Dosa Lisan: Ghibah (Menggunjing)

DARI Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim, no. 2589)

Ghibah bisa dengan isyarat jari saja. Buktinya dari hadits Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, “Aku berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Cukup sudah engkau berkata tentang Shafiyyah seperti ini dan itu, ia itu wanita yang pendek (sambil berisyarat dengan jari).” Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda,

“Sungguh engkau telah mengatakan suatu perkataan yang andai saja tercampur dengan air laut, kalimat itu akan mengotorinya.” (HR. Abu Daud, no. 4875 dan Tirmidzi, no. 2502. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

 

INILAH MOZAIK

Lebih Keji dari Zina tapi Paling Sering Dilakukan

ZINA merupakan dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah Ta’ala. Ini sudah jelas tertera dalam Alquran yang suci. Meskipun ancamannya sudah pasti neraka, masih banyak orang yang melakukan perbuatan terkutuk ini.

Tetapi tahukah bahwa ada suatu perbuatan yang lebih keji dan hina daripada melakukan zina sebanyak 30 kali? Yaitu gibah atau menggunjing. Perbuatan ini tanpa sadar sering kita lakukan khusunya kaum wanita, meskipun tak jarang kaum laki-laki juga sering melakukan. Imam Al Ghazali menegaskan dalam kitab Bidayah Al Hidayah dan menjelaskan bahwa: “Dosa menggunjing adalah lebih kejam daripada dosa karena berbuat zina yang dilakukan sebanyak 30 kali dan mendapatkan jaminan neraka. Wal Iyaadzu Billah”

Berbicara tentang keburukan orang lain memang sekilas terlihat sulit dilepaskan dari kebiasaan. Seolah-olah ini merupakan pembahasan yang menarik. Apalagi jika yang digunjingkan melewati mereka, maka hati-hati para penggunjing akan bertambah puas untuk merendahkan. Imam Nawawi rahimahullah kemudian memperjelas lagi definisi Gibah ini dalam komentarnya:

“Gibah adalah menceritakan tentang seseorang dengan sesuatu yang dibencinya baik badannya, agamanya, perkara dunianya, dirinya, fisiknya, perilakunya, hartanya, orang tuanya, anaknya, istrinya, pembantunya, hamba sahayanya, serbannya (penutup kepalanya), pakaiannya, gerak langkahnya, gerak geriknya, raut mukanya yang berseri atau masam, atau hal lain yang berkaitan dengan penyebutan seseorang baik dengan lafaz (verbal), tanda, ataupun isyarat dengan menggunakan mata, tangan ataupun kepala.” (Al-Adzkaar: 336).

Penting untuk diketahui bahwa menggunjing merupakan perbuatan yang amat dibenci oleh Allah Ta’ala. Melakukan ini sama saja dengan memakan daging saudaranya yang telah mati. Allah Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman. Jauhilah kebanyakan prasangka. Sesungguhnya kebanyakan parasangka itu adalah dusta dan jangan kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah kamu suka jika salah seorang di antara kamu makan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang,” (QS. Al-Hujurat:12).

Anas radhiyallahuanhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda,

“Tatkala saya diangkat ke langit, saya melewati kumpulan orang yang memiliki kuku terbuat dari tembaga, dengannya mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri, lantas sayapun bertanya pada Jibril alaihissalam: Siapakah mereka itu wahai Jibril? Beliau menjawab: “Mereka itu adalah orang-orang yang suka memakan daging manusia (menggunjing), dan suka menghina harga diri mereka”. (HR Ahmad 3/224, dan Abu Daud : 4878, sahih).

Orang yang menggunjing akan ditanya tentang kebenaran gunjingan tersebut di akhirat kelak. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis: “Barangsiapa yang menggunjing orang lain dengan sesuatu yang orang tersebut tidak lakukan, dengan tujuan untuk mengolok-oloknya, maka Allah akan memenjarakannya dalam neraka jahannam sehingga ia mendatangkan kebenaran/bukti perkataannya tersebut”. (HR Thabarani 3/420),

Walaupun hadis ini dinilai daif oleh Hafidz Al-Haitsami dan Syaikh Al-Albani dari segi sanad, namun maknanya benar, dan ia pasti akan diazab sebagaimana dalam banyak hadis sahih lainnya. Meskipun akhlak kita sudah baik, alangkah lebih bagus jika kita menebalkan keimanan dan menambah amalan yang jelas-jelas akan membawa kita menuju surgaNya. Tanyakan pada diri sendiri, apakah kita ini sudah lebih baik daripada orang lain? [radarislam]

 

sumber:Mozaik.Inilahcom