Bagaimanakah Petunjuk Islam tentang Mimpi? (Bag. 2)

Baca penjelasan sebelumnya pada artikel Bagaimana Petunjuk Islam tentang Mimpi? (Bag. 1).

Bismillah wasshholatu wassalamu ala Rasulillah.

Takwil mimpi, bagaimana Islam menyikapinya?

Pada pembahasan yang lalu telah kita bahas bahwa mimpi terbagi menjadi mimpi baik dan mimpi buruk. Mimpi baik merupakan mimpi yang bisa dipercaya. Sedangkan mimpi buruk adalah mimpi yang sering kali mengganggu diri kita.

Seorang muslim tentu saja menginginkan agar mimpi-mimpinya dipenuhi dengan mimpi yang baik dan menggembirakan. Hal itu merupakan karunia yang tidak semua orang bisa memperolehnya. Mimpi tersebut hanya diperoleh oleh mereka yang berhak dari kalangan kaum mukminin.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata di dalam kitabnya Madarijus Saalikiin, “Barang siapa yang menginginkan mimpinya menjadi mimpi yang indah dan membahagiakan, hendaklah ia berusaha untuk selalu jujur, memakan hanya makanan yang halal, menjaga dan menjalankan perintah Allah Ta’ala, menjauhi larangan Allah Ta’ala, tidur dalam keadaan suci (berwudu sebelumnya), menghadap kiblat, dan berzikir kepada Allah hingga matanya tertutup. Maka mimpinya (insyaallah) tidak akan dipenuhi dengan kedustaan dan keburukan.

Mimpi terbaik adalah mimpi di waktu sahur karena saat itu waktu turunnya Allah Ta’ala ke langit dunia. Waktu sahur juga merupakan waktu dekatnya rahmat dan ampunan Allah Ta’ala. Sedangkan mimpi buruk sering kali terjadi di waktu salat Isya karena itu adalah waktunya setan berkeliaran.”

Di antara hal lain yang harus kita perhatikan agar mimpi-mimpi kita dihiasi dengan kebaikan dan kebahagiaan adalah menjaga dan mengamalkan doa-doa yang menjaga diri kita dari godaan setan. Sebagaimana pula kita selalu berdoa dan memohon kepada Allah Ta’ala agar menjadikan kita sebagai hamba yang bertakwa dan termasuk dari hamba yang dipenuhi dengan kejujuran, baik dalam kondisi tersadar maupun dalam kondisi tertidur.

Di antara hal-hal yang wajib diperhatikan dalam perkara mimpi adalah tidak berlebih-lebihan di dalam mencari takwil mimpi, dan mengetahui batasan serta kaidah-kaidah dalam takwil mimpi.

Takwil mimpi

Menakwilkan mimpi maksudnya adalah memberitahukan apa arti dan kandungan sebuah mimpi.

Menakwilkan mimpi bisa terjadi untuk mimpi yang baik maupun yang buruk. Sebagaimana perkataan Nabi Yusuf ‘Alaihis salam di dalam Al-Qur’an,

يٰصَاحِبَيِ السِّجْنِ اَمَّآ اَحَدُكُمَا فَيَسْقِيْ رَبَّهٗ خَمْرًا ۗوَاَمَّا الْاٰخَرُ فَيُصْلَبُ فَتَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْ رَّأْسِهٖ ۗ قُضِيَ الْاَمْرُ الَّذِيْ فِيْهِ تَسْتَفْتِيٰنِۗ

“Wahai kedua penghuni penjara, ‘Salah seorang di antara kamu, akan bertugas menyediakan minuman khamr bagi tuannya. Adapun yang seorang lagi, dia akan disalib, lalu burung memakan sebagian kepalanya. Telah terjawab perkara yang kamu tanyakan (kepadaku).’” (QS. Yusuf: 41).

Telah kita ketahui bersama, bahwa mimpi seorang muslim terbagi menjadi dua, mimpi yang baik dan mimpi yang buruk. Saat ia bermimpi buruk, maka sudah sepantasnya untuk tidak menceritakannya kepada orang lain. Apalagi meminta penjelasan dan takwil dari mimpi buruknya tersebut. Adapun ketika ia mendapati mimpi yang baik dan membahagiakan, maka ia dibolehkan untuk menceritakannya dan mencari takwilnya. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam,

إذا رأى أحدُكم الرؤيا الحسنةَ فلْيُفسرْها ، و لْيُخبرْ بها ، و إذا رأى الرؤيا القبيحةَ ، فلا يُفَسِرْها و لا يُخبرُ بها

“Jika kalian mengalami mimpi yang baik, maka carilah artinya dan ceritakanlah mimpi indah itu. Dan jika kalian mengalami mimpi buruk, maka janganlah ia mencari-cari takwil dan artinya, dan jangan pula menceritakannya kepada orang lain” (HR. As-Suyuti dalam Al-jami’ As-Shaghir).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika hendak mencari takwil ataupun arti mimpi:

Pertama, hendaklah kita bertanya kepada orang yang memang ahli di bidang takwil mimpi, cerdas, bertakwa, suci dari perbuatan keji, menguasai Al-Quran, memahami hadis nabi, menguasai bahasa Arab, dan permisalan yang biasa diucapkan oleh orang-orang Arab.

Kedua, hendaklah orang yang menafsirkan dan menerjemahkan mimpi tersebut melihat dan menafsirkan mimpi sesuai dengan kondisi si penanya, baik itu kedudukan, mazhab, dan agamanya. Bahkan disesuaikan dengan zaman, tempat tinggal, dan iklim negara si penanya.

Ketiga, wajib bagi orang yang menafsirkan mimpi tersebut untuk menutupi aib dan hal-hal yang tidak perlu ditampakkan dari setiap manusia serta tidak terburu-buru di dalam menafsirkan.

Keempat, hendaknya seorang penafsir mimpi mengatakan kepada orang yang menceritakan mimpinya, “Khairan ra’aita wa khairan talqaahu wa syarran tatawaqqaahu wa khairan lanaa wa syarran ala a’daaina, walhamdullillahi Rabbil aalamiin (Kamu telah melihat kebaikan, dan kamu telah mendapati kebaikan. Kamu telah terhindar dari keburukan. Kebaikan untuk kita semua dan kejelekan untuk musuh-musuh kita. Segala puji hanyalah milik Allah Rabb seluruh alam).”

Penjelasan adab-adab di atas menjelaskan kepada kita bahwa menafsirkan dan menakwilkan mimpi tidak bisa dilakukan oleh orang sembarangan. Imam Malik Rahimahullah pernah ditanya, “Apakah semua orang bisa menakwilkan mimpi?” Maka beliau menjawab, “Akankah ia bermain-main dengan kenabian?!” Lalu beliau Rahimahullah melanjutkan,

الرؤيا جزء من النبوة فلا يلعب بالنبوة

“Mimpi itu sebagian dari kenabian, maka janganlah ia bermain dengan perkara kenabian.”

Hukum membaca buku tafsir mimpi

Syekh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah pernah ditanya mengenai hal ini, lalu beliau menjawab, “Tidak ada salahnya membaca kitab-kitab tafsir, Ibnu Sirin, dan lain-lain. Buku-buku tafsir mimpi bermanfaat bagi pencari ilmu. Akan tetapi, jangan sampai terlalu bergantung kepadanya. Penuntut ilmu selalu bersandar kepada dalil. (Saat menghadapi permasalahan) dia harus mencari dalilnya, mempelajarinya, dan melihat dari qarinah (petunjuk-petunjuk yang ada). Apabila dia ragu dan tidak yakin dalam suatu permasalahan, maka ia tidak ragu dan tidak gengsi untuk mengatakan, ‘Mungkin yang dimaksud adalah seperti itu …. (tidak merasa bahwa dia benar).’

Apabila dia melihat mimpi yang baik, maka ia harus memuji Allah Ta’ala, seperti misalnya, ketika dia melihat bahwa dirinya sedang menpelajari agama ini, atau ketika dia melihat bahwa dirinya masuk surga, atau ketika dia bermimpi sedang berbakti kepada kedua orang tuanya, atau ketika dia bermimpi bahwa dirinya bisa menjaga salat. Mimpi-mimpi tersebut mengharuskan ia untuk selalu memuji Allah Ta’ala.”

Jawaban Syekh bin Baz di atas menjelaskan kepada kita bahwa membaca buku tafsir mimpi hukumnya boleh untuk seorang penuntut ilmu yang sudah mengetahui dalil. Sehingga ia bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Adapun orang awam yang belum mengetahui dalil, lebih baik untuk tidak membaca kitab-kitab ini. Namun, yang harus ia lakukan ketika ingin menafsirkan mimpinya adalah mendatangi ahli ilmu yang memang kompeten di bidang ini. Allah Ta’ala berfirman,

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS. An Nahl: 43).

Kaidah-kaidah mimpi

Kaidah pertama, mimpi tidak memiliki pengaruh terhadap syariat agama karena syariat bersumber dari dalil dan hukum yang dihasilkan dari dalil. Sedangkan mimpi tidak memiliki pengaruh pada syariat dan tidak dijadikan sumber adanya suatu hukum fikih. Apabila ada mimpi yang sejalan dengan beberapa syariat yang sudah ada, maka landasan mengamalkan syariat tersebut adalah dalil atau hasil ijtihad ulama yang berlandaskan dalil. Syariat itu bukan dilandaskan kepada mimpi.

Kaidah kedua, mimpi yang benar tidak akan menyelisihi syariat. Sehingga ketika seseorang bermimpi yang mengandung penyelisihan terhadap syariat, maka mimpi tersebut tidak dianggap sama sekali. Walaupun ia mengaku-nagaku perihal sesuatu atau pun mengaku didatangi oleh siapapun. Perlu kita ketahui bahwa setan sering mengganggu orang-orang saleh. Oleh karena itu, syariat ini adalah penengah untuk segala macam tingkah laku manusia, baik itu dalam kondisi sadar ataupun tertidur.

Kaidah ketiga, wajib berhati-hati jika ada orang yang mengaku ahli menerjemahkan mimpi. Padahal dia tidak memiliki ilmu tentang tafsir mimpi sama sekali. Bahkan orang tersebut adalah orang bodoh atau dikenal karena khurafat dan bid’ah yang dia lakukan.

Kaidah keempat, tidak berlebih-lebihan dalam masalah takwil mimpi sehingga menanyakan makna dan arti mimpi dari semua mimpinya di malam hari. Tidak boleh juga menghabiskan waktu untuk mengirimkan pesan di media sosial atau menyebarkan tafsir mimpi seseorang ke seluruh grup yang dia ikuti karena semua itu termasuk menyia-nyiakan waktu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

“Di antara tanda kebaikan ke-Islaman seseorang jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya” (HR. Tirmidzi, hasan).

[Bersambung]

***

Penulis: Muhammad Idris

Artikel: Muslim.or.id

Sumber:

Kitab Arru’ya wal Ahlam fii sunnati haadi Al-anam karya Ahmad bin Sulaiman al-Urayni dan beberapa sumber lainnya.

Sumber: https://muslim.or.id/72068-bagaimanakah-petunjuk-islam-tentang-mimpi-bag-2.html

Bagaimanakah Petunjuk Islam tentang Mimpi? (Bag. 1)

Bismillah wasshsholatu wassalamu ‘ala rasulillah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari…” (QS. Ar-Rum: 23)

Tidak ada satu pun manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan, yang sudah dewasa maupun yang masih anak-anak, kecuali pasti pernah mengalami mimpi di saat tidur. Begitu banyak dalil-dalil sahih yang menjelaskan hakikat mimpi ini, namun tetap saja mimpi masih menjadi salah pintu masuk terjadinya khurafat dan perilaku-perilaku yang menyimpang dari ajaran Islam.

Banyak kita jumpai orang yang mengambil keputusan dan menentukan hubungannya dengan orang lain berdasarkan mimpi yang ia alami. Banyak juga yang menjadi optimis ataupun pesimis akan suatu hal yang ia alami hanya karena ia melihat mimpi yang menenangkannya ataupun mimpi yang mengganggunya. Di sisi lain, banyak sekali manusia yang mengaku-ngaku ahli di dalam menafsirkan mimpi, padahal ia sama sekali tidak berkecimpung di bidang tersebut, memanfaatkan obsesi dan rasa ingin tahu manusia hanya demi mengumpulkan pundi-pundi harta dan memperkaya diri.

Lalu bagaimana agama Islam ini memandang mimpi?

Pengertian Mimpi dan Macam-Macamnya

Mimpi dianggap dan didefinisikan sebagai serangkaian fantasi yang mungkin menimpa seseorang selama tidurnya, dan mimpi itu berbeda dalam urutan dan logikanya dengan kehidupan nyata. Terdapat banyak teori dan penjelasan mengapa mimpi ini bisa terjadi serta banyak usaha untuk mengartikan dan menerka maknanya. Mimpi juga dianggap sebagai sarana untuk mewujudkan dan memenuhi apa yang sedang diinginkan jiwa serta motifnya.

Di dalam agama Islam, mimpi terbagi menjadi tiga macam. Hal ini berdasarkan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

الرؤيا ثلاث حديث النفس وتخويف الشيطان وبشرى من الله

“Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, rasa takut dari setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR. Bukhari)

Pertama: Mimpi yang baik (ru’ya shalihah hasanah), yaitu jika seseorang bermimpi hal yang ia sukai. Mimpi ini datangnya dari Allah Ta’ala dan itu suatu nikmat. Karena jika ia bermimpi seperti itu, ia menjadi semangat dan bergembira. Inilah yang dimaksud dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

لم يبق من النبوة إلا المبشرات قالوا وما المبشرات قال الرؤيا الصالحة

“Tidak tersisa dari kenabian, kecuali kabar-kabar gembira.” Para sahabat bertanya, “Apakah hal yang menggembirakan itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mimpi yang baik.” (HR. Bukhari)

Kedua: Mimpi buruk (ru’ya makruhah), mimpi ini datang dari setan. Dan ini sering kali menggelisahkan dan mengganggu. Salah satu terapi dari mimpi seperti ini adalah membaca ta’awudz, yaitu meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala dari godaan setan. Jika kita mengalaminya, maka yang harus kita lakukan adalah bersabar. Karena ingatlah bahwa setan itu musuh manusia dan berusaha menyakiti serta membuat sedih, bahkan di dalam tidur kita. Coba kita renungkan dengan baik ayat berikut,

إِنَّمَا النَّجْوَىٰ مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu bersedih, sedang pembicaraan itu tidaklah memberi mudharat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.” (QS. Al-Mujadalah: 10)

Ketiga: Mimpi biasa yang tidak ada maksud apa pun. Biasanya itu cuma bisikan jiwa atau suatu pikiran yang akhirnya terbawa dalam mimpi.

Bagaimana Menyikapi Mimpi yang Baik dan Mimpi yang Buruk?

Jika ada seseorang yang mendapatkan mimpi yang baik, mimpi yang disukainya, mimpi yang mengandung kebahagiaan, apa yang harus ia lakukan?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إذا رأى أحدكم رؤيا يحبها، فإنما هي من الله، فليحمد الله عليها وليحدث بها

“Jika seseorang di antara kalian bermimpi dengan sesuatu yang menggembirakannya, ketahuilah bahwa itu merupakan karunia dari Allah, hendaklah ia memuji Allah, lalu ia boleh menceritakan mimpi tersebut.” (HR. Bukhari)

Rasulullah juga bersabda di dalam riwayat lain, “Jika ia melihat mimpi yang baik, maka ia memberikan kabar gembira dan janganlah kalian ceritakan, kecuali pada orang yang juga ikut menyukai mimpi tersebut.” (HR. Muslim)

Dari kedua hadis tersebut ada beberapa adab yang bisa kita amalkan saat mendapatkan mimpi yang baik:

Pertama, memuji Allah Ta’ala.

Kedua, memohon kepada Allah Ta’ala agar yang dia impikan terwujud di kehidupan nyata.

Ketiga, menceritakan hal tersebut kepada orang-orang yang ia cintai, sebagai bentuk berbagi kebahagiaan.

Keempat, tidak menceritakan mimpinya tersebut untuk orang yang berpotensi hasad dan dengki ataupun orang yang bodoh akan hal itu.

Adapun jika seseorang bermimpi dengan sesuatu yang ia benci, maka nabi juga sudah memberikan beberapa arahan untuk menghadapinya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وإذا رأى ما يكره فليتعوذ بالله من شرها، ومن شر الشيطان، وليتفل ثلاثا، ولا يحدث بها أحدا، فإنها لن تضره

“Jika kalian mimpi sesuatu yang tidak kalian suka, maka memohonlah perlindungan pada Allah atas keburukan mimpi tersebut dan dari keburukan setan, meludahlah tiga kali, dan jangan kalian ceritakan pada siapa pun, maka mimpi buruk itu tidak akan membahayakan pada kalian.” (HR. Bukhari)

Di dalam hadis lain disebutkan,

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا، فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا وَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ثَلَاثًا، وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ

“Ketika kalian melihat mimpi yang tidak kalian suka, maka meludahlah dari arah kiri kalian tiga kali dan memohonlah perlindungan kepada Allah dari setan tiga kali, dan hendaklah kalian berpindah dari posisi tidur yang semula ia lakukan.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda dalam riwayat lain,

فَمَنْ رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلاَ يَقُصَّهُ عَلَى أَحَدٍ وَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ

“Barang siapa yang bermimpi sesuatu yang tidak disukai, maka jangan ceritakan pada siapa pun. Berdiri, lalu salatlah!” (HR. Bukhari).

Merangkum dari 3 hadis di atas, terdapat enam anjuran yang sunah jika dilakukan ketika sehabis mengalami mimpi buruk.

Pertama, meminta perlindungan pada Allah Ta’ala atas keburukan mimpi yang dialami.

Kedua, meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala dari setan dengan melafalkan ta’awudz, A‘ûdzu Billâhi minasy-syaithânir-rajîm (Aku berlindung kepada Allah Ta’ala dari setan yang terkutuk).

Ketiga, meludah sebanyak tiga kali pada arah ke kiri untuk mengusir dan melecehkan mereka.

Keempat, tidak menceritakan hal tersebut kepada seorang pun, sehingga orang tersebut terburu-buru berusaha mengartikan mimpi tersebut dengan sesuatu yang dibenci oleh si pemimpi.

Kelima, melaksanakan salat ketika terbangun dari tidurnya, karena sejatinya salat mengusir setan.

Keenam, berpindah posisi. Jika sebelumnya ia menghadap kiri, maka ia bersegera mengganti arah dengan menghadap kanan.

Adapun jika ia terbangun dan ketakutan karena mimpinya, maka hendaklah ia membaca do’a,

أعوذُ بِكَلماتِ اللَّهِ التَّامَّةِ ، من غَضبِهِ  وعقَابِهِ وشرِّ عبادِهِ ، ومن هَمزاتِ الشَّياطينِ وأن يحضُرونِ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kemarahan-Nya, siksaan-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, godaan setan, serta kehadiran mereka (setan) ke hadapanku).” (HR. Abu Dawud)

Jika seorang hamba sudah melakukan hal itu, maka insya Allah mimpi tersebut tidak akan membahayakannya sama sekali. Wabillahi At-taufiik.

[Bersambung]

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/71942-bagaimanakah-petunjuk-islam-tentang-mimpi-bag-1.html

Perintah Nabi SAW Soal Orang yang Bermimpi Baik dan Buruk

Islam memerinci segala urusan manusia.

Islam memerinci segala urusan manusia, baik yang bersifat indrawi maupun metafisik seperti mimpi. Nabi SAW pun membuatkan perintah anjuran kepada orang-orang yang mengalami mimpi, baik mimpi baik maupun mimpi buruk.

Dalam kitab Mukhtashar Shahih Al-Bukhari karya Nashiruddin Al-Albani dijelaskan sebuah hadits: “An Abi Sa’idin Al-Khudriyyi annahu sami’a An-Nabiyyi SAW yaqulu: idza ra-a ahadukum ru’ya yuhibbuha fa-innama hiya minallahi. Falyahmadillaha alaiha, wal-yuhaddits biha, wa idza ra-a ghaira dzalika mimma yakrahu, fa innama hiya minassyaithaani, fal-yastaidz min syarriha wa la yadzkurha li-ahadin fainnaha laa tadhurruhu,”.

Yang artinya: “Abu Sa’id Al-Khudri mendengar Nabi SAW bersabda: “Jika salah seorang dari kalian melihat mimpi yang dia sukai, sesungguhnya mimpi itu dari Allah. Hendaknya dia ucapkan kalimat syukur kepada Allah dan dia bicarakan mimpi tersebut kepada orang lain,”.

“Jika dia melihat mimpi yang selain itu yang dia benci, berarti mimpi itu dari setan. Hendaknya dia meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan mimpi itu tersebut kepada seorang pun. Karena sesungguhnya mimpi yang seperti itu tidak membawa bahaya,”.

KHAZANAH REPUBLIKA

Hikayat Mimpi

Mimpi disebut orang sebagai kembang ti dur. Tak tam pak secara ma teri, tetapi bisa dirasakan. Dunia medis me nyebut mimpi terjadi pada waktu tidur aktif. Tidur terjadi pada seperempat terakhir siklus tidur manusia. Kondisi ketika mata manusia bergerak cepat (rapid eye movement). Otak manusia pun berada dalam keadaan sa ngat aktif. Dalam kondisi ini, tubuh akan memulihkan dirinya sendiri. Otak akan me-refresh secara otomatis sehingga menjadi segar ketika bangun.

Kembali ke pembahasan me ngenai mimpi, tamu yang datang tanpa diundang ini menjadi ba han perbincangan manusia dari zaman purba hingga kini. Pada zaman Yunani kuno, mimpi di jadi kan sebagai penghubung an tara manusia dan dewa. Mimpi pun menjadi salah satu tanda dari kerasulan. Dari mimpi Nabi Ibra him AA saat mendapat wahyu untuk menyembelih Ismail hing ga kisah Rasulullah SAW.

Salah satu kisah yang diceritakan dalam Alquran adalah cerita Nabi Yusuf AS. Kisah yang disebut dalam QS Yusuf ayat 43- 45 itu menjelaskan tentang bagai mana Nabi Yusuf menakwilkan mimpi raja Mesir. Saat itu, sang raja melihat tujuh ekor sapi be tina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus. Di sisi lain, raja me nyaksikan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lain nya yang kering.

Saat raja meminta pendapat kepada para pembesar negeri, me reka hanya berkata itu adalah mimpi yang kosong. Imam Ibnu Katsir menafsirkan jika para pembesar itu mengungkapkan, mim pi raja hanya ilusi yang terbayang hingga terbawa dalam tidur.

Yusuf pun menakwilkan mim pi tersebut jika sang raja harus bercocok tanam tujuh tahun la ma nya sebagaimana biasa. Mimpi itu ditafsirkan dengan datangnya masa paceklik dan pentingnya per siapan menghadapinya. Mak sud dari perkataan Yusuf tersebut, ujar Ibnu Katsir, kelak akan datang musim subur dan banyak hujan selama tujuh tahun berturut- turut. Sapi ditakwilkan seba gai tahun karena sapi yang dipa kai untuk membajak tanah dan lahan yang digarap untuk menghasilkan buah dan tanaman, yak ni bulir-bulir gandum yang hijau.

Lantas, Yusuf pun memberi arahan kepada mereka apa yang harus dikerjakan dalam tujuh tahun ini. “Maka apa yang kalian panen hendaklah kalian biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk makan kalian.” (QS Yusuf: 47). Maknanya, betapapun hasil yang diperoleh dari panen pada musim subur selama tujuh tahun itu, mereka harus membiarkan hasilnya pada bulir-bulirnya. Dengan demikian, ini bisa disimpan da lam jangka waktu lama sehingga dapat menghindari kebusukan. Untuk gandum yang akan dima kan maka makanlah sekadarnya.

Dengan menyimpan itu, jum lah makanan dapat menutupi ke butuhan selama musim-musim pa ceklik selama tujuh tahun beri kut nya. Sapi-sapi kurus yang me makan sapi-sapi gemuk ditakwil kan sebagai musim paceklik sela ma tujuh tahun berturut-turut itu mengiringi musim-musim subur. Yusuf memang sudah diberi kan petunjuk berupa mimpi sejak kecil. Ketika itu, Nabi Yusuf me nyaksikan 11 bintang, matahari, dan rembulan sujud kepadanya. Sebelas bintang adalah saudarasaudaranya karena Nabi Yusuf merupakan anak ke-12. Matahari dan bulan merupakan lambang kedua orang tuanya.

Nabi Muhammad SAW juga cukup sering meriwayatkan ten tang mimpi. Hadis dari Abu Said al-Khudri, ia mendengar Nabi SAW bersabda, “Jika salah se orang di antara kalian memimpi kan sesuatu yang ia senangi, se be narnya mimpi tersebut ber asal dari Allah. Maka hendaklah ia memuji Allah karenanya dan ceritakanlah. Adapun jika ia ber mimpi sesuatu yang tidak disukai maka itu berasal dari setan. Dan hendaklah ia meminta perlin dung an dari keburukannya, dan jangan menceritakannya kepada orang lain sehingga tidak membahayakannya.” Merujuk kepada hadis di atas, Syekh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin menjelaskan, mimpi yang baik berasal dari Allah SWT.

Jika bermimpi sesuatu yang me nyenangkan, hendaknya men ceritakan kepada orang lain. Ha nya, orang yang akan mendegar kan cerita itu hendaknya orang yang disenangi agar ia tidak ditipu. Dalam hadis lainnya yang bersumber dari Abu Hurairah RA, “‘Tiada yang tersisa dari ke na bian selain kabar-kabar gem bira. Para sahabat bertanya, ‘Apa itu kabar-kabar gembira?’ Dia menjawab, ‘Mimpi yang baik.'” Mimpi sebagai bagian dari kenabian ditafsirkan al-Utsaimin, yakni mimpi merupakan bagian dari wahyu meski bukan wahyu sepenuhnya.

Sementara itu, mimpi buruk yang juga disebut dengan al- Hulm berasal dari setan. Mimpi buruk di sini, yakni memperlihatkan sesuatu hal menakutkan kepada seseorang. Contohnya, membunuh ayah sendiri, terbakar api menyala, atau mimpi menyeramkan lainnya. Dalam hadis ini, Rasulullah SAW pun memberikan dua cara untuk mengobati efek negatif mimpi buruk ini.

Pertama, berlindung kepada Allah dari keburukannya. Kedua, tidak menceritakan kepada siapa pun. Nabi SAW dalam hadis lain nya pun mewasiatkan agar kita meludah ke sisi kiri tempat tidur saat bermimpi buruk.

Rasulullah SAW sempat ber mimpi dan menakwilkan makna mimpi itu sendiri. Nabi SAW juga pernah menakwilkan mimpi sa ha bat. Dalam satu hadis, Nabi SAW bersabda, “Ketika tertidur, aku diberi gelas susu lantas aku minum sehingga kulihat sungai keluar dari kuku-kukuku. Kemu dian, sisanya aku berikan kepada Umar. Para sahabat bertanya ba gai mana menakwilkan mimpi ini. Itu adalah ilmu.” Dalam hadis lain nya, disebutkan jika Nabi SAW melihat kesegaran susu itu dari jemarinya. Kelebihannya pun diberikan kepada Umar bin Khattab.

Syekh al-Utsmain menjelaskan, korelasi antara susu dan ilmu, yakni susu merupakan mi numan, makanan, energi sekaligus manisan. Sementara ilmu adalah energi bagi jiwa manusia. Ilmu pun seperti manisan yang lezat. Mengingat seorang yang berilmu merasa tidak ada sesuatu lebih enak dari ilmu. Mimpi lain nya, yakni melihat baju dalam tidurnya. Ketika itu, Nabi SAW meihat manusia berbaju gamis. Ada yang sampai ke dada dan ada yang sampai lebih bawah dari dada. Umar bin Khattab melewati dengan memakai gamis yang ia seret. Saat ditanya para saha bat bagaimana menafsirkannya, Nabi SAW menjawab, “itulah agama!”

Nabi SAW bermimpi melihat Siti Aisyah sebanyak dua kali sebelum menikah. Dalam mimpi nya, ada seorang malaikat meng gen dong Aisyah dalam sebuah kain sutra. “… Maka aku berkata, ‘singkapkan kain ini!’ Lalu malaikat tersebut menyingkapkannya dan ternyata itu engkau. Maka aku katakan, ‘Jikalau ini benar-benar dari Allah maka berlangsunglah!’ Mimpi yang sama pun berulang kembali.

Sahabat Abdullah bin Salam pernah bermimpi seakan berada di taman yang memiliki tiang di bagian tengahnya. Di atas tiang itu terdapat tali. Kemudian, ada yang berkata, “Naiklah.” Abdul lah tidak bisa menaikinya. Lan tas, seorang pelayan mendatangi nya dan mengangkat pakaiannya.

Abdullah pun berpegang erat dengan tali itu. Tiba-tiba, Abdul lah terbangun dalam kondisi ma sih berpegangan di tali itu. Nabi SAW pun menakwilkan mimpi ter sebut “… Taman itu adalah Islam. Tiang itu adalah tiang Islam. Tali itu adalah tali yang kokoh. Engkau akan senantiasa memegang teguh Islam hingga engkau meninggal.”

Melihat Nabi SAW
Salah satu peluang kita me lihat Nabi SAW ada dalam mim pi. Rasulullah SAW mengungkapkan jika dirinya tak bisa diserupai oleh setan. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa melihatku dalam tidur, ia akan melihatku ketika terjaga (karena) se tan tidak bisa menyerupaiku.” Abu Abdillah mengatakan, Ibnu Sirin mengungkapkan, “Maksud nya jika ia melihat rupa beliau.”

Ibnu Sirin menjelaskan, meli hat Nabi SAW dalam mimpi me rupa kan sifat yang umum. Jika kita bermimpi melihat Rasulullah SAW sebelum kenabian atau setelahnya, kemudian kita yakin jika penampakan itu sebagaimana di gambarkan para ulama, itu ada lah Rasulullah SAW, Wallahu alam.

 

REPUBLIKA

Tips Rasulullah dalam Mengatasi Mimpi Buruk

BAGIAN dari kesempurnaan syariat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah mengajarkan semua hal penting dalam kehidupan manusia.

Hanya saja, ada orang yang berusaha memahaminya dan ada yang melupakannya. Seseorang akan bisa merasakan dan meyakini betapa sempurnanya Islam, ketika dia memahami aturan syariat yang demikian luas. Di saat itulah, seorang muslim akan semakin yakin dengan agamanya. Anda bisa buktikan dan mencobanya.

Diantaranya petunjuk tentang mimpi. Meskipun Islam tidak mengajarkan umatnya tentang takwil mimpi yang mereka alami, namun rambu-rambu yang diberikan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sudah sangat memadai untuk menjadi panduan dalam mensikapi mimpi. Tak terkecuali, mimpi buruk.

Ada beberapa hal yang dijelaskan dalam Islam, terkait mimpi buruk.Pertama, mimpi tidak semuanya benar. Sumber mimpi tidak selamanya datang dari Allah. Bisa juga karena bawaan perasaan atau permainan setan.

Disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.”

Makna Hadis: “Bisikan hati”: terkadang seseorang memikirkan sesuatu ketika sadar. Karena terlalu serius memikirkan, sampai terbawa mimpi.

“Ditakuti setan”: mimpi yang datang dari setan. Bentuknya bisa berupa mimpi basah atau mimpi yang menakutkan.

Jenis mimpi yang ketiga adalah kabar gembira dari Allah. Mimpi ini adalah mimpi yang berisi sesuatu yang baik dan menggembirakan kaum muslimin. (Keterangan Dr. Musthafa Dhib al-Bugha, salah seorang ulama bermazhab Syafii, dalam taliq untuk Shahih Bukhari)

Kedua, mimpi buruk berasal dari setan. Dari jenis mimpi di atas, mimpi buruk termasuk salah satu permainan setan kepada bani Adam. Mereka ingin menakut-nakuti manusia. Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang kita menceritakan mimpi buruk kepada siapa pun.

Dari Jabir radhiallahu anhu, ada seorang Arab badui datang menemui Nabi kemudian bertanya, “Ya rasulullah, aku bermimpi kepalaku dipenggal lalu menggelinding kemudian aku berlari kencang mengejarnya”. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada orang tersebut, “Jangan kau ceritakan kepada orang lain ulah setan yang mempermainkan dirimu di alam mimpi”. Setelah kejadian itu, aku mendengar Nabi menyampaikan dalam salah satu khutbahnya, “Janganlah kalian menceritakan ulah setan yang mempermainkan dirinya dalam alam mimpi” (HR Muslim)

Ketiga, Yang harus dilakukan ketika mimpi buruk. Ada beberapa hal yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika seseorang mimpi buruk:

1. Meludah kekiri 3 kali.

2. Memohon perlindungan kepada Allah Taala dari setan 3 kali, dengan membaca

“Audzu billahi minas-syaithanir-rajiim” atau bacaan taawudz lainnya).

3. Memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan mimpi tersebut.

4. Atau sebaiknya dia bangun kemudian melaksanakan Shalat.

5. Mengubah pisisi tidurnya dari posisi semula ia tidur, jika ia ingin melanjutkan tidurnya, walaupun ia harus memutar kesebelah kiri, hal ini sesuai zahir hadis.

6. Tidak boleh menafsir mimpi tersebut baik menafsir sendiri atau dengan meminta bantuan orang lain.

Keterangan tentang hal ini terdapat dalam beberapa hadis berikut :Dari Jabir radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Jika kalian mengalami mimpi yang dibenci (mimpi buruk) hendaklah meludah kesebelah kiri tiga kali, dan memohon perlindungan dari Allah dari godaan setan tiga kali, kemudian mengubah posisi tidurnya dari posisi semula.” (HR. Muslim)

Dalam hadis lain Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Ketika kalian mengalami mimpi buruk, hendaknya meludah ke kiri tiga kali, dan memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dan dari dampak buruk mimpi. Kemdian, jangan ceritakan mimpi itu kepada siapapun, maka mimpi itu tidak akan memberikan dampak buruk kepadanya.” (HR. Muslim)

Abu Qatadah (perawi hadis) mengatakan,

“Sesungguhnya saya pernah bermimpi yang saya rasa lebih berat dari pada gunung, setalah aku mendengar hadis ini aku tidak peduli mimpi tersebut.”

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Mimpi itu ada tiga: mimpi yang benar, mimpi bisikan perasaan, dan mimpi ditakut-takuti setan. Barangsiapa bermimpi yang tidak disukainya (mimpi buruk), hendaklah dia melaksanakan shalat.” (HR. at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani). Allahu alam.[Ustaz Ammi Nur Baits]

 

INILAH MOZAIK

Ketahuilah, Mimpi Tidak Boleh Diceritakan Kepada Orang Lain

Mimpi adalah sesuatu yang terlihat atau di alami manusia pada waktu tidur. Mimpi yang di alami seseorang adakalanya benar atau tidak benar.

Mimpi bukannya hanya di alami manusia awam, akan tetapi para Nabi pun mengalami mimpi. Mimpi yang di alami seseorang ada yang sifatnya menyenangkan adakalanya menakutkan dan menyedihkan.

Misalnya mimpi ketemu orang yang kita sayangi, mimpi ketemu makhluk yang kita takuti dan lain sebagainya. Mimpi orang awam kebanyakan karena campur tangan syaitan.Sedangkan mimpi para Nabi dan Rasul adalah merupakan mimpi petunjuk, pertanda atau wahyu dari Allah swt. Sebagaimana di jelaskan dalam Al-Qur’an, yang artinya,

“(yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit. Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi gentar dan tentu saja kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah telah menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS Al-Anfal : 43)

Dalam ajaran agama Islam mimpi yang di alami diwaktu tidur, tidak dibenarkan menceritakannya kepada orang lain. Apakah mimpi yang benar atau mimpi yang tidak benar. Ini penjelasaan dua mimpi tersebut,

1. Mimpi yang baik atau benar.

Ketika seseorang mengalami mimpi yang benar, hendaklah ia memuji Allah dan memohon kepadanya agar merealisasikannya dan jangan menceritakan kepada orang lain kecuali kepada orang yang di cintainya dan mencintainya. Oleh sebab itu ketika, Nabi yusuf bermimpi melihat matahari, bulan, dan sebelas bintang bersujud kepadanya, ia menceritakannya kepada bapaknya.

Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS Yusuf : 5)

Dari Abu Qatadah Ra, mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Mimpi yang benar berasal dari Allah, sedangkan mimpi yang merupakan bunga tidur berasal dari syaitan. Jika diantara kamu bermimpi sesuatu yang disukainya, hendaklah ia tidak menceritakannya kecuali kepada orang yang dicintainya. Tetapi jika ia bermimpi sesuati yang di bencinya, maka hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari keburukannya dan dari keburukan syetan, dan supaya meludah tiga kali serta tidak menceritakannya kepada siapa pun. Sesungguhnya mimpi tersebut tidak akan membahayakan.” (HR Muttafaq ‘alaih)

Berdasarkan firman Allah SWT. dan hadits Rasulullah tersebut, ketika seseorang mengalami mimpi yang benar, hendaknya ia memuji Allah dan memohon kepadanya agar merealisasikannya dan jangan menceritakannya kepada orang lain kecuali kepada orang yang ia cintai dan mencintainya. Menceritakan mimpi yang benar terhadap orang yang dicintai tujuannya supaya ia berbahagia dengan kebahagian tersebutu dan mendoakan agar mendapat kebaikan tersebut. Kita dilarang untuk menceritakan mimpi benar kepada orang yang tidak kita cintai atau menyukai kita. Supaya ia tidak mengganggu arah mimpi tersebut dengan pentakwilan yang berdasarkan hawa nafsu, atau berusaha menghilangkan nikmat Allah SWT. karena dengki kepadanya.

2. Mimpi yang tidak benar.

Mimpi yang tidak benar atau buruk berasal dari syaitan. jika seseorang mengalami mimpi buruk dilarang juga menceritakannya kepada orang lain . Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,

“Jika salah seorang kalian melihat mimpi buruk maka hendaklah ia bangkit melaksanakan shalat dan jangan ia ceritakan kepada orang-orang,” (HR Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Usamah, ia berkata, “Aku pernah melihat sebuah mimpi yang membuat aku sakit hingga aku mendengar Qatadah berkata, ‘Aku pernah melihat sebuah mimpi yang membuat aku sakit hingga aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Mimpi baik berasal dari Allah. Jika salah seorang kalian melihat apa yang kalian sukai maka janganlah ia ceritakan mimpi tersebut kecuali kepada orang yang menyukainya saja dan jika ia melihat mimpi yang tidak ia sukai maka hendaklah ia meminta perlindungan kepada Alloh dari kejahatan mimpi tersebut dan dari kejahatan syaitan, kemudian meludah lah tiga kali dan jangan ia ceritakan kepada siapapun, sebab mimpi itu tidak akan mendatangkan kemudharatan,” (HR Bukhori dan Muslim).

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a,

“Bahwasanya Rasulullah SAW didatangi seorang Arab Badui dan berkata, ‘Aku bermimpi bahwa kepalaku dipenggal lalu akui mengikuti kepalaku yang menggelinding.’ Kemudian Nabi saw. mencela Arab Badui tersebut dan bersabda, ‘Jangan engkau ceritakan kisah syaitan yang mempermainkanmu disaat engkau tidur,” (HR Muslim).

Berdasarkan hadits Rasulullah SAW di atas, ketika seseorang mengalami mimpi buruk, maka tidak dibolehkan juga menceritakannya kepada orang lain. Sebab ditakutkan orang lain akan mentakwilkan dengan caranya masing-masing sehingga menimbulkan kegelisahan dan rasa takut bagi orang yang mimpi buruk tersebut.

Akan tetapi Rasulullah menganjurkan bagi yang melihat mimpi yang buruk atau tidak ia sukai, hendaklah ia melaksanakan apa yang tercantum dalam sunnah untuk mengusir was-was dan menolak tipu daya syaitan. Yaitu: melaksanakan shalat, memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan mimpi dan kejahatan syaitan, meludah ke sebelah kiri sebanyak tiga kali dan mengubah posisi tidur dari posisi semula.

 

BACAAN MADANI

Takwil Mimpi Buruk

Assalamu’alaikum

Mas, bisa tafsir mimpi? Aku to mimpi aneh. Aku mimpi terbang. Kecepatannya tinggi. Pas terbang aku takut trus ndremimil baca solawat. Gitu trus sampe bangun. Kemarin2 pernah mimpi serem banget trus aku baca solawat trus2an. Tafsirnya apa ya mas?

Ust. Wahyudi Abdurrahim

Waalaikum salam

Itu mimpi buruk. Tidak ada takwilnya. Mimpi buruk umumnya dari jin yang iseng mengganggu orang tidur. Jika Anda mimpi buruk, ada beberapa hal yang harus dilakukan.

  1. Meludah kekiri 3 kali.
  2. Membaca taawudz sebagai permohonan perlindungan dari Allah saw atas gangguan setan sebanyak 3 kali. Bacaan ta’awudz sebagai berikut:

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

  1. Mengubah posisi tidur.
  2. Tidak menceritakan mimpi buruk kepada orang lain.

Terkait dalil etika mimpi buruk, sebagai berikut:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ جَاءَ أَعْرَابِىٌّ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَأَيْتُ فِى الْمَنَامِ كَأَنَّ رَأْسِى ضُرِبَ فَتَدَحْرَجَ فَاشْتَدَدْتُ عَلَى أَثَرِهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِلأَعْرَابِىِّ « لاَ تُحَدِّثِ النَّاسَ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِكَ فِى مَنَامِكَ ». وَقَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- بَعْدُ يَخْطُبُ فَقَالَ « لاَ يُحَدِّثَنَّ أَحَدُكُمْ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِهِ فِى مَنَامِهِ .

Artinya: Dari Jabir ra, ada seorang Arab badui datang menemui Nabi kemudian bertanya, “Ya Rasulullah, aku bermimpi kepalaku dipenggal lalu menggelinding kemudian aku berlari kencang mengejarnya”. Nabi saw bersabda kepada, “Jangan kau ceritakan kepada orang lain ulah setan yang mempermainkan dirimu di alam mimpi”. Setelah kejadian itu, aku mendengar Nabi menyampaikan dalam salah satu khutbahnya, “Janganlah kalian menceritakan ulah setan yang mempermainkan dirinya dalam alam mimpi” (HR Muslim)
Rasulullah saw juga bersabda:
إذا رأى أحدكم الرؤيا يكرهها، فليبصق عن يساره ثلاثا وليستعذ بالله من الشيطان ثلاثا، وليتحول عن جنبه الذي كان عليه

“Jika kalian mengalami mimpi yang dibenci (mimpi buruk) hendaklah meludah kesebelah kiri tiga kali, dan memohon perlindungan dari Allah dari godaan setan tiga kali, kemudian mengubah posisi tidurnya dari posisi semula.” (HR. Muslim)

 

وإن رأى ما يكره فليتفل عن يساره ثلاثا وليتعوذ بالله من شر الشيطان وشرها، ولا يحدث بها أحدا فإنها لن تضره

Ketika kalian mengalami mimpi buruk, hendaknya meludah ke kiri tiga kali, dan memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dan dari dampak buruk mimpi. Kemdian, jangan ceritakan mimpi itu kepada siapapun, maka mimpi itu tidak akan memberikan dampak buruk kepadanya.” (HR. Muslim). Wallahu a’lam

 

sumber: Sang Pecerah

 

———————————————————————————————
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297