Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu (Bag. 11): Menjaga Marwah Ilmu

Baca pembahasan sebelumnya Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu (Bag. 10): Berilmu Jangan Lupa Beradab

Bismillah 

Orang berilmu akan memancarkan wibawa dibandingkan yang tidak. Hal ini karena ilmu benar-benar telah mengangkat martabatnya. Mari kita lihat, bagaimana ilmu benar-benar dapat mengangkat martabat, sekalipun itu makhluk sekelas hewan yang dipandang rendah; yakni anjing.

Allah Ta’ala berfirman,

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَمَا عَلَّمْتُم مِّنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّـهُ فَكُلُوا مِمَّا أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّـهِ عَلَيْهِ

“Mereka menanyakan kepadamu, “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu. Kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya).” (QS. Al-Maidah: 4)

Ayat di atas menerangkan kepada kita halalnya hewan buruan hasil tangkapan anjing yang terlatih dan disebut nama Allah Ta’ala saat melepasnya. Hukumnya menjadi halal dimakan. Maka maaf, anjing saja akan mulia karena ilmu yang melekat padanya. Terlebih makhluk paling mulia di muka bumi, yaitu manusia.

Tidak ada yang memungkiri, bahwa ilmu akan mengangkat derajat manusia yang setia memperjuangkan dan membawanya,

يَرْفَعِ اللَّـهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّـهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١١﴾

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Jika demikian manfaat ilmu kepada kita, maka sungguh ironi, jika kita tidak menghargai marwah ilmu. Jika kita tidak setia menjaga marwah ilmu, maka ilmu tidak akan peduli lagi dengan martabatmu. Ilmu akan meninggalkanmu dan martabatmu.

Syaikh Shalih Al-‘Ushoimi dalam Khulashoh Ta’dhiim Al-‘Ilmi mengutip nasihat Imam Syafi’i rahimahullah,

من لم يصن العلم لم يصنه العلم

“Siapa yang tidak menjaga marwah ilmu, maka ilmu tidak akan menjaganya.”

Siapa saja yang tidak menjaga marwah ilmu, dengan melakukan perbuatan-perbuatan rendahan, maka dia telah merendahkan ilmu. Sehingga bisa sampai pada akibat yang fatal, yaitu hilangnya nama ilmu dari dirinya.

Wahb bin Munabbih rahimahullah mengatakan,

لا يكون البطال من الحكماء

“Orang yang rusak moralnya, tidak akan pernah menjadi orang yang hikmah/bijak.”

Bagaimana cara menjaga marwah ilmu?

Cara menjaga marwah ilmu disampaikan oleh kakek Syaikhul Islam Ahmad Al-Harrani; Ibnu Taimiyah, di dalam kitab Al-Muharrar. Lalu diikuti oleh cucu beliau dalam fatwa-fatwa beliau,

استعمال ما يجمله ويزينه وتجنب ما يدنسه ويشينه

“Dengan segala hal yang dapat memperindahnya dan menjauhi segala hal yang dapat menodai dan merendahkannya.”

Ada dua cara menjaga marwah ilmu, yaitu:

Pertama, memperindah ilmu, dengan segala yang dapat menjadikan ilmu itu indah.

Kedua, menjauhkan ilmu dari segala yang dapat menodai kemuliaan ilmu.

Dua sisi ini, sahabat pembaca sekalian, harus terpenuhi dalam upaya menjaga marwah ilmu. Seandainya seorang hanya fokus pada “memperindah” saja, tanpa mempedulikan hal-hal yang menodai ilmu, dia belum dikatakan menjaga marwah ilmu. Atau sebaliknya, “menjauhi hal-hal yang dapat merendahkan ilmu”, dan tidak ada upaya memperindahnya, dia belum sempurna menjaga marwah ilmu. Meskipun yang kedua ini lebih baik dari yang pertama.

Jika diminta memilih upaya minimal dalam menjaga marwah ilmu, maka point kedua ini layak diprioritaskan. Artinya, jika belum mampu memperindah, maka setidaknya jangan merusak. Sebagaimana disinggung dalam kaidah yang menjadi prinsip dakwah ahlus sunnah; dan sebenarnya kaidah ini juga pepatah kehidupan,

التخلية قبل التحلية

“Membersihkan noda dahulu, baru menghias.”

Namun, tetap itu belum sempurna. Seorang penuntut ilmu selayaknya berambisi dapat menjaga marwah ilmu yang ada dalam dadanya dengan sempurna, membersihkan noda dan menghiasi ilmu.

Dalil perintah menjaga marwah ilmu

Imam Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah pernah ditanya, “Anda telah mengetahui segala hukum dan hikmah dari Al-Quran, maka dimana perintah menjaga marwah (muru-ah) dalam Al-Quran?”

‘’Ada … ” Jawab Imam Sufyan rahimahullah, ‘’Ada di firman Allah Ta’ala,

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ ﴿١٩٩﴾

“Jadilah Engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebaikan, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.  (QS. Al-A’raf: 199)

ففيه المروءة, وحسن الأدب, ومكارم الأخلاق

“Di ayat ini, kata Imam Sufyan, ada perintah menjaga muru-ah, beretika yang baik, dan berakhlak mulia.” (Khulashoh Ta’dhimil Ilmi, hal. 33)

Contoh tindakan menodai ilmu yang sering terjadi

Mencukur jenggot, tidak menjaga pandangan saat di jalan, menjulurkan kaki ketika berkumpul dengan masyarakat, tanpa kebutuhan atau darurat (seperti karena sakit), berteman dengan orang-orang yang bermudah-mudah dengan dosa atau sibuk dengan hal-hal yang sepele atau tidak manfaat.

[Bersambung]

Penulis: Ahmad Anshori, Lc.

Artikel: Muslim.or.id