Mengenal Beberapa Ulama Hadis Mutaqaddimin (Bag. 2)

Thalq bin Habib Al-Anazi

Thalq bin Habib Al-Anazi (wafat sebelum 100H) adalah seorang tokoh dari kalangan tabiin yang berasal dari Bashrah. Beliau dikenal sebagai perawi hadis, ahli zuhud, dan juga ahli ibadah. Perkataan emas yang dikenal dari beliau sampai sekarang adalah definisi beliau tentang takwa. Beliau juga dikenal sebagai orang yang utama dalam birrul walidain (berbakti kepada orang tua).

Tidak hanya itu, Thawus bin Kaisan mengatakan tentangnya, “Belum pernah aku melihat orang yang suaranya lebih bagus dari Thalq bin Habib dalam membaca Al-Qur’an, yang lebih mencerminkan rasa takut kepada Allah.”

Beliau meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, Abdullah bin Zubair, dan para sahabat, serta ulama tabiin lainnya. Di antara muridnya adalah Manshur bin Mu’tamar, Sulaiman bin Mihran, Ayyub As Sikhtiyani, dan nama-nama besar lainnya. Ia perawi hadis yang tsiqah, namun juga dikenal memiliki pemahaman irja’ (murji’ah). Thalq bin Habib wafat di Makkah karena sakit. Namun, sebagian ahli sejarah mengatakan ia dibunuh. Semoga Allah Ta’ala merahmati beliau dan mengampuni dosa-dosanya.

Salim bin Abdillah

Salim bin Abdullah bin Umar bin Khathab Al-Quraisy Al-Aday Al-Madani (wafat 106 H) adalah seorang ulama tabiin yang merupakan cucu dari khalifah Umar bin Khathab dan anak dari Abdullah bin Umar radhi’allahu ‘anhuma. Beliau lahir di Madinah. Beliau dibesarkan di bawah asuhan ayahnya yang alim, zuhud, ahli ibadah, paling semangat mengikuti sunnah, serta mewarisi tabiat dan akhlak Umar bin Khathab. Selain dari ayahnya, Salim juga belajar dari para ulama di kalangan sahabat Nabi seperti Ayyub Al-Anshari, Abu Hurairah, ‘Aisyah, Abu Lubadah, Abu Rafi’ radhiallahu’anhum. Wajar bila dalam waktu yang tidak terlalu lama, beliau dikukuhkan sebagai seorang alim, tokoh di kalangan tabiin, dan salah satu ahli fikih yang menjadi tempat bertanya bagi kaum muslimin di Madinah tentang agama dan tentang persoalan dunia. Lebih dari itu, kerap kali para pejabat meminta saran dan pendapat beliau ketika menghadapi masalah. Muhammad Sa’id berkata, “Salim adalah seorang ulama yang banyak hadis, seorang yang tinggi ilmunya, dan seorang yang wara‘.”

Abdullah bin Dzakwan Al-Qurasyi

Abu Abdirrahman Abdullah bin Dzakwan Al-Qurasyi Al-Madani (wafat 130H) adalah seorang tabiin dari Madinah. Beliau belajar dari Aban bin Utsman, Sa’id bin Al-Musayyab, dan Asy Sya’bi. Di antara murid beliau adalah Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Uyainah, dan Al-A’masy. Beliau adalah salah satu perawi hadis Al-Bukhari dan Muslim. Beliau dikenal sebagai seorang imam dan seorang faqih, banyak meriwayatkan hadis, ahli bahasa Arab, dan sangat fasih bahasanya. Termasuk ahli ijtihad. Beliau juga dikenal sebagai orang yang cerdas dalam berlogika.

Zaidah bin Qudamah Ats-Tsaqafi

Zaidah bin Qudamah Ats-Tsaqafi (wafat 161H), disebut juga Abu Shalt Al-Kufi. Salah satu ulama kibar dari kalangan tabi’ut tabi’in yang berasal dari Kufah. Beliau adalah seorang imam ahlussunnah, al-hafizh dalam hadis, dan seorang mujahid. Di antara guru beliau adalah Ziyad bin ‘Ilaqah, Abu Ishaq As-Sabi’i, Simak bin Harb, Sulaiman At-Taimi, dan banyak lagi dari kalangan tabiin. Beliau dikenal kekokohannya dalam berpegang pada sunnah, hampir semua ulama menyebutnya “Shahibus Sunnah”. Sampai-sampai ia tidak meriwayatkan hadis dari ahlul bid’ah sama sekali. Bahkan, Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Mutatsabbitun (ulama yang sangat kokoh manhajnya) ada empat: Sufyan, Syu’bah, Zuhair, dan Zaidah.” Beliau banyak menulis hadis, juga menulis tentang ilmu qiraah, tafsir, dan juga ilmu zuhud (akhlak). Beliau wafat pada peperangan di Rum. Semoga Allah Ta’ala merahmati beliau.

Laits bin Sa’ad Al-Qalqasyandi

Laits bin Sa’ad bin Abdirrahman Al-Fahmi Al-Qalqasyandi (wafat 175H) adalah seorang ulama ahli hadis dan ahli fikih dari Mesir. Ia lahir di Qalqasyandah, suatu daerah di Mesir. Beliau adalah seorang ulama mujtahid di masanya, dan digelari Syaikhul Islam. Karena keluasan ilmunya, ia memiliki banyak murid dan pengikut sehingga terbentuklah mazhab Laitsi. Namun, kitab-kitab dari Laits dan juga murid-muridnya tidak populer dan tidak menyebar luas, kecuali fatwa-fatwa dari Laits. Sehingga mazhab Laits tidak sepopuler empat mazhab fikih.

Di antara guru beliau adalah Nafi’,  Yazid bin Abi Habib, Yahya bin Said Al-Anshari, Abu Rabbah bin Said, Hisyam bin Urwah, dan Atha’ bin Abi Rabah.

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah mengatakan, “Laits bin Sa’ad memiliki ilmu yang banyak dan hadis-hadis yang sahih.” Yahya bin Bukair mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih sempurna dari Laits bin Sa’ad.” Ia juga mengatakan, “Laits adalah seorang ahli fikih, bahasanya fasih, menguasai Al-Qur’an, nahwu, dan menghafal syair-syair, hadis, dan baik dalam mengulang-ulang ilmu.”

Laits juga dikenal dengan keteguhannya mengikuti sunnah, dan jauh dari taqlid kepada pendapat individu. Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Al-Laits bin Sa’ad lebih teguh dalam mengikuti atsar dari pada Malik bin Anas.”

Dari Sa’id bin Maryam, dia berkata, “Aku mendengar Al-Laits bin Sa’ad berkata, ‘Aku telah meriwayatkan selama delapan puluh tahun. Meskipun demikian, aku tidak pernah tergoda untuk condong kepada orang-orang yang mengikuti hawa nafsu (berbuat bid’ah).”

Al-Humaidi

Abdullah bin Zubair bin Isa Al-Humaidi (wafat 219H). Beliau adalah ulama syafi’iyyah yang merupakan murid langsung dari Imam Asy-Syafi’i. Beliaulah yang membawa dan mengembangkan mazhab Syafi’i ketika di Makkah, sehingga beliau diangkat menjadi mufti Makkah. Beliau juga salah seorang guru yang paling masyhur dari Imam Al-Bukhari. Imam Al Bukhari sendiri mengatakan, “Al-Humaidi adalah imam dalam hadis.”

Qalun

Isa bin Mina bin Wirdan (wafat 220H), lebih dikenal sebagai Qalun. Seorang ulama di bidang Qira’at Al-Qur’an dan salah satu rawi dari qira’at sab’ah. Ia mendapatkan gelar Qalun yang dalam bahasa Romawi berarti baik karena ia sangat baik dalam membaca qira’at Al-Qur’an. Qira’at Qalun dari Nafi’ adalah salah satu riwayat qira’ah yang mutawatir. Qalun selain mengambil qira’at dari Nafi’ Al-Madani, beliau juga berguru kepada gurunya Nafi’ yaitu Abu Ja’far Al-Madany. Qalun mempelajari ilmu qira’at tidak kurang selama 20 tahun. Di antara murid-murid Qalun adalah: Ibrahim bin Qalun, Ahmad bin Qalun, Ibrahim bin Husain Al-Kisa’i.

Sahnun

Abu Sa’id Abdussalam Sahnun bin Sa’id bin Habib At-Tanukhi (wafat 240H), dikenal dengan sebutan Imam Sahnun. Lahir di Qairuwan, menjadi salah satu ulama besar Mazhab Maliki yang berasal dari Maghrib (Afrika). Kitab yang merupakan karya beliau yang fenomenal adalah Al-Mudawwanah Al-Kubra, salah satu kitab fikih rujukan mazhab Maliki.

Ya’qub bin Ishaq Al-Isfarayini

Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Yazid Al-Isfarayini (wafat 316H), dikenal dengan Abu ‘Awwaanah Al-Isfarayini, nisbat kepada tempat lahirnya di Isfarayin di Naisabur. Beliau penulis kitab Mustakhraj Abu Awwanah atau dikenal juga dengan Shahih Abu Awwanah. Abu ‘Awwanah telah melakukan perjalanan panjang untuk mempelajari hadis Nabi. Ia belajar hadis dari para ulama di Khurasan, Iraq, Hijaz, Tihamah, Yaman, Syam, Persia, Asfahan, dan Mesir. Maka, tidak heran juga guru-guru beliau adalah ulama besar kenamaan seperti: Imam Muslim bin Hajjaj, Ad-Darimi, Abu Zur’ah Ar-Razi, Abdullah bin Ahmad bin Hambal, Ali Ath-Tha’i, Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhli, dll. Beliau bermazhab Syafi’i dan dikenal sebagai yang pertama kali mengajarkan mazhab Syafi’i di Isfarayin.

Al-Ajurri

Abu Bakr Muhammad bin Al-Husein bin Abdillah Al-Baghdadi Al-Ajurri (wafat 320H), dikenal dengan sebutan Al-Ajurri. Beliau berasal dari sebuah desa di bagian barat kota Baghdad yang bernama Darbal Ajur. Beliau lahir dan tumbuh di sana. Sebagian ulama menyatakan beliau bermazhab Syafi’i, namun sebagian lagi menyatakan Hambali.

Beliau penulis kitab Asy-Syari’ah yang masyhur. Al-Ajurri juga merupakan guru dari Abu Nu’aim Al-Ashbahani. Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala’ berkata tentang Imam Al-Ajurri, “Dia seorang imam, muhadits (ahli hadis), panutan, syaikh di Al-Haram, shaduq, ‘abid (ahli ibadah), shahibus sunan (penulis kitab sunan), dan ahli ittiba’ (pengikut sunnah Rasul).” Ibnul Jauzi dalam kitab As-Shafwatus Shafwah mengatakan, “Dia tsiqah, taat beragama, alim, dan banyak menulis karya.”

Wallahu a’lam.

[Bersambung]

***

Penulis: Yulian Purnama, S.Kom.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/82407-mengenal-beberapa-ulama-hadits-mutaqaddimin-bag-2.html

Mengenal Beberapa Ulama Hadis Mutaqaddimin (Bag. 1)

Al-Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Mizanul I’tidal (1: 4), menjelaskan bahwa ulama yang hidup di masa sebelum tahun 300-an Hijriah sampai awal-awal 300 Hijriah, disebut sebagai ulama mutaqaddimin. Adapun para ulama yang hidup setelahnya, disebutkan sebagai ulama muta’akhirin.

Para ulama mutaqaddimin memiliki keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh para ulama setelahnya. Masa hidup mereka tentunya lebih dekat dengan masa kenabian, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ’alaihi wasallam,

خير الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونه

“Sebaik-baik manusia adalah yang ada pada zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka.” (HR. Bukhari no. 3651 dan Muslim no. 2533)

Pada artikel ini, kita akan mengenal secara ringkas, biografi beberapa nama ulama mutaqaddimin dan biografi ringkas mereka.

Al-Khathib Al-Baghdadi

Ahmad bin Ali bin Tsabit Al-Baghdadi (wafat 100H), terkenal dengan Al-Khatib Al-Baghdadi. Beliau adalah penduduk kota Darzijan sebelah barat daya Baghdad. Sejak sebelas tahun, beliau sudah memulai perjalanan menuntut ilmu. Baghdad, Bashrah, Syam, Isfahan, dan Naisabur pernah ia singgahi dalam rangka menuntut ilmu. Beliau sangat menonjol dalam bidang hadis, ilmu rijal (perawi hadis), dan tarikh (sejarah). Karya tulis beliau sangat benyak, mencapai 500 lebih. Kitab tarikh yang masyhur karya beliau adalah kitab Tarikh Baghdad. Tulisan beliau dalam bidang hadis juga banyak, di antaranya yang masyhur adalah Al-Kifayah Fii ‘Ilmil Riwayah.

Amir bin Syurahil

Amir bin Syurahil bin ‘Abdi Dzi Kibar Asy-Sya’bi (wafat 104H), masyhur dengan sebutan Asy-Sya’bi. Beliau seorang ulama tabiin yang terkemuka, seorang imam, penghafal hadis, dan ahli dalam bidang fikih. Beliau lahir pada pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Beliau meriwayatkan hadis dari Ali bin Abu Thalib, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Aisyah, Ibnu Umar, dan lain-lainnya. Beliau mengendalikan pengadilan Kufah beberapa lama masanya. Fatwa-fatwanya telah berkembang di masa sahabat sendiri. Hal ini menunjukan bahwasanya beliau mempunyai ilmu yang luas dalam bidang hadis dan fikih. Ibnu Sirin pernah berkata kepada seseorang, ”Tetaplah engkau bersama Asy-Sya’bi, aku melihat bahwa beliau telah berfatwa di kala para sahabat Nabi masih banyak jumlahnya.”

Thawus bin Kaisan

Thawus bin Kaisan Al-Yamani (wafat 106H), seorang tabiin dari negeri Yaman. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa nama aslinya adalah Dzakwan, sedangkan Thawus adalah laqob (julukan). Sangat dikenal keberanian dan ketegasannya dalam memberi nasihat dan meluruskan kesalahan. Sehingga beliau banyak disegani oleh kaum muslimin termasuk para raja dan khalifah. Beliau berjumpa dengan banyak sahabat Nabi shallallahu ‘alahi wasallam, bahkan banyak mengambil ilmu dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Kefakihannya tidak perlu dipertanyakan. Telah lahir banyak nama besar dari didikannya, sebut saja Atha bin Abi Rabah, Amr bin Dinar, Mujahid bin Jabr, dan Wahb bin Munabbih.

Nafi’ bin Hurmuz

Nafi’ bin Hurmuz (wafat 117 H), dikenal dengan Abu Abdillah Al-Madini. Sebagian ulama berpendapat bahwa Nafi’ berasal dari Naisabur, sedangkan ulama lain mengatakan ia dari Kabul. Nafi’ adalah pembantu dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu yang sangat senang dengan ilmu dan hadis. Nafi’ meriwayatkan hadis dari Abu Sa’id Al-Khudri, ‘Aisyah, dan Hafshah radhiyallahu ‘anhum. Imam Malik bin Anas rahimahullah termasuk murid Nafi’ bahkan muridnya yang paling lama. Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah mengirimnya ke Mesir dengan tugas mengajarkan hadis dan pengetahuan agama kepada penduduk negeri itu.

Utsman bin ‘Ashim

Utsman bin ‘Ashim bin Hushain Al-Kufi (wafat 127H), dikenal dengan Abu Hushain, seorang tabiin dari Kufah. Beliau meriwayatkan hadis dari Ibnu ‘Abbas, Abu Sa’id Al-Khudri, Ibnu Zubair, dan Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhum. Beliau seorang imam dan Al-Hafidz. Kealimannya disegani para ulama tabiin. Pernah Asy-Sya’bi, seorang ulama besar di kalangan tabiin, ketika masuk ke masjid di Kufah, ia bertanya dahulu, “Adakah Abu Hushain di dalam? Kalau ada mari kita duduk di majelis beliau.” Beliau juga dikenal dengan sikap wara‘-nya. Pernah sebagian pejabat menghadiahi beliau 2000 dirham ketika beliau sedang mencari nafkah, namun hadiah tersebut ditolak. Ketika muridnya bertanya alasannya, beliau menjawab, “Karena malu dan menjaga kemuliaan.” Walau beliau seorang alim yang disegani, kadang jika beliau ditanya suatu masalah agama, beliau menjawab, “Saya tidak tahu, wallahu’alam.”

Sa’id bin Abi ‘Arubah

Sa’id bin Abi ‘Arubah (wafat 156H), dari kota Bashrah (sekarang bagian dari Irak). Seorang imam, Al-Hafidz, dan ulama besar di masanya. Beliau adalah murid dari Ibnu Sirin dan Qatadah. Di antara yang mengambil ilmu darinya adalah Sufyan Ats-Tsauri, Syu’bah, dan Yahya bin Sa’id Al-Qathan. Sebagian ahli sejarah mengatakan beliaulah yang pertama kali menghimpun hadis dalam bentuk kitab sunan. Yang menakjubkan dari beliau adalah hafalannya, sampai-sampai Abu Awwanah mengatakan, “Di antara kami tidak ada yang lebih kuat hafalannya dari beliau di kala itu.”

Waki’ bin Al-Jarrah

Waki’ bin Al-Jarrah bin Malih bin ‘Adi Al-Kufi (wafat 197H), ulama besar dari Kufah. Beliau mendengarkan hadis dari Hisyam bin ‘Urwah, Sulaiman Al-A’masy, Al-Auza’i, Sufyan Ats-Tsauri, dan Ibnu ‘Uyainah. Di antara murid beliau adalah Imam Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad. Imam Ahmad memuji beliau, ”Belum pernah aku melihat seorang ulama yang dalam hal ilmu dan hafalan sanad sehebat Waki’. Dia menghafal hadis, mendalami fikih dan ijtihad. Dia tidak pernah mencela seseorang.”

Oleh karena itu, Imam Asy-Syafi’i pun ketika merasa hafalannya kurang baik, beliau meminta nasihat kepada Waki’ dengan perkataannya yang masyhur, “Aku mengadukan buruknya hafalanku kepada Waki’, lalu ia membimbing aku untuk meninggalkan maksiat. Dan ia memberitahu aku bahwa ilmu itu cahaya dan cahaya Allah itu tidak menerangi pelaku maksiat.”

Abu Daud Ath-Thayalisi

Sulaiman bin Daud Al-Farisi (wafat 204H), dikenal dengan nama Abu Daud Ath-Thayalisi. Disebut demikian karena beliau sering memakai thayalisah (sejenis jubah yang di pakai di pundak). Beliau ulama pakar hadis yang telah pergi ke berbagai negeri untuk menulis hadis. Ia pernah berkata, “Aku telah mencatat hadis dari seribu syekh.” Beliau adalah penyusun kitab Musnad yang dikenal dengan Musnad Ath-Thayalisi.

Ibnu Qutaibah

Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah Ad-Dainury (wafat 236H), dikenal dengan nama Ibnu Qutaibah. Ia  adalah seorang ahli lughah (bahasa Arab) yang terkenal. Beliau belajar hadis dari Ishaq bin Rahawaih, Abu Ishaq Ibrahim Az-Ziyadi, dan Abu Hatim As-Sijistany. Ia banyak mengarang kitab yang bermanfaat di antaranya adalah kitab Gharibul Quran, Gharibul Hadits, Uyunul Akhbar, Musykilul Quran, Musykilul Hadits, kitab I’rabil Qur’anal Ma’arif, dan Adabul Katab. Di antara murid-muridnya adalah anaknya, Ja’far Ahmad Al-Faqih, dan Ibnu Dusturaih Al -Farisy.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, ”Ibnu Qutaibah seorang ulama yang cenderung kepada mazhab Ahmad bin Ishaq, ia seorang juru bicara ahli hadis.” Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, ”Ibnu Qutaibah seorang yang banyak kitabnya, seorang yang diterima riwayatnya, tetapi sedikit dalam meriwayatkan hadis.”

Baca Juga: Fatwa Ulama: Bolehkah Memberikan Zakat kepada Kerabat?

Baqi bin Makhlad

Abu Abdirrahman Baqi bin Makhlad Al-Andalusi (wafat 276H) adalah seorang ulama dari negeri Andalus (sekarang bagian dari Spanyol). Beliau dikenal dengan kegigihannya dalam menuntut ilmu agama. Beliau berjalan kaki menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, menemui Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah. Namun, ketika itu musibah besar menimpa Imam Ahmad, sehingga beliau dilarang untuk mengajar oleh penguasa. Namun, Baqi bin Makhlad punya cara lain, setiap hari beliau berpakaian mirip pengemis mendatangi rumah Imam Ahmad sehingga Imam Ahmad bisa menyampaikan hadis kepada beliau. Terus demikian hingga akhirnya Imam Ahmad boleh mengajar lagi. Ia pun di depan murid-muridnya berkata tentang Baqi bin Makhlad, “Orang ini berhak menyandang predikat sebagai pencari ilmu.”

Wallahu a’lam, semoga bermanfaat.

[Bersambung]

    ***

    Penulis: Yulian Purnama

    © 2023 muslim.or.id
    Sumber: https://muslim.or.id/81065-mengenal-beberapa-ulama-hadits-mutaqaddimin-bag-1.html

    Mengenal Beberapa Ulama Hadis Mutaqaddimin (Bag. 1)

    Al-Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Mizanul I’tidal (1: 4), menjelaskan bahwa ulama yang hidup di masa sebelum tahun 300-an Hijriah sampai awal-awal 300 Hijriah, disebut sebagai ulama mutaqaddimin. Adapun para ulama yang hidup setelahnya, disebutkan sebagai ulama muta’akhirin.

    Para ulama mutaqaddimin memiliki keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh para ulama setelahnya. Masa hidup mereka tentunya lebih dekat dengan masa kenabian, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ’alaihi wasallam,

    خير الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونه

    “Sebaik-baik manusia adalah yang ada pada zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka.” (HR. Bukhari no. 3651 dan Muslim no. 2533)

    Pada artikel ini, kita akan mengenal secara ringkas, biografi beberapa nama ulama mutaqaddimin dan biografi ringkas mereka.

    Al-Khathib Al-Baghdadi

    Ahmad bin Ali bin Tsabit Al-Baghdadi (wafat 100H), terkenal dengan Al-Khatib Al-Baghdadi. Beliau adalah penduduk kota Darzijan sebelah barat daya Baghdad. Sejak sebelas tahun, beliau sudah memulai perjalanan menuntut ilmu. Baghdad, Bashrah, Syam, Isfahan, dan Naisabur pernah ia singgahi dalam rangka menuntut ilmu. Beliau sangat menonjol dalam bidang hadis, ilmu rijal (perawi hadis), dan tarikh (sejarah). Karya tulis beliau sangat benyak, mencapai 500 lebih. Kitab tarikh yang masyhur karya beliau adalah kitab Tarikh Baghdad. Tulisan beliau dalam bidang hadis juga banyak, di antaranya yang masyhur adalah Al-Kifayah Fii ‘Ilmil Riwayah.

    Amir bin Syurahil

    Amir bin Syurahil bin ‘Abdi Dzi Kibar Asy-Sya’bi (wafat 104H), masyhur dengan sebutan Asy-Sya’bi. Beliau seorang ulama tabiin yang terkemuka, seorang imam, penghafal hadis, dan ahli dalam bidang fikih. Beliau lahir pada pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Beliau meriwayatkan hadis dari Ali bin Abu Thalib, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Aisyah, Ibnu Umar, dan lain-lainnya. Beliau mengendalikan pengadilan Kufah beberapa lama masanya. Fatwa-fatwanya telah berkembang di masa sahabat sendiri. Hal ini menunjukan bahwasanya beliau mempunyai ilmu yang luas dalam bidang hadis dan fikih. Ibnu Sirin pernah berkata kepada seseorang, ”Tetaplah engkau bersama Asy-Sya’bi, aku melihat bahwa beliau telah berfatwa di kala para sahabat Nabi masih banyak jumlahnya.”

    Thawus bin Kaisan

    Thawus bin Kaisan Al-Yamani (wafat 106H), seorang tabiin dari negeri Yaman. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa nama aslinya adalah Dzakwan, sedangkan Thawus adalah laqob (julukan). Sangat dikenal keberanian dan ketegasannya dalam memberi nasihat dan meluruskan kesalahan. Sehingga beliau banyak disegani oleh kaum muslimin termasuk para raja dan khalifah. Beliau berjumpa dengan banyak sahabat Nabi shallallahu ‘alahi wasallam, bahkan banyak mengambil ilmu dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Kefakihannya tidak perlu dipertanyakan. Telah lahir banyak nama besar dari didikannya, sebut saja Atha bin Abi Rabah, Amr bin Dinar, Mujahid bin Jabr, dan Wahb bin Munabbih.

    Nafi’ bin Hurmuz

    Nafi’ bin Hurmuz (wafat 117 H), dikenal dengan Abu Abdillah Al-Madini. Sebagian ulama berpendapat bahwa Nafi’ berasal dari Naisabur, sedangkan ulama lain mengatakan ia dari Kabul. Nafi’ adalah pembantu dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu yang sangat senang dengan ilmu dan hadis. Nafi’ meriwayatkan hadis dari Abu Sa’id Al-Khudri, ‘Aisyah, dan Hafshah radhiyallahu ‘anhum. Imam Malik bin Anas rahimahullah termasuk murid Nafi’ bahkan muridnya yang paling lama. Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah mengirimnya ke Mesir dengan tugas mengajarkan hadis dan pengetahuan agama kepada penduduk negeri itu.

    Utsman bin ‘Ashim

    Utsman bin ‘Ashim bin Hushain Al-Kufi (wafat 127H), dikenal dengan Abu Hushain, seorang tabiin dari Kufah. Beliau meriwayatkan hadis dari Ibnu ‘Abbas, Abu Sa’id Al-Khudri, Ibnu Zubair, dan Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhum. Beliau seorang imam dan Al-Hafidz. Kealimannya disegani para ulama tabiin. Pernah Asy-Sya’bi, seorang ulama besar di kalangan tabiin, ketika masuk ke masjid di Kufah, ia bertanya dahulu, “Adakah Abu Hushain di dalam? Kalau ada mari kita duduk di majelis beliau.” Beliau juga dikenal dengan sikap wara‘-nya. Pernah sebagian pejabat menghadiahi beliau 2000 dirham ketika beliau sedang mencari nafkah, namun hadiah tersebut ditolak. Ketika muridnya bertanya alasannya, beliau menjawab, “Karena malu dan menjaga kemuliaan.” Walau beliau seorang alim yang disegani, kadang jika beliau ditanya suatu masalah agama, beliau menjawab, “Saya tidak tahu, wallahu’alam.”

    Sa’id bin Abi ‘Arubah

    Sa’id bin Abi ‘Arubah (wafat 156H), dari kota Bashrah (sekarang bagian dari Irak). Seorang imam, Al-Hafidz, dan ulama besar di masanya. Beliau adalah murid dari Ibnu Sirin dan Qatadah. Di antara yang mengambil ilmu darinya adalah Sufyan Ats-Tsauri, Syu’bah, dan Yahya bin Sa’id Al-Qathan. Sebagian ahli sejarah mengatakan beliaulah yang pertama kali menghimpun hadis dalam bentuk kitab sunan. Yang menakjubkan dari beliau adalah hafalannya, sampai-sampai Abu Awwanah mengatakan, “Di antara kami tidak ada yang lebih kuat hafalannya dari beliau di kala itu.”

    Waki’ bin Al-Jarrah

    Waki’ bin Al-Jarrah bin Malih bin ‘Adi Al-Kufi (wafat 197H), ulama besar dari Kufah. Beliau mendengarkan hadis dari Hisyam bin ‘Urwah, Sulaiman Al-A’masy, Al-Auza’i, Sufyan Ats-Tsauri, dan Ibnu ‘Uyainah. Di antara murid beliau adalah Imam Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad. Imam Ahmad memuji beliau, ”Belum pernah aku melihat seorang ulama yang dalam hal ilmu dan hafalan sanad sehebat Waki’. Dia menghafal hadis, mendalami fikih dan ijtihad. Dia tidak pernah mencela seseorang.”

    Oleh karena itu, Imam Asy-Syafi’i pun ketika merasa hafalannya kurang baik, beliau meminta nasihat kepada Waki’ dengan perkataannya yang masyhur, “Aku mengadukan buruknya hafalanku kepada Waki’, lalu ia membimbing aku untuk meninggalkan maksiat. Dan ia memberitahu aku bahwa ilmu itu cahaya dan cahaya Allah itu tidak menerangi pelaku maksiat.”

    Abu Daud Ath-Thayalisi

    Sulaiman bin Daud Al-Farisi (wafat 204H), dikenal dengan nama Abu Daud Ath-Thayalisi. Disebut demikian karena beliau sering memakai thayalisah (sejenis jubah yang di pakai di pundak). Beliau ulama pakar hadis yang telah pergi ke berbagai negeri untuk menulis hadis. Ia pernah berkata, “Aku telah mencatat hadis dari seribu syekh.” Beliau adalah penyusun kitab Musnad yang dikenal dengan Musnad Ath-Thayalisi.

    Ibnu Qutaibah

    Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah Ad-Dainury (wafat 236H), dikenal dengan nama Ibnu Qutaibah. Ia  adalah seorang ahli lughah (bahasa Arab) yang terkenal. Beliau belajar hadis dari Ishaq bin Rahawaih, Abu Ishaq Ibrahim Az-Ziyadi, dan Abu Hatim As-Sijistany. Ia banyak mengarang kitab yang bermanfaat di antaranya adalah kitab Gharibul Quran, Gharibul Hadits, Uyunul Akhbar, Musykilul Quran, Musykilul Hadits, kitab I’rabil Qur’anal Ma’arif, dan Adabul Katab. Di antara murid-muridnya adalah anaknya, Ja’far Ahmad Al-Faqih, dan Ibnu Dusturaih Al -Farisy.

    Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, ”Ibnu Qutaibah seorang ulama yang cenderung kepada mazhab Ahmad bin Ishaq, ia seorang juru bicara ahli hadis.” Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, ”Ibnu Qutaibah seorang yang banyak kitabnya, seorang yang diterima riwayatnya, tetapi sedikit dalam meriwayatkan hadis.”

    Baqi bin Makhlad

    Abu Abdirrahman Baqi bin Makhlad Al-Andalusi (wafat 276H) adalah seorang ulama dari negeri Andalus (sekarang bagian dari Spanyol). Beliau dikenal dengan kegigihannya dalam menuntut ilmu agama. Beliau berjalan kaki menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, menemui Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah. Namun, ketika itu musibah besar menimpa Imam Ahmad, sehingga beliau dilarang untuk mengajar oleh penguasa. Namun, Baqi bin Makhlad punya cara lain, setiap hari beliau berpakaian mirip pengemis mendatangi rumah Imam Ahmad sehingga Imam Ahmad bisa menyampaikan hadis kepada beliau. Terus demikian hingga akhirnya Imam Ahmad boleh mengajar lagi. Ia pun di depan murid-muridnya berkata tentang Baqi bin Makhlad, “Orang ini berhak menyandang predikat sebagai pencari ilmu.”

    Wallahu a’lam, semoga bermanfaat.

    [Bersambung]

    ***

    Penulis: Yulian Purnama

    © 2022 muslim.or.id
    Sumber: https://muslim.or.id/81065-mengenal-beberapa-ulama-hadits-mutaqaddimin-bag-1.html