Melly Goeslaw: Warga Palestina Sengsara di Negeri Sendiri

Sebagai negara dengan pendududk Muslim terbanyak di dunia, Indonesia tentu memiliki kontribusi besar dalam membantu negara sesama Muslim yang mengalami keadaaan yang memprihatinkan, termasuk Palestina. Beberapa tahun belakangan, Indonesia fokus melakukan gerakan untuk membantu saudara-saudara sesama Muslim yang kurang beruntung di Palestina.

Kondisi Palestina yang hingga kini masih memprihatinkan, mengingat dentuman bom dan nuklir yang menghantam dataran Palestina tanpa kenal ampun. Tak terhitung sudah jumlah orang dewasa, perempuan hamil, hingga anak balita yang tewas akibat serangan biadab Israel. Bukan hanya harta dan nyawa yang hilang, tapi juga psikologis yang rapuh dan trauma mendalam yang tertinggal bagi mereka yang selamat dari dentuman bom.

Banyak warga Palestina yang diungsikan di negara-negara tetangga seperti Iran, Libanon dan Suriah untuk mengembalikan kondisi psikologis mereka. Meskipun banyak diantara mereka yang memilih menetap dengan harapan dapat menemukan jenazah keluarga mereka yang tertimbun puing-puing bangunan.

Keprihatinan serta rasa empati warga Indonesia sebagai saurada sesama Muslim ditampung oleh banyak asosiasi dan kelompok-kelompok penggiat sosial. Aliran donasi, bantuan berupa makanan, pakaian, hingga obat-obatan juga dikumpulkan utuk selanjutnya disalurkan kepada tangan-tangan kecil warga Palestina yang menanti uluran kasih.

Giat sosial untuk Palestina pada satu waktu saja, tapi juga berlanjut hingga sekarang. Sahabat Palestina Memanggil (SPM) salah satunya. Asosiasi yang dipimpin oleh Salim Assoba ini, terus berkontribusi dengan mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari tangan-tangan dermawan yang tergerak hatinya untuk membantu sesama.

Menurut Direktur Utama SPM, Salim Assoba, kegiatan sosial yang telah tergerak sejak pertengahan tahun ini, tepatnya 31 Mei 2017, SPM berhasil mengumpulkan sekitar Rp 5 miliar bagi warga Palestina. Donasi yang berupa uang, obat-obatan dan bahan makanan itu, kata Salim akan diberikan kepada warga Palestina yang saat ini tengah mengungsi di Iran, Libanon dan Suriah.

“Kita telah siapkan 15 orang yang akan langsung memberikan donasi (ke Iran, Libanon, dan Suriah),” kata Salim saat memberikan keterangan kepada awak media di acara Peringatan Palestine Solidarity Day 2017, Depok, Ahad (26/11).

Di antara 15 orang tersebut, turut bergabung pula penyanyi kondang seperti Melly Goeslaw dan Opick yang akan mewakili SPM menyalurkan bantuan dari Indonesia untuk Palestina. Rombongan ini, lanjut Salim, rencananya akan berangkat pada 13 Desember 2017 nanti, dan menghabiskan waktu sekitar 13 hari untuk menemui para pengungsi Palestina yang tersebar di Iran, Libanon dan Suriah.

“Pertama mereka akan ke Iran dulu, karena di sana pengungsinya paling banyak, mungkin di Iran bisa sekitar sembilan hari,” kata dia.

Terkait donasi yang telah terkumpul, Salim mengatakan, sangat bersyukur dengan apresiasi dan empati dari masyarakat Indonesia yang mau menyisihkan sedikit kekayaannya untuk membantu saudara sesama muslim yang kurang beruntung. Dia juga berharap, dengan diadakannya acara ini, sisi kemanusiaan masyrakat Indonesia akan lebih terbangun sehingga citra Indonesia sebagai negara yang memiliki solidaritas tinggi dapat lebih terbentuk.

“Kami sangat senang, karena tidak mengalami banyak kesulitan saat proses pengumpulan dana berlangsung. Kami juga ucakan banyak terima kasih, semoga segala keikhlasan dan kepedulian para donatur dapat digantikan berjuta kali lipat oleh Allah SWT,” kata Salim.

Melly Goeslaw mengaku, sangat senang dan bersyukur karena diberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam kegiatan SPM. Saat ditanya mengenai perasaannya mendapatkan kesempatan bertegur sapa langsung dengan warga Palestina, Melly mengaku, kehilangan kata-kata.

“Saya tidak bisa berkata apa-apa, yang jelas saya harap bantuan yang telah sama-sama kita kumpulkan ini dapat berguna bagi mereka (Palestina),” kata Melly.

Pelantun Ayat-ayat cinta ini menganggap, kegiatan membantu Palestina, bukan hanya berpatok pada dasar agama, namun juga kemanusiaan. Penderitaan dan kesengsaraan yang harus diterima Palestina di negara mereka sendiri, kata Melly, seharusnya dapat membangkitkan rasa syukur kepada siapapun yang nasibnya lebih beruntung, khusunya Indonesia.

“Kita (Indonesia) jauh lebih beruntung karena masih bisa bekerja dengan nyaman, beribadah juga aman, dan masih bisa berkumpul bersama keluarga. Ini bukan hanya berbicara tentang agama, tapi asas kemanusiaan,” ujar Melly.

Sebagai sesama manusia yang memiliki keinginan untuk dapat hidup tenang, kata Melly, tentu kejadian yang menimpa Palestina dapat menggetarkan hati nurani, bukan hanya sesama muslim tapi juga seluruh dunia. Tangisan kehilangan, rasa sakit, dan luka fisik dan mental yang dirasakan Palestina akan membangkitkan kesadaran dan jiwa sosial setiap manusia untuk saling bahu-membahu menolong mereka yang kesulitan, terlepas dari status, pangkat, agama, negara dan RAS.

“Walalupun saya tidak mengenal mereka (Palestina) tapi mereka tetap saudara saya. Karena saudara bukan hanya yang terhubung oleh aliran darah, tapi juga rasa saling peduli,” kata wanita yang akrab disapa Teh Melly itu.

Salah satu donatur, Khodijah mengatakan, sangat mendukung kegiatan SPM. Menurut dia, acara sosial seperti ini harus terus berjalan, bukan hanya untuk Palestina tapi juga orang-orang yang dianggap membutuhkan bantuan. Saat ditanya mengenai pendapatnya tentang Palestina, ibu dua orang anak ini langsung dibendung air mata.

‘Prihatin’ adalah kata pertama yang keluar dari mulut ibu berusia 45 tahun ini. Dia mengatakan tak dapat membayangkan jika dia dan keluarganya yang harus mengalami kejadian seperti yang dialami warga Palestina. Dia juga berharap, warga Palestina dapat diberikan ketabahan dan kekuatan untuk terus berjuang melanjutkan kehidupan.

“Tidak ada yang bisa saya lakukan. Meskipun donasi yang saya berikan tidak banyak, tapi saya harap bisa sedikit membantu penderitaan mereka (Palestina),” kata Khodijah sambil menyapu air matanya.

Saat berkunjung nanti, rombongan Sahabat Pelestina Memanggil (SPM) rencananya akan mengunjungi posko-posko pengungsian untuk memastikan agar seluruh donasi yang telah terkumpul benar-benar dapat dinikmati langsung oleh warga Palestina. Selain itu, kegiatan ini juga telah didukung oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) yang secara jelas menyatakan Masjidil Aqsa sebagai warisan milik Palestina, bukan Israel.

“SPM mengajak PBB dan seluruh masyarakat seluruh dunia untuk lebih memperhatikan para nagara-negara yang membutuhkan bantuan, khususnya Palestina,” kata Direktur Utama SPM, Salim Asooba.

 

REPUBLIKA

Di Ujung Maut “Kita Memang Tak Satu Iman, Tom”

“Selamat jalan. Thomas Albert Goeslaw (Tommy). Bahagia di sana ya Tom.”

Kalimat bernada kabung itu disampaikan oleh penyanyi pop religi Meliana Cessy Goeslaw atau masyhur dengan nama Melly Goeslaw kepada kakak kandungnya.

“Terima kasih, Ya Allah, Kau berikan yg terbaik untuk kakak saya. Tommy udah nggak sakit lagi.
Udah nggak ada beban dan rasa sakit lagi sedikit pun,” katanya pada Senin (30/10/2017).

“Bahagia di sana ya Tom. Walau kita nggak seiman,” tutur Melly. Berat meninggalkan kakak tercintanya.

Suami Anto Hoed itu mengerti, ia tidak satu agama dengan kakaknya itu. Dirinya seorang muslim dan kakaknya seorang kristiani.

Perempuan kelahiran 7 Januari 1974 itu mengaku tak pernah satu atap bersama dengan Tom. “Thomas Albert Goeslaw. Kita memang tak pernah satu atap. Kita tak pernah satu iman, tapi kita satu darah,”

Melly ingat benar kisah tentang kakaknya dan gereja. “Dulu saat loe dan yang lain ke gereja, loe bilang ‘kalo Melly gak mau masuk, Melly boleh tunggu di luar, kalau Melly mau masuk, duduk sajalah dan bacalah doa sesuai agamamu’,” kenangnya.

Tentang papanya yang pernah marah, ia pun punya kenangan tentang itu bersama kakaknya. “Dulu saat papa kita marah, cuma loe Tom yang sembunyiin gue di atas, dan bilang ‘Melly jangan turun, tunggu papa tidur, besok pagi pasti papa sudah nggak marah lagi’,” katanya.

Tommy bagi Melly adalah kakak yang paling baik, walau keadaan hidup tidak terlalu ramah kepadanya, tapi tak pernah sekali pun dia merepotkan keluarganya .

Dalam keadaan kanker hati stadium 4, perut buncit, dan badan tinggal tulang, kata Melly, Tommy datang ke rumah nyetir sendiri tidak mau merepotkan orang lain, dia datang mengabarkan penyakitnya pada Melly dan suaminya.

“Saat itu saya merasa ini saatnya saya mengurusnya sebisa dan semampu saya. Alhamdulillah Allah mengizinkan dan Tommy sekarang sudah pergi dengan tenang tanpa rasa sakit lagi,” tutur rekan duit Opick itu.

Melly mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas kasih sayangnya. “Masa-masa kita dulu, walau terputus-putus, tidak akan saya lupakan,” katanya.

Setelah kematian kakaknya, Melly ditanya anaknya yang bernama Abe.

“Ibu kenapa nangis?”

“Ibu sedih om Tommy meninggal,” kata Melly. Jawab sekadarnya.

“Kenapa sedih? Meninggal kan enak, Bu,” jawab polos Abe.

Mendapati jawaban anaknya, Melly bertanya balik, “Kok enak?”

“Udah nggak ada tes, nggak ada UN, enak lagi Bu,” masih polos.

Pemikiran anak seumur Abe membuat Melly berpikir bahwa kita hidup sajalah sebaik baiknya. “Menuruti keyakinan kita masing-masing dan menanamkan selalu dalam pikiran kita bahwa kematian itu indah. Sehingga, ibadah bukan karena ‘takut’ tapi karena ‘taat’, ” tutur Melly.

 

BersamaDakwah