Lima Bukti Seorang Muslim yang Mencintai Rasulullah

Sebagian Muslim mengaku paling mencintai Nabi karena selalu merayakan kelahirannya. Sebagian yang lain mengaku paling mencintai karena selalu melaksanakan sunahnya. Mereka tentu jauh lebih baik dari orang yang tidak mencintai Nabi, tidak merayakan kelahirannya, dan tidak pula melaksanakan sunahnya.

Di luar Muslim, ada beberapa orang yang menghina, menuduh penipu, pembohong, gila seks karena memiliki banyak istri, rakus harta, serta banyak tuduhan dan penghinaan lainnya. Penghinaan terhadap beliau tidak hanya berlangsung saat ini saja.

Ketika beliau masih hidup pun, jauh lebih parah dan menyakitkan. Namun ada pula yang mengakui kemuliaan akhlaknya, mengagumi sikap kepemimpinannya, kelembutan hati Nabi, bahkan menempatkannya sebagai “Top One”, orang paling berpengaruh di dunia.

Jika seorang Muslim mencintai sang Nabi, harus membuktikan kecintaannya tersebut. Bukti cinta kepada Nabi, di antaranya, pertama, berkeinginan kuat untuk bertemu dan berkumpul bersama Nabi. Bagi Muslim generasi setelah sahabat termasuk generasi sekarang yang tidak memiliki kesempatan bertemu dengan sang Nabi mesti berharap agar dikumpulkan bersama Nabi di Jannah Firdaus yang Allah SWT janjikan kepada orang-orang saleh dan muttaqin. Yakni, dengan cara melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi setiap larangan-Nya.

Kedua, menaati beliau dengan menjalankan sunahnya dan mengikuti setiap ajarannya. Allah SWT menegaskan, dengan menaati Nabi, berarti telah menaati Allah. Melaksanakan sunah Nabi memiliki keistimewaan dan memberi kebahagiaan tersendiri. Selain merasa dekat dengan Nabi, secara saintis sunah-sunah Nabi memiliki efek menyehatkan.

Shalat Tahajud misalnya, sebuah penelitian membuktikan bahwa aktivitas selepas bangun tidur pada waktu sepertiga malam (kira-kira pukul 02.00 sampai pukul 04.00) dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi kesehatan. Shalat Tahajud menjadi terapi pengobatan terbaik dari berbagai macam penyakit. Karena itu, orang-orang yang membiasakan diri untuk Tahajud akan memiliki daya tahan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit.

Nabi SAW bersabda, “Dirikanlah shalat malam karena itu adalah tradisi orang-orang saleh sebelum kalian, sarana mendekatkan diri kepada Allah, pencegah dari perbuatan dosa, penghapus kesalahan, dan pencegah segala macam penyakit dari tubuh.” (HR Tirmidzi).

Ketiga, memperbanyak shalawat kepadanya. Nabi bersabda, “Barang siapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali.” (HR Muslim). Allah SWT senantiasa melindungi dan merahmati mereka yang bershalawat kepada Nabi. Bahkan dengan memperbanyak shalawat, mempermudah setiap urusan duniawi.

Keempat, mencintai orang-orang yang dicintai Nabi. Jika Nabi mencintai para sahabatnya, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dll, serta para istri dan keturunannya, sudah sepatutnya seorang Muslim mencintai mereka pula.

Kelima, mengikuti akhlaknya. Tidak dimungkiri bahwa Nabi SAW memiliki akhlak yang mulia. Firman Allah SWT dalam QS al-Qalam ayat 4, “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berakhlak yang agung.” Salah satu tugas Nabi diutus, yakni untuk menyempurnakan akhlak. Nabi bersabda, “Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Bukhari)

Bukti-bukti cinta ini perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari setiap Muslim. Keluhuran akhlak beliau dapat menjadi standar dasar akhlak yang harus dimiliki. Dengan menunjukkan bukti mencintai Nabi, semoga kelak dikumpulkan bersamanya di jannah Allah nanti. Wallahu a’lam.

 

Oleh: Cecep Supriadi

sumber:Republika Online

Mencintai Rasulullah dengan Memenuhi Hak-Hak Beliau

Kita seringkali membaca atau mendengar hadits-hadits yang berasal dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, baik ketika kita membacanya pada suatu artikel di internet, melalui buku-buku agama, melalui ceramah-ceramah agama di TV dan di radio, dan sebagainya. Hadits-hadits itu berisi tentang kabar-kabar yang harum dari para Sahabat tentang kisah hidup Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, akhlaq beliau, suka dan duka yang beliau alami, dan juga nasihat-nasihat serta larangan dari beliau. Maka sudah sepantanyalah kita sebagai seorang Muslim mengetahui apa sebenarnya hak-hak beliau atas diri kita dan kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi hak-hak tersebut. Kewajiban kita kepada beliau adalah beriman dan mempercayai segala perhatian dan tindakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam serta seluruh ajaran yang beliau bawa. Kita wajib menaati ajaran beliau dan menjauhi apa-apa yang menyebabkan kita menjadi ingkar dan tidak percaya kepada beliau.

Kita harus rela dengan hukum dan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Kita harus menempatkan beliau pada posisi sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah serta tidak menganggap remeh ajaran beliau. Kita wajib menjadikan beliau sebagai teladan sepanjang masa. Kita juga wajib mencintai beliau, menghormati, serta membela kehormatan beliau apabila ada orang yang mencoba merendahkan, sebagaimana kita juga wajib mencintai dan membela keluarga serta sahabat-sahabat beliau.

Allah telah berfirman, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Rasulullah. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Rasulullah dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Qs. al-Ahzab: 56)

 

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, “Hari yang paling baik di antara hari-harimu adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan dan ditiupkan ruh (kepadanya). Maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari Jumat. Sesungguhnya shalawat kaumku diperlihatkan dan disampaikan kepadaku.” Kemudian seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat bisa sampai kepada engkau, sedangkan jasadmu telah rusak?” Rasulullah menjawab, “Allah telah mengharamkan tanah untuk memakan jasad para nabi.” (H.R. Abu Daud)

Sebagai umatnya, tentunya kita tidak boleh kikir kepada hak beliau. Sabda beliau, “Orang yang kikir adalah orang yang apabila aku disebut di hadapannya, orang itu tidak mau bershalawat kepadaku.” (H.R. Tirmidzi)

Rasulullah juga bersabda,

Tidak berkumpul suatu kaum dalam satu majelis, dan tidak disebut di dalamnya nama Allah serta tidak bershalawat kepada nabinya, kecuali ditimpakan kepada mereka suatu kebohongan. Kalau Allah menghendaki, mereka akan disiksa, dan kalau Dia berkehendak, mereka akan diampuni.” (H.R. Tirmidzi)

Maka dari itu janganlah kita meninggalkan ajaran beliau dan sudah sepantasnya kita mematuhi ajaran-ajaran beliau. Apalagi ketika kita sudah banyak membaca sirah kehidupan beliau yang dipenuhi kisah-kisah mulia tentang keberanian, perjuangan, kesabaran, dan keteguhan beliau dalam memperjuangkan agama ini. Sungguh sangat indah kisah hidup beliau. Masih membekas di benak kita akan petunjuk Rasulullah. Sepak terjang dan sunnah Rasulullah bisa kita lihat dalam diri para ulama salaf dan para pengikut mereka. Karena, merekalah para pengganti dan pewaris Nabi Muhammad. Mudah-mudahan Allah memberikan kepada kita kekuatan untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad dan menjadikan beliau sebagai teladan.

Berkata Imam Ahmad bin Hanbal, “Aku tidak menulis sebuah hadits, kecuali aku telah mengamalkannya terlebih dahulu. Sampai-sampai ketika sampai kepadaku sebuah hadits bahwa Rasulullah berbekam dan memberi Abu Thaibah satu dinar (sebagai upahnya), aku juga memberi satu dinar kepada tukang bekam sewaktu akan berbekam.” [1]

Abdurrahman bin Mahdi berkata, “Aku mendengar Sufyan ats-Tsauri berkata, ‘Aku mengamalkan setiap hadits Raslullah yang sampai kepadaku walau hanya sekali.’”[2]

Muslim bin Yassar berkata, “Aku shalat sambil memakai sandal, padahal sebenarnya aku lebih suka melepaskannya karena lebih mudah, tetapi aku melakukan hal itu karena mengikuti sunnah.” (H.R. Bukhari)

Sebagai penutup dari artikel ini, penulis cantumkan sabda kekasih tercinta, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dalam sebuah hadits agung, “Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau.” Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang tidak mau masuk surga?” Beliau bersabda,

Barangsiapa yang taat kepadaku dia akan masuk surga, dan yang maksiat kepadaku (tidak mengikutiku), dialah orang yang tidak mau (masuk surga).” (H.R. Bukhari)

Ya Allah, ya Rabb kami! Karuniakanlah kepada kami kecintaan kepada rasul-Mu dan berikanlah kepada kami kesempatan untuk mengikuti jejak langkah rasul-Mu, yaitu jalan orang-orang yang tidak sesat dan tidak menyesatkan.

Ya Allah, shalawat kami kepada Nabi Muhammad sepanjang pergantian siang dan malam. Ya Allah, ucapkanlah shalawat kami kepada beliau, sebagaimana orang-orang yang Engkau kasihi mengucapkannya.

Ya Allah, kumpulkanlah kami di surga nanti bersama rasul-Mu dan sejukkanlah mata kami dengan melihat wajahnya yang agung serta berikanlah kami kesempatan untuk minum dari telaga beliau sehingga kami tidak akan haus selamanya. Mudah-mudahan Allah memberikan rahmat dan salam-Nya kepada beliau, keluarga beliau, dan sahabat-sahabat yang mulia tanpa terkecuali.

 

sumber: Lampu Islam