Matematika yang Bertuhan

Rumus matematika di sekolah menyatakan, 10-1 = 9. Maka, mulanya orang terperanjat tatkala Ustadz Yusuf Mansur menyodorkan formula: 10 – 1 = 19.

Lho, kok gitu? Rumus dari mana tuh?

Padahal, yang dikemukakan Ustadz Yusuf bukan barang baru. Itu adalah formula matematika sedekah, yang tersurat dalam Kitab Al Qur’an yang telah diturunkan berabad-abad lalu.

Matematika sedekah di atas diambil dari Surat Al-An`am ayat 160, yang menyebutkan bahwa Allah SWT menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik (sedekah).

‘’Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).’’

Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang sepuluh itu, maka hasil akhirnya bukan 9, melainkan 19. Sebab yang satu, yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.

Kita terkaget-kaget, karena belum menyadari bahwa ilmu matematika juga ‘’bertuhan’’. Maklum, bertahun-tahun kita dididik dengan matematika sekuler, yang mengesampingkan faktor spiritualitas dari kalkulator.

Padahal, matematika adalah salah satu ayat Allah SWT. Baik ayat kauniyah (sunatullah), maupun tanziliyah (Qur’an dan Hadits).

Abdusysyakir dalam bukunya yang berjudul ‘’Ketika Kyai Mengajar Matematika’’ (2007) menyatakan, sesungguhnya matematika memiliki hubungan yang sangat erat dengan tradisi spiritual umat Islam, akrab dengan Al Qur’an, dan menjadi “jalan” menuju pencapaian manfaat-kebahagiaan dunia maupun akhirat.

Matematika sebagai bagian dari ayat kauniyah, diakui para pakar ilmu hitung sejak dahulu. Misalnya Galileo (1564-1642 SM). Seperti dikutip Harry Frank and Steven C Althoen dalam Statistics: Concepts and Applications (1994), ahli dari Galilea itu pernah menyatakan: “Mathematics is the language in which God wrote the universe.’’ Matematika adalah bahasa Tuhan dalam menuliskan alam semesta ini.

“Setiap kehidupan adalah matematis,” cetus Prof Abdul Halim Abdullah Shabazz, Guru Besar Matematika di Clark Atlanta University, AS. Tokoh Islam di Amerika, Malcolm X, menandaskan, ‘’Matematika adalah hidup, dan hidup adalah matematika.’’

Matematika sedekah bersifat progresif. Semakin banyak yang dikurangkan, kian besar jumlah yang ditambahkan. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT melipatgandakan sedekah hingga 700x lipat.

‘’Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.’’

Dalam ayat ke-10 Surat Az-Zumar bahkan kelipatan ganjarannya tak terhingga. Tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT.

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan, dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.’’

Dengan matematika pula, Ustadz Yusuf Mansur mengajarkan percepatan dalam mengembangkan PPPA Daarul Qur’an.  Seperti kata Robert Harold Schuller dalam acara Hour of Powers: ‘’The mathematics of high achievement can be stated by a simple formula. Begin with a dream. Divide the problems and conquer them one by one. Multiply the exciting possibilities in your mind. Substract all the negative thoughts to get started. Add enthusiasm. Your answer will be the attainment of your goal.”

‘’Matematika untuk prestasi tinggi,’’ katanya, ‘’dapat dinyatakan dengan sebuah rumus yang sederhana. Mulailah dengan sebuah mimpi. Bagilah masalah-masalah yang ada menjadi bagian-bagian kecil dan taklukkanlah satu demi satu. Kalikanlah dengan kemungkinan-kemungkinan yang positif dalam pikiran anda. Kurangkanlah semua pikiran-pikiran yang negatif untuk memulai. Tambahkanlah antusiasme. Jawabannya adalah pencapaian cita-cita Anda.”

Ustadz Yusuf Mansur ‘’mimpi’’ mencetak 100.000 Penghafal Al Qur’an, ketika ia dan kawan-kawan masih harus ‘’berburu’’ calon santri di Kampung Bulak di awal tahun 2000-an. Alhamdulillah, kini sudah ‘’dipanen’’ setidaknya 30.000 santri tahfidz Qur’an.

Oleh: Ust. Anwar Sani

sumber: Daqu.or.id

ilustrasi: Sukarja