Sumber Pencerahan

Sering kali kita menemukan fenomena menarik, aneh tetapi nyata. Salah satunya fenomena yang terjadi pada sebagian mualaf (orang yang baru masuk Islam). Pemahaman mereka terhadap teksteks keagamaan terkesan lebih segar dan fungsional dibandingkan dengan kebanyakan pemeluk Islam sejak lahir.

Penguasaan ilmu keislamannya terkesan mendalam dan cara penyampaiannya kepada khalayak terasa segar. Mereka seperti yang sudah lama memeluk Islam. Setiap fenomena pasti ada penjelasannya, termasuk fenomena tercerahkannya sebagian mualaf sehingga penguasaan ilmu keislamannya terkesan lebih segar dan fungsional.

Sejak memeluk Islam, sejatinya seorang mualaf sudah tercerahkan dengan mendapatkan hidayah Allah. Dan untuk mendapatkan hidayah ini terka dang tidak melalui jalan yang mudah. Ia harus berhadapan dengan berbagai tantangan, mulai dari pergolakan batin di dalam diri, tantangan dari keluarga, lingkungan sekitar, sampai dari institusi keagamaan yang lama.

Namun, semua tantangan tersebut dihadapi dengan sabar hingga mendapatkan pencerahan dalam bentuk hidayah Allah, yakni Islam. Pencarian kebenaran yang dilakukan oleh sebagian mualaf tidak berhenti pada batas pengucapan dua kalimat syahadah. Namun, mereka meneruskannya dengan mempelajari ajaran Islam yang baru dianutnya dengan penuh kesungguhan. Upaya sungguh-sungguh inilah salah satu penyebab mereka mendapatkan pencerahan.

Mereka dibantu Allah untuk menemukan jalan-Nya. Hal tersebut ditegaskan oleh ayat, “Dan orang-orang yang bersungguhsungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benarbenar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS al-‘Ankabut [29] : 69).

Kesungguhan mualaf tidak sebatas pada mencari dan mendalami ilmu, tetapi juga dalam mengamalkannya. Mereka selalu berusaha mengamalkan ilmu yang sudah dipahami dan dimilikinya. Dari sudut pandang Islam, hal tersebut bukan hal yang aneh, sebab orang yang mengamalkan ilmunya akan diberi Allah ilmu baru tanpa melalui belajar. Hal tersebut ditegaskan oleh Nabi SAW, “Barang siapa yang mengamalkan satu ilmu, maka Allah akan menganu ge rahkan kepadanya ilmu dari tempat yang tidak diketahuinya.” (HR ad-Daelami).

Jadi, ilmu mendalam, segar, dan fungsional yang dikuasai mualaf diperoleh dari pengamalan ilmu yang mereka ketahui secara sungguh-sungguh. Artinya, siapa pun bisa seperti para mualaf asalkan mau mengamalkan ilmunya dengan kesungguhan. Ilmu tidak hanya sekadar pengetahuan di pikiran, tetapi juga lekat dalam perbuatan. Wallahu a’lam.

Hadiya: Orang Tua Butuh Waktu untuk Menerima Saya Muslim

Hadiya, seorang mualaf yang tinggal di Kerala, negara bagian di Selatan India, harus menghadapi berbagai penentangan dari keyakinan dan pernikahannya dengan seorang pria Muslim bernama Shafin Jahan. Perempuan yang lahir dari pasangan Hindu ini menjadi berita utama di India, setelah ia memutuskan untuk memeluk Islam dan menikahi seorang Muslim. Perempuan berusia 24 tahun ini dianggap menentang harapan dari orang tuanya.

Pada Mei 2017 lalu, Pengadilan Tinggi Kerala membatalkan pernikahan yang dikeluhkan ayahnya sebagai sebuah contoh ‘cinta jihad’. Pengadilan tinggi saat itu menyatakan, bahwa pernikahan Hadiya dengan Shafin batal dan tidak berlaku. Mereka juga menggambarkan kasus itu sebagai sebuah contoh ‘cinta jihad’ dan meminta pihak kepolisian negara setempat untuk melakukan penyelidikan ke dalam kasus semacam itu.

Saat itu, Hadiya tengah menjalani magang wajib sebagai dokter bedah di Rumah Sakit Medis dan Laboratorium Penelitian Sivaraj Homeophaty di distrik Salem Tamil Nadu. Ia tengah menyelesaikan gelar sarjana muda (Bachelor) pada bidang Bedah dan Obat-obatan Homeopathy (BHMS).

Selain membatalkan pernikahannya, pengadilan tinggi juga membuat Hadiya menjadi tahanan rumah di bawah pengawasan orang tuanya. Masalah muncul, saat sang suami Jahan menantang keputusan Pengadilan Tinggi Kerala yang membatalkan pernikahannya dengan Hadiya.

Pada Agustus tahun lalu, Mahkamah Agung India meminta Badan Investigasi Nasional untuk menyelidiki kasus berpindah keyakinannya Hadiya dan pernikahannya. Kemudian pada 27 November lalu, Mahkamah Agung membebaskan Hadiya dari status tahanan orang tuanya dan mengirimnya ke perguruan tinggi untuk melanjutkan studinya. Akhirnya, pada 8 Maret lalu Mahkamah Agung membatalkan perintah Pengadilan Tertinggi Kerala. Tidak hanya itu, pengadilan tertinggi tersebut juga mengizinkan pasangan ini untuk kembali bersatu. Hadiya merasa terharu setelah masa-masa sulit yang ia habiskan selama menjadi tahanan rumah orang tuanya.

“Perjuangan hukum saya berlangsung selama kira-kira selama dua tahun enam bulan, yang saya habiskan bersama orang tua saya sangat mengerikan. Saya benar-benar berada di bawah tahanan rumah. Saya kehilangan masa dua tahun yang berharga dalam hidup saya,” kata Hadiya, dilansir di Outlook India, Selasa (13/3).

Hadiya mengatakan, bahwa keputusan Mahkamah Agung tersebut adalah tindakan yang memberi kebebasan kepadanya untuk berdiri dengan keyakinan yang ia percayai benar. Ia mengatakan, tidak ada orang lain di negaranya yang mengalami rasa sakit dan penderitaan seperti yang dialaminya.

 

Diapit oleh sang suami, Hadiya lantas berterima kasih kepada semua pihak yang mendukungnya saat ia berupaya menentang keputusan Pengadilan Tinggi Kerala. “Seharusnya tidak ada lagi kontroversi mengenai saya,” lanjutnya.

Hadiya meyakini, bahwa orang tuanya tidak berpikir untuk menyakitinya. Namun, ia menilai, jika orang tuanya berada di bawah pengaruh kekuatan anti-nasional. Kendati, ia tidak menguraikan kekuatan anti-nasional yang dimaksud. Namun, dia mengatakan, bahwa mereka menggunakan orang tuanya untuk keuntungan politik.

“Orang tua saya sangat menyayangi saya. Saya juga sangat menyayangi mereka. Tidak bisakah semua orang memilih kebebasan mereka? Beberapa kekuatan anti-nasional menyesatkan orang tua saya. Orang tua saya dan saya memiliki hubungan darah. Lebih dari orang lain, saya tahu orang tua saya,” ujarnya.

Kendati demikian, Hadiya mengaku ia tidak bertemu dahulu dengan orang tuanya. Karena menurutnya, orang tuanya juga memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan semua yang telah terjadi.

“Saya tidak akan menemui mereka saat ini. Mereka membutuhkan waktu untuk menerima bahwa saya seorang Muslim,” tambahnya.

 

REPUBLIKA

Artis Terkenal Thailand Akhirnya Bersyahadat

ARTIS populer Thailand, Nook Suthida rupanya telah menghebohkan jagat hiburan negeri Gajah Putih karena memutuskan menjadi mualaf.

Lahir di negeri mayoritas Budha, keislaman Suthida pun menjadi kontroversi di berbagai media yang ada di Thailand. Walaupun orang-orang di sekitarnya meraskan keberatan, namun Suthida sudah memutuskan untuk masuk Islam. Dia mengatakan keputusan tersebut dibuat setelah dirinya melakukan perjalanan ke banyak negara guna menemukan agama yang paling sempurna, dan dia menemukan Islam.

Seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), wanita cantik ini pun berganti nama jadi Assieh dan mulai mendalami agama Islam di sebuah sekolah di Bangkok.

sudah memutuskan untuk masuk Islam. Dia mengatakan keputusan tersebut dibuat setelah dirinya melakukan perjalanan ke banyak negara guna menemukan agama yang paling sempurna, dan dia menemukan Islam.

Seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), wanita cantik ini pun berganti nama jadi Assieh dan mulai mendalami agama Islam di sebuah sekolah di Bangkok.(jk/pm)

 

ERA MUSLIM

Hari Perayaan Mualaf di Belanda

Pada Maret 2013 menjadi spesial bagi Muslimin Belanda. Mereka berkumpul mengadakan petemuan untuk menyambut saudara yang baru saja mendapat hidayah. Mereka menyebutnya sebagai hari perayaan untuk para mualaf.

Acara bertajuk “National Converts Day of Dutch Muslim” tersebut dihadiri banyak Muslim. Ruang pertemuan di Blue Mosque Amsterdam pun dalam sekejap menjadi sangat ramai. Dengan wajah berseri, Muslimin Belanda saling bersalaman dan menyapa.

Acara ini bukan ajang perekrutan para mualaf. Namun, hari itu memang spesial karena terdapat sembilan orang yang memutuskan untuk bersyahadat. Muslimin pun berdatangan untuk mengenal siapa sembilan saudara baru mereka.

Seorang pria tua, Hans (72 tahun), tampak girang. Ia merupakan satu dari sembilan mualaf yang baru saja memeluk Islam. Warga asli Belanda ini mengucapkan syahadat saat acara berlangsung.

Ia pun merasa sangat tersambut dan diterima dengan baik. Ia merasa memiliki banyak saudara baru seiman. “Hari ini saya sangat senang,” ujarnya dengan senyum berkembang dan mata berseri, seperti dikutip kantor berita KUNA.

Hans mengatakan, ia jatuh hati pada Islam setelah melihat kehidupan keluarga anaknya. Anaknya menikah dengan seorang wanita Tunisia delapan tahun lalu, kemudian memeluk Islam setelah mengenal indahnya agama sang istri. Ia bersama istrinya hidup damai dalam keluarga Muslim. Hans pun begitu terpesona dengannya.

“Saya sangat terkesan ketika saya melihat bagaimana anak saya dan istrinya begitu damai dan berdoa kepada Allah meminta solusi dan bantuan kepada Tuhan,” katanya.

Terinspirasi dari kehidupan sang anak, Hans bersyahadat. Ia sangat gembira ikut serta dalam perayaan para mualaf tersebut. Ia pun bertekad akan terus mempelajari agama Islam dengan bantuan saudara barunya. Meski usianya telah lanjut, ia tetap bersemangat mempelajari agama. “Saya akan terus mencoba untuk memahami Islam lebih dan lebih, saya akan mempelajari Alquran dan menghadiri kuliah,” ujar Hans.

Acara mualaf nasional ini merupakan yang keenam kalinya dihelat Muslimin Belanda. Bergabung di sebuah Discover Islam Foundation, mereka menjalin kerja sama dengan platform nasional untuk mualaf Belanda. Lebih dari seribu orang menghadiri acara tersebut. Seorang tokoh Muslim Amerika, Yusuf Estes, menjadi pembicara. Seorang mualaf Yunani, Hamza Tzortzis, serta warga Saudi pendaki Gunung Everest pertama, Farouk Al Zouman, juga ikut mengisi kemeriahan acara.

Juru bicara acara Jacob von der Blom mengatakan, jumlah mualaf warga asli Belanda memang mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2012 terdapat 15 ribu mualaf, tahun sebelumnya sekitar 12 ribu mualaf.

Belanda menjadi rumah bagi 946 ribu Muslimin. Jumlah tersebut mencapai 5,7 persen dari total populasi Negara Kincir Angin tersebut. Meski minoritas, Muslimin hidup nyaman di sana. Jumlah Muslimin Belanda pun termasuk 10 besar Muslim terbesar di Eropa.

 

REPUBLIKA

Tijuana, Rumah Para Mualaf

Sebuah kota di Meksiko, tepatnya di Pantai Tijuana, menjadi tempat subur bagi berkembangya para mualaf. Populasi Muslim terus mengalami peningkatan jumlah. Mereka pun mengaku bahagia tinggal di kota tersebut.

Profesor Studi Islam di Universitas San Diego, Dr Khaleel Mohammed, mengatakan, banyak penduduk Meksiko yang melihat Islam menawarkan hal berbeda dari agama lain. Muslimin di sana sangat toleransi pada nilai tradisional setempat. Sehingga, banyak warga yang tertarik kemudian mempelajari Islam.

Untuk fasilitas beribadah, para mualaf juga diterima baik di Masjid Al Islam yang baru saja berdiri di kota tersebut. Pusat Islam pun kemudian dibangun di sana sebagai tempat para Muslimin menempa ilmu agama dan membina para mualaf.

Salah seorang mualaf asal California, Amir Carr, mengaku bahagia menjadi mualaf. Istrinya merupakan warga Meksiko sehingga Carr pun kemudian memilih tinggal di negeri Latin tersebut. Keduanya kemudian tinggal di Tijuana dan mengenal Islam. “Islam benar-benar mengubah hidup saya,” ujar Carr.

Muallaf lain, Samuel Cortes, juga merasakan hal sama. Ia merupakan seorang imigran. Saat berkunjung ke Tijuana, justru ia kemudian mendapatkan hidayah. Ia pun enggan kembali ke rumahnya di AS dan masih berkeinginan tinggal di kawasan pantai Meksiko tersebut. Hanya saja, ia harus kembali karena keluarganya berada di AS.

Berdasarkan survei tahun lalu oleh WhyIslam, masyarakat Latin memang mengambil 19 persen dari jumlah konversi Islam di Amerika. Para mualaf Latin tersebut didominasi wanita. Sejak 2000, mualaf latin wanita bahkan terus mengalami peningkatan hingga delapan persen.

 

REPUBLIKA

Alasan Emmanuel Adebayor Memutuskan Masuk Islam

Emmanuel Adebayor mengungkapkan alasannya masuk Islam. Striker Tottenham Hotspur ini mengaku masuk Islam karena melihat kesamaan Islam dan agamanya sebelumnya, Nasrani yang akhirnya menuntun dia kepada kebenaran.

“Yesus mengajarkan bahwa hanya satu Tuhan dan hanya Allah yang pantas untuk disembah seperti dalam Deut 6:4 dan Mark 12:29. Sedangkan Islam pun demikian di surat An Nisa 4: 171,” katanya kepada The Herald yang dilansir Abna24, Selasa (4/8/2015).

Kemudian skuat timnas Togo itu juga menjelaskan beberapa alasannya memilih Islam. Dia kemudian mengunggah videonya di Youtube. Dalam video tersebut dia menggunakan jubah berwarna putih dan mendeklarasikan kepercayaan barunya itu.

Wa asyhadu anna muhammadur rasulullah,” demikian yang dia ucapkan dalam video yang diunggahnya.

Di antara beberapa alasannya tersebut adalah:

1. Nabi Isa (Yesus) juga tidak makan daging babi seperti halnya umat Muslim, karena babi adalah binatang yang kotor dan tidak sehat untuk dimakan

2. Kata Assalamu ‘alaikum dan Inshaa Allah yang tercantum dalam kitab suci umat Islam, Alquran, ternyata juga digunakan oleh nabi Isa

3. Dia juga menemukan ternyata nabi Isa juga selalu membasuh muka, tangan dan kakinya sebelum beribadah, seperti yang dilakukan umat Islam

4. Ternyata nabi Isa dan nabi-nabi lainnya juga beribadah dengan bersujud ke tanah (lihat Matthew 26:39). Hal tersebut seperti yang disebutkan dalam surat Al Imran 3:43

5. Nabi Isa juga berjenggot dan mengenakan jubah. Di mana hal itu merupakan sunnah bagi para Muslim

6. Nabi Isa mentaati syariat dan juga percaya pada semua nabi, seperti yang tercantum dalam Matthew 5:17. Hal itu sama dengan Alquran yang menyebutkannya pada surat Al Baqarah 2:285 dan Al Imran 3:84

7. Seperti yang dia sebutkan sebelumnya, baik di Injil maupun Alquran menyebutkan hanya Allah yang patut untuk disembah

 

REPUBLIKA

Doa Pierre Setelah Bersyahadat

Pierre mengamati tato Yesus di dadanya. Tato yang sengaja ia buat saat kembali sebagai umat Protestan yang taat. Sebagai lambang kecintaan pada Tuhannya.

Namun, ia malah bertanya-tanya ihwal alasan sebenarnya membuat tato itu. Perdebatan mulai muncul dalam benaknya.

“Kenapa bikin tato Yesus. Karena gua cinta sama dia. Yakin cinta sama dia, emang kenal sama dia. Dia Tuhan. Tahu dari mana dia Tuhan? kata Pierre mengenang perdepatan di dalam dirinya dilansir dari kanal Vertizone TV, Senin (13/2).

Pierre dihantui pertanyaan itu. Ia mencari jawaban terhadap rasa penasarannya melalui Alkitab. Sekedar ingin tahu, Yesus itu siapa? Meskipun lahir sebagai umat Protestan. Namun, Pierre menggap itu agama turunan dari keluaranya. Ia mempelajari bibel. Namun, menemukan banyak kejanggalan.

“Mohon maaf, menurut saya nggak masuk akal konsep tiga jadi satu, menurut saya nggak logis,”ujar dia.

Pertanyaan dan kejanggalan itu membuatnya kembali malas ke gereja. Padahal, saat itu ia baru saja ingin kembali ke jalan Tuhan. Tepatnya setelah mendapat perawatan selama 21 hari di rumah sakit (RS) Azra Bogor, Jawa Barat pada 2013 silam. Sakit yang disebabkan kenakalan remaja, seperti minuman keras dan obat terlarang.

Pierre tak serta merta berlabuh ke Islam. Sebenarnya, kekagumannya pada Islam sudah ada sejak lama. Ia teringat saat masih menjadi sorang Protestan, masa jahiliah Pierre menyebut itu, melihat kakek-kakek shalat Subuh di masjid.

“Awalnya saya salut sama orang Islam, Subuh-subuh, kakek-kakek bangun pagi,”ujar dia.

Keraguan Pierre terhadap Tuhannya tak pernah dibahas lagi. Hingga ia bertemu dengan seorang teman bernama Syakib. Salah satu pertanyaan yang pernah dilontarkan Syakib dalam obrolan ringan, “kenapa Pierre menyembah Yesus?”

Pertanyaan itu tak pernah ia pikirkan lagi. Syakib juga menanyakan, apakah Yesus pernah mengklaim dirinya sebagai Tuhan?

Obrolan itu menggelitik Pierre untuk mulai membaca bibel lagi. Ia meyakini, tak ada satupun tertulis di bibel menyatakan Yesus sebagai Tuhan. Ia menyebut, salah satu bukti yakni ada di Matius ayat 4 sampai 10 yang mengisahkan Yesus diganggu iblis di padang gurun. Maka berkatalah Yesus kepadanya: Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!

“Itu baru satu, belum perjanjian lama,”ujar dia.

Sejak itu ia mulai terbayang-banyak apa Islam sebagai agama yang benar. Namun, belum ada keyakinan terhadap pemikirannya itu.

Suatu ketika, ia mengingat peristiwa saat kelas V sekolah dasar. Saat itu, waktunya menyerahkan tugas hafalan di sekolah minggu. Dari 10 anak, hanya dirinya yang salah membaca dengan tepat. Padahal pasal dan ayat yang ia baca sama dengan teman lainnya.

Penasaran, ia menanyakan pada seorang kakak di sekolah minggu. Kakak tersebut mengatakan tak ada yang salah dengan tugas Pierre. Hanya, jawaban teman-temannya berasal dari bibel yang disempurnakan. Sementara Pierre membaca bibel terbitan 1990an.

Saat itu ia tak mempermasalahkan atau memikirkan lebih dalam soal penyempurnaan kitab suci. Namun, saat dewasa, keraguan terhadap agamanya muncul, Pierre kembali memikirkan peristiwa itu.

“Kalau benar bibel itu kitab suci, kenapa banyak revisi. Menurut saya, kitab suci itu suci, nggak boleh ditambah, dikurangi. Kalau ada intervensi manusia di sana, apa bisa itu dikategorikan sebagai kitab suci, kannggak,”tutur Pierre.

Terkait kenapa pilihannya jatuh ke Islam, bagi Pierre, Islam satu-satunya agama yang bisa diterima oleh akal dan logika, agama tanpa kontradiksi, agama sempurna yang mengatur dari cara menggunting kuku hingga bernegara. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.

Akhirnya ia memberanikan diri membaca Alquran. Ia menemukan surat Al Baqarah ayat 23-24 tentang tantangan Allah SWT. Dengan membaca basmalah, Pierre melantuntan dan mengartikan kedua ayat itu.

“Jika kamu meragukan Alquran yang kami turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, coba datangkan satu surat yang semisal Alquran itu. (Al baqarah:23) Tantangan itu langsung diberikan jawaban oleh Allah SWT. Kamu sesungguhnya tak akan bisa, dan pasti tak akan bisa. (Al Baqarah:24). Namun, yang menjadi pegangan Pierre yakni QS Al Hijr:9, Sesungguhnya kami yang menurunkan Alquran dan kami yang akan menjaganya.”

Menurut dia, bukti surat itu yakni ada banyaknya hafidz Alquran dari dulu hingga saat ini. Sehingga, setiap kata dan huruf dalam Alquran tak pernah berubah.

Pun ia melihat kalimat politik Allah SWT ada dalam QS Al Ikhlas, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya. Pierre menganggap itu adalah definisi Tuhan yang sebenarnya, yakni tak berwujud, tak terlihat, tetapi bisa dirasakan.

Pada 2015 ia memberanikan diri membaca kalimat syahadat. Namun, ia merasa belum menjadi Muslim yang sebenarnya lataran masih sering mabuk-mabukan dan bolong shalat lima waktu.

Ia meminta pekerjaan pada Allah SWT. Doanya langsung dijawab. Ia mendapat pekerjaan sebagai petugas depan salah satu hotel bertaraf internasional di Cikarang. Sesuatu yang sangat ia syukuri mengingat dirinya hanya lulusan sekolah dasar.

Salah satu target setelah menjadi pegawai, yakni tak mau meninggalkan shalat lima waktu. Namun, posisinya sebagai petugas depan menyulitkan melaksanakan shalat tepat waktu.

Terbesit keinginan untuk berhenti kerja. Kemudian, ia menjalankan shalat Istikharah tiga hari tiga malam, meminta petunjuk Allah SWT. Sebuah peristiwa membuatnya yakin untuk berhenti bekerja di hotel itu.

Pierre hijrah ke Yogyakarta. Awalnya ingin ziarah ke makam ayahnya. Namun, ia malah tinggal lama di rumah makdhe-nya di Kotagede.

Pierre mulai mengenal Islam lebih dalam. Ia bisa mempraktikkan keinginannnya untuk shalat lima waktu, tepat waktu, dan berjamaah. Ia sempat tinggal di masjid dan pesantren selama beberapa lama.

Pierre mendapat ketenangan yang tak pernah ia dapat sebelumnya. Ketenangan yang tak ada saat ia menjadi seorang Protestan.

Ia mendapat dua pekerjaan sekaligus, yakni pengantar katering dan penjaga pulsa. Terhadap janji Allah SWT, ia teringat suatu hadist, Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Dia akan menggantikannya dengan yang lebih baik.

“Itu janji Allah. Saya resign (berhenti kerja) karena ingin shalat lima waktu, tepat waktu, dan berjamaah, kalau bisa,” tutur dia.

Disingung penerimaan keluarganya, Pierre menyesalkan salah ambil sikap mengabarkan ihwal peralihannya pada Islam. Apalagi orang tuanya adalah seorang Protestan yang taat. Ibunya bahkan pernah mewanti-wanti agar Pierre tak menjadi mualaf.

Informasi tentang hijrahnya Pierre mulai sampai ke telinga ibunda. Apalagi, ia kerap shalat di masjid.

Saat itu, ibunya mencoba mengklarifikasi kabar itu. Sambil menangis, ibunya mengatakan kekecewaanya kenapa tak membicarakannya dahulu pada keluarga saat hendak beralih ke Islam.

Tak sanggup melihat tangis ibunya, Pierre mengucap, Apa perlu saya balik, biar mama berhenti nangis. Namun, ibunya melarang. Ibunda justru meminta Pierre menetap pada pilihannya, menjalankan kewajiban sebagai Muslim.

Itu menjadi cambuk untuknya membuktikan diri sebagai Muslim, bukan sekedar beragama Islam dalam KTP. Merasa ditinggalkan kelurga besar, pernah ia rasakan. Namun, ia tak terlalu mengambil pusing. Hal itu bukan lantaran ia tak peduli dengan keluarga.

“Saya berdoa, ya Allah, ambil semua yang Allah mau dari saya, pekerjaan, keluarga, teman. Cuma satu, jangan ambil keislaman saya,”kata dia.

Sambil meneteskan air mata, Pierre mengatakan Islam sudah menyelamatkan hidupnya. Ia tak bisa membayangkan bisa hidup damai tanpa Islam, bila masih menjadi non-Muslim. Bisa saja, ia sudah meninggal karena pergaulan bebas.

Pierre berpesan pada teman mualaf, jangan malas menjalankan shalat lima waktu. Sebab, itu kewajiban Muslim, pilar agama. Ia beranggapan meninggalkan shalat artinya seseorang telah meninggalkan segalanya.

Jangan malas belajar ilmu agama, ambil baiknya buang buruknya. Nggak perlu mengotak-kotakkan ustaz, selama yang disampaikan baik dan menambah keimanan kita, terima, tutur dia.

 

REPUBLIKA

Cerita Pengusaha Mualaf Sedekah Jual Nasi Kuning

Berbuat baik tak pandang suku, agama, dan ras. Bahkan yang tak bergama pun bisa makan di sini.” Kalimat itu keluar dari mulut seorang mualaf Tionghoa yang memberikan dana pribadinya untuk membangun warung makan dengan harga luar biasa murah bagi satu porsi makanan.

Muhammad Jusuf Hamka (60) dimualafkan oleh Buya Hamka pada 1981 silam, berbagi dengan cara lain yang tak hanya memberikan uang atau barang, ia mencetuskan ide menjual makanan murah untuk membantu orang-orang yang kekurangan. Hasil penjualan nantinya akan diputar kembali untuk berbagi.

Warung Nasi Kuning Podjok Halal di Jalan Yos Sudarso Kav 28 Jakarta Utara ia buka tepat di samping kantor ia bekerja di PT Citra Marga Nusa Pala (CMNP) sebagai Penasihat Utama.

Warung seukuran 5 meter dengan beratapkan tenda setiap Senin sampai Jumat menjual nasi, sayur dan lauk pauk seharga Rp 3 RIbu untuk satu porsi berisi nasi kuning, lauk dan sayur. Disediakan pula gelas dan dispenser untuk mengambil air minum sendiri yang disediakan Jusuf.

Warung untuk dhuafa dan masyarakat tidak mampu ini dibuka sejak pukul 11 siang sampai jam satu siang. “Persiapan jam 11, dibuka sampai jam satu. Sebab kan, ini yang layani juga dari karywan PT CMNP, kita kembali kerja lagi. Jadi setiap harinya bergantian juga,” kata salah seorang Karywan PT CMNP sambil melayani pembeli.

Satu persatu berbagai macam orang datang bergantian, mulai dari pekerja pabrik, pemulung, masyarakat yang melewati kantor CMNP, sampai ojek online ingin mencicipi makanan porsi seharga Rp 3 ribu itu. Dari pantauan Republika.co.id, menu hari ini terdiri dari nasi kuning, sayur kacang, telur bulat dan telur ceplok cabe dan ikan tongkol pedas serta sambal.

Republika.co.id juga mencicipi makanan murah tersebut, dan hasilnya makanan itu terasa lezat dan pas di lidah. Setiap harinya menu bergantian, antara lain, ayam, ikan, daging syur berkuah, tumis dan lain sebagainya.

Begitupun kata Yana (52) yang bekerja sebagai kuli pengangkat alat-alat berat. Ia mengatakan, beruntung bisa makan makanan murah, higienis, dan lezat dengan harga yang benar tak menguras kantong.

“Saya tau dari temen, nih ada makanan murah di samping. Saya langsung ke sini. Alhamdulilah enak. Besok saya ke sini lagi makan siang. menghematkan dan menyehatkan,” kata Yana, Selasa (13/2).

Meskipun begitu, Jusuf tak memaksa jika ada yang benar tidak ada uang untuk makan, siapapun bisa makan di warungnya. “Andai kata orang itu dateng naik mobil, keliatan mampu. gapapa, tetep di tolong. kita kan gatau di kantongnya ada duit apa ngga,” kata Jusuf.

Sikap mulia Jusuf ia persembahkan atas rasa kebersyukurannya dan juga demi tabungan di akhirat nanti. Sebab, anugerah syukur dari Tuhan telah melimpah ruah diberikan Tuhan kepadanya, untuk itu, kata dia, mengapa tak dibagikan bagi orang yang kekurangan.

Berbuat kebaikan, kata dia, juga tidak perlu pilih-pilih orang. Siapapun, jika membutuhkan dan kekurangan harus ditolong. “Warung ini merupakan pola pertama untuk membentuk suatu sistem. Siapa tahu dari pengusaha bisa membantu sesama dengan cara ini,” ujar Jusuf.

Dari perilakunya tersebut, mengundang berbagai orang menyumbangkan uang untuk warung yang didirkannya. Ia takmemaksa, tapi seperti ia bercerita, ada seorang yang memakan membayar sebesar Rp. 50 ribu dan tidak meminta kembalian, kata orang tersebut, “saya juga mau ikut sedekah,” cerita Jusuf.

Selain itu, ada pula pengusaha yang menyumbangkan Rp 5 juta untuk sedekah di warung podjok nasi kuning halal.

Dalam seminggu, Warung Nasi Kuningg Podjok Halal memeroleh makanan dengan memberdayakan warung makan sekitar. Seperti hari ini warung makan asal Padmangan Jakarta Utara ditugaskan untuk memasak.

“Saya ngga mau ada kompetisi, saya juga ngga mau mematikan warung makan setempat, jadi saya berdayakan dengan kerja sama memberikan subsidi ke mereka untuk menyediakan makanan. Tetep harga dari mereka semisal satu porsi 10 ribu. Yang dijual 3 ribu, jadi subsidi yang saya kasih dari dana saya ya 7 ribu,” kata dia.

Gagasan awal mendirikan warung ini, dimulai dari puasa Ramadhan setiap tahunnya. Ia kerap memberikan buka puasa geratis selama satu bulan di kantornya untuk para kaum dhuafa dan kekurangan. Kemudian, ia berpikir, untuk menolong orang yang tak hanya satu kali dala setiap tahunnya, ia berpikir mengapa tak setiap hari saja. Untuk itu, ia mencetuskan pola ini untuk berbagi

“Kalau ditanya cari untung, mana ada untungnya ini. Tapi saya mendapatkan untung buat bekal di akhirat. Uang yang kita simpan bukan uang kita, tapi uang yang kita sedehkahkan itu uang kita,” ujarnya.

Rencana ke depan, pada beberapa bulan lagi, ia akan mencoba membuka di lima titik wilayah Jakarta. Pertama Jakarta Uatara yang telah dimulai sejak (6/2). Selanjutnya Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Ia juga berharap, pemerintah dan pengusaha dapat melihat ini sebagai jalan kebaikan menolong sesama. Sebab, di Jakarta sendiri masih banyak orang yang kekurangan menyoal perut.

Secara agama, dia tak merasa dirinya sebagai ustaz atau yang oaling baik beragama. Namun, menurutnya perlakunya itu dapat menyontohkan orang lain agar bisa bermanfaat bagi sesama manusia apalagi orang-orang yang berkebutuhan dan kekurangan.

 

REPUBLIKA

 


Kisah Mualaf lainny bisa ditemukan denganmemasukan kata Mualaf di kolom pencarian.

 

Rabi Yahudi Taat Taurat Ini Tegaskan Muhammad Utusan Allah

Pria bernama asli Husain bin Salam ini pada mulanya adalah rabi Yahudi di Madinah. Dia kerap menyiarkan ajaran Musa kepada masyarakat setempat yang menghormatinya. Baik penyembah berhala, Kristen, maupun Yahudi, semuanya menganggap Husain sebagai tokoh rujukan.

Kepribadiannya yang kalem membuatnya pandai menyiasati keadaan, tak mudah emosi ketika meng hadapi permasalahan. Ketika ber urusan dengan suatu masalah dia akan memikirkannya dengan serius, terarah, dan terorganisasi.

Waktunya dihabiskan untuk beribadah dan mengajar. Sesekali dia menggarap kebun kurma hingga panen. Buah manis tersebut dijual di pasar. Mengetahui penjual kurma itu adalah Husain, masyarakat dengan senang hati membeli komoditas kebang gaan masyarakat Arab tersebut.

Mempelajari Taurat adalah kebutuhan baginya. Lembar demi lembar dia baca. Di dalamnya ada ajaran moral dan juga kisah para nabi yang penuh ibrah untuk masyarakat. Namun, dia sangat terkejut ketika menemukan beberapa ayat membahas tentang kedatangan seorang nabi yang akan melengkapi pesan para nabi sebelumnya.

Ayat tersebut berbarengan dengan munculnya kabar kenabian Muhammad yang berasal dari Makkah. Ketika mendengar kemunculan Rasulullah, dia mulai mengajukan pertanyaan tentang namanya, silsilah, karakteristik, waktu dan tempatnya muncul. Dia mulai membandingkan informasi yang dimiliki dengan apa yang terkandung dalam Taurat.

Dari pertanyaan ini, saya menjadi yakin tentang kebenaran kenabian Rasulullah dan saya menegaskan kebenaran misinya. Namun, saya menyembunyikan kesimpulan saya dari orang Yahudi,” jelas dia.

 

Memeluk Islam

Kemudian datanglah hari ketika Nabi meninggalkan Makkah menuju Madinah tahun 622. Saat dia mencapai Yatsrib dan berhenti di Quba, seorang pria bergegas masuk ke kota, memanggil orang-orang dan mengumumkan kedatangan Nabi.

Pada saat itu, Abdullah berada di puncak pohon palem melakukan beberapa pekerjaan. Bibinya, Khalidah binti Harits, sedang duduk di bawah pohon. “Saat mendengar kabar tersebut, saya berteriak: ‘Allahu Akbar! Allahu Akbar!, Ketika bibi saya mendengar takbir saya, dia menyumpahi saya,” jelas dia.

Abdullah menjelaskan Rasulullah merupakan penutup nabi setelah Musa. Dia diutus dengan cara yang sama dengan Musa. Bibinya kemudian menanyakan mengenai Muhammad yang di bicarakan dalam Taurat. Rasulullah dikirim untuk menyampaikan kebenaran dari pesan nabi-nabi sebelumnya dan untuk melengkapi wahyu Allah.

“Tanpa penundaan atau keraguan, saya pergi menemui Nabi. Saya melihat kerumunan orang di depan pintunya. Saya Bergerak dalam kerumunan orang sampai aku mendekatinya,” jelas dia.

Yang pertama Rasulullah katakan adalah, Wahai manusia! Sebarkan kedamaian, bagikan makanan, berdoa semalaman saat orang biasanya tidur, dan Anda akan masuk surga dalam damai.

Ketika Abdullah bin Salam mendengar kedatangan sang nabi di Madinah, dia datang kepadanya. Abdullah menatapnya dengan detil. Kemudian memeriksanya dan yakin bahwa wajahnya bukan penipu. Dia lalu mendekatinya dan membuat pernyataan iman bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.

Nabi berpaling kepadanya dan bertanya, Siapakah namamu? Kemudian dijawab Al-Husain bin Sailam.

Rasulullah kemudian mengganti namanya menjadi Abdullah bin Salam. Nama baru itu dipakainya. Sejak itu, orang mengenalnya sebagai Abdullah. Pemberian itu merupakan bukti kepedulian Rasulullah kepada orang-orang yang mengakui kebenaran risalah yang dibawanya.

 

Mengajak keluarga memeluk Islam

Abdullah kemudian kembali ke rumah dan mengenalkan Islam kepada istri, anak-anak, dan seluruh anggota keluarga. Mereka semua menerima Islam, termasuk bibinya Khalidah yang saat itu adalah seorang wanita tua.

Namun, dia menasihati mereka untuk menyembunyikan keislaman mereka dari orang-orang Yahudi sampai Abdullah memberi mereka izin. Mereka pun setuju. Abdullah kembali kepada Nabi, dan berkata, Wahai Rasulullah Yahudi adalah orang (cenderung) memfitnah dan penuh kepalsuan. Saya ingin Anda mengundang tokoh mereka yang paling menonjol untuk bertemu kamu.

 

Selama pertemuan itu, Anda harus menjauhkan saya dari mereka di salah satu ruangan Anda. Tanyakan kepada mereka tentang status saya di antara mereka sebelum mereka mengetahui penerimaan saya terhadap Islam. Lalu ajak mereka memeluk Islam. Jika mereka tahu saya telah menjadi seorang Muslim, mereka akan mencela dan menuduh tanpa dasar dan memfitnah saya.”

Nabi kemudian menyembunyikannya di salah satu kamar. Tokoh Yahudi terkemuka diundang untuk mengunjungi Rasulullah. Dia memperkenalkan Islam kepada mereka dan mengajak mereka untuk beriman kepada Tuhan. Mereka mulai membantah dan berdebat tentang kebenaran ketika mereka menolak menerima Islam. Mereka menanyakan beberapa hal.

Apa status Al-Husain bin Salam di antara kalian? tanya Rasulullah. Kemudian dijawab, dia adalah sayyid (pemimpin) dan anak pemimpin orang Yahudi. Dia adalah rabi dan alim, putra dari rabbi yang dikagumi.

‘Jika Anda tahu bahwa dia telah menerima Islam, maukah Anda menerima Islam juga?’ tanya Nabi.

Mereka menjawab, tidak mungkin al-Husain memeluk Islam. Dia adalah tokoh panutan yang konsisten menjalankan ajaran Taurat. Kemudian Abdullah muncul dengan memandang mereka dan mengumumkan bah wa dia telah menerima agama yang dibawa Muhammad. “Demi Tuhan, Anda pasti tahu bahwa dia adalah utusan Tuhan dan Anda dapat menemukan kenabiannya, karakter yang dimilikinya, dan berbagai informasi tentang Muhammad di dalam Taurat,” jelasnya.

Abdulah menyatakan bahwa Muhammad adalah utusan Allah yang wajib diikuti. Kemudian mereka langsung menghina Abdullah. Setelah memeluk Islam Abdullah bin Salam mempelajari Islam dengan jiwa yang haus akan pengetahuan. Dia dengan penuh semangat mencurahkan perhatian pada Alquran dan menghabiskan banyak waktu untuk membaca dan mempelajari ayat-ayatnya yang indah dan agung.

Dia sangat terikat kepada Nabi yang mulia dan terus-menerus berada didekatnya. Sebagian besar wakt unya dia habiskan di masjid, terlibat dalam ibadah, belajar, dan mengajar. Dia dikenal karena cara mengajarnya yang mudah diterima banyak orang, bergerak, dan efektif.

Secara teratur di masjid Nabawi, Abdullah bin Salam dikenal di antara sahabat sebagai pria penghuni surga. Ini karena tekadnya untuk menjalani nasihat Nabi untuk terus berpegang teguh pada pegangan yang paling dapat dipercaya, yaitu kepercayaan dan kepasrahan sepenuhnya kepada Allah.

Krisis Da’i di Kepulauan Mentawai

Syiar Islam di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat barangkali terbilang pesat, terbukti dalam beberapa tahun terakhir, ribuan penduduk di sana disyahadat menjadi muallaf. Sayangnya, seiring berkembangnya Islam di bumi Mentawai, pemurtadan juga tak kalah pesat di sana.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Yayasan Islamic Center Siberut, Ramli Muhammad Rais. Menurutnya, meski Islam kian pesat di Mentawai, akan tetapi iman mereka gampang tergoyahkan hingga mereka mudah dimurtadkan.

“Hal itu disebabkan oleh kurangnya bimbingan untuk memahamkan Islam lebih dalam,” tutur Ramli kepada hidayatullah.com, belum lama ini.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa kurangnya sumber daya dari da’i hingga operasionalnya.

“Da’i di sini harus menerobos hutan belantara, melewati tebing berjam-jam hingga bisa ketemu dengan penduduk pedalaman. Setelah mengislamkan mereka, mereka ditinggal tanpa ada bimbingan lanjutan, karena da’i tersebut harus ke tempat yang lain,” terang pria asal Padang itu.

Pasalnya, menurutnya, karena da’i ditempat ini masih sangat sedikit. Hal itulah yang membuat kurangnya pemahaman para muallaf di mentawai mengenai Islam.

“Bahkan di beberapa titik, masih ada muallaf yang pelihara babi, bahkan ada yang masih mengkonsumsinya,” lanjut Ramli.

Ia berharap agar berbagai lembaga dakwah di Indonesia agar mengirim tenaga da’i-nya di Kepulauan Mentawai.

“Di sini sangat krisis da’i, ayo kepada lembaga dakwah segera mengirim tenaganya di sini. Ayo kita selamatkan para muallaf!” harapnya.*/Sirajuddin Muslim

 

HIDAYATULLAH