Urgensi dan Kiat Mendidik Anak Cinta Quran

URGENSI mendidik anak cinta Alquran:

1. Mendidik anak selalu dekat dengan Allah dan dekat dengan wahyu-Nya.
2. Melatih kecerdasan dan kekuatan hafalannya.
3. Mendidik anak berjiwa kuat agar mampu mengendalikan nafsunya. “Apabila dibacakan alquran kepada mereka maka bertambahlah imannya.” (QS. 8:2)
4. Mendidik anak berakhlak mulia.
5. Menjaga anak dari penyakit hati dan penyimpangan moral.
6. Mempersiapkan anak lebih dini untuk memiliki potensi menjadi tokoh besar.
7. Menyibukkan anak pada kegiatan yang bermanfaat.
8. Menyiapkan anak bahagia di dunia dan di akhirat.
9. Bernilai sedekah jariah bagi orang tua.
10. Menjadi syafaat bagi anak dan orang tuanya.

Kiat mendidik anak cinta Alquran:

1. Keteladanan dari kedua orang tua.
2. Banyak berdoa kepada Allah.
3. Memberikan motivasi kepada anak.
4. Disiplin dalam mengajarkan alquran; membaca, menghafal dan mengamalkan.
5. Banyak memperdengarkan tilawah quran dari qari terbaik.
6. Melekatkan anak kepada guru alquran (ahli alquran yang fasih, hafidz dan berakhlak alquran).
7. Menciptakan lingkungan yang kondusif.
8. Memberikan apresiasi dan tidak memberikan sanksi.
9. Bertahap sesuai kemampuan anak.
10. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.

Semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan dalam upaya kita mewujudkan anak cinta alquran, amin. [Ustazah. DR. Hj. Aan Rohanah, Lc , M.Ag]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2335505/urgensi-dan-kiat-mendidik-anak-cinta-quran#sthash.UG2xyeg7.dpuf

Rasulullah: “Didiklah Anakmu kepada 3 Perkara”

ANAK sebagai karunia dari Allah, merupakan rahmat dan rizki yang dinanti para orang tua. Karena anak adalah permata hati yang dengan kesalehannya bisa membahagiakan kedua orang tua di dunia dan di akhirat. Allah berfirman, “Itu adalah rahmat dan berkah Allah curahkan kepadamu.” (QS. 11:73)

Amal saleh anak bisa menjadi sedekah jariyah yang pahalanya tidak akan terputus hingga hari kiamat tiba. Sebab keberadaan anak saleh dikarenakan adanya pengorbanan dan perjuangan yang besar dari para orang tua dalam mendidiknya tanpa kenal waktu. Rasulullah bersabda, “Apabila anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara , yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Pantaslah jika anak adalah milik yang paling berharga , menjadi aset yang paling bernilai bagi para orang tua di dunia dan akhirat. Karena itu wahai para orang tua berilah anak nikmat Allah yang teragung yaitu pendidikan mencintai Alquran. Allah berfirman, “Allah Yang Maha Penyayang. Telah mengajarkan Alquran.” (QS. 55 : 1-2)

Pentingnya pendidikan anak mencintai Alquran telah diwasiatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. kepada para orang tua dengan sabdanya, “Didiklah anakmu kepada 3 perkara yaitu mencintai nabimu, mencintai keluarganya, dan (mencintai) membaca Alquran, karena sesungguhnya pelaku Alquran akan berada di bawah naungan Arsy Allah saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.” (HR. Thabrani).

Mengapa anak harus dididik mencintai Rasulullah, keluarganya dan mencintai Alquran? Karena dalam konsep Islam, anak harus disiapkan menjadi pemimpin yang beriman kokoh, beribadah benar, berakhlak mulia, berwawasan pengetahuan yang luas dan bermanfaat, sehat, mandiri, dan menjadi pejuang dalam melaksanakan dan menegakkan nilai2 Islam hingga kejayaaannya. Merekalah yang akan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.

Mendidik anak cinta alquran itu dimulai dengan cinta membacanya, cinta menghafal dan mengulangnya, cinta memahami ayat-ayat-Nya, hingga cinta untuk mengamalkan dan berdakwah kepadanya.

[Baca lanjutan: Urgensi dan Kiat Mendidik Anak Cinta Quran]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2335503/rasulullah-didiklah-anakmu-kepada-3-perkara#sthash.ezHTZgZu.dpuf

Ketika Anak tak Lagi Beradab

Orang tua adalah guru utama dalam pendidikan adab yang bermula dari penanaman akidah tauhid. Orang tua menjadi imam dalam ibadah dan teladan dalam akhlak (QS [2]:30-32, [31]:12-19).

Nabi SAW menasihati semua orang tua agar peduli akan adab anak-anaknya. “Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka.” (HR Ibnu Majah).

Imam al-Bayhaqi meriwayatkan bahwa anak memiliki hak terhadap orang tuanya. “Hak seorang anak atas orang tuanya adalah mendapatkan nama yang baik, pengasuhan yang baik, dan adab yang baik.”

Di Pesantren, ananda Ihza Aulia diajarkan mahfudzat, “Li kulli syai-in ziinatul fi-wara, wa ziinatul mar`i tamaamul adabi” yang artinya setiap sesuatu memiliki perhiasan. Dan, perhiasan seseorang adalah kesempurnaan adabnya.

Pendidikan adab bukan hanya sekadar moral atau etika, melainkan kemampuan mengenal Allah SWT dan Rasulnya. Dr Adian Husaini dalam buku Pendidikan Islam, Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab menjelaskan orang beradab dapat meletakkan sesuatu pada tempatnya sesuai dengan harkat dan martabat yang ditentukan oleh Allah SWT.

Oleh karenanya, tujuan pendidikan Islam melahirkan manusia yang baik. Disebut orang baik jika ia mengenal Tuhan dan mencintai NabiNya, menghormati para ulama, menghargai ilmu, dan mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi.

Bangsa ini tengah dihadapkan dengan berbagai problem keadaban, khususnya di kalangan anak-anak remaja. Betapa memilukan ketika seorang gadis remaja (17 tahun) di Gorontalo mengajak pacarnya untuk membunuh ayah kandungnya, hanya karena tidak merestui hubungan mereka. 

Sepekan sebelumnya, seorang mahasiswa membunuh dosen di FKIP UMSU Medan karena sering ditegur dan tidak diluluskan jika tidak bersikap baik.

Peristiwa yang paling mengiris-iris hati ketika YY (14 tahun), seorang  murid SMP di Rejang Lebong, Bengkulu, diperkosa dan dibunuh secara biadab oleh 14 remaja. Mereka pecandu minuman tuak (miras) dan film porno.

Para pelaku yang sebagian putus sekolah itu mestinya mendapat hukuman mati atau dikebiri, tapi hanya dijatuhi 10 tahun penjara. Keluarga korban  menanggung derita dan malu sepanjang hayat.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawaban sederhana karena pemerintah, lembaga pendidikan dan sosial, serta keluarga belum mampu menjalankan peran dengan baik dan bersinergi dalam pendidikan anak.

Kini, sebagian anak bangsa telah hilang akal sehatnya sehingga mudah melakukan tindakan tak beradab, bahkan melebihi binatang (QS [7]:179, [45]:23).

Sejak dahulu, minuman keras (miras) dan narkoba selalu beririsan dengan perzinaan (pornografi, pemerkosaan, dan pelecehan seksual) yang berujung kekerasan atau pembunuhan.

Manusia beradab  lahir dari pendidikan yang dilandasi ketuhanan, kemanusiaan, kearifan, dan keadilan sosial. Jika semua pemangku kepentingan pendidikan menjalankan perannya, akan lahir anak-anak yang beradab.

Namun, jika salah satunya disfungsi, muncul generasi tak beradab. Pendidikan Islami hadir untuk membangun keluarga terbaik (khair al-usrah) sebagai sekolah pertama (al-madrasah al-uulaa) untuk melahirkan pribadi terbaik (khair al-bariyyah).

Kedua orang tua bertindak sebagai guru sekaligus kurikulum berjalan. Namun, bila tidak didukung oleh sekolah kedua (al-madrasah al-tsaniyah), yakni lembaga pendidikan formal dan sekolah ketiga (al-madrasah al-tsaalitsah), yakni lembaga-lembaga sosial, teman sebaya, media massa, dan publik figur, anak akan galau dan disorientasi.

Ketiga lembaga ini pun akan berdaya jika dikuatkan oleh kebijakan pemerintah sebagai sekolah keempat (al-madarasah ar-raabi’ah) yang berpihak pada kebenaran dan kemaslahatan.

Namun, kita tidak boleh putus asa menghadapi kondisi seburuk apa pun seraya memohon pertolongan kepada Allah SWT agar anak-anak dijaga dari fitnah dan neraka (QS [66]:6). Allahu a’lam bish-shawab. 

 

 

Oleh: Dr Hasan Basri Tanjung MA

sumber: Republika Online

Kak Seto: Mendidik Anak Perlu Orang Sekampung

Keluarga harus benar-benar diberdayakan untuk mendidik anak dan dalam mendidik anak juga perlu orang sekampung. Hal ini dikatakan Ketua Dewan Pembina Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Seto Mulyadi yang akrab dipanggil Kak Seto.

“Jadi, kami selalu mengimbau agar sekarang ini setiap RT dan RW ditambah satu seksi lagi, seksi perlindungan anak, Jadi, saling mengingatkan,” katanya di sela-sela kegiatan “Indonesia Scouts Challenge 2015-2016” di Sasana Krida Satria, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (31/3).

Dia mencontohkan jika ada anak di bawah umur tiba-tiba membawa sepeda motor, orang tuanya harus diingatkan supaya bisa mencegah karena hal itu berbahaya dan melanggar hukum.

Selain itu, kata Kak Seto, jika ada orang tua yang memukuli anaknya dan kejadian tersebut diketahui tetangganya maka tetangga tersebut wajib melaporkan ke seksi perlindungan anak agar bisa diberi peringatan. “Kalau sampai diteruskan (pemukulan terhadap anak) bisa lapor polisi,” katanya.

Kak Seto mengakui bahwa kasus kekerasan terhadap anak maupun tindak pidana yang dilakukan anak di bawah umur merupakan fenomena gunung es yang sebenarnya cukup tinggi jumlahnya.

“Jadi, apa yang dilaporkan selama ini masih belum sejumlah yang sebenarnya terjadi. Dengan adanya satgas (satuan tugas) perlindungan anak di setiap RT-RW, maka data-data ini bisa dikumpulkan di RT, selanjutnya lurah, kabupaten/kota, kemudian dilaporkan ke pusat,” katanya.

Terkait dengan tayangan televisi yang dinilai tidak mendidik, Kak Seto mengatakan masyarakat perlu diberdayakan untuk berani melapor dengan menulis surat ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.

“Semua harus melapor dan di situ (KPI) ada tim panelis. Saya salah satunya juga anggota tim panelis untuk mendengar laporan masyarakat ini dan itu bisa untuk menegur ke televisi yang bersangkutan,” katanya.

 

Sumber : Antara/Republika Online

Mendidik Anak

Sejak dini seharusnya anak sudah dididik dengan baik oleh orang tua. Dari rumah, anak sudah diajarkan akidah, akhlak, dan berbagai kewajiban ibadah. Pendidikan sebenarnya bukan hanya dituntut dari sekolah. Mendidik anak sudah semestinya dimulai dari lingkungan keluarga. Lihat contoh para salaf dan tuntunan Islam dalam hal ini.

 

Sejak dini seharusnya anak sudah dididik dengan baik oleh orang tua. Dari rumah, anak sudah diajarkan akidah, akhlak, dan berbagai kewajiban ibadah. Pendidikan sebenarnya bukan hanya dituntut dari sekolah. Mendidik anak sudah semestinya dimulai dari lingkungan keluarga. Lihat contoh para salaf dan tuntunan Islam dalam hal ini.

Dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah (13: 11) disebutkan, “Bapak dan ibu serta seorang wali dari anak hendaknya sudah mengajarkan sejak dini hal-hal yang diperlukan anak ketika ia baligh nanti. Hendaklah anak sudah diajarkan akidah yang benar mengenai keimanan kepada Allah,malaikat, Al Qur’an, Rasul dan hari akhir. Begitu pula hendaknya anak diajarkan ibadah yang benar. Anak semestinya diarahkan untuk mengerti shalat, puasa, thoharoh (bersuci) dan semacamnya.”

Perintah yang disebutkan di atas adalah pengamalan dari sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini.

Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ

Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka“. (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Kembali dilanjutkan dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, “Hendaklah anak juga diperkenalkan haramnya zina dan liwath, juga diterangkan mengenai haramnya mencuri, meminum khomr(miras), haramnya dusta, ghibah dan maksiat semacam itu. Sebagaimana pula diajarkan bahwa jika sudah baligh (dewasa), maka sang anak akan dibebankan berbagai kewajiban. Dan diajarkan pula pada anak kapan ia disebut baligh.” (idem)

Perintah untuk mendidik anak di sini berdasarkan ayat,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim: 6). Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir (7: 321), ‘Ali mengatakan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah, “Beritahukanlah adab dan ajarilah keluargamu.”

Di atas telah disebutkan tentang perintah mengajak anak untuk shalat. Di masa para sahabat, mereka juga mendidik anak-anak mereka untuk berpuasa. Mereka sengaja memberikan mainan pada anak-anak supaya sibuk bermain ketika mereka rasakan lapar. Tak tahunya, mereka terus sibuk bermain hingga waktu berbuka (waktu Maghrib) tiba.

Begitu pula dalam rangka mendidik anak, para sahabat dahulu mendahulukan anak-anak untuk menjadi imam ketika mereka telah banyak hafalan Al Qur’an.

Begitu pula Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendidik ‘Umar bin Abi Salamah adab makan yang benar. Beliau berkata pada ‘Umar,

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (bacalah bismillah) ketika makan. Makanlah dengan tangan kananmu. Makanlah yang ada di dekatmu.” (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022).

Praktek dari Ibnu ‘Abbas, ia sampai-sampai mengikat kaki muridnya yang masih belia yaitu ‘Ikrimah supaya muridnya tersebut bisa dengan mudah menghafal Al Qur’an dan hadits. Lihat bahasan ini di Fiqh Tarbiyatil Abna’ karya Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, hal. 86-87.

Semoga Allah mengaruniakan pada kita anak-anak yang menjadi penyejuk mata.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

 

Sumber: Muslim .or.id