Risalah Islam Itu Sederhana Namun Pesannya Begitu Kuat

Akifah Baxter, mantan penganut Kristen yang tinggal di Amerika. Suatu hari ia jalan-jalan ke toko buku. Ia mencari sebuah buku yang dapat membimbingnya. Lalu ia menemukan sebuah buku tentang Islam, yang kemudian mengubah seluruh pandangan spiritualnya. Baxter bukanlah seorang ateis. Ia yakin akan keberadaan Tuhan, tapi ia mencari jalan yang tepat untuk mencapai kebenaran itu. Ia berkisah tentang pencarian kebenaran yang menyebabkannya memeluk Islam.

Aku selalu menyadari akan keberadaan Tuhan. Aku selalu merasa bahwa Dia ada di sana. Kadang-kadang perasaan itu jauh, dan sering kali aku mengabaikannya. Tapi aku tidak pernah bisa menyangkal pengetahuan ini. Karena itu, sepanjang hidupku, aku terus mencari kebenaran tentang rencana-Nya.

Kuhadiri banyak kajian di gereja. Aku mendengarkan, berdoa, berdiskusi dengan orang-orang dari semua agama yang berbeda. Tapi tampaknya selalu ada sesuatu yang kurasa tidak benar. Membingungkan. Seperti ada sesuatu yang hilang.

Dulu, aku sering mendengar orang berkata padaku, “Ya, aku percaya pada Tuhan, tapi aku tak memiliki agama. Dan menurutku, mereka semua keliru.”

Inilah yang benar-benar kurasakan. Namun, aku tak ingin membiarkan rasa penasaran ini pergi kemudian hanya menerima suatu keyakinan (agama) begitu saja. Aku tahu jika Tuhan benar-benar ada, Dia tidak akan meninggalkan kita tanpa arah, atau bahkan tersesat. Harus ada langkah nyata mencari agama yang benar. Dan aku harus menemukannya.

Berbagai gereja Kristen tempatku berkonsentrasi mencari kebenaran, -karena aku hanya berada di lingkungan itu-, memang tampaknya ada kebenaran dalam beberapa ajaran mereka. Namun, ada begitu banyak pandangan yang berbeda. Sehingga banyak ajaran yang bertentangan pada hal-hal dasar seperti bagaimana berdoa, berdoa kepada siapa, siapa yang akan “diselamatkan” dan siapa yang tidak, dan apa yang harus seseorang lakukan untuk “diselamatkan”. Tampaknya begitu berbelit-belit. Aku merasa hampir menyerah.

Aku baru saja mengunjungi gereja yang mengakui eksistensi Tuhan dan tujuan dari keberadaan manusia. Namun ajarannya meninggalkan rasa frustrasi yang begitu menggeliat. Aku benar-benar frustrasi karena apa yang mereka ajarkan bukanlah suatu kebenaran.

Suatu hari, aku jalan-jalan ke sebuah toko buku. Aku melihat-lihat genre buku agama. Saat aku berdiri di sana, kurayapi pandanganku di susunan buku. Kulihat sebagian besarnya adalah buku-buku Kristen. Tiba-tiba terlintas di benakku, apakah toko ini punya buku-buku tentang Islam.

Kusadari hampir tidak ada buku tentang Islam di sini. Tapi ketika kuambil salah satu buku Islam -yang hanya karena penasaran-, ternyata malah membuatku bersemangat dengan apa yang kubaca. Hal pertama yang membuatku terpana adalah pernyataan ‘Tidak ada Tuhan yang benar kecuali hanya Allah,’ Dia tidak punya rekanan atau sekutu, dan semua doa dan ibadah hanya diarahkan pada-Nya saja. Pernyataan ini tampak begitu sederhana, tapi pesannya begitu kuat, sehingga aku langsung menangkap pesannya.

Dari situ aku mulai membaca segala sesuatu tentang Islam. Semua yang kubaca benar-benar memuaskan dan dapat kumengerti (logis). Seolah-olah semua potongan-potongan teka-teki ini terjawab dengan sempurna, dan gambaran yang jelas itu begitu nyata.

Aku begitu bersemangat, jantungku berdebar setiap saat, setiap kali aku membaca segala sesuatu tentang Islam. Kemudian, ketika aku membaca Alquran, aku merasa seperti benar-benar mendapat anugerah yang besar untuk dapat membaca kitab ini. (Setelah membacanya) Aku benar-benar yakin bahwa kitab ini datang langsung dari Allah melalui Rasul-Nya ﷺ.

Inilah dia kebenaran. Aku merasa, sepertinya selama ini aku telah menjadi seorang muslim, hanya saja aku tidak menyadarinya. Sekarang kumulai hidupku sebagai seorang muslim. Aku merasakan kedamaian dan keamanan setelah mengetahui apa yang kupelajari adalah kebenaran hakiki yang akan membawaku lebih dekat kepada Allah. Semoga Allah menjaga dan membimbingku.

Pelajaran:

Pertama: Ada sebagian kaum muslimin yang kecewa dengan peradaban umat Islam yang teringgal dibanding dunia barat. Tapi, di sisi lain mereka juga terjebak dalam ketertinggalan. Saat orang-orang barat mulai meyakini alam semesta ini ada yang mengatur, dan meninggalkan agnostic (mengakui Tuhan tapi tidak beragama), orang-orang yang kecewa ini malah baru memulai meyakini apa yang mulai diragukan orang barat. Ibaratnya saat orang sudah taubat jadi preman, dia baru mulai mau jadi preman. Orang sudah tidak nyaman dengan agnostic, dia malah mau jadi agnostic.

Kedua: Kebenaran itu sesuatu yang dicari dan diusahakan. Kita melihat realita banyak versi tentang Islam, maka jangan berdiam diri dalam kebingungan dan kekecewaan mengapa umat Islam berbeda-beda. Tapi terus kaji Islam hingga bertemua ajaran Islam yang hakiki. Allah ﷻ berfirman,

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS:Al-‘Ankabuut | Ayat: 69).

Ketiga: Bacalah Alquran dan terjemahnya. Dan akan lebih baik lagi jika disertai tafsirnya atau bertanya kepada orang yang berilmu.

Keempat: Sangat disayangkan, sebagian orang yang terlahir sebagai muslim malah tidak mempelajari agamanya. Ia sangka menjadi seorang muslim adalah mengalir begitu saja. Boleh (halal) dan tidak boleh (haram) ditentukan oleh perasaan dan pengalaman. Bukan berdasarkan pengkajian terhadap Islam.

Diterjemahkan dari:
– http://www.arabnews.com/islam-perspective/news/900221

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)

Read more https://kisahmuslim.com/5455-risalah-islam-itu-sederhana-namun-pesannya-begitu-kuat.html

Jamal Zarabozo Belajar Alquran Menuntunnya Bersyahadat

Alquran mengajak manusia untuk merenungkan firman Allah.

Hidup dalam tradisi keagamaan warisan keluarga membuat seorang Jamal Zarabozo tak merasa tenang. Pria kelahiran 1976 ini banyak bertanya-tanya mengenai konsep agama yang dianutnya. Mengapa Tuhan memiliki anak? Seperti apa sejarah Alkitab? Mengapa ada tiga tuhan yang disembah? Dan banyak lagi.

Semua itu menyelimuti pemikirannya. Dia mencari jawabannya dengan membedah berbagai literatur.Tapi, belum ada yang menjadi jawaban yang dicari. Lelaki asal Prancis ini memberanikan diri membedah kitab suci sejumlah agama.

Ketika membaca Alquran, sampailah dia pada pemahaman yang memuaskan kegelisahan batinnya. Ternyata, Tuhan adalah Mahasegala. Dia tunggal dan tidak memiliki kesamaan dengan apa pun. Berada di arasy nan jauh di atas sana bersama para malaikat yang mengitari baitul makmur di bawahnya.

Allah dengan segala firman-Nya menginspirasi kehidupan manusia. Dia adalah sumber ilmu yang tak pernah habis, seperti oase yang meng hidupi banyak makhluk. Lebih jelas, seandainya air laut digunakan sebagai tinta untuk menulis perkataan Allah, air laut akan habis sebelum kalimat-kalimat itu selesai ditulis (al-Kahfi: 109). Begitulah perumpaan ilmu Allah yang begitu luas dan penuh dengan kearifan.

Pada saat berusia 16 tahun, Zarabozo bersyahadat. Dia sudah meyakini bahwa Islam adalah agama yang selama ini dia cari. Setelah itu, dia mempelajari bahasa Arab yang merupakan kunci membedah ber bagai khazanah keilmuan Islam. Tak seperti latin, bahasa Arab kaya akan per bendaharaan kata. Bermula dari tiga huruf dasar, kata dapat berubah menjadi berbagai bentuk, mulai kata kerja, benda, tempat, dan banyak lagi.

Ketika itu, dia tertarik dengan ilmu hadis dan sains. Dari Kalifornia, dia pindah ke Colorado pada pertengahan 80-an. Di sana, dia bergaul dengan sekelompok pen dakwah lulusan Universitas Imam Muhammad, Riyadh, Arab Saudi. Mereka sedang mengejar gelar sarjana di Universitas Boulder. Dari mereka, Zarabozo mempelajari berbagai ilmu dalam Islam, seperti sejarah kenabian (sirah), fikih, tauhid, dan lainnya.

Yang lebih menarik lagi, dia bertemu dengan ahli hadis, Mustafa Azami di Boulder. Kesempatan itu dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mendalami hadis dan banyak ilmu lainnya. Beberapa tahun dilaluinya untuk belajar bersama sang cendekiawan.

Dengan semua bantuan dan bimbingan mereka, bersama dengan ketekunan dan dedikasinya, Zarabozo berhasil memahami banyak tradisi keilmuan dalam Islam. Dia juga memegang gelar sarjana ekonomi dari UC Berkeley dan gelar master di bidang ekonomi dari UC Davis. Pada 2015 dia menerima gelar doktor kehormatan dari Majelis Ahli Hukum Muslim di Amerika (AMJA).

“Alquran telah meyakinkan saya bahwa Islam adalah agama yang benar. Keasliannya menyentuh hati saya. Ini yang selama ini tak saya te mukan dalam perjalanan hidup,” jelasnya seperti diberitakan aboutislam.net. Jika ingin mengimani Tuhan maka kitab suci yang menjadi rujukan harus terjaga keasliannya.

Itulah alasan mendasar yang membuat dirinya bera ni melakukan lompatan hidup, sesuatu yang belum tentu akan dilakukan orang lain. “Tidak masuk akal untuk meng imani wahyu Allah jika seseorang me ragukan keaslian kitab sucinya,” ujar Zarabozo. Sejarah Alquran menjelaskan ba gaimana kitab suci itu terjaga kebe naran dan keasliannya hingga kini.

Bermula dari kegelisahan sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab menyaksikan banyaknya para penghafal Al quran yang mati di medan perang. Mereka kemudian berijtihad untuk menuliskan Alquran yang selesai pada masa Khalifah Usman bin Affan. Karena itulah, mushaf yang sampai pada saat ini disebut dengan mushaf usmani.

Karena itu, dia tidak sepakat dengan orientalis dan sejumlah ilmuwan yang sinis kepada Islam. Asumsi mereka bahwa ayat-ayat dalam Alquran adalah hasil pencurian dari Injil dan kitab suci sebelumnya jauh dari kebenaran. Hal itu adalah fitnah yang sangat keji.

Zarabozo pun terkejut ketika mengetahui bahwa kitab suci ini menjadi bahan kajian banyak ilmuwan. Penelitian dilakukan dalam bidang sains, sejarah, ilmu agama, dan lain nya. Satu hal yang paling disukainya adalah Alquran mengajak manusia untuk merenungkan firman Allah. Sehingga, setiap orang akan mema hami bahwa semua yang ada saat ini tidak muncul dengan sendirinya. Ada proses penciptaan yang merupakan mahakarya Sang Pencipta.

Kini, Zarabozo menghabiskan wak tunya untuk berdakwah. Dia mengajarkan ilmunya kepada banyak orang. Dia juga aktif menerjemahkan sejumlah buku-buku rujukan, seperti Fikih Sunnah karangan Syekh Sayyid Sabiq. Dia juga menulis sejumlah buku tentang fikih wanita, jalan menuju surga, dunia jin dan setan, dan fikih pernikahan. Lainnya adalah tentang ekstremisme dalam beragama dan bagaimana Islam menyikapi hal tersebut.

Zarabozo juga aktif menyunting majalah al-Basheer sejak delapan tahun lalu. Orang memanggilnya dengan Syekh Zarabozo. Dari mulutnya telah keluar ratusan ceramah keagamaan yang menginspirasi Muslim di berbagai belahan dunia. Kepada jamaahnya, dia selalu berpesan agar tidak bosan belajar. Jangan sekadar mengimani keyakinan yang dijalani.

Sehingga, setiap orang harus belajar mendalami berbagai hikmah yang ada dalam Islam. Risalah yang dibawa Rasulullah itu berisikan hikmah kehidupan, penciptaan, sejarah masa lalu yang penuh inspirasi. Semuanya adalah bekal untuk menempuh perjalanan kehidupan yang penuh dengan tantangan, baik di dunia maupun akhirat. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Joel Underwood Kagumi Kandungan Alquran

Joel Underwood awalnya tak tahu Alquran itu sesuatu yang agung

“Awalnya aku tak tahu Alquran itu sesuatu yang agung. Aku membacanya karena berpikir di dalamnya ada pengetahuan tentang budaya Arab. Itu terjadi sebelum aku melakukan perjalanan ke Maroko,” ujar Joel Underwood, pria Inggris yang tinggal di Kota Manchester.

Ia tersenyum geli ketika mengawali kisah perjalanannya menuju hidayah Islam. Betapa tidak, ia kala itu menyangka Alquran sebagai buku panduan wisata. Namun, berkat ‘kebodohan’-nya itu, Joel justru menemukan hidayah.

Hingga beranjak dewasa, ia terus berusaha menjadi hamba yang taat. Kala itu, ia sama sekali tak mengenal agama Islam. ”Saya tak tahu apa pun tentang Islam. Tak kenal satu pun Muslim,” ujar pria yang bekerja sebagai konsultan keuangan tersebut.

Saat menjadi mahasiswa di Amerika Serikat (AS) pun, ia belum mengenal agama rahmatan lil ‘alamin ini. Kampusnya yang berlokasi di wilayah timur laut AS didominasi warga kulit putih yang banyak berasal dari Inggris. Keragaman etnis dan agama sangat minim di sana. Maka, sangat kecil peluangnya untuk mengenal Islam. ”Saya mengenal Islam benar-benar dengan perjalanan saya sendiri yang muncul dengan cara yang bahkan tak pernah bisa saya bayangkan,” ujar Joel.

Jadi, bagaimana Joel mengenal Islam? Peristiwa kelam 11 Septemberlah yang menjadi titik tolaknya. Menyusul tragedi itu, ia mulai mendengar desas-desus mengenai Islam dan Muslim. Namun saat itu, ia belum ada keinginan sedikit pun untuk mencari tahu tentang Islam.

Keinginan untuk lebih memahami Islam mulai muncul ketika Joel berencana melakukan perjalanan ke Maroko. Saat itu, ia mencari referensi yang dapat memberikannya petunjuk umum tentang Maroko. Anehnya, Joel bukannya membaca buku panduan wisata, melainkan justru membaca Alquran.

“Saya pikir dari situ akan menemukan sedikit tentang budaya sebuah negara Islam dan tahu bagaimana harus bersikap. Saat itu, saya tidak tahu kandungan Alquran dan pesan yang terkandung di dalamnya karena saya belum pernah melihat kitab ini sebelumnya,” kata Joel sembari tersenyum lebar.

Di luar dugaannya, begitu membaca Alquran, Joel langsung jatuh hati dan ingin mempelajarinya. Lucunya, setelah enam bulan membacanya, Joel baru tahu bahwa Alquran merupakan Kitab Suci umat Islam. “Saya tahu itu buku agama, tapi saya tidak menyangka bahwa itu adalah Kitab Suci umat Islam karena saya tidak pernah melihat sebelumnya. Aku juga tidak tahu bahwa Alquran ternyata ‘nyambung’ dengan sejarah Kristen atau Yahudi. Aku tidak tahu bagaimana semuanya berkaitan.”

Makin penasaran

Saat di Maroko, Joel makin penasaran dengan Alquran. Ketika berkunjung ke berbagai tempat di Maroko, Joel yang melancong bersama sang istri merasa terus ingin membaca Kitabullah. Joel tak tahu mengapa bisa begitu. Hal yang pasti, ketika pertama kali membaca Alquran, ia telah terpesona dengan kekayaan isinya.

Ketika pulang dari Maroko, Joel memutuskan untuk lebih banyak mempelajari Alquran. Suatu kali ketika berjalan-jalan di Kota New Hampshire, ia melihat sebuah iklan penggalangan dana yang dibuat sebuah yayasan Islam. Ia sudah lupa nama yayasan itu. Dan yang jelas, Joel langsung menghubungi yayasan itu dengan tujuan mengenal Islam.  ”Saya tidak tahu yayasan itu, tapi saya pikir ini adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui tentang Islam,” kata Joel.

Singkat cerita, yayasan tersebut membuat Joel mengenal beberapa orang. Merekalah yang kemudian memberikan beberapa informasi tentang Islam. Dari mereka pula, Joel kemudian mengenal seorang Muslim yang kemudian menunjukkannya pada Masjid New Hampshire. Di sanalah, Joel kemudian mempelajari Alquran.

Tak menyia-nyiakan informasi itu, segera saja Joel menuju masjid itu. Saat tiba di sana, ia merasa senang karena disambut dengan baik. Tak ada sedikit pun prasangka negatif dari Muslimin terhadapnya. ”Tak ada orang berkata, ‘apa yang kaulakukan di sini?’ Atau ‘Anda tidak cocok di sini’.” “Mereka sangat ramah dan mendukungku. Mereka justru mendatangi saya dan menanyakan ‘bagaimana saya dapat membantu Anda?’ Jadi, aku diterima dengan sangat hangat,” tuturnya bahagia. Tak lama kemudian, Joel pun mengucap syahadat dan memeluk Islam. n anjar fahmiarto

Yakin Selalu Istiqamah

Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi Muslim, ia harus yakin bahwa Islam akan menjadi pegangan seumur hidup. Jadi, tidak bisa sekadar coba-coba. Hal itu pula yang tertanam di benak Joel ketika hendak berislam. ”Anda tidak bisa mengatakan bahwa saya akan menjadi Muslim selama beberapa tahun saja dan berkata, ‘oh, ini sulit bagi saya’ dan kembali pada keyakinan sebelumnya,” kata Joel.

Menurut dia, banyak mualaf yang masih berpikir seperti itu sehingga mereka sulit mempertahankan hidayah yang telah didapat. Joel yakin, ia bukan tipe mualaf seperti itu. Ia yakin akan selalu istiqamah dengan keislamannya dan menjadi seorang Muslim yang saleh. Di lubuk hatinya terdalam, telah tertanam pula tekad untuk tidak melepaskan hidayah yang telah diperolehnya dengan cara unik dan luar biasa. “Jadi, saya berkomitmen bahwa saya harus memeluk agama ini seumur hidup.”

 

OASE REPUBLIKA

McKinney Eks Tentara AS: Saya Benci Islam, Tapi Kini Muslim

Richard McKinney memeluk Islam setelah belajar agama ini.

Mantan sersan laut Amerika Serikat (AS) Richard McKinney resmi masuk Islam. Padahal sebelumnya, dia mengaku sangat benci terhadap kaum Muslimin.

Dirinya bahkan menganggap orang Islam sebagai musuhnya. Kebencian McKinney yang amat kuat, membuatnya berharap semua Muslim mati.

Selama di militer, dia menyatakan tidak membenci Islam. “Hanya saja banyak hal yang saya lihat adalah alasan mengapa saya merasakan hal yang saya lakukan di kemudian hari,” ujanya seperti dilansir Ilmfeed.com pada Senin, (8/4).

Setelah masa tugasnya selesai, McKinney kembali ke AS. Dirinya menjadi pemabuk dan kebenciannya pada Muslim semakin meningkat.

“Saya tidak berpikir dapat membenci umat Islam lebih jauh. Maksudnya, saya benar-benar memiliki kebencian sejati. Saya pikir dengan meledakkan masjid, akan melakukan hal baik untuk negara saya,” jelas McKinney.

Dia mengaku sempat berencana membuat bom sendiri lalu menanamnya di Islamic Center setempat. Dirinya ingin bom tersebut bisa membunuh setidaknya 200 Muslim. Meski tahu nantinya akan dihukum mati bila melakukan aksi itu, namun pria ini tidak peduli.

Sampai akhirnya atas izin Allah SWT, hidayah mulai menyapanya. Kebenciannya yang mendalam mulai berubah saat mengomentari orang Islam di depan putrinya yang masih kecil.

McKinney menyadari, rencana pemboman tersebut kemungkinan menyebabkan putrinya terkejut. Apalagi saat melihat mata buah hatinya itu, dirinya merasa rasa cintanya dipertanyakan.

“Anak-anak tidak dilahirkan dengan prasangka, rasisme, atau kebencian, tapi ketika orang tua memahami mereka, mereka mulai berbalik dan tumbuh untuk berpikir sama seperti kita,” jelasnya.

Dia tidak ingin putrinya memiliki rasa benci mendalam sepertinya, sehingga Mckinnery berusaha menemukan cara lain yang lebih baik untuk menghadapi kebencian.

Pria yang selama di militer mengalami desensitisasi dalam membunuh itu kemudian datang ke Islamic Center setempat. Tidak berniat melakukan pemboman, dia justru mengajukan pertanyaan ke para Muslim di sana.

Selanjutnya, McKinney diberi terjamahan Alquran dalam bahasa Inggris. Setelah membacanya, dia diperbolehkan untuk bertanya lagi.

“Sejak hari pertama saya berjalan ke pintu itu, tidak ada sedikit pun yang menyakiti saya. Mereka memperlakukan saya dengan cinta bahkan sebelum saya menjadi Muslim. Mereka sangat terbuka, ramah, dan menganggap saya seperti saudara,” tuturnya.

McKinney kemudian mulai menghabiskan waktu berjam-jam di Masjid. Setelah delapan pekan, dia memutuskan bersyahadat dan masuk Islam.

Kini dia mendorong semua orang belajar tentang Islam dan Muslim. “Saya sudah melakukan banyak hal. Saya sudah meyakiti banyak orang. Saya harus hidup dengan itu, namun bila saya dapat menghentikan orang lain di jalan permusuhan, saya ingin melakukannya,” tegas McKinney.

REPUBLIKA

Kenneth L Jenkins Kagumi Kehidupan Nabi Muhammad

Bagi Kenneth L Jenkins pertemuannya dengan Islam membawa perubahan besar.

Bagi Kenneth L Jenkins pertemuannya dengan Islam membawa perubahan besar dalam hidupnya. ”Setelah memeluk Islam, saya merasa sungguh-sungguh perlu untuk membantu orang-orang yang belum mendapatkan cahaya Islam,” ujarnya seperti dikutip dari situs Islamreligion.com.

Jauh sebelum memeluk Islam, Jenkins hidup dan dibesarkan di lingkungan yang tergolong agamis. Posisi ibunya sebagai orang tua tunggal yang juga harus menafkahi keluarga, membuat Jenkins lebih banyak berada dalam pengasuhan sang nenek yang adalah seorang pemeluk Kristen Pantekosta yang taat.

Ini membuat Jenkins kecil sudah terbiasa dengan kehidupan gereja. Komunitas gereja Pantekosta, menurutnya, sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya sejak usia dini.

Karenanya, tak mengherankan jika di usia enam tahun, Jenkins sudah mengetahui ajaran-ajaran dalam kitab Injil yang diyakini oleh para pemeluk Kristen Pantekosta.

Tidak hanya itu, dibandingkan dengan adik laki-laki dan kakak perempuannya, Jenkins termasuk anak yang patuh. Semua ajaran yang disampaikan oleh sang nenek selalu ia laksanakan dan taati.

”Nenek selalu mengajarkan kepada saya bahwa seorang anak laki-laki yang baik akan masuk surga, sementara anak laki-laki yang nakal akan mendapatkan hukuman di neraka. Ajaran nenek inilah yang juga selalu diingatkan oleh ibu manakala saya berbuat nakal.”

Setiap hari Minggu, menurut Jenkins, seluruh anggota keluarganya selalu pergi ke gereja. Saat seperti itu, ungkapnya, menjadi momen bagi dirinya beserta kedua saudaranya untuk mengenakan pakaian terbaik mereka. Untuk menuju ke gereja, sambungnya, mereka sekeluarga biasa diantar oleh sang kakek menggunakan kendaraan kebanggaannya.

Namun sejak sang kakek terserang stroke, Jenkins sekeluarga jarang menghadiri kegiatan peribadatan di gereja. Baru ketika menginjak usia 16 tahun, Jenkins mulai aktif kembali menghadiri acara peribadatan di gereja. Ia biasa datang ke gereja bersama seorang teman yang ayahnya merupakan pastor di gereja tersebut.

Setelah lulus SMA dan masuk universitas, Jenkins memutuskan untuk lebih aktif dalam kegiatan keagamaan. Ia datang ke gereja setiap saat, mempelajari kitab Injil setiap hari, dan menghadiri kuliah yang diberikan oleh para pemuka agama Kristen.

Hal ini membuatnya amat menonjol di kalangan para jemaat. Karenanya, tak mengherankan ketika menginjak usia 20, pihak gereja memintanya untuk bergabung. Sejak saat itulah Jenkins mulai memberikan khutbah kepada para jemaat yang lain.

Setelah menamatkan pendidikannya di jenjang universitas, Jenkins memutuskan untuk bekerja secara penuh waktu di gereja sebagai seorang pendakwah. Sasaran utamanya adalah komunitas warga kulit hitam di Amerika.

Ketika melakukan interaksi dengan komunitas inilah ia menemukan kenyataan bahwa banyak di antara para pemuka gereja yang menggunakan Injil untuk kepentingan politis, yakni untuk mendukung posisi mereka pada isu-isu tertentu.

Kemudian, Jenkins memutuskan untuk pindah ke Texas. Di kota ini ia sempat bergabung dengan dua gereja Pantekosta yang berbeda. Namun, lagi-lagi ia mendapatkan kenyataan bahwa para pendeta di kedua gereja ini melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi norma aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi gereja.

Ia mendapatkan fakta di lapangan bahwa sejumlah pemimpin gereja melakukan perbuatan zina tanpa tersentuh oleh hukum dan di antara mereka ada yang menjadi homoseksual. Sementara para penginjil banyak yang kedapatan mengonsumsi narkotik.

Mendapati berbagai kenyataan seperti ini, dalam diri Jenkins mulai timbul berbagai pertanyaan atas keyakinan yang ia anut. ”Saat itu saya mulai berpikir untuk mencari sebuah perubahan.”

Kehidupan baru

Perubahan yang diinginkan Jenkins datang ketika ia mendapatkan sebuah tawaran pekerjaan di Arab Saudi. Setibanya di Arab Saudi, ia menemukan perbedaan yang mencolok dalam gaya hidup orang-orang Muslim di negara Timur Tengah tersebut. Dari sana kemudian timbul keinginan dalam diri mantan pendeta ini untuk mempelajari lebih jauh agama yang dianut oleh masyarakat Muslim di Arab Saudi.

”Saya kagum dengan kehidupan Nabi Muhammad dan ingin tahu lebih banyak lagi,” ujarnya.

Untuk menjawab rasa ingin tahunya itu, Jenkins pun memutuskan untuk meminjam buku-buku mengenai Islam melalui salah seorang kerabatnya yang ia ketahui sangat dekat dengan komunitas Muslim. Buku-buku tersebut ia baca satu per satu. Dan, di antara buku-buku yang ia pinjam tersebut terdapat terjemahan Alquran. Ia menamatkan bacaan terjemahan Alquran ini dalam waktu empat bulan.

Berbagai pertanyaan seputar Islam yang ia lontarkan kepada teman-teman Muslimnya, dan ia selalu mendapatkan jawaban yang sangat memuaskan. Jika teman Muslimnya ini merasa tidak bisa memberikan jawaban yang memadai, mereka akan menanyakan hal tersebut kepada seseorang yang lebih paham.

Dan pada hari berikutnya, baru jawaban dari orang tersebut disampaikan kepadanya. Rasa persaudaraan dan sikap rendah hati yang ditujukan oleh para teman Muslimnya ini, diakui Jenkins, membuatnya tertarik untuk mempelajari Islam lebih dalam.

Rasa kekaguman Jenkins terhadap Islam juga ditujukan kepada kaum Muslimah yang ia jumpai selama bermukim di Arab Saudi. ”Saya kagum melihat para wanita yang menutupi tubuh mereka, dari kepala hingga bagian kaki.”

Agama Islam yang baru dikenal olehnya, menurut Jenkins, juga tidak mengenal adanya perbedaan status sosial.

Kesemua hal yang ia saksikan selama tinggal di Arab Saudi ini bagi Jenkins merupakan sesuatu yang indah. Kendati demikian, diakui Jenkins, saat itu dalam dirinya masih terdapat keragu-raguan antara Islam dengan keyakinan yang sudah dianutnya sejak masa kanak-kanak.

Namun, semua keraguan tersebut terjawab manakala salah seorang teman Muslimnya memberikan dia sebuah kaset video yang berisi perdebatan antara Syekh Ahmed Deedat dan Pendeta Jimmy Swaggart. Setelah menonton perdebatan tersebut, mantan Pendeta Gereja Pantekosta ini kemudian memutuskan untuk menjadi seorang Muslim.

Kemudian oleh salah seorang kawan, Jenkins diajak menemui seorang ulama setempat, Syekh Abdullah bin Abdulaziz bin Baz. Di hadapan sang ulama, Jenkins pun secara resmi menerima Islam sebagai keyakinan barunya.

”Dia (Syekh Abdullah) memberikan sejumlah nasihat bagaimana mempersiapkan diri menghadapi berbagai tantangan ke depan yang mungkin akan saya hadapi.”

Kabar mengenai masuk Islamnya Jenkins, ternyata telah sampai ke telinga para rekan-rekannya sesama pendeta dan aktivis gereja. Karena itu, setibanya di Amerika Serikat, berbagai hujatan dan kritikan bertubi-tubi datang kepadanya.

Tak hanya itu, Jenkins juga dicap dengan berbagai label, mulai dari orang murtad hingga tercela. Ia juga dikucilkan dari lingkungan tempat tinggalnya. Lagi-lagi, kesemuanya itu tidak membuatnya gentar dan berpaling dari Islam.

”Islam membuat saya seperti terlahir kembali, dari kegelapan menjadi terang. Saya tidak merasa terusik dengan semua itu, karena saya merasa sangat bahagia bahwa Allah Mahakuasa telah memberikan saya petunjuk,” paparnya.

Bercita-cita Menjadi Pendakwah

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Al-Madinah, Jenkins mengungkapkan bahwa dirinya telah menjadi Muslim. Dan ia mengatakan, ia akan menjadi seorang pendakwah dan tak akan menghentikan aktivitasnya sebagai seorang juru dakwah, sebagaimana yang pernah ia lakukan saat masih memeluk Kristen Pantekosta.

”Saat ini, tujuan saya adalah belajar bahasa Arab dan terus belajar untuk mendapatkan pengetahuan lebih tentang Islam, selain saya sekarang bergerak di bidang dakwah, terutama kepada non-Muslim yang menganut agama Kristen,” ujarnya.

Mantan pendeta ini juga berharap bisa membuat sebuah karya tulis mengenai perbandingan agama. Karena, menurutnya, adalah tugas umat Islam di seluruh dunia untuk menyebarkan ajaran Islam.

”Sebagai orang yang telah menghabiskan waktu yang lama sebagai seorang penginjil, saya merasa memiliki kewajiban untuk mendidik masyarakat tentang kesalahan dan kontradiksi dari kisah-kisah di dalam Kitab Injil yang selama ini diyakini oleh jutaan orang,” tukasnya.

 

OASE REPUBLIKA

Hamzah Yusuf Hakikat Kematian Menuntunnya Bersyahadat

Hamzah Yusuf mengalami kecelakaan hebat.

Yusuf terlahir dengan nama Mark Hanson dari dua orang tua yang merupakan akademisi di negara bagian Washington. Dia dibesarkan di California Utara. Anak kedua dari tujuh bersaudara ini memiliki ayah yang bekerja sebagai profesor ilmu sosial. Sementara ibunya adalah lulusan Universitas California di Berkeley.

Dia dibesarkan dalam lingkungan Kristen Ortodoks. Pendidikannya ditem puh di sekolah pesisir timur dan barat negara Amerika Serikat. Saat usianya 12 tahun, kakek dari ibunya mengirim Yusuf dan saudarinya, Nabila, ke Kamp Ortodoks di Yunani untuk belajar agama Katolik. Sepertinya dia diarahkan agar menjadi pendeta pada masa mudanya.

Dilansir dari the guardian pada tahun 1977, setelah mengalami kecelakan mobil yang hampir mematikan, dia mulai mencari-cari makna kehidupan setelah mati. Ketika itu mulai membaca Alquran yang pada akhirnya ia memeluk agama Islam. Saudarinya Nabila juga ikut bersyahadat.

Yusuf mengalami kecelakaan hebat. Kepalanya terbentur keras yang hampir saja merenggut nyawanya. Dia tak pernah melupakan peristiwa itu. Dia merenung, yang pada akhirnya membawa dirinya tertambat pada satu pertanyaan krusial tentang kematian.

“Saya merasa mengalami konfrontasi de ngan kematian. Inilah yang membuat saya melakukan refleksi diri, introspeksi, dan menyelami lebih dalam tentang kematian. Apa dan bagaimana sesudah mati,” kata Syekh Hamza dalam laman pribadinya.

Pergulatan itu yang terjadi pada diri Yusuf. Introspeksinya lantas bersinggungan dengan unsur agama. Dari pengakuannya, hal itu tidak bisa terhindarkan ketika pernah mendalami agama di sekolah seminari. Dari situlah, ayah lima anak ini memulai pencariannya akan makna kematian.

Yusuf menggali berbagai hal mengenai kematian dan kehidupan setelah mati dari Injil dan literatur Nasrani. Cukup lama waktu yang dihabiskannya, namun belum juga merasa tercerahkan dan menemukan jawaban dari keingintahuannya. Dia pun memutuskan mempelajari dari sumber aga ma lain, termasuk Islam, sebagai perbandingan.

Ternyata, ajaran Islam membuatnya tak jub. “Tidak ada penjelasan lebih detil dan mendalam menyangkut hal-hal yang terjadi setelah kematian, seperti tercantum dalam literatur Islam. Ini sungguh menakjubkan, ujarnya.

Islam sangat jelas menguraikan berbagai hal mengenai kematian dan setelahnya. Misal, di alam kubur manusia harus menghadapi pertanyaan dari malaikat, adanya hukuman atau pahala bagi tiaptiap manusia sesuai amal perbuatan, hingga penghitungan di Mahsyar. Sulit menemukan yang terperinci ini dalam agama lain. Islam telah memberikan jawaban yang sangat mencerahkan,” papar dia.

Dari situ, dia baru memahami hakikat kematian. Kehidupan di dunia hanya sementara. Adapun manusia akan mengalami momen yang lebih kekal di akhirat kelak. Jadi, dari perspektifnya, apa yang di lakukan semasa di dunia harus lah ber orientasi pada pembekalan diri un tuk bersiap memasuki alam akhirat.

Ketertarikannya terhadap Islam semakin besar. Namun, semakin dia belajar tentang Islam, semakin dia mengetahui ada aspek tertentu dari agama ini yang membuatnya harus merenung. Saat itu, pada akhir tahun 70-an, sedang timbul ketegangan di Iran usai tumbangnya rezim Shah hingga menyeret Islam pada stereotipe negatif di kalangan Barat.

Yusuf merasa gundah. Untuk satu waktu, dia mengaku tidak ingin menjadi Muslim. Akan tetapi, dia tidak bisa menelikung batinnya untuk terus mendalami agama Islam. “Alhamdulillah, saya telah berulang kali menemukan kebenaran dalam hidup dan kini saya harus memilih, mening galkan atau menjadi seorang Muslim. Atas rahmat Allah, saya memilih Islam,” ujar dia.

Usianya ketika itu belum genap 18 tahun. Namun sudah berketetapan hati. Dia mengucapkan dua kalimat syahadat dan resmilah menjadi seorang Muslim. Apa yang dilaku kannya setelah itu? dia langsung mengambil Alquran terjemahan dan membacanya terus-menerus. “Sebelumnya, saya tidak pernah membaca Alquran. Begitu membaca beberapa ayat, saya semakin mantap dengan keyakinan saya,” tegas Yusuf.

Hamza Yusuf menghabiskan waktunya belajar di luar Amerika Serikat selama 10 tahun. Tidak lama setelah pindah agama ke Islam, Yusuf pindah ke London di Inggris, ke Granada di Spanyol dan pada akhirnya Al Ain di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab untuk mengejar secara serius ilmu-ilmu keislaman.

Rasa hausnya akan ilmu agama semakin bertambah. Meski demikian, Mark merasa tidak akan banyak hal yang bisa diperoleh jika terus tinggal di Amerika. Oleh karena itu, dia memilih meneruskan studinya di Inggris.

Menimba ilmu Di negara Eropa tersebut, Mark bergabung dengan komunitas Muslim setempat dan menimba pengetahuan tentang ilmu dan tradisi Islam. Tapi, dia ingin memperoleh lebih. Kali ini keinginannya adalah belajar bahasa Arab. Itu harus didapatkannya dari sumbernya langsung, yaitu dunia Arab.

Kesempatan langka didapat saat bertemu Syekh Abdullah Ali Mahmoud, seorang fakih dan alim sekaligus tokoh spiritual dari Uni Emirat Arab. Melihat semangat Mark yang meletup-letup untuk belajar bahasa Arab dan agama, Syekh Abdullah ber sedia memfasilitasinya untuk belajar di UEA.

Sejumlah madrasah terkenal tercatat pernah menjadi tempatnya menekuni agama dan bahasa, seperti Ma’had al-Islami, Islamic Institute di al- Ain, dan lainnya. Di samping itu, sederet ulama berpengaruh pun pernah menjadi gurunya, misal Syekh Ahmad Badawi untuk ilmu hadis, Syekh Hamid untuk bahasa Arab, Syekh Abdullah Ould Siddiq untuk bidang ilmu fikih, serta masih banyak lagi.

Dia secara khusus belajar bahasa arab dan juga sekaligus menjadi muazzin di suatu masjid lokal selama empat tahun. Dia berkenalaan dengan sejumlah ulama asal Mauritania dan lalu mulai belajar secara serius ilmu-ilmu islam termasuk fiqih mazhab Maliki.

Pada akhirnya ini membawanya melaku kan perjalanan ke negeri Mauritania untuk belajar lebih serius kepada satu ulama paling terkenal di sana, Sidi Muham mad ould Fahfu al-Massumi, lebih dikenal sebagai Murabit al-Hajj.Selama masa ting galnya di sana, Yusuf tinggal dan belajar langsung kepada Murabit al-Hajj selama 3 tahun.

Selain gelar-gelar keislaman, ia pun berhasil menamatkan pendidikan dalam sastra Inggris dengan gelar Sarjana Muda (A.A) di Imperial Valley, California pada tahun 1990 dan Ilmu keperawatan (gelar A.S) dari kampus yang sama. Pada tahun 1991 ia dianugerahi gelar doktor Honoris Causa oleh Syekh Shadhili Naifer, dekan Universitas Zaytuna di Tunis. Dia menjadi doktor dalam program studi keislaman di Graduate Theological Union, Berkeley.

Setelah menyelesaikan pendidik an keperawatan, Yusuf bekerja di Unit Rawat Jantung di suatu rumah sakit di California. Pada masa ini pula yang membuatnya paham masalah kedokteran dan jantung.

Kemudian dia, Dr. Hesham Alalusi dan Zaid Shakir mendirikan Zaytuna Institute di Berkeley, California, Amerika Serikat, pada tahun 1996. Sekolah ini khusus didiri kan untuk membangkitkan kembali metode belajar secara tradisional ilmuilmu keislaman.

Mereka bersama kolega yang lain yang juga profesor di Universitas California di Berkeley, Hatem Bazian, pada musim gugur tahun 2010 berhasil membuka Zaytuna College, suatu perguruan tinggi ilmu sosial dengan pengkhususan keislaman dengan masa tempuh pendidikan 4 tahun, suatu perguruan tinggi Islam pertama di Amerika Serikat.

Tempat itu berhasil mewujudkan visi Hamza Yusuf yang ingin mengkom binasikan ilmu sosial-budaya dengan pelatihan intensif dalam disiplin ilmu-ilmu Islam tradisional. Perguruan tinggi tersebut bertujuan untuk mendidik dan menyiapkan pe mimpin profesional, intelektual dan spiritual.

MUALAF REPUBLIKA

Lindswell Kwok Siap Menyambut Ramadhan

Lindswell memiliki semangat yang tinggi untuk beribadah sebaik mungkin.

Dalam sebuah kejuaraan Wushu yang digelar oleh klub Rajawali Sakti, terlihat sesosok perempuan menggunakan hijab panjang. Jilbab berwarna Pas tel berpadu dengan baju longgar dengan warna senada, berbalut anggun di perawakan wanita keturunan Tionghoa ini. Dia tampil di tengah keramaian para penonton. Lokasinya di sebuah Pusat Belanja kawasan Jakarta Utara beberapa waktu lalu.

Sesekali perempuan ini berdiri untuk bisa menyaksikan lebih jelas, para atlet Wushu andalan DKI Jakarta yang sedang beradu kemampuan. Gerakan meliuk-liuk, tendangan, pukulan baik dengan tangan kosong ataupun yang menggunakan pedang, dari mulai remaja hingga dewasa ini, tak lepas dari sorot tajam Muslimah ini.

Peraih medali emas Asian Games 2018 dan sejumlah gelar juara dunia ini mulai menceritakan alasannya mundur dari Wushu. Ya wanita berhijab panjang berwarna pastel yang begitu anggun tersebut adalah sang Ratu Wushu Dunia kebanggaan Indonesia, Lindswell Kwok.

Saat waktu menunjukkan pukul 15.20 yang bertepatan dengan Shalat Ashar. Perempuan ini dengan ditemani seorang pria berjanggut panjang dengan celana cing krang meninggalkan lokasi pertandingan. Keduanya menunaikan kewajiban sebagai Hamba Allah.

Setelah menunaikan Shalat Ashar, mereka kembali untuk melanjutkan kembali menyaksikan para juniornya bertanding. Sesekali saat haus perempuan ini sambil duduk, dengan tangan kanannya meneguk minuman dari botol air mineral dengan tiga tegukan.

Dengan didampingi suaminya, Ahmad Hulaefi, Lindswell menyatakan dirinya mundur faktor utamanya adalah karena cedera yang dialaminya. Sebenarnya, sejak tahun 2015 saya sudah ingin pensiun. Faktor utama adalah cedera sehingga membuat latihan susah banget. Ternyata kemudian ada ASIAN Games 2018, dan multy event terbesar di Asia ini di gelar di Indonesia. Sehingga, pengurus memintanya terjun lagi dalam pentas olahraga tersebut.

Lalu, dia menanyakan bagaimana dengan cedera? Kemudian diputuskan ganti pola latihan, yang dulunya latihan 100 persen, sekarang 50 latihan, 50 terapi, agar nanti saat hari-H (pertandingan) peak Performance bagus, jelasnya.

Ternyata keputusan Lindswell menunda pensiunnya berbuah manis, dirinya mampu menyempurnakan prestasi di dunia Wushu dengan medali emas.

“Alhamdullilah sepertinya hampir semua pertan dingan Wushu bergengsi sudah saya ikuti. Dan Asian Games 2018 adalah persembahan terakhir saya sebagai atlet untuk bangsa Indonesia,” katanya.

Hasil ini membuat Lindswell semakin mantap untuk pensiun. Apalagi, setelah Asian Games 2018, tepatnya pada Hari Ahad, 9 Desember 2018 Lindswell melepas masa lajangnya. Dia dipinang rekannya di Pelatnas Wushu, Ahmad Hulaefi.

Ketika menyaksikan para atlet Wushu Lindswell mengaku agak geregetan, bukan karena ingin tampil lagi, tapi ingin membenarkan gerakan yang tidak tepat. Kalau ingin tampil lagi sebagai atlet saya tidak, tetapi geregetan saja lihat atlet jika gerakannya salah, ingin membenarkannya terutama untuk para atlet junior.

Setelah pensiun dari olahraga yang membesarkan namanya kini sang Ratu Wushu Asia ini sedang merintis bisnis pakaian Muslim. Sejak kecil dia sudah menyukai fesyen. Awalnya dia meminati keterampilan menjahit. Pakaian yang dikenakannya adalah hasil jahitan tersendiri. Kalau memakai pakaian jadi, biasanya kurang sreg. Ukuran dan modelnya tak sesuai selera.

Tak hanya diri sendiri. Kini dia menjahit dan merancang pakaian untuk orang banyak. Proses perancangan pakaian dilaksanakan olehnya dan saudara sepupu. Sementara ini hanya memproduksi pakaian Muslimah.

“Ke depannya kita ingin mem bidik segala usia,” jelas Kwok.

Pihaknya masih terus menyiapkan berbagai produk pakaian yang diproduk sinya untuk segera diluncurkan. Rencana nya, pada Ramadhan nanti sudah bisa mela kukan launching produk dan tempat penjualan. Lindswell mengaku rencana ini didukung oleh suami yang sejak lama berbisnis busana Muslim pria. Fokus terhadap bisnis yang tengah dirintisnya membuat dirinya masih belum memikirkan kariernya sebagai pelatih Wushu.

Pada Pengujung tahun 2018, kemunculan Ratu Wushu dengan hijab syar’i sem pat viral di dunia maya. Menpora Imam Nahrawi dalam Instagram-nya mem-posting dirinya yang menerima kedatangan pasangan Lindswell dan Hulaefi. Ketika itu, Lindswell terlihat mengenakan pakaian Muslimah.

Kemunculannya dengan berpakaian plus jilbab syar’i yang panjang, menghebohkan jagat maya. Awak media termasuk Republika berusaha mendapatkan informasi mengenai pengalaman spritualnya sehingga memutuskan untuk memeluk agama Islam. Namun, karena kondisi yang belum memungkinkan Lindswell melalui suaminya Hulaefi belum siap untuk menyebarluaskan kabar bersyahadat.

Sebelum menikah saya sudah mualaf, tepatnya tahun 2015 akhir. Mengenai di mana tempatnya tidak usah saya ungkap di sini, terangnya. Lindswell mengaku penasaran dengan ajaran Islam. “Setelah membaca berita adanya Orang Islam yang dituduh teroris. Saya penasaran terus mencoba mencari tahu, apa benar ada ajaran agama yang mengajarkan tindak kekerasan seperti seorang teroris, ujarnya.

Dia mencari melalui internet. Hasilnya, ternyata tidak demikian. Ajaran Islam penuh dengan kedamaian dan cinta. Saya juga penasaran dengan ajaran Islam yang mewajibkan berhijab, waktu itu saya pikir ini mengekang kebebasan. Namun, setelah saya jalani dengan mengenakan jilbab secara bertahap, justru memberi ketenangan kepada saya jelasnya.

Selain ketenangan setelah mengenakan hijab syari, dirinya juga tidak lagi dikatakan sombong jika menolak berpose ber sama penggemar. Selain melalui internet, dirinya juga kerap bertanya dan berdiskusi dengan Hulaefi, temannya di Pelatnas Wushu. “Saya juga sering mendengarkan kajian tentang Islam. Ustaz Khalid Basalamah salah satu yang kajiannya sering saya dengar kan. Referensi kajian dan ustaznya saya dapatkan dari Hulaefi,” kenangnya.

Sampai kini Lindsewell masih rajin mengikuti kajian, bahkan menurut Hulaefi. Lindswell sering diajak datang langsung ke kajian. Dia biasanya mendatangi kajian Islam di Masjid Blok M Square, kebetulan dekat dengan tempatnya bekerja di Kantor Wali Kota Jakarta selatan.

Perempuan kelahiran Binjai, 24 September 1991 ini mengaku hu bungan dengan keluarga dan orang tualah yang terasa berat. “Saat awal-awal mejadi mualaf memang orang tua dan keluarga sulit menerima. Inilah yang paling berat yang harus saya jalani sebagai mualaf,” kata dia.

Sedangkan, melaksanakan ibadah seperti shalat dan puasa masih lebih ringan dibandingkan hubungan yang meregang antara dirinya dengan orang tua dan keluarga. Namun, setelah sabar dan istiqamah untuk selalu menjaga hubungan baik, akhirnya Allah menunjukkan jalan untuknya kembali berhubungan dengan keluarga.

Alhamdulillah, katanya, saat ini orang tua sudah mau berkomunikasi. Kalau dengan keluarga besar memang masih belum, tetapi yang terpenting kedua orang tua sudah mau komunikasi, ujarnya. Jika dengan Lindswell sudah mau komunikasi, lain halnya dengan Hulaefi. Peraih medali perunggu ini mengaku komunikasinya dengan orang tua Lindswell belum pulih. “Kalau Lindswell sudah komunikasi, namun saya belum. Semoga secepatnya bisa komunikasi, ujar Hulaefi.

Saat ini keduanya tinggal dalam satu rumah di Tangerang Selatan. Tempat tinggal itu adalah hasil dari berbagai bonus, termasuk Asian Games 2018 lalu. Sedangkan, bonus rumah yang dijanjikan pemerintah sampai saat ini menurutnya belum ada kejelasan.

“Alhamdulillah keluarga baru, rumah baru dan siap menjalani kehidupan baru,” kata dia.

Kini kedua pasangan ini sudah dipersatukan dengan ikatan pernikahan secara islami. Mereka juga tidak lagi disibukkan dengan latihan Wushu karena keduanya sudah pensiun dari atlet wushu. Jika Lindswell mengurus bisnis busana Muslim yang baru dirintisnya, sang suami kini fokus bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dengan tidak terikat Pelatnas Wushu keduanya mengaku kini siap menyambut bulan Ramadhan pertama mereka sebagai keluarga.

“Jika sebelumnya saat puasa, tak jarang saya kurang maksimal beribadah karena bentrok dengan latihan wushu. Kebanyakan pelatnas Wushu digelar di Cina. Kini untuk pertama kalinya saya bersama istri akan bersiap me nyam but Ramadhan dan berusaha memaksimalkan dalam beribadah nanti,” kata Hulaefi.

Bagi Lindswell sendiri walaupun ini Ramadhan pertamanya bersama Hulaefi sebagai suami, tapi dia sebelumnya juga pernah menjalani ibadah puasa. “Saya sudah pernah puasa Ramadhan, bahkan juga pernah puasa Senin-Kamis.”

“Shalat Tarawih pun saya juga pernah. Namun, tentu Ramadhan kali ini akan berbeda karena sekarang saya sudah memiliki suami. Sudah tidak sabar menanti datang nya bulan penuh keberkahan,” ujar Lindswell.

Hulaefi menyatakan, kalau Lindswell memiliki semangat yang tinggi untuk beribadah sebaik mungkin. Di antaranya adalah menghafal surah pendek dalam Alquran. Dengan penuh kesabaran, Hulaefi mengajarkan Lindswell bagaimana membaca Alquran.

Pasangan peraih medali Asian Games 2018 ini juga ingin secepatnya memiliki buah hati. Inginnya sih secepatnya mendapatkan buah hati. “Mohon doanya agar kami secepatnya mendapatkan keturunan,”ungkap keduanya mengakhiri perbincangan.

Oleh: Fitriyanto, Wartawan Republika

REPUBLIKA

Masuk Islam setelah Menguji Keajaiban Alquran

SATU-satunya kitab suci yang dijamin selalu autentik oleh Allah hanyalah alquran. Allah berfirman, “Sungguh Kami yang telah menurunkan alquran dan Kamilah yang akan menjaganya.” (QS. al-Hijr: 9)

Sementara Taurat dan Injil, kitab ini Allah turunkan kepada Bani Israil, namun Allah tidak memberi jaminan untuk menjaganya. Namun penjagaan itu Allah serahkan kepada manusia. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.” (QS. al-Maidah: 44)

Dan hasilnya bisa kita lihat, teks asli alquran tidak pernah mengalami perubahan, padahal usianya lebih dari 14 abad. Teks aslinya selalu ada, tidak kurang tidak lebih. Alquran apapun yang anda jumpai, diterjemahkan ke bahasa apapun, teks aslinya pasti dicantumkan di samping terjemahan. Berbeda dengan taurat dan injil, hingga sekarang, manusia kesulitan untuk menemukan teks injil yang asli. Bahkan orang tidak pernah tahu, kapan teks aslinya dihilangkan. Mereka bisa menemukan Injil dengan bahasa tertua, bahaya yunani. Tapi itu bukan teks asli Injil.

Sehingga upaya manusia untuk mengubah Injil sangat mudah. Dan itulah yang terjadi. Revisi terjemah Injil, berarti Injil seutuhnya. Karena teks aslinya tidak ada. Al-Qurthubi menceritakan dengan sanadnya sampai kepada Yahya bin Aktsam, Kisah ini terjadi di zaman Khalifah Abbasiyah, Khalifah al-Makmun.

Suatu hari beliau bertemu orang yahudi di sebuah majelis, pakaiannya bagus, wajahnya bagus, baunya harum, dan jika bicara sangat indah didengar dan ungkapannya bagus. Setelah majelis usai, Makmun memanggil orang ini.

Bani Israil? tanya Makmun.
Benar. Jawab yahudi.
Silahkan masuk islam, nanti kamu saya janjikan xxx Al-Makmun menjanjikan banyak hal.
Ini agamaku dan agama bapakku. Jawab yahudi, lalu dia pergi.

Setelah setahun, bani Israil ini datang lagi di majelis khalifah al-Makmun, tapi kali ini sudah masuk islam. Dia bisa menjelaskan tentang fikih dan masalah agama dengan bagus. Seusai majlis, orang ini dipanggil al-Makmun.

Bukankah kamu orang yang tahun kemarin datang? tanya al-Makmun.
Benar. Jawab beliau.
Apa yang membuatmu masuk islam? tanya al-Makmun.

Dia mulai bercerita: Setelah saya meninggalkan anda, aku melakukan eksperimen untuk ketiga agama: nasrani, yahudi dan islam. Orang mengakui tulisanku bagus. Akupun menulis Taurat sebanyak tiga naskah. Di sana aku tambahi dan aku kurangi. Lalu aku bawa ke Sinagog, tulisan 3 lembar itupun mereka beli. Lalu aku menulis Injil sebanyak 3 naskah. Saya beri tambahan dan saya kurangi. Lalu saya bawa ke gereja, dan mereka membelinya dariku.

Kemudian aku menulis alquran sebanyak 3 naskah. Saya beri tambahan dan saya kurangi. Lalu saya bawa ke penerbit alquran. Mereka buka-buka. Ketika mereka melihat ada tambahan dan ada yang kurang, mereka langsung membuangnya. Dan tidak mau membelinya dariku. Di sana aku sadar, bahwa kitab ini mahfudz (terjaga). Inilah sebab aku masuk islam. (Tafsir al-Qurthubi, 5/10).

Dan mukjizat ini terbukti. Di dunia ini ada ribuan manusia muslim hafidz alquran di luar kepala. Di sana ada lembaga yang meneliti tafsir alquran. Di sana ada lembaga yang mengkaji qiraah alquran. Bahkan ada lembaga yang membidangi mukjizat ilmiah alquran, kajian antar alquran dengan sains modern.

Beberapa kali orang barat dan orang syiah membuat teks alquran baru. Mereka tawarkan ke masyarakat. Menyebar di dunia maya. Tapi tetap saja, semua upaya itu nihil hasilnya. Itulah bukti bahwa alquran adalah kitab suci yang terjaga. Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

INILAH MOZAIK

Pejabat Partai di Pakistan Bimbing Orang Cina Masuk Islam

Usai bersyahadat, pria Cina tersebut pun berganti nama menjadi Abdullah.

Video seorang warga Cina yang memberikan kesaksian memeluk Islam menjadi viral di Pakistan. Terlebih hal itu dilakukan atas bimbingan seorang pejabat sebuah partai besar dan berkuasa di Pakistan yakni dari Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) yang diketuai Imran Khan.

Dalam video yang telah dirilis oleh media internal PTI Khyber-Pakhtunkhwa, pria asal Cina terlihat membacakan kalimat syahadat setelah mendapat bimbingan dari Amjad Ali. Ali merupakan pejabat di partai PTI. Usai mengucapkan kalimat syahadat pria tersebut pun berganti nama menjadi Abdullah.

“Selamat, kini kamu adalah seorang Muslim. Namamu Abdullah,” kata Ali yang merupakan pejabat PTI di bidang pertambangan dan mineral seperti dilansir Hindustan Times, Rabu (30/1).

Amjad Ali pertama kali bertemu dengan pria Cina itu di Guangzhou saat dia mengunjungi makam Sa’ad Abi Waqas. “Dia (Abdullah) mengambil beberapa foto kami dan berbincang dengan kami. Dia kemudian terkesan dengan meminta kami untuk menuntutnya memeluk Islam,” kata Ali. Setelah pertemuan itu, Abdullah pun datang ke Pakistan untuk mempelajari ajaran Islam.

KHAZANAH REPUBLIKA

Dibimbing Ustaz Arifin Ilham, Seorang Dokter Masuk Islam

Jumlah mualaf Majelis Az-Zikra mencapai 721 orang.

Seorang dokter mengucapkan dua kalimat syahadat dibimbing Ustaz Muhammad Arifin Ilham dan disaksikan ribuan jamaah zikir Majelis Az-Zikra, Masjid az-Zikra, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Ahad (3/2).

“Setelah Zikir Akbar kita Ahad ini digembirakan Allah. Seorang dokter,  Marini Ruth Arthauli Sirait ( 24 tahun),  dari Protestan memutuskan untuk masuk Islam. Ia menjadi mualaf  dengan  ikhlas, sadar dan yakin sepenuh hati setelah mempelajari kemuliaan dan kebenaran ajaran Islam,” kata Pimpinan Majelis Az-Zikra, Ustaz Muhammad Arifin Ilham dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (3/2).

Ia menambahkan, peristiwa itu sangat mengharukan.  “Subhanallah walhamdulillah,  haru bahagia deraian air mata yang bersyahadat dan ikhwany fillah yang menyaksikan,” ujarnya.

Masuk Islamnya dr Marini Ruth Arthauli Sirait menambah panjang daftar mualaf yang bersyahadat melalui Majelis Az-Zikra.  “Alhamdulillah kini kembali Allah gembirakan kita dengan  bertambahnya lagi mualaf kita, yakni menjadi  721 mualaf melalui Majelis Az-Zikra,” papar Ustaz Arifin yang kembali memimpin Zikir Akbar di Masjid Az-Zikra, setelah menjalani pengobatan di RSCM dan RS di Penang, Malaysia.

Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Arifin menyampaikan terima kasih kepada  Koh Hanny yang menjadi motivator para mualaf Majelis Az-Zikra. “Semoga terus dan terus semakin banyak mereka yang meraih Hidayah Allah. Aamiin,” tuturnya.

KHAZANAH REPUBLIKA