Kenapa Masuk Islam?

Bagi saya, termasuk nikmat besar dari Allah yang didapatkan di Masjid Nabawi ini, kita akan dapati kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia.

Seringkali saya menyapa, berkenalan, mengajak mereka berbicara, mengenal mereka lebih mendalam, mencoba mencari tahu bagaimana Islam di negeri mereka.

Suatu saat saya bertemu dengan seorang pemuda Kaukasian. Rambutnya pirang matanya biru. Namun dia menggunakan kurta, seperti yang sering dipakai oleh saudara-saudara kita di India, Pakistan dan Bangladesh.

Ketika itu kami duduk bersebelahan. Setelah berkenalan, kami pun larut dalam perbincangan hangat.

Nama beliau Michael. Asalnya dari Houston, Texas. Usianya 30-an tahun. Beliau masuk Islam dari sekitar lima tahun yang lalu. Sebelumnya beliau beragama Kristen Protestan.

Michael bekerja di bidang IT. Dulu dia pernah bekerja di perusahaan besar macam IBM. Michael pun sudah menikah dan berputra satu. Istrinya juga orang Amerika, tapi keturunan Bangladesh. Ini menjelaskan kenapa Michael mengenakan kurta.

Saya bertanya kepada Michael tentang apa yang membuat dia masuk Islam. Faktor apa yang menarik dia untuk bersyahadat.
Michael kemudian bercerita tentang latar belakang keluarganya. Beliau lahir di keluarga yang taat beragama.

“Anda mungkin pernah dengar, Texas itu termasuk daerah bible belt. Di sana masih banyak orang yang pergi ke gereja. Berbeda dengan tempat lainnya di Amerika.
Keluarga kami termasuk keluarga yang aktif di gereja…”

American bible belt (sabuk injil Amerika) adalah istilah yang dipakai untuk menamakan area di selatan Amerika Serikat yang pengaruh Kristen Protestan Evangelical masih sangat kuat. Tingkatan kunjungan ke gereja di area ini lebih tinggi daripada daerah lainnya di Amerika Serikat.

Michael kemudian melanjutkan ceritanya,
“Ketika kuliah, saya berteman dengan seorang muslim, a nice person, seorang yang baik…”

Seingat saya Michael menyebutkan bahwa temannya ini adalah seorang muslim dari Pakistan, wallahu a’lam.

Michael kemudian banyak bertanya kepada temannya ini tentang Islam.

Actually, saya suka mempelajari agama-agama. Saya juga baca buku-buku tentang Budhisme dan Hinduisme..

Kawan saya yang muslim kemudian memberikan Al Qur’an untuk saya pelajari. Begitu saya membacanya, saya dapati antusiasme yang demikian besar pada diri saya. Setelah selesai dari satu halaman, halaman berikutnya seakan-akan memanggil saya untuk membuka dan membacanya. Setelah cukup lama membaca Al Qur’an dan berdiskusi dengan kawan muslim saya tadi, saya pun memutuskan untuk menjadi seorang muslim..”

Saya kemudian bertanya kepada Michael, “Dari apa yang kamu baca dan kamu pelajari dari Islam, apa yang paling kuat menarikmu untuk menjadi seorang muslim?”

Michael kemudian terdiam sejenak. Dia lalu menjawab, “Saya kira ada dua faktor utama yang menarik saya untuk bersyahadat.

Yang pertama, konsep tauhid, monoteisme dalam Islam. It’s very clear. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” (QS. Al Ikhlash).

Dia bukan merupakan satu dari yang tiga. Dia Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Its very simple.

Adapun yang kedua, di dalam Islam kita hanya bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan. Yang beramal baik maka dia dibalas dengan kebaikan, yang beramal buruk maka keburukannya akan dibalas. Allah Ta’ala berfirman:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Al Zalzalah: 7-8)

Di dalam Islam kita tidak menanggung dosa orang lain. Kita hanya bertanggung jawab atas dosa kita. Allah ta’ala berfirman:

وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

Dan orang-orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain” (QS. Fathir: 18).

Ini dua perkara yang saya kira merupakan faktor terkuat yang menarik saya ke dalam Islam.

Saya kemudian bertanya tentang kedua orang tuanya. Bagaimana respon mereka ketika dia masuk Islam.

“Awalnya mereka terkejut. Apakah kamu yakin mau masuk Islam? Namun setelah itu mereka pun menerima keislaman saya. Demikian juga menerima istri saya. Bahkan ayah saya sangat sayang dengan putra kami yang kami beri nama Jibreel.”

Setelah shalat, kami pun berpisah dan saling mendoakan agar Allah mewafatkan kami dalam keislaman.

Demikian sedikit kisah yang bisa kami tuturkan.

Dari sini banyak faidah yang bisa kita dapatkan. Di antaranya:

1. Islam adalah agama universal. Dia diperuntukkan kepada seluruh manusia tanpa melihat suku bangsa dan warna kulit.

2. Akhlak yang mulia dari seorang muslim bisa menjadi pembuka hidayah bagi manusia untuk masuk Islam. Ingat masuknya Islam ke nusantara, dia bermula dari akhlak yang baik dari para dai dan pedagang muslim yang berkunjung ke negeri kita.

3. Mengajak seseorang ke dalam Islam bisa melalui diskusi, apa yang menjadi penghalang atau membuat ragu seseorang untuk masuk Islam didiskusikan dengan baik dan di atas ilmu Al Qur’an dan Sunnah.

4. Al Qur’an merupakan sebab hidayah. Betapa banyak orang-orang non muslim setelah membaca Al Qur’an, walaupun hanya terjemahan, dia menyadari bahwa apa yang dia baca bukanlah bacaan biasa, namun ucapan Allah rabbul ‘alamin.

5. Konsep tauhid dalam Islam yang demikian sempurna. Kaum muslimin hanya menyembah satu Tuhan. Tuhan yang maha Esa, yang Maha Kuasa menciptakan dan mengatur alam semesta. Yang tidak beranak dan diperanakkan. Yang tiada sesuatu apapun yang setara dengan Nya.

6. Keadilan dalam Islam di mana tidaklah seseorang diganjar melainkan sesuai dengan amalannya. Yang beramal baik akan dibalas dengan kebaikan, yang berbuat buruk akan dibalas dengan keburukan pula.

Wallahu a’lam.

***

Ditulis di kota Nabi

Jumat 9 Rabiul Awwal 1441 H – 6 November 2019.

Ustadz Wira Mandiri Bachrun

MUSLIMAH

Saksikan Keajaiban Doa Ulama, Satu Desa Masuk Islam

Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki banyak cara untuk menurunkan hidayah kepada hambaNya. Ada kalanya seorang hamba mendapat hidayah secara personal setelah ia mencari kebenaran. Ada kalanya di waktu bersamaan, banyak manusia mendapatkan hidayah sekaligus sehingga berbondong-bondong satu desa masuk Islam.

Kisah ini adalah contoh dari cara kedua. Satu desa masuk Islam. Penduduk desa berbondong-bondong masuk Islam setelah tantangan mereka tertaklukkan melalui wasilah doa ulama.

Kisah nyata ini terjadi di Kuwait, sekitar tahun 1995. Saat itu Ketua Jam’iyah Al ‘Aun Al Mubasyir Kuwait Syaikh DR Abdurrahman As Sumaith mendengar ada sebuah desa yang penduduknya menganut animisme.

Bersama beberapa dai, ia pergi ke desa tersebut untuk mendakwahi mereka. Program dakwah Jam’iyah itu tidak berjalan mulus. Ada sebuah tantangan yang dilontarkan oleh penduduk desa yang ternyata juga pernah didatangi oleh misionaris Nasrani.

“Kami tidak suka dengan orang-orang Nasrani. Lalu engkau sekarang datang mengajak masuk Islam? Begini, kami sudah bertahun-tahun ini mengalami kekeringan. Tidak pernah turun hujan. Jika kamu bisa berdoa dan turun hujan, kami akan masuk Islam,” kata salah seorang tokoh desa.

Mendengar tantangan itu, Syaikh As Sumaith terenyuh. Ia menanggapi serius permintaan para penduduk desa yang sederhana itu.

“Ini adalah tantangan dari orang-orang yang mereka berpikir sederhana. Jika hujan turun, mereka meyakini agama ini benar. Jika hujan tidak turun, mereka menganggap agama ini tidak benar sebagaimana agama yang pernah datang kepada mereka.”

Baca juga: Doa Setelah Sholat

Lalu Syaikh pun mengangkat tangan ke langit. Ia berdoa sambil menangis. Memohon dengan penuh harap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia sangat menginginkan mereka mendapatkan hidayah dan selamat dari neraka.

“Ya Allah… masalah ini tidak ada hubungannya denganku, akan tetapi ini adalah tantangan untuk agamaku. Janganlah engkau hinakan agama ini karena kesalahan yang aku lakukan,” kata Syaikh As Sumaith dalam doanya. Ia masih terus menangis bersama doa-doanya.

Ia yakin sangat mudah bagi Allah untuk menurunkan hujan. Ia hanya khawatir jika doanya tertolak karena dosa dan kesalahannya. Dan ia khawatir kalau hujan tidak turun, penduduk desa itu akan menganggap remeh agamaNya.

Doa itu ternyata tidak sia-sia. Beberapa jam kemudian hujan turun dengan lebatnya. Penduduk desa bersuka cita. Mereka memiliki keyakinan baru, “Inilah agama yang benar. Yang Tuhannya mengabulkan doa pemeluknya bahkan tidak menunggu lama.”

Akhirnya mereka berbondong-bondong masuk Islam. Satu desa masuk Islam, bersyahadat, “Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullah.” [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

 

BERSAMA DAKWAH