab yang secara khusus mengupas tentang hadis-hadis keutamaan wilayah tersebut. Ibnu al-Jauzi dianggap berkompeten lantaran kepiawaiannya menguasai hadis, baik secara riwayat maupun dirayat.

Kendati begitu, ia belum pernah menginjakkan kakinya di bumi al-Quds. Seandainya ia melihat secara langsung kiblat pertama umat Islam, niscaya akan banyak persepsi yang lebih utuh tentang al-Quds yang diperolehnya.

Sedangkan, hadis-hadis yang diriwayatkan dalam kitabnya tersebut memiliki tingkat validitas yang beragam, ada yang musalsal hingga Rasulullah, sebagiannya hanya sampai ke Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, Said bin al-Musayyyib, Ka’ab al-Akhbar, atau Ibnu Abbas.

Sumber riwayat yang diperoleh Ibnu al-Jauzi berasal dari guru-gurunya secara langsung ataupun dinukil dari sejumlah kitab. Misalnya, dalam kitab ini, Ibnu al-Jauzi memperoleh sanad hadis dari sang guru, Abu al-Ma’mar al-Mubar Ibnu Ahmad al-Anshari. Total riwayat yang ia peroleh dari gurunya itu berjumlah 20 riwayat.

Pada masa berikutnya, terdapat banyak kitab yang mengangkat tema keutamaan al-Quds. Misalnya, Bahauddin Ibnu Asakir yang menulis kitab bertajuk al-Jami’ Al-Mustaqsha fi Fadlail Al-Masjid Al-Aqsha. Selain itu, Aminuddin Ibnu Hibbatullah as-Syafi’i mengarang kitab al-Unsu fi Fadlail al-Quds.

Sedangkan, Burhanuddin al-Fazari atau yang masyhur dengan panggilan Ibnu Al-Firkah menulis kitab Ba’its an-Nufus ila Ziyarat al-Quds al-Mahrus. Ulama yang menulis keutamaan al-Quds yang terinspirasi langsung oleh kitab karya Ibnu Al-Jauzi, antara lain, Ibnu Fadlulullah al-Umari, dan as-Suyuthi.

 

REPUBLIKA

4 Keutamaan Masjid Al-Aqsha (bagian 2)

KETIGA, al-Aqsha adalah permukaan bumi yang dipilih Allah menjadi tempat landasan dari bumi menuju sidratul muntaha (miraj).

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dibawakan kepadaku Buraq. Ia adalah hewan tunggangan berwarna putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal. Ada tanda di setiap ujungnya.” Beliau melanjutkan, “Aku mengikat Buraq itu di salah satu pintu Baitul Maqdis, tempat dimana para nabi mengikat hewan tunggangan mereka. Kemudian aku masuk ke dalamnya dan salat dua rakaat. Setelah itu aku keluar dari masjid, lalu Jibril mendatangiku dengan membawa bejana yang berisi khamr dan susu. Aku memilih yang berisi susu, lalu Jibril shallallahu alaihi wa sallam berkata, Engkau telah memilih fitrah. Setelah itu, kami pun miraj menuju langit.” (HR. Muslim)

Seandainya Allah menakdirkan, miraj dilakukan dari Masjid al-Haram pastilah Allah mampu melakukannya, akan tetapi Allah menetapkan agar Nabi dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam miraj dari Masjid al-Aqsha, agar kaum muslimin tahu kedudukan masjid ini dan agar masjid tersebut memiliki tempat istimewa di hati-hati umat Islam.

Keempat, Masjid al-Aqsha al-Mubarak adalah di antara tiga masjid yang boleh diniatkan secara khusus untuk mengunjunginya. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh bersengaja melakukan perjalanan (untuk beribadah) kecuali ketiga masjid: Masjid al-Haram, Masjid Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan Masjid al-Aqsha.” (HR. Bukhari).

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371117/4-keutamaan-masjid-al-aqsha-bagian-2#sthash.vRr8oAIa.dpuf

UNESCO Menyatakan Masjid Al Aqsa Sebagai Situs Suci Islam

Pengamat dari Universitas Al-Azhar di Mesir mengapresiasi keputusan Organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO). Sebab, UNESCO telah memutuskan Masjid Al Aqsa sebagai situs suci sekaligus tempat ibadah umat Islam.

Pengamat mengatakan, keputusan UNESCO dianggap sebagai kemenangan bagi Palestina dan semua umat Islam di seluruh dunia. Berawal dari ini, akan ada solusi untuk masalah yang dihadapi Palestina. Yakni mengakhiri penjajahan yang dilakukan Israel dan mengembalikan hak-hak Palestina.

Menurutnya, hal ini juga dapat menjadi panggilan kepada masyarakat dunia untuk mendukung upaya Arab dan Islam dalam membantu Palestina menjadi negara yang berdaulat. Selain itu, untuk melindungi Palestina, umat Islam dan Kristen.

Setelah melalui perdebatan sejarah antara Palestina dan Israel, Masjid Al Aqsa kini diakui sebagai peninggalan peradaban Islam oleh UNESCO. Dilansir dari Dailynewsegypt, Ahad (16/10).

Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry mengatakan, pihaknya juga telah mengunjungi Israel pada Juni lalu untuk memulai kembali proses mendamaikan Palestina dan Israel. Mesir terus berupaya mencari solusi untuk masalah yang dihadapi Palestina dan Israel. Mesir akan terus menyerukan perdamaian antara Palestina dan Iarael.

 

 

sumber: Republika Online